PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 21 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 38

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Di sebuah tempat terlihat spanduk FESTIVAL MEMANCING, Hyang Mi tak sadarkan diri dengan bersimba darah dilantai. Tuan Park akhirnya masuk membawa Hyang Mi masuk ke dalam truk. Di lampu merah, Nyonya Jo melihat motor anaknya diatas turk.
“Kenapa dia yang harus mengantarkannya? Dia bahkan memakai gelang Dongbaek.”
“Apa Kau membunuhnya di pemancingan dan membawanya ke danau setelah itu?”
“Yong-sik, jika kau melempar mayat di pemancingan, maka akan muncul dalam dua hari. Kau tahu bisa tergores jika melempar jala, 'kan? Aku tergores melemparnya ke sana.”
Tuan Park sudah melempar Hyang Mi ke danau dan melihat luka ditanganya, lalu mengumpat kesal pada Hyang Mi kalau Seharusny mencabut kukunya. Tuan Park pun mencoba menyembuhkan luka ditanganya. 

“Dongbaek... Kenapa kau berusaha membunuhnya?” tanya Yong Sik terlihat mencoba menahan amarahnya.
“Dia terus menggangguku... Dia terus membuatku kesal.” Akui Tuan Park.
Saat itu juga diruang interogasi, semua polisi sudah berkumpul dengan wajah bahagia karena mendapatkan pernyataan dari Tuan Park.  Polis lain melihat Yong Sik  hebat dan mengusulkan harus pekerjakan dia. Polisi lain mengeluh mendengarnya. 

Flash Back
Yong Sik merengek meminta agar bisa menemui Tuan Park. Si polisi tambun mengeluh kalau Yong Sik tahu alasan detektif mendapat kelonggaran. Polisi lain melihat Yong Sik adalah berteman dengan putra Park Seok Yong. Akhirnya mereka berkumpul dalam ruangan lain.
“Ini disebut menciptakan hubungan. Ini cara membuatnya mengaku dengan kepercayaan dan keakraban.Tapi kau kenal dia sejak kecil. Maksudku, dia ayah temanmu, jadi, kau sudah punya dasar.” Jelas Polisi pertama
“Selain itu, bahkan pembunuh bisa terikat dengan anaknya.  Itu yang kau kejar. Jadi, coba buat dia memberitahumu ceritanya dengan urut. Kita akan tahu kejahatan lainnya.” Jelas Polisi tambun mengebu-gebu.
“Baik, aku sudah mengerti.. biar kusimpulkan...Kata kuncinya adalah putranya. Kalian Tetap siaga dan waspada. Paham?” kata Yong Sik yang sebelumnya terlihat sedikit berpikir. 


Yong Sik akhirnya menatap Tuan Park menegaskan kalau ia adalah tersangka kaena mengakui semuanya, enam kejahatan seluruhnya. Ia memberitahu tentang kacamata yang akan diberikan Heung Sik, karena bisa pakai melukai yang lain,jadi akan bawa setelah inspeksi.
“Aku gunakan kacamata sebagai alasan. Tapi Aku datang karena mau bertemu dengan kau, Aku tak pernah menyerah. Akan kupastikan kau dihukum untuk semuanya.” Ucap Yong Sik
“Apa Kau sungguh mengira itu akan terjadi?” ejek Tuan Park balas menyindir.
“Tuan Park... Nenekku pikirannya benar-benar lemah. Dia pingsan saat melihat sapi disembelih. Aku tak mengerti cara orang berpikiran lemah bisa membunuh. Dorongan adalah menendang ban mobil orang lain.” Jelas Yong Sik
“Orang tak membunuh karena dorongan. Aku tak peduli kau berpikiran lemah atau mengakui membunuh semua karena dorongan. Jangan buat alasan untuk mengurangi hukumanmu. Aku akan berjuang hingga akhir sampai Pengusil dengan senang hati terima hukumannya.” Tegas Yong Sik. 


Dong Baek menemui Dokter ibunya, Dokter Jung memberitahu  Masalahnya adalah mencari donor dan bisa dapat dari yang lain. Tapi Dong Baek putrinya, jadi... Dong Baek menyela dan meminta agar tentukan tanggal dan ingin tahu Apa butuh izin ibunya.
“Kami butuh izinmu. Apa Dia sudah memberitahumu situasinya?” tanya Dokter Jung. 

Flash Back
Nyonya Jo bertemu dengan Dokter Jo yakin kalau Dong Baek bahkan tak perlu periksa, karena ia putrinya, jadi pasti cocok. Dokter memberitahu Transplantasi jalan satu-satunya jadi meminta Nyonya Jo agar Dong Baek untuk diperiksa.
“Tapi, bagaimana dengan pendonor? Apa ini mempengaruhi pendonor?” tanya Nyonya Jo mulai khawatir.
“Transplantasi ginjal adalah prosedur aman bagi pendonor dan penerimanya.” Jelas Dokter.
“Ahh.. Begitu rupanya...Astaga, aku tak punya malu. Aku mulai berharap hidup lebih lama.” Ungkap Nyonya Jo kesal sendiri dengan  sikapnya.
“Tapi dalam kasus putrimu, dia harus diperiksa dahulu. Ini penyakit turunan.” Ucap Dokter Jung. Nyonya Jo kaget mendengarnya.

“Nyonya Jo, kondisi ginjalmu disebut penyakit ginjal polikistik autosomal dominan. Jika ibu memiliki gagal ginjal karena polikistik, kemungkinan besar terjadi juga pada putrinya.” Jelas Dokter
“Apa Ini berarti dia akan sepertiku?” tanya Nyonya Jo kaget. Dokter menjawab tidak 100 persen tapi sekitar 50 persen.
“Apa? Lima puluh persen? Tunggu, tidak mungkin... Putriku saat ini sangat sehat... Dia sehat. Kenapa bisa?” kata Nyonya Jo tak bisa terima.
“Nyonya Jo, gejalamu juga muncul di usia 48 tahun... Ginjal polikistik tidak muncul jelas sebelum usia 35 tahun.” Ungkap Dokter.
“Kalau begitu, apa putriku juga akan butuh cuci darah sepertiku?” tanya Nyonya Jo memastikan.
“Artinya dia akan merasakan sakit ini juga.” Kata Nyonya Jo panik. 

Dong Baek bertanya pada dokter apakah ibu tahu soal ini dan mendengarnya.  Nyonya Jo merasa dirinya itu bencana besar dalam hidup putrinya. Dokter memberitahu kalau Data menunjukkan Nyonya Jo takkan selamat kecuali operasi transplantasi.
“Jika mencari donor lain, maka kau harus menunggu setidaknya lima tahun. Bicara dengan putrimu...” kata Doter langsung disela oleh Nyonya Jo
“Tidak... Aku tak akan melakukannya... Itu berarti aku memanfaatkan hidup putriku yang sehat untuk hidup beberapa tahun lagi. Aku tak mau melakukannya.” Kata Nyonya Jo. 

Dong Baek menegaskan kalau akan melakukannya saja dan akan menang melawan 50 persen. Dokter terlihat kaget mendengar ucapan Dong Baek,  Dong Baek pikir dirinya tak mungkin sesial itu lalu berjalan keluar dari ruang dokter sambil bergumam.
“Aku tak yakin apa harus bersyukur karena menghabiskan kesialanku sampai hari ini. Akhirnya giliranku beruntung”
Dong Baek masuk ke tempat cuci darah, lalu hanya terdiam melihat tak ada ibunya diatas ranjang. 

Nyonya Jo sudah keluar dari RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ONGSAN lalu menatap langit yang turun hujan dengan deras. Ia pun mengeluh pada Tuhan kalau selalu kejam padanya. Saat itu seorang sopir taksi memanggilnya apakah tak mau naik.
Akhirnya Nyonya Jo pun naik taksi dan Dong Baek pun baru keluar rumah sakit panik mencari ibunya. Ia mengingat yang dikatakan perawat Dia belum cuci darah. Menurut data dia seperti bom waktu,Bawa dia kemari secepatnya” Akhirnya Ia menelp Yong Sik sambil menahan tangis
“Yong-sik, maaf menelepon... Apa Kau bisa cari ibuku?” ucap Dong Baek. 

Yong Sik pikir ibu Dong Baek sudah pulang jadi menyuruh Dong Baek agar pulang saja. Dong Baek pulang ke rumah melihat ibunya sudah membuat bawang putih fermentasi. Ia juga mengingat ibunya yang membuang semua garam dari rak.
“Akhirnya aku paham yang dilakukannya selama tiga bulan.” Gumam Dong Baek.
Flash Back
Nyonya Jo melarang Pil Goo mencelupkan ayam ke dalam garam karena akan terlalu asin. Dong Bae pun mengeluh karena  acar lobaknya sangat kecil dan Ibunya membumbui nasi dalam kimbap
“Kukira dia hanya mencemaskan kesehatannya”

Dong Baek akhirnya melihat rak lain sudah banyak note peringatan yang dituliskan ibunya [Jangan makan ini. Jangan makan garam. Jangan makan kecap asin juga. Jika rasanya asin dan enak, jangan dimakan.] Ia mengeluh ibunya yang meletakan disini.
Pil Go keluar dari kamar seperti terbangun dari tidurnya, Dong Baek melihat anaknya meminta agar Pil Goo memeluknya. Pil Goo pun memeluk erat ibunya. Dong Baek hanya bisa menangis memeluk anakanya.
“Walau telah menjadi ibu, aku bukan tandingan ibuku.” 


Sementara Nyonya Jo sudah ada disebuah motel, mengeluarkan gelangnya karena berpikir  Tak peduli di mana dan kapanpun akan mati,  maka harus dikenali. Ia mencoba makai gelang dan bingung karena tanganya terus membengkak.
“Ini menakutkan..  Tapi Tak peduli kapan aku mati, kuharap si bodoh itu melihat ini.” Ucap Nyonya Jo menyimpan surat asuransi di dalam tasnya.

Flash Back
Nyonya Jo mengejar Yong Sik karena akan meninggalkan  wasiatnya. Yong Sik menolak kalau tak mau mendengarnya. Nyonya Jo memaksa agar Yong Sik mendengarkannya. Yong Sik mengeluh kalau sudah tak nyaman mendengar wasiat orang yang masih hidup.
“Setidaknya katakan sesuatu yang menjadi pelajaran untukku. Berhenti memberi instruksi cara mengeklaim asuransimu.” Kata Yong Sik
“Pelajaran tak memberinya uang. Apa Kau pikir aku datang jauh-jauh dan mengalami semua kesulitan hanya agar dia belajar?” kata Nyonya Jo
“Seharusnya kau berusaha hidup... Itu yang harus kau lakukan. Bukan uang itu yang penting sekarang.” Keluh Yong Sik.
“Uang itu penting... Jangan memandang rendah uang itu. Setidaknya ini yang bisa kulakukan.. karena meninggalkan anakku. Ini simbol penyesalanku.” Jelas Nyonya Jo
“Astaga, aku tak paham kenapa aku harus mendengar ini.” Keluh Yong Sik serba salah.
“Kurasa lebih baik memberitahumu daripada dia. Kau polisi, jadi, aku yakin kau tak akan ditipu.” Ucap Nyonya Jo. Baiklah.
“Aku paham... Anggap saja aku paham.” Ucap Yong Sik. Nyonya Jo mengaku belum selesai dan Masih ada dua lagi.
"Dua lagi"? Apa Kau ingin memberitahuku semuanya hari ini?” kata Yong Sik tak percaya.
“Permintaan keduaku adalah pastikan dia periksa kesehatan setiap tahun. Yang ketiga, Sekalipun Dongbaek sakit dan minta putus denganmu, jangan putus dengannya. Pil-gu akan menjadi penghalang, dan juga keluargamu. Tapi itu bukan apa-apa.” Ungkap Nyonya Jo
“Jika kau tetap kuat, semua akan berhasil pada akhirnya. Sekalipun Dongbaek meminta putus, maka kau harus tetap kuat dan tunggu hingga dia siap.” Kata Nyonya Joo
“Nyonya Jo, kau tahu,  aku sudah ditakdirkan melakukannya.” Tegas Yong Sik menyakinkan.
“Yong-sik... Putriku, Dongbaek, dia sangat kesepian. Jangan tinggalkan Dongbaek. Jangan biarkan dia kesepian lagi.” Kata Nyonya Jo. Yong Sik pun tak bisa apa-apa 




Di dalam kamar
Nyonya Jo memasang lampu diskon sambil berbaring berkomentar kalau Hidup yang luar biasa. Tiba-tiba ia merasa Seharusnya tidak datang, lalu menangis kalau Seharusnya tidak datang menemui Dongbae karena Setelah bertemu anaknya jadi mulai ingin hidup.
“Aku ingin terus hidup... Bagaimana aku mati seperti ini?” ungkap Nyonya Jo mengingat kenangan dengan Dong Baek.

Flash Back
Dong Baek berlari menghampiri ibunya  yang baru pulang dari pasar.  Dong baek menceritakan anjing Bibi Jang-mi, Poppy, melahirkan lima anak anjing. Nyonya Jo pikir Poppy pasti bahagia. Dong Baek merasa kalau anak-anak anjingnya yang bahagia.
“Kurasa anak-anak anjingnya bahagia telah dilahirkan.” Kata Dong Baek.
“Apa Kau juga senang dilahirkan?” tanya Nyonya Jo. Dong Baek mengaku sangat bahagia. Nyonya Jo mengaku ia juga sangat bahagia memiliki Dong Baek. 


Nyonya Jo menutup matanya seperti tertidur dengan damai. Dong Baek juga tertidur diruang tengah, lalu terbangun mendengar suara bel rumahnya. Ia bergegas keluar rumah, Yong Sik datan dengan tatapan kebingungan.
“Di mana ibuku?” tanya Dong Baek panik. Yong Sik kebingungan menjelaskanya.
“Aku harus mencari ibuku.” Kata Dong Baek menatap Tuan Byun yang juga tak bisa berkata-kata.
Akhirnya Dong Baek sudah ada dalam mobil memegang surat asuransi milik ibunya. Yong Sik memberitahu kalau  menemukannya di motel kota lalu meminta maaf pada Dong Baek karena  terlambat. Dong Baek hanya terdiam melihat surat yang diselipkan ibunya dalam tas. 

“Seleraku buruk soal lelaki. Ayahmu mabuk dan melempar gelas soju ke arahku, tapi mengenai kepalamu hingga berbekas. Saat itulah aku menjadi gila. Aku memukul kepalanya dengan botol soju dan meninggalkan rumah.”
Dong Baek yang masih kecil digendong oleh Nyonya Jo, terlihat dibagian kepala yang terluka dan bibir Nyonya Jo pun juga terluka.
“Kau terus tumbuh, tapi aku tak bisa bekerja sekaligus mengurusmu. Aku ditawari bekerja sebagai juru masak di dapur kelab malam, dan kita boleh tinggal di ruang sempit.” 

Nyonya Jo berkerja di dapur menerima piring kotor. Dong Baek datang melihat makanan sisa dan ingin memakanya. Sang ibu langsung melarangnya karena itu kotor. Dong Baek pikir kalau itu yang dimakan oleh “Oppa” Nyonya Jo langsung menarik anaknya ke belakang bar.
“Lalu aku sadar kau mulai memanggil orang-orang "oppa.”
Dong Baek mengeluh kalau tanganya sakit, Nyonya Jo meminat Dong Baek mengatakan kalimat tadi maka ia akan bunuh diri. Dong Baek bingung kenapa dan Apa salahnya dengan "Oppa" Nyonya Baek mulai mengancam anaknya.
“Jika kau katakan sekali lagi, maka kita tak bisa tinggal bersama. Akan kujual kau ke pabrik briket... Kau paham?” ucap Nyonya Jo.
Dong Baek hanya bisa diam saja. Nyonya Jo akhirnya memeluk erat Dong Baek dan merasa kasihan.
“Aku benci kau mulai memanggil orang "Oppa" walau tak pernah bisa mengatakan "Ayah". Lalu aku mulai bekerja sebagai pembantu untuk wanita yang bekerja di sana.” 

Nyonya Jo mulai mencuci pakaian, Seorang wanita mengeluh karena Nyonya Jo yang selalu lama membayar utang. Nyonya Jo hanya diam saja. Si wanita terus mengeluh Nyonya Jo yang juga terlambat membayar bunganya.
“Aku baru 30 tahun dan bekerja sangat keras hingga sidik jariku pudar. Tapi masih tetap sulit membesarkan anak.”
“Hei, Dongbaek... Kau harus tumbuh besar dan membayar utang ibumu. Kuberi kau pekerjaan baik saat usiamu 20 tahun. Lebih cepat jika kau yang membayar. Aku tak bisa percaya Jeong-suk.” Ucap Si wanita.
Nyonya Jo mendengarnya langsung menarik rambut si wanita dan mengumpat marah. Ia tak terima kalau wanita itu yang Berani berkata begitu kepada putrinya.  Si wanita mengeluh dengan tingkah Nyonya  sambil mengaduh kesakitan. 

“Aku terus kabur, tapi tak punya tujuan. Karena tak pernah cukup makan, kau selalu berkata kau lapar.”
Nyonya Jo membawa Dong Baek ke rumah sakit sambil menguncir rambutnya. Dong Baek melihat seorang anak sedang makan es krim lalu bilang pada ibunya kalau ia juga mau es krim. Nyonya Jo akhirnya melangkah pergi.
“Hatiku hancur, tapi tak bisa apa-apa karena kita tak pernah punya cukup uang.”
Nyonya Jo akhirnya memberikan anaknya minum penambah energi. Dong Baek melihat ibunya terus minum yang sama langsung mengambilnya dan meminta agar Berhenti minum karena melihatnya saja membuat ingin muntah.

Nyonya Jo akhirnya pindah ke BANK JOEUN lalu keluar saat pintu terbuka. Dong Baek melihat taksi didepanya dan mengatakan pada ibunya kalau ingin naik taksi. Nyonya Jo hanya bisa menatap sedih, dan mengaku  mudah mual, jadi tak bisa naik taksi.
“Kau bisa ambil ini Dan jangan kembali besok, ya?” ucap seorang pria keluar dari bank dan memberikan amplop pada Nyonya Jo.
“Kita sering berpindah penginapan. Tapi suatu malam...” 

Dong Baek menangis dalam toilet karena lapar. Nyonya Jo meminta agar Dong Baek berhenti merasa lapar lalu memeluk erat anaknya. Dong Baek masih terus menangis.
“Satu malam itu.. Kita terpaksa tidur di Stasiun Seoul. Saat itulah aku memutuskan untuk meninggalkanmu.”
Nyonya Jo mengajak Dong Baek makan daging, sambil berkata kalau anaknya harus mulai bersekolah jadi Jika sekolah di sana, makanan akan gratis, bahkan juga dapat pakaian dan tas sekolah. Dong Baek hanya diam saja.
“Jadi, setelah sampai di sana, katakan usiamu tujuh tahun dan kau ingin sekolah mulai tahun depan” ucap Nyonya Jo 

Di depan pantu asuhan, Nyonya Jo memberikan botol minuman dan memberitahu Dong Baek kalau Jika ada yang tanya namanya maka mengatakan saja namanya Dong Baek tanpa mengunakan nama keluarganya.
“Usiamu tujuh tahun, namamu Dongbaek. Jika ada yang bertanya nama ibumu, katakan saja kau tak tahu.. Ya? Anggap ini membantuku Begitu cara agar bisa tinggal di sini.” Kata Nyonya Jo. Dong Baek hanya diam saja.
“Aku akan kembali membawa banyak uang... Jadi, tunggu di sini setahun, ya?.. Tunggu aku... Kau mengerti maksudku, 'kan? .” Ucap Nyonya Jo terpaksa memasukan Dong Baek dipanti asuhan.
“Kau bodoh... Seharusnya kau ingat permintaanku.” 

“Aku ibu yang meninggalkan putrinya di panti asuhan, dan tak ada yang tak bisa kuperbuat.”
Nyonya Jo duduk dengan pakaian hanbook dengan tatapan kosong. Seorang  ibu menyuruh Nyonya JO agar keluar kalau hanya diam lalu mengusirnya. Nyonya Jo masih tetap diam,
“Jika kau duduk dengan mulut rapat dan wajah sedih, siapa yang mau minum di sini? Setidaknya tersenyum atau menyanyi... Hei, keluar dari sini. Pergi saja, sialan! Astaga, kenapa aku mendapat wanita sepertimu? Jangan lupa memberiku bayaran yang kuberikan di muka. Mengerti?” teriak si wanita marah.
Akhirnya Nyonya Jo mulai menyanyi sambil memukul sendok diatas meja dengan tatapan kosong.
“Momen saat aku meninggalkanmu dan mengangkat sumpit di bar itu...aku bukan lagi Jo Jeong-suk.” 
Nyonya Jo membawa semua barang-barang dari dalam rumah. Beberapa tetangga mengeluh kalau Jalang itu pergi setelah mendapat uang. Mereka mengeluh melihat Nyonya Jo sungguh keras kepala, menurutnya Tak ada yang bisa dibawa Bahkan Pakaian gadis kecil tak ada harganya.
“Aku hanya ingin mendapatkanmu kembali. Tapi kemiskinan seperti ikan  monkfish. Makin ingin kusingkirkan, makin menempel. Aku bisa mengakhirinya dengan bunuh diri, tapi aku tak tahan tak melihatmu, jadi, aku ingin membawamu.”
**
Nyonya Jo pergi ke panti asuhan,  Pegawai disana memberitahu kalau  Dongbaek pergi ke LA. Nyonya Jo kaget mendengarnya lalu ingin tahu alasan anaknya pergi ke LA. Pegawainya memberitahu kalau Ayah angkatnya profesor teologi.
“Dong Baek pindah ke Amerika dengannya. Dia dan istrinya orang baik yang peduli kesejahteraan orang lain. Dongbaek sangat beruntung...” ucap Si pegawai
“Kenapa kau bilang beruntung? Kenapa... Kenapa... Kenapa mengirim putriku pergi tanpa minta izinku?” ucap Nyonya Jo marah
“Maaf, Bu.. Tapi bagaimana kami minta izinmu? Kami bahkan tak mengenalmu. Kau orang yang meninggalkannya di sini. Ini bukan penitipan anak.” Komentar pegawai lain. 
Nyonya Jo melihat foto anaknya dengan keluarga baru lalu mengingat dengan yang dikatakan pegawai panti  “Seharusnya kau memikirkan putrimu daripada dirimu sendiri.” Ia menangis memikirkan anaknya yang bisa pergi dan Apa dia senang diadopsi keluarga kaya?
“Dia menanyakan sesuatu.” Kata si pegawai yang dikatakan Dong Baek
Flash Back
Dong Baek bertanya pada gurunya sebelum pergi “Apa orang bisa naik pesawat walau tak bisa naik taksi?”  Nyonya Jo hanya bisa menangis karena berpikir anaknya ingin agar dikunjungi oleh ibunya.



Nyonya Jo berkerja dengan makai seragam dan terlihat sedang makan siang, Sebuah TV menanyakan wawancara, seorang MC bertanya Apa yang memotivas wanita itu melakukan hal seperti itu. Temanya ingin menganti Channel tapi Nyonya Jo tetap ingin menontonya.
“Aku melihat gadis kecil di panti asuhan suatu hari, dan tak berhenti memikirkannya.” Ucap Si wanita. Nyonya Jo teringat dengan wanita itu yang mengangkat Dong Baek.
“Ya, dia menjadi pengacara dan aktivis hak asasi manusia yang bekerja dan bepergian keliling dunia. Ini seperti keajaiban bagi kami.” Kata si wanita. 

“Saat itu, kukira pilihanku tepat untuk meninggalkanmu.”
Nyonya Jo mencuci toilet dan menangis kembali melihat foto Dong Baek dengan keluarga barunya. Akhirnya Ia bertemu dengan si wanita dalam restoran. Si wanita terlihat hanya terdiam. Nyonya Jo pikir wanita itu pasti terkejut.
“Aku membeli ini seharga 420.000 won di pusat perbelanjaan. Aku tahu kau suka topi.” Ucap Nyonya Jo memberikan topi yang disimpan dalam kotak.
“Aku kemari tak ingin meminta apa-apa. Tapi Aku hanya merasa sangat berterima kasih. Kurasa aku harus lakukan sesuatu untuk menunjukkan syukurku.” Ucap Nyonya Jo. Si wanita hanya diam saja.
“Jika terserah kepadaku, maka aku akan berikan sepuluh tahun hidupku. Tapi tak banyak yang bisa kuberikan.” Jelas Nyonya Jo. Si wanita langsung bertanya apakah Nyonya Jo ingin bertemu dengannya
“Putriku ingin bertemu denganmu.” Ucap si wanita seperti wanita yang baik 


Nyonya Jo bertemu dengan Dongbaek, wajahnya terlihat bahagia. Tapi setelah bertemu anaknya terlihat bingung karena bisa lupa namanya sendiri. Akhirnya mereka keluar dari restoran, si anak memanggil Nyonya Jo bertanya apakah akan mencari putriya.
“Aku merasa malu melakukannya saat ini. Apa Kau hanya akan berharap dia baik-baik saja entah di mana? Entah aku harus berkata apa. Sekalipun dia beruntung dan diadopsi, setiap hari akan seperti ujian baginya.” Ucap Si anak.
“Orang lain dicintai orang tuanya seakan itu hal yang wajar, tapi gadis sepertiku harus berusaha keras mendapatkannya. Kenyataan bahwa aku ditinggalkan ibuku sendiri selalu membuatku tak percaya diri dan merasa tak aman.” Jelas Si anak.
“Aku berusaha keras setiap hari untuk dicintai. Karena jika tidak,  maka aku tahu akan dikembalikan seperti putrimu.” Kata si anak. Nyonya Jo terdiam seperti merasa bersalah.
“Aku penasaran kenapa gadis manis sepertimu dikembalikan ke panti asuhan.” 

Si ibu sedang mengumpulkan amplop dalam gereja, Nyonya Jo pun membantunya. Si Ibu meminta Nyonya Jo agar menanyakan hal itu. Nyonya Jo mengaku sedang mencari putrinya jadi merasa  ingin tahu lal bertanya Kenapa mereka mengirim kembali gadis pertama yang diadopsinya.
“Terjadi begitu saja. Dia punya sisi gelap, jadi, aku tanyakan beberapa hal. Ternyata dia dibesarkan di kelab malam. Kurasa ibunya dahulu bekerja di sana. Itu membuatku khawatir.” Ungkap si Ibu
“Katanya anak perempuan akan sama seperti ibunya. Putriku, Mi-yeon, gadis yang sangat pintar. Jadi, kurasa orang tuanya juga pintar. Tapi dia berbeda. Apel sungguh jatuh tak jauh dari pohonnya.” Ejek si ibu.
Nyonya Jo marah langsung menarik topi dari kepala si ibu. Ia lalu berjalam sambil mengumpat marah karena menganggap Dong Baek akan seperti dirinya.


“Tapi saat akhirnya aku menemukanmu, kau... Kau sungguh mengelola bar... sebagai ibu tunggal. Tampaknya kau sungguh menjadi sepertiku. Itu sungguh menghancurkan hatiku.”
Nyonya Jo melihat Dong Baek yang berjalan membawa Pil Goo yang masih kecil dengan kereta dorong. Setelah itu ia juga melihat Pil Goo yang tumbun besar dan dijemput saat pulang les.
“Tapi saat kulihat lebih dekat... Kau tersenyum”
Nyonya Joo melihat Dong Baek yang memberitahu Hyang Mi kalau akan seperti dirinya saat punya anak. Dong Baek pergi ke gereja seperti bahagia karena memiliki teman.
“Aku melihatmu tersenyum. Kau tak sepertiku. Aku ingin masak semua makanan yang tak pernah kumasakkan. Aku ingin menghibur dan menenangkanmu. Tapi malah kau yang memelukku. Kau memberiku banyak sekali kehangatan.”
Nyonya Jo akhirnya berpura-pura datang dengan demensia dan tersenyum pada sang anak. Dong Baek tak ingin kehilangan ibunya memeluk ibunya saat tidur. 

“Alasanku memberitahumu semua ini bukan karena aku ingin dimaafkan. Ini karena aku ingin kau tahu sesuatu. “
Dong Baek ada didalam mobil membaca surat dari ibunya, Yong Sik terlihat gugup karena Dong Baek tak mau keluar. Tuan Byun pun hanya bisa berdiri didepan pintu.  Akhirnya Yong Sik membuka pintu dan bertanya apakah tak mau melihatnya. Dong Baek akhirnya turun.
Yong Sik melihat didalam mobil surat yang dituliskan Nyonya Jo.
“Dongbaek... Tak ada seorang pun di dunia ini yang tak mencintaimu. Lupakan anak tujuh tahun yang ditinggalkan. Jangan pikir kau kurang percaya diri, dan jangan merasa terintimidasi. Jalani hidupmu sepenuhnya. Ini tak hanya tujuh tahun tiga bulan. Selama 34 tahun ini... Aku mencintaimu setiap hari.”
Dong Baek pergi ke rumah sakit dengan wajah panik mencari ibunya, lalu terdiam melihat seseorang didepannya. 


[Epilog]
Nyonya Jo berada dirumah sakit mengeluh kalau Dong Baek itu harus berhenti memberi tahu akan memberikan ginjalnya agar bisa tinggal lebih lama. Dong Baek datang kembali menemui ibunya, sambil mengeluh dengan sikap ibunya.
“Bagaimana tujuh tahun tiga bulanmu bersamaku?” tanya Dong Baek. Nyonya Jo terlihat bingung.
“Rasanya seperti dapatkan tabungan berjangkaku kembali.” kata Nyonya Jo. Dong Baek bingung  apa maksudnya "Tabungan berjangka"
“Aku menjalani hidup yang sangat sulit. Ini Sangat melelahkan. Hidup terasa seperti hukuman bagiku. Tapi setelah menghabiskan tiga bulan bersamamu, maka aku sadar harus tetap hidup agar akhirnya bisa bertemu denganmu lagi.” Kata Nyonya Jo.
“Ini sepadan dengan semua kesulitan yang harus kualami. Ini tak cukup untukku. Tapi kurasa cukup untukmu... Kurasa ini hanya cukup untukku.” Kata Nyonya Jo menangis haru lalu ingin memegang tangan anaknya, Dong Baek ingin menarikanya tapi akhirnya mereka saling bergenggaman tangan.
Bersambung ke episdeo 39

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar