PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jessica
makan semua makan mulai dari toppok, ayam goreng dan juga minum soju. Ibunya
melihat sang anak hanya bisa mengeluh anaknya itu seperti babi dan pasti akan
ribut mengatakan harus menurunkan berat badan.
“Ayahmu
akan memukulimu jika melihatmu minum.” Ucap Ibu Jessica membuang kaleng bir
lalu mencoba menyadarkan anaknya.
“Ibu... Aku
ingin syuting iklan penjernih air.” Ucap Jessica. Ibunya mengeluh kalau Iklan
itu tidak penting.
“Ini
penting. Aku ingin syuting iklan itu dan terus menjadi istri Jong-ryeol.”
Ungkap Jessica.
“Kau
menghancurkan hatiku.” Komentar Ibunya. Jessica mengaku mau tetap disorot dan mau terus diperhatikan.
“Aku mau
orang melihat hidupku hebat. Apa itu buruk? Apa aku begitu bersalah?” kata
Jessica.
“Untuk
siapa? Kenapa kau sangat peduli pendapat orang?” tanya Ibunya.
“Jika
orang tak berkata aku cantik, aku tak merasa cantik. Jika orang tak berkata
mereka iri, aku merasa aku bukan siapa-siapa. Sepertinya Park Sang-mi bukan
siapa-siapa.” Kata Jessica sedih
Ia
mengingat yang dikatakan Hyang Mi sebelumnya “Kau dan aku sama saja. Gadis yang butuh perhatian, gadis yang tak
pernah dicintai.” Ia mengaku tak bisa biarkan orang tahu itu dengan wajah
sedih.
Nyonya
Hong keluar dari gedungnya, Tuan No membahas Lalu ponselnya muncul di tengah
danau itu jadi membuatnya panik Bagaimana jika sesuatu muncul dari Danau Ongsan
dan apa yang harus dilakukan. Nyonya
Hong mengeluh menatap suaminya.
Di rumah,
Jong Ryul mencoba mengingat kejadian 24 Oktober., sementara Jessica mengaku
pada ibunya kalau menabraknya dengan mobil. Jong Ryul pun menemukan dari
ponselnya kalau Sang Min menelpnya dan mengingat yang dikatakan Yong Sik.
“Kalau
begitu, di mana kau sekitar pukul 22.00 pada malam tanggal 24?”
Sementara
Tuan No panik ingin tahu apa yang harus dilakukan. Nyonya Hong pikir Mayat tak
bisa muncul ke permukaan semudah itu.
Saat itu
dikantor polisi dibagian laporan, Nyonya Jo dengan topi dan jaket hitamnya
menelp bertanya apakah Bisa melaporkan pembunuhan seseorang hanya dengan
kecurigaan
Yong Sik
mengambil handuk dalam mobilnya berkomentar kalau merasa ada lebih dari satu tersangka dan Jika
Hyang-mi sungguh mati, Apakah Tuan Byun pikir ini sungguh perbuatan Pengusil.
Tuan Byun pikir Tak semua orang bisa membunuh.
“Ada
perbedaan antara ingin membunuh seseorang dan sungguh membunuh.” Kata Tuan Byun
lalu merapihkan rambut Yong Sik mengejeknya seperti anak kecil.
“Ayolah,
hentikan. Lalu Apa tim penyelam mencari di danau?” tanya Yong Si. Tuan Byun
pikir lebih baik Beri mereka waktu..
“Apa Kau
yakin pemantiknya bersih?” tanya Yong Sik. Tuan Byun mengelu jika Pengusil seseorang
yang meninggalkan sidik jari, maka sudah ditangkap enam tahun lalu.
“Bagaimana
jika yang ditemukan di helm, sweter, dan setir No Gyu-tae sungguh darah
seseorang, dan jika itu sungguh darah Hyang-mi, kita harus bagaimana?” kata
Yong Sik.
Tuan Byun
seperti tak mendengarnya malah melihat ke arah lain. Tuan No seperti sangat
frustasi duduk di depan kantor polisi. Tuan No mengau datang kemari untuk
menyerahkan diri.
Dong Baek
mencari sesuatu dibawah lemar dan menemukan tas ibunya. Ia melihat isinya dan
ternyata banyak gelang yang dianggap sebagai penderita demensia dan mengeluh
ibunya memang penipu. Ia lalu merasakan kalau ponsel yang bergetar dan mencari
di dalam lemari.
Ia
melihat ponsel lipat ibunya terlihat alarm “MINUM OBAT MAKAN SIANG” dan langsung
memeriksa kalau tak ada riwayat panggilan. Ia pun melihat galeri foto milik
ibunya ada beberapa gambar bunga lalu bertanya-tanya Kenapa ibunya suka
mengambil foto bunga.
Ia pun
melihat foto bertuliskan [BANTUAN SUDAH DEKAT] lalu terlihat kaget dimana
tempat itu.
Yong Sik
di kantor polisi hanya diam saja. Tuan Byun membawakan kopi untuk Tuan No .
Tuan No mengaku tahu batas waktu perkaranya lima tahun dan mengaku saat itu 29
Juni 2014, jadi... Tuan Byun lalu mengingat tanggal 29 Juni 2014
“Itu hari
saat Pengusil membunuh Geum-ok.” Kata Tuan Byun. Yong Sik pun langsung menuduh
Tuan No itu sungguh Pengusil
“Hei.
Kubilang investigasi bukan seperti itu.” Tegas Tuan Byun agar Yong Sik tak
mengunakan emosinya.
“Sejujurnya, aku di sana hari itu.” Akui Tuan No
Flash Back
29 JUNI 2014
Di dalam
sebuah ruangan terlihat rekaman CCTV, Temanya mengeluh Tuan No terus memesan
makanan ini padahal bukan tempat makan. Tuan No mengaku pergi ke persimpangan
dan membelinya dan harus makan sebelum melakukannya.
Saat itu
dalam ruangan yang gelap banyak mesin judi dan beberapa orang menang melalui
mesin dingdong. Tuan No sebelumnya berpesan pada Yong Sik “Jangan gali soal
Akademi Hanbit. Ongsan akan kacau.”
Seseorang
merokok dan ingin membuang puntung rokoknya sambl membuka jendela. Orang yang
lain panik kalau jangan buka jendela. Saat itu ternyata [AKADEMI HANBIT] adalah
tempat judi ilegal.
“Aku
sudah lama tak pernah melihat anak-anak di sana, tapi tandanya tetap ada di
sana selama dua tahun.” Komentar bibi pemasar geung.
KLINIK
KULIT OK yang tepat ada disamping gedung, tiba-tiba terdengar suara alarm
kebakaran. Polisi dan pemadam kebakaran datang, didalam gedung sampingnya panik
karena polisi datang dan sengaja mematikan lampu.
Seseorang
mencoba menyalakan lampu, Tuan No yang ada disampingnya panik menyuruh agar
mematikan lampu. Akhirnya polisi pun meninggalkan klinik Ok.
Di atap
gedung, si pemilik terlihat panik. Anak buahnya memberitahu kalu itu spanduk
dari tahun 2012. Si pemilik mengaku Bukan itu yang penting. Lalu mengeluh
karean ada kamera pengawas di akademi dan
Jika polisi ingin melihatnya maka semua akan berakhir.
“Kau dan
aku akan diborgol saat itu juga.” Ucap si pemilik. Si pria muda merasa kalau ia
hanya pekerja paruh waktu.
“Tentu,
ya, bagus untukmu! Hei, Pekerja Paruh Waktu. Buka itu.” Kata si pemilik dan
langsung menurunkan spanduk besar menutupi
CCTV.
Tuan Byun
melihat gedung yang ditutupi spanduk besar, Yong Sik pikr Kasusnya terjadi 29
Juni 2014, lalu Pada baliho tertulis memulai kelas untuk ujian masuk kuliah
tahun 2012. Ia pun ingin tahu apa orang datang ke tempat ini.
“Mereka
terburu-buru memasang baliho untuk menutupi sesuatu.” Komentar Yong Sik bangga.
“Kau
sungguh melakukan investigasi bagus.” Komentar Tuan Byun bangga pada Yong Sik.
“Baiklah,
sekarang. Di mana direktur akademi itu? Di mana teman baikmu?” Kepala, mari
taruh dia ke dalam daftar buronan.” Kata Yong Sik mengebu-gebu.
“Kalian
sudah menangkapnya.” Kata Tuan No dengan wajah serius.
Seorang
pria duduk dengan baju tanahan, Yong Sik berdiri dengan Tuan No mengunakan
kacamata hitam. Tuan No seperti berkunjung menemui temanya. Yong Sik pikir
Orang tak bisa dipaksa berhenti berjudi.
Berdasarkan asas “ne bis in idem” pria takkan dituntut lagi untuk
kejahatan yang sama.
“Jangan
katakan itu di situasi seperti ini.” Keluh Tuan Byun pada Yong Sik.
“Kerahasiaan
saksi dijamin. Karena itu, informasi yang diberikan oleh saksi takkan diungkap
kepada siapa pun.” Kata Yong Sik dengan wajah menegaskan.
“Hei,
bisa hentikan omong kosongmu?” keluh Tuan Byun. Si pria pun bertanya apakah dua
pria itu temanya.
“Mereka
detektif.”kata Tuan No, temanya marah karea Tuan No yang membawa detektif
“Hei, tak
apa-apa... Tenanglah. Kami hanya ingin tahu apa kau masih punya rekaman kamera
pengawas saat itu. Kami berjanj takkan membeberkan sumber bukti.” Ucap Tuan
Byun menyakinkan.
“Begini...Ini
juga membuatku tak nyaman. Kukira itu hanya pencuri. Aku tak tahu seseorang
dibunuh hari itu.” Kata si pria. Keduanya terlihat kaget. “Maksudmu... Aku merasa
tak nyaman soal ini. Jadi, aku tak bisa menghapus rekaman hari itu. Gyu-tae,
pergi ke restoran istriku dan minta laptopku. Kau akan menemukan folder film
bernama "Perburuan Paus." Itu rekamannya.” Kata si pria.
Tuan
Byun, Yong Sik dan Tuan No keluar dari restoran “IKAN MONKFISH” dengan sikap
seperti pahlawan yang akan menumpas kejahatan. Tuan Byun yakin kalau Sekarang
permainan tamat dan memberitahu Yong Sik
Bersiaplah untuk promosi.
“Apa
kataku? Aku takkan menyerah hingga menangkapnya.” Ucap Yong Sik bangga.
“Ini
menyenangkan... Ini seperti Case Closed.” Ucap Tuan No tersenyum bahagia.
Akhirnya
mereka melihat rekaman dari KAMERA SATU, Tuan No akhirnya melihat sosok
mencurigakan yang terekam dari rekaman CCTV. Yong Sik berteriak bahagia kalau
sudah mendapatkan pelakunya, Tuan No bingung apakah Yong Sik bisa mengenalinya
“ Ini
lebih dari cukup. Kita beruntung punya rekaman dia. Dengan rekaman ini, kita
bisa analisis tingginya, fisik, dan cara dia berjalan. Kita akan bisa
menganalisis semuanya.” Kata Yong Sik bangga
“Siapa
nama pembawa acara itu? Panggil Lee Su-jeong, pemandu acara Unanswered
Questions. Kita harus menganalisis rekaman ini.” Ucap Yong Sik dengan penuh
semangat.
“Hei, ini
saatnya kita melaporkan ini... Mari laporkan.” Kata Tuan Byun sudah
bersiap-siap dengan seragamnya. Tuan No
memberitahu kalau Ada orang lain.
Keduanya terdiam.
Dong Baek
menemukan foto yang sama dengan yang ada diponsel ibunya. Seorang biara
memberitahu kalau Nyonya Jo mengajarkan penting bagi anak tumbuh dengan bunga
Karena itu Nyonya Jo menanam semua bunga ini. Dong Bae melihat taman bunya yang
indah.
“Dia juga
sangat baik kepada semua yang datang kemari. Aku tak pernah melihat seseorang
seperti Nyonya Jo.” Kata Biarawati.
“Ibuku
bukan orang baik. Tapi kurasa dia tahu bagaimana putrinya hidup.” Kata Dong
Baek lalu melihat dibagian depan “PENAMPUNGAN IBU TUNGGAL”
“Omong-omong,
bagaimana kau bertemu ibuku?” tanya Dong Baek penasaran.
“Biarawati
dari Ongsan rekomedasikan dia dan berkata dia orang hebat.” Ucap Biarawati.
Dong Baek kaget kalau ibunya dari Ongsan
“Nyonya
Jo biasa menjadi relawan di kelompok bermain yang dikelola gereja, dan dia
merawat anak-anak seakan itu anaknya.” Jelas Biarawati.
“Apa dia
bekerja di Kelompok Bermain Saint Severus tahun 2014?” tanya Dong Baek
memastikan.
“Apa Kau
tahu tempat itu?” tanya biara. Dong Baek yang mendengarnya langsung mengeluh
kalau sungguh benci ibunya.
Dong Baek
terlihat masih shock menerima telp dari Yong-sik. Yong Sik memberitahu Ada
sesuatu yang harus dilihat. Dong Baek bertanya apakah Yong Sik punya kejutan
lain untuknya karena takkan terkejut sekalipun ibunya ternyata residivis.
Akhirnya
Dong Baek pergi ke kantor polisi mengetahui kalau Pelakunya terekam. Yong Sik membenarkan dan Ada dua orang, wajahnya terlihat tegang.
Dong Baek terlihat bingung.
Heung Sik
sedang merapihkan bagian lukisan lalu melihat seseorang sedang sibuk di rak
lainya. Ia lalu bertanya apakah membutuh sesuatu. Nyonya Jo melihat kalau Heung
Sik punya semuanya yaitu Banyak benda yang bisa digunakan untuk membunuh orang.
“Kau
Pengusil, 'kan? Apa Kau tak ingat aku? Kita bertemu malam itu.” Ucap Nyonya Jo
dengan tatapan dingn.
Flash Back
29 JUNI 2014
Dong Baek
berjalan dengan Nyonya Ok setelah mengantar Pil Goo yang masih kecil ke tempat
penampungan dan akan kembali setelah gereja. Nyonya Ok membahas pria yang
bilang sungguh menyukainya. Dong Baek pikir itu pasti menyukai Nyonya Ok karena
Semua di lingkungan ini menyukainya.
“Jika dia
tak menyukaiku, kenapa dia meminjamkan payungnya? Kau Pacaran saja dengannya. Dia
lebih baik dari penyanyi kesayanganmu dan
tak bisa pinjamkan payung.” Kata Dong Baek
“Hei,
jangan bandingkan dia dengan Kim Gun-mo. Entah kenapa aku selalu mendapat pria
berengsek.” Kata Nyonya Ok. Keduanya menuju ke klinik Ok dengan wajah bahagia.
Diam-diam
Nyonya Jo mengintip dari belakang mobil, Biarawati menepuk bahunya memberitahu
kalau kesayangan Nyonya Jo itu sudah datang. Nyonya Jo akhirnya mengajak
bermain Pil Goo. Pegawa lain bertanya alasan Nyonya Jo sangat menyukai Pil-gu
“Di mana
lagi aku bisa bertemu anak menggemaskan sepertinya? Hidupku sangat payah. Tapi
berkat kau, hari Minggu-ku seperti surga.” Ucap Nyonya Jo mengajak Pil Goo
bermain.
“Astaga,
bahkan rambut bayimu mirip Dongbaek. Apa Kau pernah bicara kepada ibumu
tentangku? Bagaimana menurutmu? Apa Kau pikir aku bisa menemuinya?” tanya
Nyonya Jo pada cucunya.
Nyonya Jo
akhirnya memakai lipstik, Biara melihat Nyonya Jo yang memakai lipstik pun
bertanya ingin pergi ke suatu tempat. Nyonya J mengaku akan menemui putrinya
dan melihat kalau Cuacanya bagus sekali jadi sungguh merasa harus menemuinya
hari ini.
“Apa Kau
berencana ke tempat bagus dengan putrimu hari ini?” tanya biara.
“Hidup
putriku baik. Dia dapat perawatan kulit setiap Minggu.” Kata Nyonya Joo
bahagia.
“Astaga.
Mungkin karena Pengusil. Makin banyak orang datang ke gereja. Karena semua
orang khawatir.” Komentar seorang pegawai datang seperti sangat kelelahan.
Di depan KLINIK
KULIT OK, Nyonya Jo menatap ke lantai dua tapi merasa sangat gugup. Sementara di
dalam gedung akademi, Si bos mengeluh Tuan No yang mengumpulkan kupon restoran
ini. Tuan No mengaku memang sengaja mengumpulkannya.
“Tapi Ada
apa dengan orang bertopi itu? Dia cukup lama berdiri di sana.” Ucap Si pria
melihat Nyonya Jo hanya diam saja dari rekaman CCTV
“Mungkin
dia takut untuk masuk. Apa Perlu kuajak kemari?” kata Tuan No. Temanya pikir
tak perlu.
“Tak ada
gunanya menerima pengecut. Mereka hanya akan ribut jika kehilangan uang.” Kata
si pria. Tuan No mengeluh kalau merasa seperti sedang membicarakan dirinya.
Dong Baek
dan Yong Sik melihat rekaman CCTV dengan wajah serius. Yong Sik menuliskan
catatan “MUNGKIN PUNYA KOMPLOTAN” lalu mengira akan ada komplotan. Ia yakin Dong
Baek pasti mengenalinya dan Tampaknya ibunya itu selalu ada di dekat Dong Baek.
Di toko
Heung Sik
pun ingin tahu kenapa Nyonya Jo berpikir melihatnya hari it dan menganggap
sebagai pelakunya. Nyonya Jo pikir Jika memakai jaket dan topengdi musim panas,
maka Heung Sik berpikir takkan dikenali.
Flash Back
Nyonya Jo
pergi ke mesin minuman, merasa Tenggorokannya kering karena merasa bersalah. Saat
itu tak sengaja bertemu dengan si pelaku dengan jaket hitam tanpa terlihat
wajahnya. Nyonya Jo pun meminta maaf sambil membersihkan minuman yang jatuh. Si
pelaku mencoba menghindar.
“Kau melewatiku
di hari yang lembap, tapi aku masih bisa mencium bau terpentin.” Ungkap Nyonya
Jo. Tuan No dkk tak melihat si pelaku masuk kegedung Klinik Ok.
“Katanya ibu-ibu diciptakan karena
Tuhan tak bisa selalu ada di mana-mana. Semua ibu bisa cepat mengenali orang yang
akan melukai anaknya.”
Nyonya Jo
melihat dari kejauhan dan mulai mendekati gedung. Sepasang pria dan wanita
mengeluh karena dilantai atas memutar musik yang keras. Nyonya Oh pun bertany
apakah mereka lihat seorang pria naik ke san, memakai topi. Mereka merasa tak
ada yang datang.
“Kami
tutup cepat karena tak ada yang datang.” Kata si wanita lalu berjalan pergi.
Nyonya Jo
mengingat yang dikatakan pegawai di gereja “Mungkin karena Pengusil, Makin
banyak orang datang ke gereja.” Ia lalu melihat lampu diklinik dimatikan semua.
Dong Baek pun berada dalam tabung, dengan pelaku.
Saat itu
Nyony Jo berlari menaiki tangga, lalu mengedor pintu. Si pelaku bisa mendengarnya.
Akhirnya Nyonya Jo menyalakan alarm kebakaran dan juga air pemadam asap, saat
itu juga pelaku pun kabur.
“Kudengar
alarm menyala diikuti pemadam api. Kurasa seseorang mengetuk pintu.” Ucap Dong
Baek
“ Pemadam
api itu menyelamatkan nyawamu.” Kata Yong Sik. Dong Bae pikir kebetulan semacam
itu tak pernah terjadi.
“Burung
wiwik tak bisa meninggalkan bayinya di sarang. Menurutmu, di mana ibuku
sekarang?” tanya Dong Baek
Heung Sik
berpik Itu berarti Nyonya Joo tidak melihatknya tapi hanya karena bau itu
sambil merapihkan korek api. Ia pun membahas Nyonya Joo yang demensia. Nyonya
Joo berpikir Heung Sik mengira tak melihatnya lalu menegaskan kalau melihat
Heung Sik.
“Kau
memakai topeng dan topi... Tapi aku jelas melihatmu... Matamu.. Mata kejammu.” Ungkap
Nyonya Jo
“Apa
mataku sungguh kejam?” tanya Heung Sik. Nyonya Jo mengaku sata Heung Sik datang
ke bar,langsung tahu saat mencium bau terpentin buruk itu.
“Saat aku
melihatmu dengan senyum terpaksamu. Saat itulah aku merasa sangat tak nyaman. Saat
itu, aku tahu itu kau.” Kata Nyonya Jo.
Flash Back
Dong Baek
menawarkan makanan untuk Heung Sik sebelum pergi. Heung Sik tersenyum menganguk
mengerti. Saat itu Nyonya Jo sedang mengiris kol mengeluh kalau anaknya memberi
makan gratis dan mengaku punya firasat
buruk tentangnya.
“Tapi,
itu hanya firasat. Artinya kau tak melihat apa pun.” Kata Heung Sik santai.
“Ya, aku
tak punya bukti. Jadi, polisi tak bisa berbuat apa pun. Tapi kau tahu, aku tahu
kau pelakunya dan aku tak takut kehilangan apa pun.” Kata Nyonya Jo
“Bahkan
hewan tahu siapa yang akan menyakiti bayinya dari jauh. Lalu, para ibu akan
melakukan apa pun untuk anaknya. Jangan ganggu dia. Aku bisa lakukan apa pun
untuk Dongbaek. Apa pun.” Tegas Nyonya Jo.
Dong Baek
berjalan pulang dengan melipat tanganya. Yong Sik menanyakan keadaanya, dan
bertanya Kenapa sangat diam. Dong Baek mengaku hanya sedikit... Yong Sik pikir
Dong Baek sangat kesal. Dong Baek mengaku
Tidak, entah kenapa malah merasa baik.
“Aku tahu
ini aneh,tapi aku merasa seperti dipromosikan.” Kata Dong Baek. Yong Sik terlihat
bingung.
“Aku selalu
merasa malu dan tertekan karena aku anak yatim. Rasanya bahkan ibuku tak ingin
bersamaku. Tapi hidupku terasa tak terlalu menyedihkan lagi. Aku selalu mengira
diriku anjing telantar, tapi rasanya seakan aku menemukan mikrocip dalam
tubuhku setelah 27 tahun.” Ungkap Dong Baek.
“Yong-sik...
Kurasa aku sungguh punya ibu.” Kata Dong Baek bangga. Yong Sik pun berpikir
seperti itu lalu mengandeng tangan Dong Baek. Saat itu didepan bar, Seung Hui
turun dari mobil.
Yong Sik
duduk agak menjauh, Seung Hui
berkomentar Sembunyi takkan menyelesaikan apa pun dengan nada sinis kalau
Nyonya Jo itus udah berbuat sama seperti
dahulu. Ia memberitahu Nyonya Jo itu menghilang setelah didiagnosis penyakit
itu.
“Saat
itu, aku tahu dia wanita rendah.” Kata Seung
Hui.
Flash Back
Seung Hui
menemui ibunya dicafe mengeluh dengan yang dilakukan Nyonya Jo karena Secara
legal, sebagai putrinya. Ia merasa kalau mereka keluarga jadi Itu sebabnya berkas itu
dikirim ke rumahnya. Nyonya Jo pun
menyindir Seung Hui yang mengangapnya sebagai ibu.
“Tapi kau
tak membiarkanku datang ke pemakaman ayahmu.” Sindir Nyonya Jo. Seung Hui tak
peduli mendengarnya.
“Kau
seharusnya punya hati. Kau pakai uang ayahku untuk bayar ini, tapi Apa putrimu yang akan menerima uangnya? Apa Kau
pikir itu masuk akal?” ucap Seung Hui tak terima melihat surat POLIS ASURANSI
“Aku tak
pernah dapat uang dari ayahmu.” Tegas Nyonya Jo
“Apa Kau
pikir dari mana dia dapat biaya hidup? Aku yakin dia selalu minta uang kepada
ayahku.”sindir Seung Hui.
“Saat aku
tinggal dengan ayahmu, aku bekerja sebagai pembantu untuk dapat uang. Tak sedikit
pun uang ayahmu dipakai untuk membayar ini. Aku melakukan ini untuk putriku dan
Aku tak berbuat hal memalukan.” Tegas Nyonya Jo
“Aku tak
peduli. Lihat saja nanti apa kata hukum. Kita masih keluarga yang sah.” Komentar
Seung Hui egois.
“Tak
bisakah aku... Tak bisakah kuberi uang asuransi untuk putriku sendiri?” tanya
Nyonya Jo
Nyonya Jo
diam-diam mengambil cap jari anaknya saat tu sebagai penerima polis asuransi.
Dong Baek terdiam melihat namanya dengan jelas “OH DONGBAEK” dan itu milik ibunya. Ia pun
teringat saat ke bank bersama dengan ibunya.
Flash Back
Nyonya Jo
bertanya apakah Dong Baek punya asuransi. Dong Baek dengan sinis heran ibunya
bertanya apakah ia sedang menjual asuransi. Nyonya Jo mengaku kenal wanita yang
dahulu menjual kaus kaki lalu Suaminya meninggal, pindah ke apartemen dengan
uang asuransi.
“Uang asuransi
yang terbaik. Kau dapat apartemen hanya seperti itu.” Ucap Nyonya Jo
“Apa
gunanya? Lagi pula orang akan mati.” Kata Dong Baek. Nyonya Jo yakin pria tua
itu bahagia jadi bisa membalas istrinya dengan cara itu.
“Selama
27 tahun, aku tak bisa membeli makanan untuk putriku. Ini yang seharusnya. Aku
tak pernah melewatkan pembayaran selama 20 tahun sekalipun harus kelaparan.” Ungkap
Nyonya Jo
“Aku ibu
yang buruk, jadi, aku ingin memberikan putriku uang sebelum aku mati. Siapa kau
berani menghentikan itu? Kau pikir siapa dirimu? Kau tak berhak melakukan ini.”
Tegas Nyonya Jo.
“Ibuku
tak datang meminta ginjal. Dia datang untuk memberiku uang asuransi.” Gumam Dong
Baek menatap sedih. Yong Sik menyadarkanya.
“Kudengar
dia sakit... Bicaralah dengannya jika tak ingin dia dipenjara sebagai pengincar
harta.” Kata Seung Hui. Dong Baek memilih untuk pergi.
“Pamanku
jaksa. Berani sekali dia mencuri dari...” kata Seung Hui. Dong Baek tiba-tiba
datang langsung menamparnya. Yong Sik kaget melihatnya.
“Berani
sekali kau? Kau wanita gila!” teriak Seung Hui memegang pipinya.
“Berani
sekali kau menyebut dia pengincar harta? Dia adalah ibuku. Jangan berani
bicarakan dia seperti itu.” Tegas Dong Baek.
Nyonya Jo
berjalan pulang, melewati jalan yang cukup gelap. Saat itu seorang pria
mengikutinya dari belakang. Nyonya Jo merasakan ada orang yang mengikutinya tapi
saat membalikan tak ada siappun. Akhirnya Nyonya Jo pun kembali berjalan dan
berhenti.
“Apa
maumu? Apa Kau mengikutiku untuk membunuhku?” kata Nyonya Jo berani menantang
si pelaku. Pelaku pun keluar dari persembunyian mendekati Nyonya Jo.
Bersambung
ke episode 31
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar