PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 22 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 40

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dong Baek duduk di ruang tunggu dengan wajah sedih, Perawat keluar. Dong Baek pun langsung bangun. Perawat mengeluh Dong Baek yang akan bangun setiap seseorang keluar. Dong Baek terdiam karena seperti sangat khawatir.
“Kau tetap di sana saja... Astaga, jika kau ingin masuk, beri tahu aku.” Ucap perawat lalu mengangkat telpnya.
“Kenapa kau terus meneleponku? Kau akan mengerti jika kuberi tahu nomornya?” keluh si perawat berbicara di telp lalu bergegas pergi.
“ Aku tak bisa masuk menemuinya karena dia mungkin meninggalkanku setelah melihatku.” Kata Dong Baek lalu menangis. Yong Sik melihat dari kejauhan Dong Baek tanpa bisa menghampirinya dan ia pun ikut menangis.
“Boleh aku ke sana dan duduk di sebelahmu? Begini... Maksudku, berat bagiku hanya melihatmu. Boleh aku ke sana dan duduk di sebelahmu?” kata Yong Sik berdiri agak jauh.
Dong Baek membuka dua tanganya, Yong Sik pun menghampirinya. Dong Baek pun menangsi dipelukan Yong Sik. Yong Sik juga tak bisa menahan rasa sedihnya. 



Didepan rumah sakit terlihat, ada KOTAK SUMBANGAN BALA KESELAMATAN, lalu mengeluh Tak ada lagi yang menyumbang untuk Bala Keselamatan dan orang-orang masih melakukan ini. Sementara di dalam ruang tunggu, Dong Baek terus menangis.
“Aku tak ingin melakukan ini lagi. Aku menyerah. Aku tak mau lagi pura-pura baik dan kuat. Aku hanya berusaha sekuat tenaga dalam hidup. Kenapa dunia sangat kejam padaku?” ungkap Dong Baek terus menangis.
“ Saat aku anak terbaik di panti asuhan, maka aku hanya dapat pensil dari Sinterklas. Yang lain ribut soal mereka terlahir kaya atau miskin, tapi aku bahkan tak punya kemiskinan. Sialan. Bahkan Mario dapat sesuatu setelah mengumpulkan koin di gim. Tapi kenapa aku tak dapat apa-apa?” ucap Dong Baek masih terus menangis.
“Aku lelah dan muak orang berkata, "Kau pasti bisa!" Aku selalu tak mendapatkan apa-apa. Semuanya diambil dariku. Keajaiban? Keajaiban apanya. Aku bahkan tak ingin memohon keajaiban. Aku tak akan melakukannya.”ucap Dong Baek terus menangis.
“Jangan lakukan. Jangan.. Karena ini orang salah jalan dalam hidup. Bahkan anjing dapat makanan jika bisa duduk. Tapi kenapa mereka hanya memberimu pensil?” balas Yong Sik yang ikut menangis juga.
“Aku harus bagaimana dengan ibuku?” kata Dong baek. Keduanya sama-sama menangis. 


Tiba-tiba terdengar dari luar ruangan “UPI, kode hijau. Ini darurat, suruh mereka siaga sekarang. Sekarang!” Nyonya Jo tiba-tiba dipindah ke rumah sakit, Yong Sik melihatnya langsung bertanya pada perawwat Ae Ryun, kenapa? Ada apa.
“Tidak tahu. Kami sudah memeriksa semuanya, dan kami sungguh belum yakin. Kami tidak tahu.” Ucap Perawat. Yong Sik bingung
“Dia tak mungkin bisa dioperasi, tapi jika kami tak yakin setelah semua tes... “ ucap Dokter
“Artinya kita bisa mencoba. Mereka akan mencoba. Tapi kondisinya mungkin segera memburuk, jadi, semua tergantung waktu perjalanan.” Kata Yong Sik pada Dong Baek.
Tuan No datang dengan ambulance, Yong Sik menyuruh Dong Baek segera masuk.  Perawat memberitahu kalau Nyonya Jo sudah masuk dan mengeluh pada Nyonya Jung agar berhenti meneleponya. 

Flash Back
Nyonya Jung mengeluh pada adiknya karena tak segera meneleponnya lalu menutup telp. Para bibi terlihat tegang.  Ia pun memberitahu kalau Ternyata Nyonya Jo itu punya peluang. Semua langsung bisa bernafas lega. “Yang berhak hidup atau mati ditentukan oleh takdir.” Ucap Nyonya Park. Semua menganguk setuju.
“Tapi... kita berusaha sekuat tenaga sebelum takdir memutuskannya. Hei, Gwi-ryeon... Bukankah adikmu, Ae-ryeon, bekerja di Rumah Sakit Ongsan?” kata Nyonya Park. Nyonya Jung membenarkan.
“Aku akan telepon Ae-ryeon.. Kalian juga harus menelepon kerabat kalian. Mari bertindak.” Kata Nyonya Jung. Semua pun semangat untuk membantu Nyonya Jo.
“Adik termuda kedua dari..Semua orang di Korea saling mengenal melalui kerabat.”
Mereka mencoba mencari kerabat agar bisa membantu agar Nyonya Jo dibawa ke rumah sakit lain. 

Tuan Byun menunggu dilampu merah sengaja membuat aman pengendara, dengan satu tombol bisa menghentikan semua mobil agar ambulance Dong Baek bisa terus berjalan.
“Kebanyakan hal tercapai dengan bantuan kerabatmu Orang-orang di Ongsan mulai bergerak.”
Dong Baek melihat ibunya masih tak sadarkan diri, Tuan No membantunya dengan wajah panik meminta sopir agar menyetir lebih cepatd dan ia akan bertanggung jawab.
“Sementara, Gyu-tae berhasil mendapat ambulans dengan perlengkapan medis terbaik di negeri ini.”
Polisi melihat ambulance sudah lewat lalu melaporkan kalau Dongbaek akan segera datang. Mereka berpikir kalau  pergi ke kantor distrik karena di sana selalu macet, ambulance Dong Baek terus di kawal oleh mobil polisi sampai ke rumah sakit besar. 
“Kami tak terhenti oleh satu pun lampu merah. Lalu ketulusan semua orang cukup kuat untuk membelah Laut Merah.”
Nyonya Hong mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi  sambil menelp seperti minta bantuan seseroang,sampai di rumah sakit besar beberapa dokter sudah menunggunya.
“Ahli ginjal terkenal yang terkadang muncul di TV, bisa bercerai dua kali dengan bantuan Ja-yeong.”
Pil Goo makan dirumah Nyonya Park, Sementara Nyonya Park memeriksa tas Pil Goo memberitahu agar jangan lupa membawa buku tugasnya. Jun Gi terlihat berdoa sebelum makan, Pil Goo heran karena Jung Gi bisa berdoa. Jung Gi tahu kalau nenek Pil Goo sedang sakit. Pil Goo akhirnya ikut berdoa.



Setelah kejadian kecelakan, KOTAK SUMBANGAN BALA KESELAMATAN yang tadinya kosong  akhirnya terisi oleh orang yang datang ke rumah sakit dan Sumbangan yang tiba-tiba terkumpul.
Seorang pria mengantarkan paket ke rumah sakit lalu mengantar ke sebuah rumah menaiki tangga. Ia melihat pesan yang dituliskan penerima [MAAF TIDAK ADA LIFT DI SINI] wajahnya tersenyum menerima minuman juga yang diberikan.
“Kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan orang baik.’
Dong Baek sedang duduk di ruangan dengan baju rumah sakit, sambil membaca pesan grup di ponselnya.
“Aku memberi makan Pil-gu dan mengantarnya ke sekolah. Aku juga memeriksa buku tugasnya. Aku selesai membersihkan kulkas di Camellia. Aku membuang bawangnya karena sudah busuk. Jaga dirimu. Warga mengumpulkan uang untuk membantu operasi Kirimkan nomor rekening bankmu.”
“Ini hanya hasil dari kebaikan yang kau lakukan. Kau mengira ini keajaiban.” 


Nyonya Jo akhirnya mulai operasi. “Sebelum mati, kau bermimpi. Di mimpi itu, kau kembali ke saat yang paling kau sesali. Lalu di mimpi terakhir itu...Aku membuat pilihan berbeda.”
Nyonya Jo akan menaiki taksi meninggalkan Dong Baek didepan panti asuhan, saat itu melihat bayangan Dong Baek yang masih menatapnya. Saat itu juga Nyonya Jo langsung berbalik arah kepada Dong Baek.
“Aku pasti sudah gila... Bagaimana bisa aku meninggalkanmu di sini? Maafkan aku... Maafkan aku, Dongbaek.” Ucap Nyonya Jo memeluk Dong Baek seperti menyesal meninggalkanya.  Dong Baek dengan senyumanya merasa tak masalah.
“Kukira beban itu terangkat dari dadaku. Kukira aku akan ada di surga saat terbangun.” 

Dokter memberitahu Tanda-tanda vitalnya stabil, dia sudah siuman. Saat itu Nyonya Jo membuka matanya, saat itu terdengar kegaduhan pada ranjang disebelahnya. Perawat datang mengeluh kalau ini mengganggu sekali.
“Kubilang kalian tak boleh melakukannya di sini. Ranjang pasien untuk satu orang.  Dua orang tak boleh tidur di sini.” Ucap Perawat membuka tirai melihat Dong Baek dan Yong Sik tidur dalam satu ranjang.
“Tapi aku bangun di kekacauan.” Gumam Nyonya Jo melihat keduanya dalam satu ranjang.
“Tapi Yong-sik bilang punggungnya sakit, jadi, kubiarkan dia.” Kata Dong Baek.
“Lupakan Yong-sik-mu... Aku tak peduli siapa dia.” Keluh si perawat. Nyonya Jo akhirnya bertanya apa yang mereka lakukan.
Saat itu Dong Baek dan Yong Sik kaget melihat Nyonya Jo sudah sadar. Dong Baek langsung turun dari ranjangnya. Yong Sik pun meminta agar dipanggilkan Dokter Hong. Dong Baek mengeluh kalau ibunya tidur  lama sekali karena membuatnya sangat ketakutan.
“Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Siapa? Bagaimana aku bisa hidup sekarang karena kau melakukan ini?” ucap Nyonya Jo setelah melihat perut Dong Baek yang diperban. 
“Ibu... Putrimu tidak sesial itu.” Ucap Dong Baek memeluk ibunya dengan wajah bahagia. 


Flash Back
Dong Baek berjalan pulang dengan ibunya kalau peluang ini menurun hanya 50 persen jadi aku bisa menang melawan 50 persen. Tapi Nyonya Jo merasa tak percaya mendengarnya. Dong baek menyakinkan ibunya kalau sudah melakukan tes gen dengan dokter terbaik di rumah sakit terkenal di Seoul dan baik-baik saja.
“Aku Tak masalah memberikannya untukmu.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo malah mengomel
“Astaga, andai aku tahu, aku simpan saja uangnya di bank.Kenapa dana pokok saja yang dikembalikan dari pembatalan asuransi? Para bedebah itu.” Ucap Nyonya Jo kesal
“Apa Karena itu kau marah?” tanya Dong Baek. Nyonya Joakhirnay meminta agar memanggil si pria kacang. Dong Baek memberitahu kalau Tuan o sibuk belakangan ini.


Tuan No menarik Nyonya Hong yang masuk ke depan rumahnya lalu membuka pintu. Nyonya Hong seperti sedikit sadar dan menyuruh Tuan No untuk pergi. Tuan No pikir tak masalah tapi menurutnya jika tidur sendirian saat mabuk, maka bisa mati.
“Kau sungguh bisa mati. Bahkan wanita muda dan sehat takkan selamat jika muntah dan diare. Apa Kau paham maksudku? Ayolah.” Ucap Tuan No mencoba masuk.
“Kau boleh masuk jika berani.” Ucap Nyonya Hong menarik hidung Tuan No lalu masuk dengan meningalkan sepatuna. Tuan No melihat sepatu yang dipakai oleh Tuan No. 

[MEI 2010]
Nyonya Hong memakai sepatu yang sama saat bertemu dengan Tuan No dicafe. Tuan No mengaku Ibunya meminta kencan buta dengan pengacara, penasaran kenapa Nyonya Jo mau melakukanya. Nyonya Hong hanya diam saja menatap Tuan No
“Tentu saja, aku akan lakukan hal besar di masa depan, tapi saat ini, perjalanan kita agak berbeda, jadi...” kata Tuan No yang langsung disela oleh Nyonya Hong
“Apa Tak kenal aku?” tanya Nyonya Hong, Tuan No terlihat bingung.  Nyonya Hong mengaku kenal Tuan No sejak SMA.
“Apa Kau masuk SMA Teknik Ongsan?” kata Tuan No, Nyonya Hong mengaku lebih tua darinya. Tuan No seperti tak enak hati karena terlalu banyak bicara.
“Kita satu akademi.” Kata Nyonya Hong. Tuan No pikir benar lalu bertanya apakah akademi persiapan
“Kau tak akan kenal aku. Aku hanya belajar,dan kau melakukan semua kecuali belajar.” Kata Nyonya Hong. Tuan No hanya tertunduk diam. 

Keduanya keluar restoran, TuanNo mengaku tak percaya punya kenalan pengacara dan Jika mereka satu akademi jadi sama saja seperti satu sekolah. Ia pikir Hidup adalah tentang memiliki koneksi bagus karena menurutnya Jika Nyonya Hong punya kenalan sepertiknya maka akan mudah membuka bisnis di Ongsan.
“Apa Kau berkencan buta untuk mencari kenalan?” ucap Nyonya Hong melihat Tuan No aka masuk mobil. Tuan No terlihat bingung.
“Aku datang karena kau... Apa Kau pergi dengan mobilmu? Masuk mobilku.” Ucap Nyonya Hong. Tuan No makin bingung. 

Nyonya Hong menyurh Tuan No masuk. Tuan No baru saja selesai olahraga terlihat bingung menyuruh agar masuk. Nyonya Hong menyuruh Tuan No masuk dengan mengajaknya mie. Tuan No setuju tapi karena baru main sepak bola, jadi ingin mandi dahulu...
“Masuk saja... Aku tak mengencanimu karena rupamu.” Kata Nyonya Hong. Tuan No melonggo bingung. 

Mereka akhirnya makan sup kerang, Nyonya Hong meminta sebotol soju. Tuan No pikir kalau akan mengantar Nyonya Hong untuk pulang. Mereka akhirnya pergi ke minimarket. Tuan No seperti hanya ingin memberli cemilan.
“Beli sikat gigi.” Kata Nyonya Hong. Tuan No bingung. Nyonya Hong blakan mengajak agar menginap saja. Tuan No melonggo.
“Apa Kau tak mau?” ucap Nyonya Hong. Akhirnya Tuan No membeli semua peralatan untuk menginap semalam. 

“Gye Tae... Ayo lakukan di bulan Maret.” Kata Nyonya Hong. Tuan No kage dan bingung.
“Pernikahan kita... Apa Kau tak mau?” tanya Nyonya Hong. Tuan No menjawab mau melakukanya.
Keduanya akhirnya berjalan dipantai, Nyonya Hong meminat Tuan No mengulurkan tanganya. Keduanya pun saling mengenggam tangan. Tuan No ingin tahu alasan Nyonya Hong ingin menikahinya meski teman-temannya itu semua hakim dan jaksa.
“Aku merasa nyaman saat bersamamu. Kau tak membuatku menebak-nebak.” Ucap Nyonya Hong.
“"Menebak-nebak"?” kata Tuan No bingung. Nyonya Hong mengaku Tuan No itu membuatnya nyaman jadi sangat menyukainya.
“Pada momen-momen tertentu, rambut keritingmu mengingatkanku pada Orlando Bloom. Aku pasti sudah gila.” Ucap Nyonya Hong
“Lalu...Aku akan bicara santai.” Kata Tuan No. Nyonya Hong pun menantang kalau memang berani sambil memecet hidungnya. Tuan No langsung membalas denga menoyor kepala Nyonya Hong lalu bergegas pergi karena Nyonya Hong yang memulai lebih dulu.


Nyonya Hong berbaring disofa sambil mengeluh kalau  Gyu-tae tak punya keberanian. Saat itu Tuan No masuk membawa sepatu Nyonya Hong ke dalam rumah. Nyonya Hong kaget melihat Tuan No yang berani masuk ke dalam rumahnya.
“Ja-yeong...” kata Tuan No. Nyonya Hong bertanya Apa masalahnya. Keduanya saling memanggil nama, sampai akhirnya nyonya Hong menarik Tuan No. Keduanya pun saling berciuman. Nyonya Hong mengeluh agar berhati-hati. 

Didepan kantor polisi terlihat pemberitahuan [SILAKAN MENJEMUR CABAI DI DEPAN KANTOR POLISI] Yong Sik dkk membantu menjemur cabai, Tuan Byun mengeluh dengan Yong Sik yang ingn menikah di Hotel, karena  Orang lebih memilih pernikahan kecil saat ini.
“Dongbaek sudah hidup sederhana lebih dari 30 tahun. Dia pantas dapat pernikahan besar Aku sudah memesan kamar suite di Hotel Turis Ongsan.” Ucap Yong Sik
“Lalu bagaimana dengan buket bunganya?” tanya Tuan Byun. Yong Sk mengaku  akan mengadakan pernikahan terbesar di Ongsan.
“Siapa yang akan mendapat buket bunganya?” tanya Tuan Byun. Yong Sik pikir akan berikan buketnya kepada Helena.
“Kenapa memberikannya kepada Helena? Berikan kepada Yeong-sim.” Kata Tuan Byun.
“Kenapa berikan kepadanya?” tanya Yong Sik bingung. Tuan Byun tetap meminta agar Berikan buketnya kepada Yeong-sim dan Turuti permintaanya.
“Kukira tugasmu adalah membantu anjingnya. Aku tak tahu kau ingin mendekatinya.Astaga.” ejek Yong Sik
“Aku juga tahu cara mencintai...Aku juga pria lajang.” Kata Tuan Byun malu dan langsung masuk kantor.
“Hei, kau mau ke mana? Apa Kau malu?” ejek Yong Sik. Saat itu polisi lain sibuk melihat ponselnya memberitahu kalauini kejutan besar.
“Aku tak menduganya... Pembunuh sup ikan tertangkap. Coba Lihat.” Kata Polisi memperlihatkan ponselnya.
[PEMBUNUH MENCOBA MEMBUNUH SEMUA DENGAN PESTISIDA KARENA MENGABAIKANNYA] Yong Sik membaca berita merasa tak percaya Ada yang membunuh karena kesal dan Ada yang membunuh karena direndahkan. Ia pikir kalau Mereka semua sudah gila.
“Tuan Hwang, apa kau sibuk? Masalahnya, dia ingin bertemu denganmu lagi.” Kata Detektif Kim. Yong Sik mengeluh apakah itu lagi. 



Yong Sik menemui Heung Sik, dengan wajah kesal ingin tahu alasan ingin bertemu, dan bepikir Heung Sik masih ingin mengoceh. Heung Sik mengaku tak membunuh enam orang. Yong Sik terlihat bingung. Heung Sik mengaku Pria pengantar makanan Tiongkok.
“Aku tak membunuhnya. Tapi seseorang membuatnya tampak seperti itu. Karena itu Ayah kira itu aku.” Kata Heung Sik
“Hei... Hentikan omong kosongmu. Jika kau membunuh lima, kau bisa...” ucap Yong Sik
“Tentu saja bisa... Tentu bisa, bahkan lebih... Lalu sepertiku, jika seseorang membunuh satu orang, mereka bisa membunuh sepuluh orang.” Kata Heung Sik
“Kenapa kau memberitahuku semua ini?”tanya Yong Sik. Heung Sik mengaku selalu benci karena Yong Sik mengira dunia tempat yang indah dan polos sejak mereka masih kecil.
Jadi, kurasa aku harus memberitahumu... Pengusil ada di mana-mana. Siapa pun bisa menjadi dia. Mereka akan terus muncul. Kudengar orang sudah berhenti mencari Pengusil. Seseorang membunuh sepuluh orang dengan pestisida di sup ikan. Begitulah keadaannya.” Kata Heung Sik mengejek.
“Hei, Heung-sik... Kurasa kau ingin meninggalkan sedikit... Sedikit perasaan curiga di akhir kasusmu. Tapi aku akan berikan jawaban. Akan Lebih banyak orang seperti kalian atau kami?” ucap Yong Sik
“Orang jahat hanya satu dari seratus, tapi orang baik akan terus berkembang. Bahkan di film, di adegan terakhir, polisi akan memastikan mereka selalu datang berkelompok. Kami datang berkelompok. Tak peduli seberapa jauh kalian usil, maka kalian akan selalu kalah jumlah.” Jelas Yong Sik.
“Itu hukum angka< dan kalian akan selalu kalah. Kami yang dominan.”

Nyonya Jung membawa makana dengan menegaskan kalau  mendukung Dongbaek dan pelaku tak ada yang dibasa dilakukan , bhakn Tak bisa kalahkan mereka.  Nyonya Kim pasti pengusil tak bisa menang melawan kelompok besar.
“Kita adalah orang-orang yang membentuk kelompok dan mengalahkan telak hakim lokal. Begitulah adanya.” Ucap Nyonya Park
“Aku tak percaya tinggal dengan preman.” Komentar Ayah Jung Gi sperti terindas. 
Nyonya Jung membawa makanan ke dalam bar Dong Baek agar makan lebih dulu. Beberapa orang sedang memasang jendela untuk Dong Baek. Ibu Dong Baek seperti sudah sangat sehat.  Dong Baek memastikan kalau tempat ii sungguh tempat mereka.
“Tuan No,  Apa kau yakin aku tak perlu lagi membayar sewa?” tanya Dong Baek memastikan. Tuan No mengaku sudah tak perlu.
“Kubilang aku akan lakukan setidaknya satu hal untukmu.” Kata Nyonya Jo
“Ibuku akhirnya melihat impiannya terwujud.” Gumam Dong Baek bahagia.
“Lalu Dongbaek...juga melihat impiannya terwujud”
Dong Baek melihat sesuatu lalu bertanya apakah mereka akan membuang kotak  yang ada didepanya. Tuan No membenarkan. 

 Flash Back
Dong Baek heran Yong Sik yang ingin tahu impiannya lalu menujuk ke sebuah ruangan. Yong Sik bingung Dong Baek menunjuk Pusat Barang Hilang dan ingin tahu alasanya. Dong Baek mengaku Semua selalu mengatakannya di sana.
“Setiap kau menemukan sesuatu untuk mereka, mereka bilang itu. Terima kasih...Mereka selalu berterima kasih.” Ucap Yong Sik.
**
Didepan bar, terlihat sebuah kotak dengan tertulis “Saat kau tak di rumah, Dongbaek bisa terima paketmu. Dongbaek mulai menyediakan layanan untuk menggunakan kuasanya.” Nyonya Jung mencari kotak dimilik Dong Baek lalu mengucapkan terimakasih.
“Dongbaek, terima kasih.” Ucap Helena mengambil barang titipanya. Setelah suami Nyonya Park mengambil barangnya.
“Aku simpan di sini diam-diam sejak dua hari lalu.” Kata Dong Baek. Tuan Park pun mengucapkan Terima kasih banyak.
“Aku akan kirim satu lagi kemari diam-diam.” kata Dong Baek. Tuan Park pu mengucapkan terimakasih. 




Dongbaek tersenyum melihat Yong Sik yang datang, keduanya terlihat seperti pasangan bahagia. Yong Sik ebrtanya Berapa kali orang berterima kasih hari ini. Dong Baek memberitahu itu sudah Tujuh kali. Didalam bar, Jung Ryul memberikan buku tabungan diatas meja.
“Apa? Kenapa kau sudah memberinya warisan?” ejek Yong Sik. Jong Ryul pikir akan katakan sekali, jadi, dengarkan.
“Di sini ada lima juta won.” Kata Jong Ryul. Keduanya kaget jumlahnya Lima juta won
“Dongbaek, ambil saja.” Kata Jong Ryul. Yong Sik juga berpikir Dong baek bisa ambil saja.
“Kukira kau berpenghasilan beberapa miliar, tapi kurasa kau cukup pelit.” Ejek Yong Sik
“Akan selalu ada lima juta won di sini. Maka Jika kau pakai 50.000 won, kau akan lihat lima juta, bukan 4,95 juta... Pakai satu juta, tetap ada lima juta. Sekalipun kau habiskan lima juta, ini segera terisi lagi.” Jelas Jong Ryul.
“Ini seperti kuali ajaib tempat kau bisa dapat lima juta won selamanya. Aku akan membiayai Pil-gu dengan ini hingga jadi pemain liga utama.” Kata Jong Ryul. Dong Baek bingung tapi Nyonya Jo langsung mengambil buku tabunganya. Dong Baek mengeluh dengan sikap ibunya.
“Namun, kalian tak bisa pakai uang itu untuk membiayai pernikahan kalian. Ini bukan Hollywood dan aku tak sekeren itu. Itu hanya untuk Pil-gu. Jadi, jangan berani-berani gunakan kartu ini untuk membayar pernikahan kalian.” Tegas Jong Ryuk. Yong Sik dan Dong Baek hanya saling berpadangan. 


Ibu Tuan No sedang memasak sambil menelp Nyonya Hong kalau masak banyak sup lutut sapi. Nyonya Hong terlihat sangat mual mendengarnya. Nyonya Hong pikir masak terlalu banyak sup lutut sapi jadi Nyonya Hong menginginkanya.
“Ibu, sejujurnya...” kata Nyonya Hong menahan mual. Ibu Tuan No menyurh agar Nyonya Hong  memberitahu dan berkata jujur padanya.
“Aku tak suka sup lutut... Itu makanan favorit Gyu-tae... Ibu, kurasa ini saatnya kau tahu kesukaanku. Aku suka sup tulang sapi. Sup tulang sapi.” Kata Nyonya Hong seperti mulai dekat dengan ibu mertuanya. 

Tuan No pergi ke tempat Yong Sik memanggilnya Pangsit Hwang, lalu berkomentar kalau Yong Sik harus jaga kejujuran, kdan memeastikan memakaidaging Korea yang bagus dan jangan mengupil saat membuat pangsit.
“Ini karena pangsit itu untuk seseorang yang penting.” Kata Tuan No. Yong Sik membuka kedai pangsit depan bar.
“Siapa? Apa Putra tunggal generasi ketiga klan Pungsan No? Lagipula Kenapa aku mengupil saat membuat pangsit?” keluh Yong Sik
“Tunggu, Kenapa kau terus bicara tak sopan padaku? Kapan kau lulus kuliah?” keluh Tuan No. Yong Sik mengeluh bertanya apaah Tuan No itu  kuliah?
“Aku tetap lebih tua darimu!” tegas Tuan No. Yong Sik mengaku bicara santai dengan temannya.
“Harus kuhentikan?” ejek Yong Sik. Tuan No bisa sedikit tersenyum dan lalu mengaku terserah.
“Apa Aku harus berhenti bicara santai?” tanya Yong Sik kembali. Tuan No menjawab tak perlu.
“Kuberi kau satu porsi lagi gratis... Ini untuk kalian bertiga.” Kata Yong Sik. 

“Salah satu tim kembali ke permulaan. Sementara, tim yang lain berusaha keras menjadi dewasa.”
Disebuah cafe, es krim mangga terlihat diatas meja. Jong Ryul duduk dengan Jessica lalu menyuruh agar ambil foto makanan lebih dulu. Jessica menolak dengan wajah tertunduk karena sudah  berhenti dari media sosial. Jong Ryul pikir akan mulai makan.
“Kenapa makan dari tengah? Kau bisa mulai dari samping.” Keluh Jessia melihat Jong Ryul mulai makan
“Karena itu kuminta kau ambil foto. Aku tak minta berhenti media sosial. Kau bisa lakukan secukupnya.” Jelas Jong Ryul
“Bagaimana bisa? Media sosial seperti alat bantu napasku. Semua di media sosial memujiku dan berkata aku cantik. Mereka semua iri padaku.” Ucap Jessica
“Orang masih menulis komentar di media sosialmu, memberimu semangat.”kata Jong Ryul
“Bukan itu yang ingin kudengar. Aku ingin orang iri padaku.” Ungkap Jessica.
“Orang-orang sangat baik saat menghiburmu, 'kan?” pikir Jong Ryul. Jssica pikir Semua berusaha menghiburnya.
“Saat aku unggah foto berhasil diet hingga 49 kg, kurang dari 100 yang menyukainya. Tapi kini, semua memberitahuku untuk semangat.” Jelas Jessica.
“Orang punya masalah menunjukkan rasa irinya, tapi mereka cepat menghibur orang. Saat rata-rata pukulanku turun, orang tiba-tiba sangat baik dan memberiku semangat. “ cerita Jong Ryul
“Lalu kenapa? Apa Kau juga kesepian?” tanya Jessica. Jong Ryul pikir Jika ia juga merasa seperti itu, maka keluarga mereka akan berantakan.


“Mudah saja merasa iba, tapi sulit merasa iri. Kita tahu iri dan cemburu ada di tim yang sama. Tapi aku seputus asa itu menjadi artis, bahkan di dunia kecil itu.”
Jong Ryul akan mengambil foto Jessica dengan ponselnya,  Tapi Jessiac malah menangis. Jong Ryul mengeluh agar Jessica berhenti menangis jadi akan mengambil foto dari waktu ke waktu dengan kata-kata. Jessica mengeluh melakukan apa maksudnya.
“Aku bisa katakan aku menyukaimu, dan kau sangat cantik.” Kata Jong Ryul merayu. Jessica tersenyum melihatnya. 

Ibu Jessica mengeluh agar suaminya berhenti berisik saat makan. Ayah Jessica makan sendiri dengan suara berisik dari mulutnya. Ibu Jessia mengeluh pada suaminya karena Putri mereka sedang  menderita, tapi masih berselera makan.
“Hei, aku membeli beras dan daging ini. Bahkan Aku membeli ini dengan uangku. Siapa kau memerintahku?” ucap Ayah Jessica. Ibu Jessia langsung memukul kepala suaminya.
“Lalu kenapa jika aku baru menamparmu?” kata Ibu Jessica sangat marah. 

Dong Baek masuk rumah dan Nyonya Jo pun menarik barang seperti barus aja belanja. Dong Baek pikir kalau Bisnisnya  mungkin akan kacau jika bulan madu lima hari. Nyonya Jo menyuruh agar Pergi saja lalu merasa Setelah diberi tahu akan mati, dunia tampak sangat indah.
“Pergilah selagi sendimu sehat dan tak perlu tidur awal. Aku akan berakhir tidur di jalanan. Walau kau berusaha kerasmempersiapkan hidupmu, tak  menghentikan burung buang kotoran di mobilmu.” Kata Nyonya Jo.
 “Tapi aturannya kau akan dapat akhir bahagia jika banyak menderita.” Komentar Dong Baek.
“Cinderella dan Kong-jwi sama-sama bodoh.  Bagaimana bisa hidup seperti itu agar hidup lebih baik nanti? Akhir bahagia apanya. Jika kau simpan makananmu, rasanya akan tidak enak. Rasa terbaik adalah saat dimakan saat lapar. Jadi, kau harus rajin dan bahagia kapan pun kau bisa daripada menundanya.” Ucap Nyonya Jo
“Begitu rupanya... Itu masalahmu.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo bingung apa maksudnya.
“Kukira, kau tak perlu berusaha keras agar bahagia. Kau tak mengejar kebahagiaanmu. Tapi Kau menikmatinya. Tapakkan kakimu saat kau berdiri dan lihatlah sekeliling. Coba Lihat... Ada bunga di mana-mana.” Kata Dong Baek melihat ada bunga didepan rumahnya. Nyonya Jo mengeluh anaknya itu sok pintar.
“Hidupku seperti pohon apel yang ditanam di pasir. Ombak selalu datang tanpa henti.Tapi aku tak punya tanah atau pohon lain untuk digapai dan bersandar. Kini orang-orang mulai tumbuh di sekitarku. Aku hanya menggabungkan akarku dengan mereka. Akarku menjadi sangat kuat.” 


Dong Baek duduk bergabung dengan Bibi Ongsan wajahnya terlihat bahagia. Ia lalu duduk di bangku taman, Yong Sik datang memlambaikan tanganya. Dong Baek tersenyum bahagia melihat Yong Sik berlari ke arahnya.
“Akhirnya aku bisa melihat angin laut, pasir dan langit menyilaukan yang selalu ada di dekatku” Dong Baek melihat tulisan ditanganya [PIL-GU SAYANG DONGBAEK]
“Dongbaek, aku terkejut saat berlari ke arahmu. Kau manusia atau senter? Kenapa wajahmu bisa bersinar seperti itu?” ucap Yong Sik mengodanya.
“Apa Sebesar itu kau menyukaiku?” ejek Dong Baek. Yong Sik mengaku Dong Baek itu membuatnya gila.  Keduanya pun saling berpelukan.
“Bisakah seseorang menjadi keajaiban bagi yang lain?”
“Yong-sik. Kau tahu, Apa menurutmu pertemuan kita sebuah keajaiban?” tanya Dong Baek
“Apa Kau percaya hal yang terdengar seperti lotre?” tanya Yong Sik. Dong Baek mengelengkan kepala.
“Aku percaya diriku sendiri.” Ucap Dong Baek. Yong Sik juga seperti itu lalu mengecup bibir Dong Baek.
Keduanya pun berjalan pulang, Yong Sik memberikan ciuman kembali, lalu berpikir menutup Camellia sehari saja. Dong Baek menolaknya. 


Pil Goo yang sudah dewasa berjalan di lorong, sambil menelp ibunya  mengaku agak sibuk sekarang jadi meminta agar berhenti meneleponnya. Ia pun berjanji akan ke sana lalu memberitahu kalau memang merindukanya maka bisa menyalakan TV.
“Ibu, aku mencintaimu.” Kata Pil Goo lalu menutup telp dan membuka pintu.
Para wartawan sudah menunggu langsung memberikan Selamat dan ingin tahu Bagaimana rasanya bergabung di Liga Utama, Bagaimana lenganmu?


Di sebuah rak, terlihat banyak penghargaan baseball yang dimiliki Pil Goo. Pil Goo sedang duduk berbicara dengan wartawan mengucapkan Terima kasih. kepada semua yang datang hari ini daan juga ingin berterima kasih kepada orang tuanya yang menontonnya di TV.
Dong Baek dan Yong Sik menonton sambil bergandengan tangan. Keduanay seperti sangat bahagia melihat Pil Goo yang berhasil
“Ini babak selanjutnya karier bisbolku. Aku akan berusaha keras dan menunjukkan hasil yang baik. Terima kasih.” Ucap Pil Goo
Yong Sik heran melihat Dong Baek yang menangis lagi. Dong Baek sudah memanggil Yong Sik denga panggilan suami, berkomentar Jika dipikirkan, segalanya dalam hidupnya adalah keajaiban.


[BISAKAH SESEORANG MENJADI KEAJAIBAN BAGI YANG LAIN? TERIMA KASIH KEPADA KALIAN SEMUA, YANG PALING KUAT, PALING TANGGUH, PALING LUAR BIASA, PALING PANTAS DIMULIAKAN DI DUNIA,
SERTA YANG MEMBUAT KEAJAIBANMU SENDIRI SETIAP HARI DENGAN MENGATASI BANYAK TANTANGAN DALAM HIDUP]

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar