PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan No
sibuk mencuci mobilnya, Yong Sik datang dengan Tuan Byun. Yong Sik menyindir
Tuan No mencuci mobilnya justru pada saat ini. Tuan NO balas menyindir Yong Sik
itu pasti menyukainya karena terus mengikutinya. Tuan Byun ingin memberitahu
alasan tapi Yong Sik menyelanya.
“Kau
tiba-tiba mencuci mobilmu? Kenapa? Kau harus menyingkirkan bukti?”sindir Yong
Sik. Tuan No mengeluh mendengarnya.
“Hei! Kau
tak seharusnya menyelidiki seperti itu.Sekalian tanya apa dia pelakunya. Kenapa
kau terlalu jujur?” kata Tuan Byun juga memarahi Yong Sik.
“Apa aku
perlu izin polisi untuk mencuci mobilku?” keluh Tuan No. Akhirnya Yong Sik
memeriksa mobil Tuan No
“Petugas
Hwang. Kuasa politik Ongsan akan segera berubah. Kau harus belajar sopan. Aku
singkirkan permen karet di sisi kursi penumpang. Astaga, Hyang-mi sudah gila. Kenapa
dia menempelkan permen karet di mobilku?” keluh Tuan No kesal
“Namun, noda
di setirmu tak bisa hilang.” Sindir Yong Sik. Tuan No bingung kalau Ada noda di
sana
“Apa Kau
menyetir dengan sesuatu di tangan?” tanya Yong Sik. Tuan No bingung kalau ini
terkena sesuatu?
“Bukankah
ini darah?” kata Yong Sik. Tuan No kaget kalau ada darah di sini dan bertanya-tanya Kenapa ada
darah lalu mengeluh Yong Sik yang
menakutiya.
“Kau
mungkin mengupil saat menyetir.” Ucap Yong Sik. Tuan No mengaku tak pernah mengupil!
“Tuan
No...Apa yang kau lakukan sekitar pukul 22.00 tanggal 24?” tanya Yong Sik. Tuan
No terlihat gugup dan bingung tak bisa menjawab.
“Mari
bicara di kantor polisi.” Kata Yong Sik. Tuan No kaget berpikir ditahan karena mengupil sambil menyetir.
Tuan No
hanya bisa tertunduk di kantor polisi. Yong Sik memberitahu kalau Tuan No itu
satu-satunya orang yang mendapat untung dari kasus Pengusil, bahkan Hanya Tuan
No yang dekat dengan direktur Akademi Hanbit yang menghilang.
“Hanya
kau yang mengirim uang beberapa kalikepada Choi Hyang-mi, yang menghilang.
Selain itu, kau satu-satunya yang memiliki darah di setirnya...” ucap Yong Sik
“Aku
mungkin mengupil! Aku hanya mengupil.. Ah .. Sialan.” Teriak Tuan No marah.
Dong Baek pikir Tuan No di ujung setiap jejak.
“Kepala
Byun, Berapa lama lagi aku harus ikuti
sandiwara detektif ini?” keluh Tuan No
“Kami tak
bisa menghubungi Hyang-mi. Tolong bekerja sama.” Kata Tuan Byun.
“Sudah
jelas. Dia mungkin kabur membawa uang seseorang. Kenapa kalian menanyaiku soal
dia? Kami tak ada hubungan sama sekali.” jelas Tuan No
“Hei.. Apa
yang kau lakukan di malam tanggal 24?” tanya Yong Sik. Tuan No hanya diam saja.
“Kenapa
tak memberitahuku?” keluh Yong Sik. Tuan No mengaku makan salmon masu.
“Apa Kau
punya alibi?” ucap Yong Sik tak percaya. Tuan No pikir Yong Sik bisa telepon ibu mertuanya.
“Mertuanya
mengelol tempat salmon masu yang selalu dibicarakannya.” Kata Tuan Byun
‘Beri
tahu saja yang kau lakukan hari itu. Kau tak perlu membuat curiga.” Kata Yong
Sik
“Sejujurnya,
aku tak ingat. Itu sebabnya. Aku sangat mabuk hari itu, aku bahkan tak ingat
cara aku pulang... Kenapa dengan Hyang-mi?” kata Tuan No lalu mengingat
sesuatu.
Flash Back
Tuan No
mabuk direstoran ibu Nyonya Hong, lalu mendekat dan membungkuk meminta maaf
setelah itu memanggil Ja-yeong dengan nada merengek ke depan kamar. Ibu Nyonya
Hong mengeluh meminta Tuan No berhenti sambl membungkus makanan.
“Dia
sungguh tak ada di sini, ya? Sayangku Ja-yeong sungguh tak ada di sini, 'kan? Dia
juga tak ada di sana, 'kan?” ucap Tuan No sedih
“Dia tak
ada di sini. Sudah kukatakan. Kenapa kau mencarinya di sini?” keluh Ibu Nyonya
Hong
“Maafkan
aku.... Aku manusia sampah... Ja-yeong.” Rengek Tuan No lagi. Ibu Nyonya Hong
langsung memberikan makanan pada anak menantuna.
“Bawa ini
dan pergilah... Sopirmu akan segera datang.” Kata Ibu Nyonya Hong.
“Ja-yeong,
aku mencintaimu.” Teriak Tuan No lalu pergi keluar dari restoran.
Tuan No
memasukan makanan ke dalam bagasi dan saat itu Hyang Mi lewat sambil memberikan
tanda cinta. Tuan No yang mabuk kesal menganggap Hyang Mi Beraninya merendahkannya
“Semua
ini karena Hyang-mi. Jika dia tak muncul...” kata Tuan No akan mengejarnya tapi
sebuah mobil melaju dengan kencang dibelakanganya.
Hyang Mi
sedang mengemudikan motornya tiba-tiba dikejar oleh mobil yang menyalakan
klaksonya. Hyang Mi bingung karena tak ada jalan lagi. Jessica terlihat sangat
marah akan membunuh semuanya, akhirnya Hyang Mi terjatuh dari motor dan mobil
Jessica meninggalkanya.
“Hyang-mi...
Apa Kau sudah mati?” tanya Tuan No kaget melihat motor Hyang Mi jatuh. Hyang Mi
terlihat hanya terdiam di sawah terlihat jatuh.
“Gyu-tae..
Ahh.. Sial. Bisakah kau tangkap berengsek itu? Tapi Pertama, bisa kau bantu
aku?” ucap Hyang Mi akhirnya tersadar lalu memuka helmnya. Tuan No bernafas lega
karena Hyang Mi yang belum mati.
Tuan No
hanya diam saja menginga semua kenangan dengan Hyang Mi. Tuan Byun melihat
mimik wajah TuanNo langsung bertanya apakah menginga sesuatu. Yong Sik pikir
kalau Tuan No baru ingat adegan kejahatannya
tadi.
“Apa
Hyang-mi sungguh menghilang? Apa Dia tidak kabur?” tanya Tuan No memastikan.
“Tak ada
tanda-tanda dia masih hidup. Dia tak menggunakan uang dan tak mengangkat
telepon.” Kata Tuan Byun.
“Apa Sudah
melacak teleponnya?” tanya Tuan No. Yong
Sik memberitahu Undang-Undang Perlindungan Informasi Pribadi sangat ketatdan
Polsek tak bisa...
“Kau tak
tahu apa-apa... Kalau begitu, ayo pergi” ucap Tuan No langsung berdiri. Yong
Sik bingung kemana.
“Toko
ponsel di Persimpangan Ongsan dikelola sepupuku. Dia melacak bedebah yang
membawa lari uangku dengan alat pelacak lokasi. Bagaimanapun, ayo pergi.” ucap
Tuan No.
Di depan
komputer.
Tuan No
bingung karena Hyang Mi ada disuatu tempat
karenan manusia tak seharusnya ada di sana. Tuan Byun hera Kenapa ada
orang di tengah-tengah danau. Mereka melihat ponsel Hyang Mi ada di danau ongsan,
sepupu Tuan No memberitah Lokasi terakhir bisa muncul seperti itu.
“Jika
ponselmu jatuh ke air, sinyalnya biasanya hilang. Namun, jika jatuh saat masih
menyala atau baterainya dicabut, terkadang masih ada sinyal.” Jelas Sepupu Tuan
No
“Mungkin dia
melempar ponselnya ke sana, lalu kabur.” Kata Tuan No. Tuan Byun pikir tak
mungkin melempar sejauh itu karena Hyang Mi bukan atlet.
“Perahu
bebek berpedal. Bagaimana jika dia naik perahu?” ucap Tuan no
“Mungkin
tidak di tengah-tengah danau. Ada kemungkinan eror.” Kata sepupu Tuan No
“Apa Kau
sungguh mengira Hyang-mi ada di Danau Ongsan?” tanya Tuan No panik. Yong Sik
mengeluh Tuan No terus bertanya padanya.
“Yong-sik...
Meminta tim penyelam ke sana itu hal besar. Bagaimana?”kata Tuan Byun. Yong Sik
mengumpat kesal.
“Tapi ini
menunjukkan dia di sana. Apa kita biarkan saja seperti ini?” keluh Yong Sik
kesal.
Yong Sik
akhirnya keluar dari toko merencanakan agar
kirimkan helm, sweter separuh hangus, dan setir mobil untuk pemeriksaan
noda darah. Tuan No mengeluuh Kenapa mengirim setir lalu merasa Yong Sik pikir
itu darah Hyang-mi.
“Kepala,
bisa terus cari tanda-tanda kehidupan Hyang-mi?” kata Yong Sik tak mengubris
ucapan Tuan No.
“Maksudku,
sekalipun ada laba-laba di rumah, aku mengambilnya dengan gelas kertas dan
menaruhnya di sudut taman, tempat yang terhubung dengan gunung. Bukan hanya
karena takhayul soal laba-laba membuatmu kaya. Karena laba-laba juga makhluk
berharga.” Ucap Tuan No tak bisa menahan tangis.
“Tuan No,
Apa kau menangis?” kata Tuan Byun heran. Tuan no mengaku tak bisa membunuh laba-laba jadi Bagaimana
bisa membunuh Hyang-mi.
“Jangan
ke mana-mana. Jika ke bandara, kau akan dilarang meninggalkan negara. Kuminta
surat perintah agar kau tak bisa lari.”ancam Yong Sik. Tuan No berlutut
memohon.
“Kenapa
menakutinya seperti itu? Dia bahkan tak bisa membunuh laba-laba.” Keluh Tuan No
pada Yong Sik lalu menarik Tuan No agar tak berlutut.
Akhirnya
Yong Sik mengajak dari Tuan No mengajak untuk masuk mobil dan mengantarnya pulang.
Di tempat
Hyang Mi jatuh, Tuan Byun mengeluh Kenapa dia mengikuti kita kemari. Yong Sik
tak memperdulikan Tuan No, meminta Tuan Byun agar melihat dan yakin Sesuatu
jelas terjadi di sini. Tuan Byun malah sibuk melihat Tuan No karena merasa dia
mungkin sungguh menangis.
“Apa aku
membunuhnya? Jujur saja, aku merasa ingin untuk membunuhnya.” Akui Tuan No.
Keduanya menatap bingung.
Sementara
tak jauh dari sana Jessica melihat dari kejauhan mengumpat kesal karena Polisi
datang ke tempat Hyang Mi terjatuh karena dirinya. Akhirnya Yong Sik ingin tahu Apakah Tuan No
itu membunuhnya? Atau hanya ingin membunuhnya
“Pertama,
dia minta kupesankan tiket pesawat. Lalu dia minta 500.000 won. Lalu dia minta
300.000 won. Dia memperlakukanku seperti celengan. Jadi, ada saat aku sungguh
ingin menghantam kepalanya keras-keras.” Akui Tuan No
“Jadi,
apa intinya? Apa Kau membunuhnya atau tidak?” tanya Yong Sik tak sabar.
“Kurasa
aku tak akan membunuhnya sekalipun sangat mabuk. Apa Kau pikir aku tega
membunuhnya?” ucap Tuan No
“Omong
kosong apa ini? Kau akan menyerahkan diri sebelum kami mulai investigasi. Bisakah
kau tenang?” ucap Tuan Byun pada Tuan Nok kesal
“Kenapa
membela tersangka?” keluh Yong Sik. Tuan Nok kaget dianggap "Tersangka"
“Dia
mungkin tampak kikuk, tapi itu mungkin saja pura-pura.” Komentar Yong Sik
melihat Tuan No
“Hei, aku
sudah 20 tahun menjadi polisi. Pelanggar hukum biasanya pintar.” Kata Tuan
Byun.
“Lalu
kenapa kau tak memberitahuku soal Akademi Hanbit? Katamu aku akan sebabkan
kekacauan jika menggalinya.” Kata Yong Sik.
Tuan Byun
kaget Tuan No mengatakan hal itu. Yong Sik membenarkan. Tuan No bertanya apakah Yong Sik tahu masa
berlaku perkara. Yong Sik terlihat bingung. Tuan No meminta agar Yong Sik
Datang ke tokonya besok.
“Biar aku
berkonsultasi soal masa berlaku perkara lebih dahulu. Lalu akan kuputuskan memberitahumu
atau tidak.” Ucap Tuan No dengan wajah serius.
Nyonya
Jung berdiri didepan rumah, hanya diam saja membawa barang ditanganya. Ia
mengingat saat terahir kali masak dirumah anaknya.
Flash Back
Nyonya
Jung yang berpura-pura demensia, membuang air rendaman daging sapi memberitahu Bagus
jika Dongbaek makan ini sebelum berangkat sekolah besok Namuntak yakin apa ini
akan matang besok pagi. Dong Baek
langsung berbicara serius pada ibunya.
“ Ibu,
kau tidak demensia, 'kan? Ibu, kenapa kau datang? Ayolah. Beri tahu aku.” Ucap Dong
Baek. Nyonya Jung terlihat hanya bisa terdiam mendengarnya.
“Aku
bahkan tak ingin tahu alasan kau meninggalkanku. Setidaknya beri tahu kenapa
kemari.” Pinta Dong Baek
“Sudah
kubilang, 'kan? Aku berjanji setidaknya melakukan satu hal untukmu.” Kata Nyonya
Jung.
Dong Baek
bertanya apakah Nyonya Jung sudah melakukanya. Nyonya Jung mengaku sudah. Dong
Baek pun ingin tahu apa yang dilakukan ibunya. Nyonya Jung hanya diam saja. Dong
Bae mengeluh kalau ibunya mulai
membuatnya takut.
“Kau
lebih misterius bagiku dibandingkan pelangganku yang aneh.” Keluh Dong Baek
“Aku akan
memberitahumu semuanya. Aku hanya menunggu saat yang tepat.” Kata Nyonya Jung
“Tak
apa.. Aku tak ingin mendengar kisahmu. Itu sudah sangat jelas. Aku sungguh
bodoh. Jadi, aku mungkin akan iba padamu. Aku tak ingin lupakan betapa pantas
aku membencimu. Jadi, jangan coba buat aku iba. Aku tak mau dengar apa pun.” Keluh
Dong Baek lalu masuk ke dalam kamar.
“Astaga,
si bodoh itu... Kalau begitu minta saja aku pergi. Kenapa kau tak bisa
mengusirku saja?” kata Nyonya Jung melihat anaknya yang terlalu baik.
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ONGSAN
Dong Baek
mengantar Yong Sik ke rumah sakit. Yong Sik mengaku Tangannya masih sangat nyeri, tapi Dong
Baek selalu ikut dengannya ke rumah
sakit jadi tak begitu buruk. Ia merasa Rasanya seakan ada yang memperhatikan.
“Dan
seolah aku satu-satunya yang kau pikirkan saat ini.”ungkap Yong Sik bahagia.
“Yong-sik...
Kau bisa bersikap kekanak-kanakan di depanku. Tapi tahan dirimu dari memberi
tahu ibumu betapa kau menyukaiku.” Pinta Dong Baek
“Kenapa? “
tanya Yong Sik. Dong Baek pikir Sangat wajar bagi Ibu Yong Sik membencinya saat ini.
“Akan kuberi
tahu dia aku mau menikahimu” kata Yong Sik. Dong Baek mengeluh dengan sikap
Yong Sik.
“Kenapa
kau tak bisa pakai strategi? Kau melamar kemarin, jadi, terlalu dini
memberitahunya.” Keluh Dong Baek kesal.
“Dongbaek...
Jika aku penuh perhitungan dan strategi, Apa kau pikir wanita tercantik di
Ongsan akan jatuh cinta padaku?” goda Yong Sik.
Dong Baek
mendengarnya terlihat malu dan mencoba tak mengubrisnya lalu berjalan pergi.
Yong Sik mengau dirinya agak tak biasa. Tapi Dong Baek berpikir Yong Sik sungguh biasa saja. Yong Sik pikir Karena membahasnya, lalu meminta Don Baek
bisa datang ke rumahnya malam ini.
“Bukankah
kau tinggal sendiri?” ucap Dong Baek. Yong Sik pikir Karena itu
memintanya datang.
“Tak akan
kuminta jika ada ibuku... Dongbaek, anehnya, kau sangat murni dan seksi
bersamaan. Aku pria baik, tapi kau terus membuatku ingin berbuat buruk.” Ucap Yong
Sik kembali mengodanya. Dong Baek hanya diam saja sambil tersenyum.
Di
ruangan dokter.
Yong Sik
mengaku kalau ia adalah pria yang punya
tempat sendiri jadi merasa tak pernah
benar-benar memanfaatkan itu dan Karena sudah melamar Dong Baek jadi tak perlu
ditahan lagi. Dong Baek berpikir Yong Sik gila karena ada dokter dan juga
perawat.
“Jadi,
kau datang malam ini, 'kan?” tanya Yong Sik. Dong Baek mengeluh Yong Sik
memintanya datang semudah itu
“Aku
sungguh tak tahan lagi.” Ungkap Yong Sik. Don Baek pun berbisik bertanya Pukul
berapa?
“Apa Kau
sungguh tak ingin tahu alasan aku memintamu datang?” tanya Yong Sik
“Aku
sudah cukup dewasa. Akan berlebihan bagiku menanyakan padamu alasan kau
memintaku datang. Kau orang yang mengundangku datang ke tempatmu. Mari bahas di
luar.” Ucap Dong Baek dengan wajah malu.
“Maksudku,
jelas aku tak bisa keramas karena tanganku terbakar. Benar, 'kan? Kita sudah
bertunangan, jadi, kau bisa membantuku. Aku tidak bisa lebih dari tiga hari
tanpa keramas.” Kata Yong Sik. Perawat dan dokter hanya bisa menahan tawa.
Dongbaek
makin malu karena tak seperti yang ada dalam pikiran lalu keluar ruangan. Yong
Sik memanggil Dong Baek lalu mengodanya pasti sangat ingin datang ke rumahnya.
Di lorong
rumah sakit
Dong Baek
melihat pria berjas saat ibunya menariknya pergi lalu memanggilnya. Si pria pun
menoleh, dan berhenti berjalan. Dong Baek merasa pernah melihatnya terakhir
kali saat kemari dengan ibunya.
“Kau dan
Bu Jo Jung-suk... Apa Kalian akhirnya bertemu?” tanya Dokter.
Akhirnya
Di ruangan Ahli penyakit dalam, Dokter Jung Chan Gul. Dong Baek terlihat gugup
kalau ibunya kemari setiap Kamis. Ia mengingat saat ibunya tiba-tiba naik taksi
lalu bertanya mau kemanan ibunya. Nyonya Jung mengatakan akan kembali besok
malam dan Jemput Dongbaek nanti.
“Ibu, kau
pergi ke mana belakangan ini?” tanya Dong Baek penasaran.
Dong Baek
keluar ruangan dokter sambil mengingat pesan dokter “Tolong pastikan dia datang
tiga kali sepekan.” Yong Sik memanggil Dong Baek bertanya darimana saja. Dong
Baek masih mengingat ucapan dokter “Bukan untuk itu kau kemari? Kata ibumu kau
tahu.”
“Ada
masalah apa? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba tampak bimbang?” tanya Yong Sik.
Dong Baek tak membahasnya mengajak Yong Sik untuk segera pergi.
Dong Baek
masuk restoran melihat ibunya, lalu bertanya apakah K hari ini buat kimchi. Ia
berkomentar ibunya masak sup tulang
sapi, kini membuat kimchi dan terlihat Sibuk sekali. Nyonya Jung tak mengubrisnya
malah mengeluh masih ada ikan teri di lemari es
“Cepat
Keluarkan. Akan kutumis dan kutaruh kembali.” kata Nyonya Jung masih tetap
sibuk membuat kimchi.
“Kenapa kau
sibuk sekali? Apa Kau kehabisan waktu? Apa Kau merasa harus lakukan sesuatu
untukku?” ucap Dong Baek menyindir. Nyonya Jung terdiam.
“Ibu...
Apa Kau sudah makan? Mari makan daging perut babi” kata Dong Baek.
Di sebuah
restoran
Nyonya
Jung mengeluh anaknya membawanya jauh-jauh kemari untuk makan dan ingin tahu
ada apa sebenarnya, apakah Karena Dong
Baek ingin bicara. Don Baek hanya diam
saja. Nyonya Jung akhirnya membiarkan Dong Baek Tanya saja yang ingin
diketahuinya.
“Kuberi
tahu soal Seong-hui, wanita yang dahulu datang...” ucap Nyonya Jung
“Aku tak
penasaran. Kubilang aku tak tertarik dengan kehidupanmu dahulu.” Kata Dong
Baek. Nyonya Jung tak percaya mendengarnya.
“Permisi.
Bisa bawakan garpu?” ucap Dong Baek meminta pelayan, pelayan pun datang
memberikanya.
Dong Baek
langsung memberikan garpu pada ibunya lalu meminta pelayan kalau pesan soda. Ia
pun meminta ibunya agar Jangan terlalu banyak makan nasi dan Pastikan makan
banyak daging bahkan bertanya apakah Mau pesan iga sapi juga. Ibu Dong Baek
hanya diam saja.
“Ibu, ke
mana pun kau pergi, pastikan makan enak. Orang akan suka jika kau banyak makan.
Makanlah.” Kata Dong Baek terlihat santai.
Flash Back
Nyonya
Jung mengajak makan Dong Baek sebelum diantar ke panti asuhan meminta garpu lalu memberikan ketangan Dong
Baek setelah itu memesan soda. Ia memberikan daging pada Dong Baek sambil
berpesan Jangan terlalu banyak makan
nasi dan Pastikan makan banyak daging.
“Apa Mau
pesan iga sapi juga?” tanya Nyonya Jung pada Dong Baek lalu memberikan pesan.
“Ke mana
pun kau pergi, pastikan makan enak. Orang suka jika kau banyak makan. Lalu, aku
juga ingin minta tolong.” Kata Nyonya Jung.
Dong Baek
dengan santai meminta ibunya makan saja karena Nyonya Jung yang minta
makan banyak agar orang menyukainya. Nyonya Jung dengan mata
berkaca-kaca tak percaya Dong Baek bisa
ingat semua itu. Dong Baek pikir mana bisa melupakan hal itu.
“Daging perut
yang kita makan hari itu, menu yang kau pesan hari itu, dan yang kau katakan
saat memesan soda dan memberiku garpu. Aku bahkan ingat baumu hari itu. Aku
mengingat setiap hal. Akhirnya kau mengerti berapa kali aku pikirkan hari itu?”
ucap Dong Baek.
“Aku
lebih muda dari Pil-gu. Lalu aku memikirkan hari aku ditinggalkan berulang kali.
Namun, aku tak percaya aku masih tak bisa membencim walau kau terlambat
kembali.” akui Dong Baek.
“Ibu... Kenapa
sebenarnya kau kembali? Aku setidaknya akan kasihan padamu jika kau mengaku
sakit.” Kata Dong Baek
Flash Back
Dokter
Jung bertanya apakah Dong Baek akan diperiksa hari ini. Dong Baek terlihat
binggung. Dokter Jung pikir kalau itu
tujuan Dong Baek datang karena ibunya mengatakan anaknya pasti mengetahuinya.
“Putriku
tak akan membiarkanku mati. Dia sudah menawarkan satu ginjalnya. Aku yakin dia
bahkan tak perlu periksa. Dia putriku, jadi, pasti cocok, 'kan? Benar, 'kan?”
ucap Nyonya Jung yakin dengan senyuman sumringah.
Apa Kau kembali
untuk meminta ginjalku? Aku tak percaya kau menginginkannya meski tak pernah
membesarkanku. Namun lagi-lagi, aku tak terkejut. Tak semua orang begitu tebal
muka untuk tinggalkan anaknya.” Ucap Dong Baek
“Namun,
kau masih bisa memutuskan berubah menjadi orang baik. Hal yang kau katakan
membekas padaku selama 27 tahun. Namun, sekarang kukembalikan.” Kata Dong Baek
“Kenapa
kau ingat semua itu?” kata Nyonya Jung tak percaya sambil menangis.
Dong Baek
masih mengingat saat ibunya meninggalkan depan panti “Lalu...
aku juga ingin minta tolong. Jika ada yang bertanya nama ibumu, katakan saja
kau tak tahu. Ya? Anggap ini membantuku.”
“Ibu, aku
ingin minta untuk terakhir kali. Jika
ada yang tanya nama putrimu, pastikan beri tahu mereka kau tak tahu. Tolong
lakukan itu untukku.” Ucap Dong Baek lalu melangkah pergi.
Nyonya
Jung mengingat saat meninggalkan panti asuhan menangis disamping taksi dan
masuk taksi. Dong Baek melakukan hal yang sama tapi tak menangis seperti
hatinya bisa tenang setelah membalas dendam pada ibunya.
Yong Sik
baru datang melihat Dong Baek mengeluh Dari mana saja, bahkan tak menjawab
telepon. Dong Baek langsung berlari kepeluka Yong Sik dan langsung menangis.
Yong Sik bingung bertanya ada apa dan apa yang terjadi pada Dong Baek.
“Aku
benci ibuku. Aku sangat benci ibuku. Apa Kau sungguh berpikir ibuku datang
untuk meminta itu padaku? Ibu macam apa dia? Dia sangat menyebalkan.” Ungkap Dong
Baek terus menangis.
“Ada apa?
Apa ibumu meminta sesuatu? Apa Itu membuatmu kesal?” tanya Yong Sik bingung.
“Tidak,
bukan itu. Ibuku terus menatapku. Kenapa dia menatap orang yang pergi? Ibuku..
Ibuku terus menatapku. Aku menunggunya kembali selama 27 tahun. Bagaimana
jika... ibuku juga sama? Bagaimana jika dia juga menungguku?” ucap Dong Baek
lalu kembali menangis dipelukan Yong Sik.
Epilog
Di
restoran
Seorang
ibu mengendong bayinya yang terus menangis, Nyonya Kwak yang hamil mengumpat
kesal pada bibi diluar mengusirnyaagar pergi saja sambil mengancam. Setelah itu masuk ke dalam restoran
memberikan daging babi pada ibu yang mengendong anak.
“Aku
masak ini untuk sendiri... Tapi kita bisa berbagi Jika kau ingin menyusuinya,
maka kau harus makan kaki babi.” Ucap Nyonya Kwak menyuapi si ibu.
“Ini Lebih
baik saat masih kecil. Jadi kacau saat mereka mulai berjalan dan berlari.” Komentar
Nyonya Kwak melihat anak yang masih kecil digendong si ibu.
“Namun,
bukankah itu lebih baik?” komentar si ibu. Nyonya Kwak mengejek kalau bisa menunggu
dan akan melihatnya nanti.
“Apa Dia
anak pertamamu?” tanya Nyonya Kwak. Si ibu membenarkan dan bertanya Nyonya Kwak
hamil yang keberapa.
“Ini bayi
ketigaku.” Kata Nyonya Kwak. Si ibu tak percaya Nyonya Kwak mengelola restoran dengan dua anak dan sedang
hamil
“Tunggu
saja. Seorang Ibu bisa melakukan apa saja. Lalu Siapa namanya?” tanya Nyonya
Kwak
“Dongbaek.
Namanya Dongbaek.” Kata si ibu dengan bangga. Nyonya Kwak pun tersenyum saat
itu kaki Dong Baek sudah menendang ke arah perut Nyonya Kwak, seperti sudah
mengodanya.
Ternyata Dong
Baek dan Yong Sik sudah saling bertemu saat masih kecilm bahkan Yong Sik di
dalam kandungan ibunya.
Bersambung
ke episode 29
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar