PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dong Baek
duduk di ruang tunggu dengan wajah sedih, Perawat keluar. Dong Baek pun
langsung bangun. Perawat mengeluh Dong Baek yang akan bangun setiap seseorang
keluar. Dong Baek terdiam karena seperti sangat khawatir.
“Kau
tetap di sana saja... Astaga, jika kau ingin masuk, beri tahu aku.” Ucap
perawat lalu mengangkat telpnya.
“Kenapa
kau terus meneleponku? Kau akan mengerti jika kuberi tahu nomornya?” keluh si
perawat berbicara di telp lalu bergegas pergi.
“ Aku tak
bisa masuk menemuinya karena dia mungkin meninggalkanku setelah melihatku.”
Kata Dong Baek lalu menangis. Yong Sik melihat dari kejauhan Dong Baek tanpa
bisa menghampirinya dan ia pun ikut menangis.
“Boleh
aku ke sana dan duduk di sebelahmu? Begini... Maksudku, berat bagiku hanya melihatmu.
Boleh aku ke sana dan duduk di sebelahmu?” kata Yong Sik berdiri agak jauh.
Dong Baek
membuka dua tanganya, Yong Sik pun menghampirinya. Dong Baek pun menangsi
dipelukan Yong Sik. Yong Sik juga tak bisa menahan rasa sedihnya.
Didepan
rumah sakit terlihat, ada KOTAK SUMBANGAN BALA KESELAMATAN, lalu mengeluh Tak
ada lagi yang menyumbang untuk Bala Keselamatan dan orang-orang masih melakukan
ini. Sementara di dalam ruang tunggu, Dong Baek terus menangis.
“Aku tak
ingin melakukan ini lagi. Aku menyerah. Aku tak mau lagi pura-pura baik dan
kuat. Aku hanya berusaha sekuat tenaga dalam hidup. Kenapa dunia sangat kejam
padaku?” ungkap Dong Baek terus menangis.
“ Saat
aku anak terbaik di panti asuhan, maka aku hanya dapat pensil dari Sinterklas. Yang
lain ribut soal mereka terlahir kaya atau miskin, tapi aku bahkan tak punya
kemiskinan. Sialan. Bahkan Mario dapat sesuatu setelah mengumpulkan koin di
gim. Tapi kenapa aku tak dapat apa-apa?” ucap Dong Baek masih terus menangis.
“Aku
lelah dan muak orang berkata, "Kau pasti bisa!" Aku selalu tak
mendapatkan apa-apa. Semuanya diambil dariku. Keajaiban? Keajaiban apanya. Aku
bahkan tak ingin memohon keajaiban. Aku tak akan melakukannya.”ucap Dong Baek
terus menangis.
“Jangan
lakukan. Jangan.. Karena ini orang salah jalan dalam hidup. Bahkan anjing dapat
makanan jika bisa duduk. Tapi kenapa mereka hanya memberimu pensil?” balas Yong
Sik yang ikut menangis juga.
“Aku
harus bagaimana dengan ibuku?” kata Dong baek. Keduanya sama-sama menangis.
Tiba-tiba
terdengar dari luar ruangan “UPI, kode hijau. Ini darurat, suruh mereka siaga
sekarang. Sekarang!” Nyonya Jo tiba-tiba dipindah ke rumah sakit, Yong Sik
melihatnya langsung bertanya pada perawwat Ae Ryun, kenapa? Ada apa.
“Tidak
tahu. Kami sudah memeriksa semuanya, dan kami sungguh belum yakin. Kami tidak
tahu.” Ucap Perawat. Yong Sik bingung
“Dia tak
mungkin bisa dioperasi, tapi jika kami tak yakin setelah semua tes... “ ucap
Dokter
“Artinya
kita bisa mencoba. Mereka akan mencoba. Tapi kondisinya mungkin segera
memburuk, jadi, semua tergantung waktu perjalanan.” Kata Yong Sik pada Dong
Baek.
Tuan No
datang dengan ambulance, Yong Sik menyuruh Dong Baek segera masuk. Perawat memberitahu kalau Nyonya Jo sudah
masuk dan mengeluh pada Nyonya Jung agar berhenti meneleponya.
Flash Back
Nyonya
Jung mengeluh pada adiknya karena tak segera meneleponnya lalu menutup telp.
Para bibi terlihat tegang. Ia pun
memberitahu kalau Ternyata Nyonya Jo itu punya peluang. Semua langsung bisa
bernafas lega. “Yang berhak hidup atau mati ditentukan oleh takdir.” Ucap
Nyonya Park. Semua menganguk setuju.
“Tapi...
kita berusaha sekuat tenaga sebelum takdir memutuskannya. Hei, Gwi-ryeon...
Bukankah adikmu, Ae-ryeon, bekerja di Rumah Sakit Ongsan?” kata Nyonya Park.
Nyonya Jung membenarkan.
“Aku akan
telepon Ae-ryeon.. Kalian juga harus menelepon kerabat kalian. Mari bertindak.”
Kata Nyonya Jung. Semua pun semangat untuk membantu Nyonya Jo.
“Adik termuda kedua dari..Semua orang
di Korea saling mengenal melalui kerabat.”
Mereka
mencoba mencari kerabat agar bisa membantu agar Nyonya Jo dibawa ke rumah sakit
lain.
Tuan Byun
menunggu dilampu merah sengaja membuat aman pengendara, dengan satu tombol bisa
menghentikan semua mobil agar ambulance Dong Baek bisa terus berjalan.
“Kebanyakan hal tercapai dengan
bantuan kerabatmu Orang-orang di Ongsan mulai bergerak.”
Dong Baek
melihat ibunya masih tak sadarkan diri, Tuan No membantunya dengan wajah panik
meminta sopir agar menyetir lebih cepatd dan ia akan bertanggung jawab.
“Sementara, Gyu-tae berhasil
mendapat ambulans dengan perlengkapan medis terbaik di negeri ini.”
Polisi
melihat ambulance sudah lewat lalu melaporkan kalau Dongbaek akan segera
datang. Mereka berpikir kalau pergi ke
kantor distrik karena di sana selalu macet, ambulance Dong Baek terus di kawal
oleh mobil polisi sampai ke rumah sakit besar.
“Kami tak terhenti oleh satu pun
lampu merah. Lalu ketulusan semua orang cukup kuat untuk membelah Laut Merah.”
Nyonya
Hong mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi
sambil menelp seperti minta bantuan seseroang,sampai di rumah sakit
besar beberapa dokter sudah menunggunya.
“Ahli
ginjal terkenal yang terkadang muncul di TV, bisa bercerai dua kali dengan
bantuan Ja-yeong.”
Pil Goo
makan dirumah Nyonya Park, Sementara Nyonya Park memeriksa tas Pil Goo
memberitahu agar jangan lupa membawa buku tugasnya. Jun Gi terlihat berdoa
sebelum makan, Pil Goo heran karena Jung Gi bisa berdoa. Jung Gi tahu kalau
nenek Pil Goo sedang sakit. Pil Goo akhirnya ikut berdoa.
Setelah
kejadian kecelakan, KOTAK SUMBANGAN BALA KESELAMATAN yang tadinya kosong akhirnya terisi oleh orang yang datang ke
rumah sakit dan Sumbangan yang tiba-tiba terkumpul.
Seorang
pria mengantarkan paket ke rumah sakit lalu mengantar ke sebuah rumah menaiki
tangga. Ia melihat pesan yang dituliskan penerima [MAAF TIDAK ADA LIFT DI SINI]
wajahnya tersenyum menerima minuman juga yang diberikan.
“Kebaikan-kebaikan
kecil yang dilakukan orang baik.’
Dong Baek
sedang duduk di ruangan dengan baju rumah sakit, sambil membaca pesan grup di
ponselnya.
“Aku
memberi makan Pil-gu dan mengantarnya ke sekolah. Aku juga memeriksa buku
tugasnya. Aku selesai membersihkan kulkas di Camellia. Aku membuang bawangnya karena
sudah busuk. Jaga dirimu. Warga mengumpulkan uang untuk membantu operasi Kirimkan
nomor rekening bankmu.”
“Ini hanya hasil dari kebaikan yang
kau lakukan. Kau mengira ini keajaiban.”
Nyonya Jo
akhirnya mulai operasi. “Sebelum mati, kau bermimpi. Di mimpi itu, kau kembali ke saat
yang paling kau sesali. Lalu di mimpi terakhir itu...Aku membuat pilihan
berbeda.”
Nyonya Jo
akan menaiki taksi meninggalkan Dong Baek didepan panti asuhan, saat itu
melihat bayangan Dong Baek yang masih menatapnya. Saat itu juga Nyonya Jo
langsung berbalik arah kepada Dong Baek.
“Aku pasti
sudah gila... Bagaimana bisa aku meninggalkanmu di sini? Maafkan aku... Maafkan
aku, Dongbaek.” Ucap Nyonya Jo memeluk Dong Baek seperti menyesal
meninggalkanya. Dong Baek dengan
senyumanya merasa tak masalah.
“Kukira
beban itu terangkat dari dadaku. Kukira aku akan ada di surga saat terbangun.”
Dokter
memberitahu Tanda-tanda vitalnya stabil, dia sudah siuman. Saat itu Nyonya Jo
membuka matanya, saat itu terdengar kegaduhan pada ranjang disebelahnya.
Perawat datang mengeluh kalau ini mengganggu sekali.
“Kubilang
kalian tak boleh melakukannya di sini. Ranjang pasien untuk satu orang. Dua orang tak boleh tidur di sini.” Ucap
Perawat membuka tirai melihat Dong Baek dan Yong Sik tidur dalam satu ranjang.
“Tapi aku
bangun di kekacauan.” Gumam Nyonya Jo melihat keduanya dalam satu ranjang.
“Tapi Yong-sik
bilang punggungnya sakit, jadi, kubiarkan dia.” Kata Dong Baek.
“Lupakan
Yong-sik-mu... Aku tak peduli siapa dia.” Keluh si perawat. Nyonya Jo akhirnya
bertanya apa yang mereka lakukan.
Saat itu
Dong Baek dan Yong Sik kaget melihat Nyonya Jo sudah sadar. Dong Baek langsung
turun dari ranjangnya. Yong Sik pun meminta agar dipanggilkan Dokter Hong. Dong
Baek mengeluh kalau ibunya tidur lama
sekali karena membuatnya sangat ketakutan.
“Siapa
yang menyuruhmu melakukan ini? Siapa? Bagaimana aku bisa hidup sekarang karena
kau melakukan ini?” ucap Nyonya Jo setelah melihat perut Dong Baek yang
diperban.
“Ibu... Putrimu
tidak sesial itu.” Ucap Dong Baek memeluk ibunya dengan wajah bahagia.
Flash Back
Dong Baek
berjalan pulang dengan ibunya kalau peluang ini menurun hanya 50 persen jadi aku
bisa menang melawan 50 persen. Tapi Nyonya Jo merasa tak percaya mendengarnya.
Dong baek menyakinkan ibunya kalau sudah melakukan tes gen dengan dokter
terbaik di rumah sakit terkenal di Seoul dan baik-baik saja.
“Aku Tak
masalah memberikannya untukmu.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo malah mengomel
“Astaga,
andai aku tahu, aku simpan saja uangnya di bank.Kenapa dana pokok saja yang
dikembalikan dari pembatalan asuransi? Para bedebah itu.” Ucap Nyonya Jo kesal
“Apa Karena
itu kau marah?” tanya Dong Baek. Nyonya Joakhirnay meminta agar memanggil si
pria kacang. Dong Baek memberitahu kalau Tuan o sibuk belakangan ini.
Tuan No
menarik Nyonya Hong yang masuk ke depan rumahnya lalu membuka pintu. Nyonya
Hong seperti sedikit sadar dan menyuruh Tuan No untuk pergi. Tuan No pikir tak
masalah tapi menurutnya jika tidur sendirian saat mabuk, maka bisa mati.
“Kau sungguh
bisa mati. Bahkan wanita muda dan sehat takkan selamat jika muntah dan diare.
Apa Kau paham maksudku? Ayolah.” Ucap Tuan No mencoba masuk.
“Kau
boleh masuk jika berani.” Ucap Nyonya Hong menarik hidung Tuan No lalu masuk
dengan meningalkan sepatuna. Tuan No melihat sepatu yang dipakai oleh Tuan No.
[MEI 2010]
Nyonya
Hong memakai sepatu yang sama saat bertemu dengan Tuan No dicafe. Tuan No
mengaku Ibunya meminta kencan buta dengan pengacara, penasaran kenapa Nyonya Jo
mau melakukanya. Nyonya Hong hanya diam saja menatap Tuan No
“Tentu saja,
aku akan lakukan hal besar di masa depan, tapi saat ini, perjalanan kita agak
berbeda, jadi...” kata Tuan No yang langsung disela oleh Nyonya Hong
“Apa Tak
kenal aku?” tanya Nyonya Hong, Tuan No terlihat bingung. Nyonya Hong mengaku kenal Tuan No sejak SMA.
“Apa Kau
masuk SMA Teknik Ongsan?” kata Tuan No, Nyonya Hong mengaku lebih tua darinya.
Tuan No seperti tak enak hati karena terlalu banyak bicara.
“Kita
satu akademi.” Kata Nyonya Hong. Tuan No pikir benar lalu bertanya apakah
akademi persiapan
“Kau tak
akan kenal aku. Aku hanya belajar,dan kau melakukan semua kecuali belajar.”
Kata Nyonya Hong. Tuan No hanya tertunduk diam.
Keduanya
keluar restoran, TuanNo mengaku tak percaya punya kenalan pengacara dan Jika
mereka satu akademi jadi sama saja seperti satu sekolah. Ia pikir Hidup adalah
tentang memiliki koneksi bagus karena menurutnya Jika Nyonya Hong punya kenalan
sepertiknya maka akan mudah membuka bisnis di Ongsan.
“Apa Kau
berkencan buta untuk mencari kenalan?” ucap Nyonya Hong melihat Tuan No aka
masuk mobil. Tuan No terlihat bingung.
“Aku
datang karena kau... Apa Kau pergi dengan mobilmu? Masuk mobilku.” Ucap Nyonya
Hong. Tuan No makin bingung.
Nyonya
Hong menyurh Tuan No masuk. Tuan No baru saja selesai olahraga terlihat bingung
menyuruh agar masuk. Nyonya Hong menyuruh Tuan No masuk dengan mengajaknya mie.
Tuan No setuju tapi karena baru main sepak bola, jadi ingin mandi dahulu...
“Masuk
saja... Aku tak mengencanimu karena rupamu.” Kata Nyonya Hong. Tuan No melonggo
bingung.
Mereka
akhirnya makan sup kerang, Nyonya Hong meminta sebotol soju. Tuan No pikir
kalau akan mengantar Nyonya Hong untuk pulang. Mereka akhirnya pergi ke
minimarket. Tuan No seperti hanya ingin memberli cemilan.
“Beli
sikat gigi.” Kata Nyonya Hong. Tuan No bingung. Nyonya Hong blakan mengajak
agar menginap saja. Tuan No melonggo.
“Apa Kau
tak mau?” ucap Nyonya Hong. Akhirnya Tuan No membeli semua peralatan untuk
menginap semalam.
“Gye
Tae... Ayo lakukan di bulan Maret.” Kata Nyonya Hong. Tuan No kage dan bingung.
“Pernikahan
kita... Apa Kau tak mau?” tanya Nyonya Hong. Tuan No menjawab mau melakukanya.
Keduanya
akhirnya berjalan dipantai, Nyonya Hong meminat Tuan No mengulurkan tanganya.
Keduanya pun saling mengenggam tangan. Tuan No ingin tahu alasan Nyonya Hong
ingin menikahinya meski teman-temannya itu semua hakim dan jaksa.
“Aku
merasa nyaman saat bersamamu. Kau tak membuatku menebak-nebak.” Ucap Nyonya
Hong.
“"Menebak-nebak"?”
kata Tuan No bingung. Nyonya Hong mengaku Tuan No itu membuatnya nyaman jadi
sangat menyukainya.
“Pada
momen-momen tertentu, rambut keritingmu mengingatkanku pada Orlando Bloom. Aku
pasti sudah gila.” Ucap Nyonya Hong
“Lalu...Aku
akan bicara santai.” Kata Tuan No. Nyonya Hong pun menantang kalau memang
berani sambil memecet hidungnya. Tuan No langsung membalas denga menoyor kepala
Nyonya Hong lalu bergegas pergi karena Nyonya Hong yang memulai lebih dulu.
Nyonya
Hong berbaring disofa sambil mengeluh kalau
Gyu-tae tak punya keberanian. Saat itu Tuan No masuk membawa sepatu
Nyonya Hong ke dalam rumah. Nyonya Hong kaget melihat Tuan No yang berani masuk
ke dalam rumahnya.
“Ja-yeong...”
kata Tuan No. Nyonya Hong bertanya Apa masalahnya. Keduanya saling memanggil
nama, sampai akhirnya nyonya Hong menarik Tuan No. Keduanya pun saling berciuman.
Nyonya Hong mengeluh agar berhati-hati.
Didepan
kantor polisi terlihat pemberitahuan [SILAKAN MENJEMUR CABAI DI DEPAN KANTOR
POLISI] Yong Sik dkk membantu menjemur cabai, Tuan Byun mengeluh dengan Yong
Sik yang ingn menikah di Hotel, karena
Orang lebih memilih pernikahan kecil saat ini.
“Dongbaek
sudah hidup sederhana lebih dari 30 tahun. Dia pantas dapat pernikahan besar
Aku sudah memesan kamar suite di Hotel Turis Ongsan.” Ucap Yong Sik
“Lalu bagaimana
dengan buket bunganya?” tanya Tuan Byun. Yong Sk mengaku akan mengadakan pernikahan terbesar di Ongsan.
“Siapa
yang akan mendapat buket bunganya?” tanya Tuan Byun. Yong Sik pikir akan
berikan buketnya kepada Helena.
“Kenapa
memberikannya kepada Helena? Berikan kepada Yeong-sim.” Kata Tuan Byun.
“Kenapa
berikan kepadanya?” tanya Yong Sik bingung. Tuan Byun tetap meminta agar Berikan
buketnya kepada Yeong-sim dan Turuti permintaanya.
“Kukira
tugasmu adalah membantu anjingnya. Aku tak tahu kau ingin mendekatinya.Astaga.”
ejek Yong Sik
“Aku juga
tahu cara mencintai...Aku juga pria lajang.” Kata Tuan Byun malu dan langsung
masuk kantor.
“Hei, kau
mau ke mana? Apa Kau malu?” ejek Yong Sik. Saat itu polisi lain sibuk melihat
ponselnya memberitahu kalauini kejutan besar.
“Aku tak
menduganya... Pembunuh sup ikan tertangkap. Coba Lihat.” Kata Polisi
memperlihatkan ponselnya.
[PEMBUNUH
MENCOBA MEMBUNUH SEMUA DENGAN PESTISIDA KARENA MENGABAIKANNYA] Yong Sik membaca
berita merasa tak percaya Ada yang membunuh karena kesal dan Ada yang membunuh
karena direndahkan. Ia pikir kalau Mereka semua sudah gila.
“Tuan
Hwang, apa kau sibuk? Masalahnya, dia ingin bertemu denganmu lagi.” Kata
Detektif Kim. Yong Sik mengeluh apakah itu lagi.
Yong Sik
menemui Heung Sik, dengan wajah kesal ingin tahu alasan ingin bertemu, dan
bepikir Heung Sik masih ingin mengoceh. Heung Sik mengaku tak membunuh enam
orang. Yong Sik terlihat bingung. Heung Sik mengaku Pria pengantar makanan
Tiongkok.
“Aku tak
membunuhnya. Tapi seseorang membuatnya tampak seperti itu. Karena itu Ayah kira
itu aku.” Kata Heung Sik
“Hei...
Hentikan omong kosongmu. Jika kau membunuh lima, kau bisa...” ucap Yong Sik
“Tentu
saja bisa... Tentu bisa, bahkan lebih... Lalu sepertiku, jika seseorang
membunuh satu orang, mereka bisa membunuh sepuluh orang.” Kata Heung Sik
“Kenapa
kau memberitahuku semua ini?”tanya Yong Sik. Heung Sik mengaku selalu benci
karena Yong Sik mengira dunia tempat yang indah dan polos sejak mereka masih
kecil.
Jadi, kurasa
aku harus memberitahumu... Pengusil ada di mana-mana. Siapa pun bisa menjadi
dia. Mereka akan terus muncul. Kudengar orang sudah berhenti mencari Pengusil. Seseorang
membunuh sepuluh orang dengan pestisida di sup ikan. Begitulah keadaannya.” Kata
Heung Sik mengejek.
“Hei,
Heung-sik... Kurasa kau ingin meninggalkan sedikit... Sedikit perasaan curiga
di akhir kasusmu. Tapi aku akan berikan jawaban. Akan Lebih banyak orang
seperti kalian atau kami?” ucap Yong Sik
“Orang
jahat hanya satu dari seratus, tapi orang baik akan terus berkembang. Bahkan di
film, di adegan terakhir, polisi akan memastikan mereka selalu datang
berkelompok. Kami datang berkelompok. Tak peduli seberapa jauh kalian usil,
maka kalian akan selalu kalah jumlah.” Jelas Yong Sik.
“Itu
hukum angka< dan kalian akan selalu kalah. Kami yang dominan.”
Nyonya
Jung membawa makana dengan menegaskan kalau
mendukung Dongbaek dan pelaku tak ada yang dibasa dilakukan , bhakn Tak
bisa kalahkan mereka. Nyonya Kim pasti
pengusil tak bisa menang melawan kelompok besar.
“Kita
adalah orang-orang yang membentuk kelompok dan mengalahkan telak hakim lokal. Begitulah
adanya.” Ucap Nyonya Park
“Aku tak
percaya tinggal dengan preman.” Komentar Ayah Jung Gi sperti terindas.
Nyonya
Jung membawa makanan ke dalam bar Dong Baek agar makan lebih dulu. Beberapa
orang sedang memasang jendela untuk Dong Baek. Ibu Dong Baek seperti sudah
sangat sehat. Dong Baek memastikan kalau
tempat ii sungguh tempat mereka.
“Tuan No,
Apa kau yakin aku tak perlu lagi membayar
sewa?” tanya Dong Baek memastikan. Tuan No mengaku sudah tak perlu.
“Kubilang
aku akan lakukan setidaknya satu hal untukmu.” Kata Nyonya Jo
“Ibuku
akhirnya melihat impiannya terwujud.” Gumam Dong Baek bahagia.
“Lalu
Dongbaek...juga melihat impiannya terwujud”
Dong Baek
melihat sesuatu lalu bertanya apakah mereka akan membuang kotak yang ada didepanya. Tuan No membenarkan.
Flash Back
Dong Baek
heran Yong Sik yang ingin tahu impiannya lalu menujuk ke sebuah ruangan. Yong
Sik bingung Dong Baek menunjuk Pusat Barang Hilang dan ingin tahu alasanya.
Dong Baek mengaku Semua selalu mengatakannya di sana.
“Setiap
kau menemukan sesuatu untuk mereka, mereka bilang itu. Terima kasih...Mereka
selalu berterima kasih.” Ucap Yong Sik.
**
Didepan
bar, terlihat sebuah kotak dengan tertulis “Saat kau tak di rumah, Dongbaek bisa terima paketmu. Dongbaek
mulai menyediakan layanan untuk menggunakan kuasanya.” Nyonya Jung mencari kotak dimilik Dong Baek lalu
mengucapkan terimakasih.
“Dongbaek,
terima kasih.” Ucap Helena mengambil barang titipanya. Setelah suami Nyonya
Park mengambil barangnya.
“Aku
simpan di sini diam-diam sejak dua hari lalu.” Kata Dong Baek. Tuan Park pun
mengucapkan Terima kasih banyak.
“Aku akan
kirim satu lagi kemari diam-diam.” kata Dong Baek. Tuan Park pu mengucapkan
terimakasih.
Dongbaek
tersenyum melihat Yong Sik yang datang, keduanya terlihat seperti pasangan
bahagia. Yong Sik ebrtanya Berapa kali orang berterima kasih hari ini. Dong
Baek memberitahu itu sudah Tujuh kali. Didalam bar, Jung Ryul memberikan buku
tabungan diatas meja.
“Apa?
Kenapa kau sudah memberinya warisan?” ejek Yong Sik. Jong Ryul pikir akan
katakan sekali, jadi, dengarkan.
“Di sini
ada lima juta won.” Kata Jong Ryul. Keduanya kaget jumlahnya Lima juta won
“Dongbaek,
ambil saja.” Kata Jong Ryul. Yong Sik juga berpikir Dong baek bisa ambil saja.
“Kukira
kau berpenghasilan beberapa miliar, tapi kurasa kau cukup pelit.” Ejek Yong Sik
“Akan selalu
ada lima juta won di sini. Maka Jika kau pakai 50.000 won, kau akan lihat lima
juta, bukan 4,95 juta... Pakai satu juta, tetap ada lima juta. Sekalipun kau
habiskan lima juta, ini segera terisi lagi.” Jelas Jong Ryul.
“Ini
seperti kuali ajaib tempat kau bisa dapat lima juta won selamanya. Aku akan
membiayai Pil-gu dengan ini hingga jadi pemain liga utama.” Kata Jong Ryul.
Dong Baek bingung tapi Nyonya Jo langsung mengambil buku tabunganya. Dong Baek
mengeluh dengan sikap ibunya.
“Namun, kalian
tak bisa pakai uang itu untuk membiayai pernikahan kalian. Ini bukan Hollywood dan
aku tak sekeren itu. Itu hanya untuk Pil-gu. Jadi, jangan berani-berani gunakan
kartu ini untuk membayar pernikahan kalian.” Tegas Jong Ryuk. Yong Sik dan Dong
Baek hanya saling berpadangan.
Ibu Tuan
No sedang memasak sambil menelp Nyonya Hong kalau masak banyak sup lutut sapi.
Nyonya Hong terlihat sangat mual mendengarnya. Nyonya Hong pikir masak terlalu
banyak sup lutut sapi jadi Nyonya Hong menginginkanya.
“Ibu,
sejujurnya...” kata Nyonya Hong menahan mual. Ibu Tuan No menyurh agar Nyonya
Hong memberitahu dan berkata jujur
padanya.
“Aku tak
suka sup lutut... Itu makanan favorit Gyu-tae... Ibu, kurasa ini saatnya kau
tahu kesukaanku. Aku suka sup tulang sapi. Sup tulang sapi.” Kata Nyonya Hong
seperti mulai dekat dengan ibu mertuanya.
Tuan No
pergi ke tempat Yong Sik memanggilnya Pangsit Hwang, lalu berkomentar kalau
Yong Sik harus jaga kejujuran, kdan memeastikan memakaidaging Korea yang bagus dan
jangan mengupil saat membuat pangsit.
“Ini
karena pangsit itu untuk seseorang yang penting.” Kata Tuan No. Yong Sik
membuka kedai pangsit depan bar.
“Siapa? Apa
Putra tunggal generasi ketiga klan Pungsan No? Lagipula Kenapa aku mengupil
saat membuat pangsit?” keluh Yong Sik
“Tunggu,
Kenapa kau terus bicara tak sopan padaku? Kapan kau lulus kuliah?” keluh Tuan
No. Yong Sik mengeluh bertanya apaah Tuan No itu kuliah?
“Aku
tetap lebih tua darimu!” tegas Tuan No. Yong Sik mengaku bicara santai dengan
temannya.
“Harus
kuhentikan?” ejek Yong Sik. Tuan No bisa sedikit tersenyum dan lalu mengaku terserah.
“Apa Aku
harus berhenti bicara santai?” tanya Yong Sik kembali. Tuan No menjawab tak
perlu.
“Kuberi
kau satu porsi lagi gratis... Ini untuk kalian bertiga.” Kata Yong Sik.
“Salah satu tim kembali ke
permulaan. Sementara, tim yang lain berusaha keras menjadi dewasa.”
Disebuah
cafe, es krim mangga terlihat diatas meja. Jong Ryul duduk dengan Jessica lalu
menyuruh agar ambil foto makanan lebih dulu. Jessica menolak dengan wajah tertunduk
karena sudah berhenti dari media sosial.
Jong Ryul pikir akan mulai makan.
“Kenapa
makan dari tengah? Kau bisa mulai dari samping.” Keluh Jessia melihat Jong Ryul
mulai makan
“Karena
itu kuminta kau ambil foto. Aku tak minta berhenti media sosial. Kau bisa
lakukan secukupnya.” Jelas Jong Ryul
“Bagaimana
bisa? Media sosial seperti alat bantu napasku. Semua di media sosial memujiku
dan berkata aku cantik. Mereka semua iri padaku.” Ucap Jessica
“Orang
masih menulis komentar di media sosialmu, memberimu semangat.”kata Jong Ryul
“Bukan
itu yang ingin kudengar. Aku ingin orang iri padaku.” Ungkap Jessica.
“Orang-orang
sangat baik saat menghiburmu, 'kan?” pikir Jong Ryul. Jssica pikir Semua
berusaha menghiburnya.
“Saat aku
unggah foto berhasil diet hingga 49 kg, kurang dari 100 yang menyukainya. Tapi
kini, semua memberitahuku untuk semangat.” Jelas Jessica.
“Orang
punya masalah menunjukkan rasa irinya, tapi mereka cepat menghibur orang. Saat
rata-rata pukulanku turun, orang tiba-tiba sangat baik dan memberiku semangat. “
cerita Jong Ryul
“Lalu
kenapa? Apa Kau juga kesepian?” tanya Jessica. Jong Ryul pikir Jika ia juga
merasa seperti itu, maka keluarga mereka akan berantakan.
“Mudah saja merasa iba, tapi sulit merasa iri. Kita tahu iri dan
cemburu ada di tim yang sama. Tapi aku seputus asa itu menjadi artis, bahkan di
dunia kecil itu.”
Jong Ryul
akan mengambil foto Jessica dengan ponselnya,
Tapi Jessiac malah menangis. Jong Ryul mengeluh agar Jessica berhenti
menangis jadi akan mengambil foto dari waktu ke waktu dengan kata-kata. Jessica
mengeluh melakukan apa maksudnya.
“Aku bisa
katakan aku menyukaimu, dan kau sangat cantik.” Kata Jong Ryul merayu. Jessica
tersenyum melihatnya.
Ibu Jessica
mengeluh agar suaminya berhenti berisik saat makan. Ayah Jessica makan sendiri
dengan suara berisik dari mulutnya. Ibu Jessia mengeluh pada suaminya karena Putri
mereka sedang menderita, tapi masih berselera
makan.
“Hei, aku
membeli beras dan daging ini. Bahkan Aku membeli ini dengan uangku. Siapa kau
memerintahku?” ucap Ayah Jessica. Ibu Jessia langsung memukul kepala suaminya.
“Lalu
kenapa jika aku baru menamparmu?” kata Ibu Jessica sangat marah.
Dong Baek
masuk rumah dan Nyonya Jo pun menarik barang seperti barus aja belanja. Dong
Baek pikir kalau Bisnisnya mungkin akan
kacau jika bulan madu lima hari. Nyonya Jo menyuruh agar Pergi saja lalu merasa
Setelah diberi tahu akan mati, dunia tampak sangat indah.
“Pergilah
selagi sendimu sehat dan tak perlu tidur awal. Aku akan berakhir tidur di
jalanan. Walau kau berusaha kerasmempersiapkan hidupmu, tak menghentikan burung buang kotoran di mobilmu.”
Kata Nyonya Jo.
“Tapi aturannya kau akan dapat akhir bahagia
jika banyak menderita.” Komentar Dong Baek.
“Cinderella
dan Kong-jwi sama-sama bodoh. Bagaimana
bisa hidup seperti itu agar hidup lebih baik nanti? Akhir bahagia apanya. Jika
kau simpan makananmu, rasanya akan tidak enak. Rasa terbaik adalah saat dimakan
saat lapar. Jadi, kau harus rajin dan bahagia kapan pun kau bisa daripada
menundanya.” Ucap Nyonya Jo
“Begitu
rupanya... Itu masalahmu.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo bingung apa maksudnya.
“Kukira,
kau tak perlu berusaha keras agar bahagia. Kau tak mengejar kebahagiaanmu. Tapi
Kau menikmatinya. Tapakkan kakimu saat kau berdiri dan lihatlah sekeliling.
Coba Lihat... Ada bunga di mana-mana.” Kata Dong Baek melihat ada bunga didepan
rumahnya. Nyonya Jo mengeluh anaknya itu sok pintar.
“Hidupku seperti pohon apel yang
ditanam di pasir. Ombak selalu datang tanpa henti.Tapi aku tak punya tanah atau
pohon lain untuk digapai dan bersandar. Kini orang-orang mulai tumbuh di sekitarku.
Aku hanya menggabungkan akarku dengan mereka. Akarku menjadi sangat kuat.”
Dong Baek
duduk bergabung dengan Bibi Ongsan wajahnya terlihat bahagia. Ia lalu duduk di
bangku taman, Yong Sik datang memlambaikan tanganya. Dong Baek tersenyum
bahagia melihat Yong Sik berlari ke arahnya.
“Akhirnya aku bisa melihat angin
laut, pasir dan langit menyilaukan yang selalu ada di dekatku” Dong Baek
melihat tulisan ditanganya [PIL-GU SAYANG DONGBAEK]
“Dongbaek,
aku terkejut saat berlari ke arahmu. Kau manusia atau senter? Kenapa wajahmu
bisa bersinar seperti itu?” ucap Yong Sik mengodanya.
“Apa Sebesar
itu kau menyukaiku?” ejek Dong Baek. Yong Sik mengaku Dong Baek itu membuatnya
gila. Keduanya pun saling berpelukan.
“Bisakah
seseorang menjadi keajaiban bagi yang lain?”
“Yong-sik.
Kau tahu, Apa menurutmu pertemuan kita sebuah keajaiban?” tanya Dong Baek
“Apa Kau
percaya hal yang terdengar seperti lotre?” tanya Yong Sik. Dong Baek
mengelengkan kepala.
“Aku
percaya diriku sendiri.” Ucap Dong Baek. Yong Sik juga seperti itu lalu
mengecup bibir Dong Baek.
Keduanya
pun berjalan pulang, Yong Sik memberikan ciuman kembali, lalu berpikir menutup
Camellia sehari saja. Dong Baek menolaknya.
Pil Goo
yang sudah dewasa berjalan di lorong, sambil menelp ibunya mengaku agak sibuk sekarang jadi meminta agar
berhenti meneleponnya. Ia pun berjanji akan ke sana lalu memberitahu kalau
memang merindukanya maka bisa menyalakan TV.
“Ibu, aku
mencintaimu.” Kata Pil Goo lalu menutup telp dan membuka pintu.
Para wartawan
sudah menunggu langsung memberikan Selamat dan ingin tahu Bagaimana rasanya
bergabung di Liga Utama, Bagaimana lenganmu?
Di sebuah
rak, terlihat banyak penghargaan baseball yang dimiliki Pil Goo. Pil Goo sedang
duduk berbicara dengan wartawan mengucapkan Terima kasih. kepada semua yang
datang hari ini daan juga ingin berterima kasih kepada orang tuanya yang
menontonnya di TV.
Dong Baek
dan Yong Sik menonton sambil bergandengan tangan. Keduanay seperti sangat
bahagia melihat Pil Goo yang berhasil
“Ini
babak selanjutnya karier bisbolku. Aku akan berusaha keras dan menunjukkan hasil
yang baik. Terima kasih.” Ucap Pil Goo
Yong Sik
heran melihat Dong Baek yang menangis lagi. Dong Baek sudah memanggil Yong Sik
denga panggilan suami, berkomentar Jika dipikirkan, segalanya dalam hidupnya
adalah keajaiban.
[BISAKAH SESEORANG MENJADI KEAJAIBAN BAGI
YANG LAIN? TERIMA KASIH KEPADA KALIAN SEMUA, YANG PALING KUAT, PALING TANGGUH,
PALING LUAR BIASA, PALING PANTAS DIMULIAKAN DI DUNIA,
SERTA YANG MEMBUAT KEAJAIBANMU SENDIRI SETIAP
HARI DENGAN MENGATASI BANYAK TANTANGAN DALAM HIDUP]
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar