PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Man Wol
teringat yang ditanyakan Chan Sung padanya Apa kau masih hidup? Atau sudah
mati?” Sambil menatap pohon yang ada didepanya bergumam kalau dirinya hanya
ada.
“Aku tak
hidup< atau pun mati. Aku terjebak. Aku terkurung di zona waktu yang tak akan
pernah bisa dikembalikan.” Gumam Man Wol
Flash Back
Saat
zaman penjajahan Lee Mi Ra melihat keluar jendela tandu, berjalan dengan
beberapa pengawal dan pelayan. Tiba-tiba datang pasukan seperti ingin menjarah
semua milik putri bangsawan. Pertempuran pun terjadi,, Mi Ra ketakutan bersama
ibunya dalam tandu.
Yeon Woo
mencoba mengambil barang yang dibawa Mi Ra dalam tandu, M i Ra menatap dengan
mata memohon tapi Yeon Woo tak peduli langsung merampas barang berharga. Sampai
akhirnya Man Wol meniupkan peluitnya, seperti memberikan komando.
Ko Cheong
Myung melihat Man Wol yang ada diatas bukit melihat semua anak buahnya yang
bertarung. Man Wol melepaskan panahnya, tapi tak mengenai Cheong Myung.
Akhirnya Ia mengejar Man Wol ke atas bukit karena berani menyerangnya.
Cheong
Myung penasaran terus mengejar Man Wol, sampai akhirnya menjatuhkan Man Wol
dari kudanya. Man Wol sudah jatuh tak berdaya dari atas kuda, Cheong Myung
terdiam saat melihat wajah Man Wol karena ternyata seorang wanita.
Man Wol
sempat pasrah karena Cheong Myung sudah menangkapnya, tapi akhirnya melihat
kesempatan melawan, Cheong Myung pun bisa dilawan karena shock melihat dirinya
seorang wanita. Cheong Myung pun naik kuda dengan tangan yang terikat.
“Kau
pemimpin komplotan, kan? Kau biang keladinya. Kalian bandit dari Desa Gaori, kan?”
ucap Cheong Myung. Man Wol hanya diam saja.
“Artinya
kalian pengembara dari Goguryeo. Kau mengerti maksudku, kan?” kata Cheong
Myung. Man Wol berteriak kalau Cheong Myung itu berisik.
“Aku juga
dari tempat yang sama... Halo, Hyeongje [Saudara laki-laki] Atau
"Nui" [Saudara perempuan]?” ejek Cheong Myung. Man Wol pun memilih
"Nui" lalu mendorongnya sampai jatuh dari kuda.
“Kenapa
kau tak bebaskan aku? Aku hanya prajurit kelas rendah yang ditugaskan mengawal
majikanku. Jadi, kau tak akan dapat banyak uang dengan menyanderaku.” Ucap
Cheong Myung akhirnya kembali bangun dan memohon.
“Aku tahu
cara dapatkan uang.” Kata Man Wol sinis, Cheng Myung melonggo bingung.
“Wanita
bangsawan yang tak peduli kehilangan sutranya tampak sangat peduli tentang
sesuatu yang lain. Kelihatannya kau tak hanya mengawal perjalanan wanita itu.”
Ejek Man Wol bisa melihat wajah Mi Ra yang panik karen Cheong Myung yang
berkelahi.
“Aku
bicara dengannya beberapa kali agar dia tak bosan dalam perjalanan. Tapi karena
aku pria tampan... Sepertinya rasa itu datang padahal aku hanya bicara
dengannya.” Kata Cheong Myung seperti ingin menutupi jati dirinya.
“Wajahmu
pasti hasilkan banyak uang.” Sindir Man Wol. Cheong Myung memohon agar lepaskan
saja.
“Jika
tangan dan kakiku bebas,maka aku bisa bujuk dia lebih baik.” Ucap Cheong Myung
memohon.
“Jika
kupotong lidahmu karena bicarakan omong kosong, akankah harga wajahmu jatuh?”
ucap Man Wol mengancam.
“Bisa-bisanya
kau bicara menakutkan?” keluh Cheong Myung, Man Wol mengumpat kesal karena
kudanya kabur begitu saja.
Man Wol
pun berusaha mengejar kudanya yang kabur tiba-tiba pasir dibawahnya mulai
bergerak dan menghisapnya, Ia berusaha untuk kabur tapi tubuhnya yang kecil
mulai terhisap dikedalam. Cheong Myung
melihat dari tepian, Man Wol meminta agar menariknya.
“Hei...
Sedang apa? Apa Kau tak dengar aku?” keluh Man Wol kesal meliha Cheong Myung
hanya diam saja.
“Bagaimana
kubantu kau selagi kau berbicara? Jika
tangan dan kakiku bebas, maka aku bisa membantumu. Jadi Lemparkan pedangmu.”
Kata Cheong Myung.
Man Wol
seperti tak ingin memberikan mencoba terus bergerak agar bisa terlepas dari
jeratan pasir hisap.
“Jangan
bergerak. Jika bergerak, kau akan dihisap lebih cepat. Cepat Lemparkan pedangmu.”
Ucap Cheong Myung. Akhirnya Man Wol merelakan pedanya dan Cheong Myung bisa
melepaskan tali tapi malah pergi pergi begitu saja.
“Hei....
Kemana... Mau kemana kau? Kembali!” teriak Man Wol marah dan panik. Cheong
Myung seolah tak peduli pergi begitu saja.
Beberapa
saat kemudian seutas tali terlempar didepan Man Wol, Cheong Myung datang dengan
tali yang sudah diikat pada kudanya lalu menyuruh Man Wol agar memegangnya. Man
Wol pun memegang tali itu dan Cheong Myung menarik dengan kudanya.
Akhirnya
Man Wol dengan nafas terengah-engah, Cheong Myung mengarahkan pedangnya pada
Man Wol kalau sekarang jadi sanderanya. Man Wol menegaskan Harganya jauh lebih tingg daripada harga wajah
prajurit kelas rendah.
“Sebenarnya,
aku bukan prajurit kelas rendah. Wanita yang kukawal adalah putri Kastil
Yeongju. Dan aku adalah kapten prajurit.” Akui Cheong Myung.
Saat itu
Cheong Myung tiba-tiba terjatuh, Man Wol binggung dan melihat Yeon Woo yang
datang. Yeon Woo memperlihatkan tanganya yang membawa batu untuk melempar pada
Cheong Myung. Man Wol tersenyum karena berhasil lepas dari Cheong Myung dengan
memastikan tak sadarkan diri.
“Apa kau
lihat bulan yang muncul hari ini Atau bulan yang muncul seribu tahun yang
lalu?” ucap God Ma Go. Man Wol pikir Mereka adalah satu dan sama.
“Bunga-bunga
di taman berbunga cerah. Kau pasti merawat tamumu dengan baik di Sanggarloka
Del Luna.” Ucap God MaGo datang berdiri disamping Man Wol
“Aku sudah
mengubah nama tempat ini. Bukan Sanggarloka. Ini Hotel Del Lun dan Berhentilah
memanggilku pengurus. Aku pemilik.” Ucap Man Wl sinis
“Pemilik
juga sama saja... Rupanya manusia yang melayanimu sudah pergi. Saat dia
meninggal, maka dia akan direinkarnasi kembali.”kata God Ma Go
“Aku juga
mati. Kenapa mereka tak membawaku?” keluh Man Wol kesal. God Mago menegaskan
kalau Man Wol tak mati.
“Aku
bilang kau terikat pada Pohon Bulan, dan aliran hidup dan mati sudah berhenti
untukmu.” Ucap God Mago.
“Berapa lama
kau akan membuatku terikat?” ucap Man Wol sinis. God Mago menegaskan Man Wol yang
tak mengalah.
“Aku mati
kering dan layu. Jika kau potong dan membakarnya, aku akan mengerti.” Kata Man
Wol menatap ke arah pohon.
“Daun
bertunas, serta bunga bermekaran dan gugur. Waktu hidup dan mati akan berjalan
sekali lagi. Bukankah kau tak seharusnya meninggalkan sesuatu secantik ini?”
kata Man Gado.
“Aku tak
punya pernak-pernik seperti itu untuk ditinggalkan. Kenapa kau tak memilih
bunga-bunga cerah dan mengirim semua itu ke arwah-arwah yang malang? ” Kata Man
Wol sinis lalu berjalan pergi.
“Anak itu
masih tak mengerti. Aku tak bisa meninggalkanmu seperti ini selamanya.” Ucap
God Ma Go mengulurkan tangan dipohon dan terlihat pohon mengeluarkan bunga.
God Mago
datang ke tempat Chan Sung tidur lalu menyelipkan bunga dalam kantungnya lalu
menatap dengan senyuman. Chan Sung langsung bermimpi melihat Man Wol dengan
senyuman mengarah pada Cheong Myung.
Chan Sung
terbangun dari tidurnya dengan wajah kebingungan, dan melihat Man Wol yang
menuruni tanggan. Akhirnya mereka bertemu dibalkon lantai dua. Chan Sung
mengucapkan Terima kasih sudah menyelamatkan sebelumnya.
“Kau
beruntung. Aku tak akan selamatkan kau jika kenakan sepatu dengan warna lain.
Ini jauh lebih baik daripada sepatu warna cokelat norak. Kau menungguku,
memakai sepatu yang kupilih untukmu.” Goda Man Wol
“Aku tak
pernah menunggumu.” Kata Chan Sung, Man Wol tak percaya karena Chan Sung yang
mengirimkanpesan dengan dalih harimau
itu, dan menunggunya.
“Aku hanya
penasaran.” tegas Chan Sung. Man Wol tahu kalau Chan Sung pasti penasaran.
“Karena
kau hanya bisa memikirkanku.” Ucap Man Wol makin mengoda. Chan Sung panik
berpikir Man Wol sedang memantrainya.
“Apa Itu
sebabnya kau buat aku memimpikanmu?” ucap Chan Sung binggung, Man Wol tak
percaya kalau Chan Sung memimpikanya.
“Melihat
hantu seperti ini sudah merepotkan. Aku tak ingin melihatmu dalam mimpiku juga.”
Keluh Chan Sung.
“Kenapa? Apa
aku memakanmu dalam mimpi?”goda Man Wol. Chan Sung tak ingin membahasnya dan
ingin melupakan saja.
“Aku tak
menganggap kau dalam mimpiku. Jika itu kau, maka kau tak akan lakukan itu.”
Ucap Chan Sung
“Aku
memaafkanmu. Kau sudah dewasa, wajar bermimpi seperti itu.” Ejek Man Wol dengan
tatapan mengoda.
“Apa?
Bukan mimpi seperti itu!” jerit Chan Sung panik karena tak ingin Man Wol kalau
berpikiran aneh.
“Koo Chan
Sung, kukira kau lemah... Tapi kau sangat sehat.” Goda Man Wol menatap ke arah
bawah. Chan Sung sedikit gugup mengaku sangat sehat.
“Benar,
tetaplah sehat. Jika kau pingsan lagi, akan sangat merepotkan bagiku.” Ucap Man
Wol
“Bagaimana
kau membawaku ke sini? Apa Kau bisa berteleportasi?” tanya Chan Sung. Man Wol
mengaku tidak
“Sama
seperti kau membawa gerobak, aku membawa sesuatu dan menggunakannya untuk
membawamu ke sini.” Kata Man Wol
Flash Back
Man Wol
melihat Chan Sung yang tak sadarkan diri, Hyun Joong datang melihat Chan Sung.
Man Wol menyuruh Hyun Joong agar masuk sekarang ke tubuh Chan Sung. Hyun Joong
menurut masuk ke tubuh Hyun Joong.
“Direktur,
aku sudah masuk.” Ucap Hyun Joong
berdiri dengan tubuh Chan Sung. Man Wol menyuruh mereka segera pergi. Hyun
Joong pun berlari meminta Man Wol agar menunggunya.
Mereka
akhirnya sampai ke hotel, Hyun Joong dengan wajah bahagia memohon. Man Wol
menyuruh Hyun Joong segera keluar.
“Sekarang
aku ada di tubuh manusia, bolehkah aku keluar dan berpesta sedikit?” kata Hyun
Joong memohon.
“Cepat Keluar.”
Kata Man Wol. Hyun Joong tetap menegaskan tak mau keluar.
“Keluar!”
teriak Man Wol akhirnya menampar Chan Sung, saat itu arwah Hyun Joong pun
keluar dan tubuh Chan Sung jatuh diatas sofa.
Hyun
Joong melihatnya berpikir kalau Pasti sakit untuk Chan Sung. Man Wol menyuruh
Hyun Joong pergi sekarang. Hyun Joong dengan wajah cemberut keluar dari
ruangan.
“Kau
hanya perlu tahu, aku memindahkanmu ke sini dengan aman.” Ucap Man Wol. Chan
Sung seperti ketakutan tapi menganguk mengerti.
“Apa Kau
bisa gerakan kepalamu?”tanya Man Wol melihatnya, Chan Sung menganguk dan ingin
tahu memangnya Kenapa.
“Bagus
jika baik-baik saja... Ayo. Karena kau di hotelku, aku akan memberimu tur.”
Ucap Man Wol. Chan Sung pun memegang lehernya dan terasa sedikit sakit dengan
wajah binggung.
Chan Sung
bertanya pada Man Wol,Apa tempat ini benar-benar ada di dunia nyata. Man Wol
pikir Seperti yang dikatakan terakhir kali, hotel mereka itu terdaftar secara
resmi di Kantor Jung-gu, jadi membayar semua pajak juga.
Beberapa
orang lalu lalang di depan Hotel Del Luna dipagi hari tapi seolah tak peduli.
“Kami
memang ada di dunia nyata, tapi kehadiran kami sangat kabur, manusia tak
memperhatikan kita. Tapi kadang kita bisa dilihat saat cuaca buruk atau jika
orang tersebut memiliki indra keenam yang baik.”
Saat
hujan turun, sepasang pria dan wanita bisa melihat Hotel, lalu tak tahu kalau
ada Hotel Tapi terlihat sedikit menakutkan dan mengajak untuk segera pergi
saja.
“Tapi 3
sampai 4 kali setahun, ada orang yang datang untuk memastikan.”
Seorang
pria melihat ke arah Hotel Del Luna lalu berani masuk kedalam hotel, sampai
didepan lobby dikagetkan dengan Hyun Joong yang tiba-tiba datang. Hyun Joong
memberitahu list harga kalau Kamar mereka sangat mahal.
“Bagaimana
jika memaksa masuk?” tanya Chan Sung, Si pria akhirnya memilih untuk check-in.
“Kami
punya ruangan istimewa hanya untuk orang seperti mereka.” Kata Man Wol
Hyun
Joong memberikan kunci kamar nomo 404 dan Nyonya Choi mengantar sampai ke depan
kamar lalu mempersilahkan masuk. Si pria yang nekat pun membuka pintu dan hanya
bisa melonggo melihat isinya.
“Ada
orang yang sudah masuk ke ruangan ini, tapi belum ada yang memastikan.” Ucap
Man Wol menunjuk kamar 404
“Apa yang
kau perbuat pada mereka?” tanya Chan Sung, Man Wol bertanya apakah Chan Sung
Penasaran dan ingin cari tahu lalu menyuruh membuka pintu saja. Chan Sun ingin
membuka pintu dengan wajah ketakutan.
“Ada
tempat lain yang bisa kau lihat.” Kata Man Wol. Chan Sung langsun menyetujuinya
dengan wajah lega.
“Kalau
begitu ayo kita pergi ke sana.” Kata Chan Sung lalu mengikuti Man Wol karena
ingin segera pergi dari kamar 404
Mereka
pergi ke lorong lain, didepan sudah ada pelayan yang membawa banyak kacamata.
Man Wol memilih kacamata yang cocok untuknya, Chan Sung heran Man Wol perlu
pakai kacamata hitam di tengah malam. Mereka sudah ada didepan pintu kolam
renang. Chan Sung melonggo melihat ada pantai di hotel.
“Aku tak
sering datang ke sini... Matahari terlalu silau.” Ucap Man Wol yang memakai
kacamatanya.
“Di Seoul
ini tengah malam. Tempat apa ini?” ucap Chan Sung masih saja melonggo.
“Bagian
dalam hotel bukanlah dunia nyata. Waktu dan ruang di sini berbeda dari dunia
tempatmu tinggal. Peta dan jam tangan sama sekali tak berfungsi.” Jelas Man
Wol. Chan Sung hanya bisa melonggo melihat pantai yang ada di dalam hotel
Mereka
pergi ke balkon yang bagian atas hotel dengan bulan yang sanga dekat, Chan Sung
memastikan kalau ini bukan dunia nyata. Man Wol membenarkan menjelaskan Segala sesuatu di hotel ini tak ada di dunia
nyata.
“Tak
peduli betapa cantiknya, tak ada di dunia nyata.” Ucap Man Wol. Chan Sung
bertanya Apa itu masalah untuk Man Wol juga. Man Wol membenarkan.
“Maka,
aku tak akan mati jika jatuh dari sini?” kata Chan Sung melonggo ke bawah
hotel.
“Hati-hati.
Kau masih hidup. Jika manusia jatuh dengan tubuh lemah mereka, maka mereka akan
menghadapi kematian.” Ucap Man Wol menahan Chan Sung sebelum jatuh.
“Seperti
itulah rasanya memiliki tubuh yang hangat dengan detak jantung. Kau harus hidup
dan melakukan banyak hal untukku. Tinggalah di sisiku, Ku Chan Sung.” Kata Man
Wol memegang dada Chan Sung dengan jantung yang berdetak.
“Jika aku
tak mau, apa kau akan mendorongku? Walau tempat yang tak nyata, berilah aku
gaji nyata. Dan aku akan memakai sepatu semauku.” Tegas Chan Sung
“Apa kau
takut kemungkinanku mendorongmu? Apa Itu sebabnya kau berubah pikiran?” sindir
Man Wol
“Aku
datang jauh-jauh ke sini. Aku tak berpikir ada lebih banyak alasan untuk kabur.
Sejujurnya, aku juga sedikit penasaran Dan terlihat sedikit menarik juga. Aku
ingin tahu lebih banyak... tentangmu dan hotel ini.” Akui Chan Sung
“Baik..
Aku akan membiarkanmu bahkan jika kau kabur beberapa kali lagi. Sudah kubilang
aku menyukaimu.” Kata Man Wol dengan senyuman.
Chan Sung
melihat senyuman Man Wol yang pergi dan teringat dengan senyuman wanita dalam
mimpinya, lalu yakin kalau itu pasti Man Wol dalam mimpinya. Saat membalikan
badan dikagetkan dengan hantu yang tiba-tiba sudah ada didepanya.
“Bisakah
tambahkan kopi lagi?” ucap Hantu, Chan Sung mencoba untuk santai lalu
memberikan petunjuk cafe, si hantu pun pergi. Chan Sung mencoba untuk bernafas
lega didepan sinar bulan yang terang.
Sepasang
pria dan wanita dalam mobil, si wanita meminta mampir ke toko kelontongdi
perjalanan pulang. Si pia mengeluh karena harus putar arah dan mengajak untuk pergi
lain kali. Tiba-tiba seorang wanita remaja jatuh dari atas jembatan.
Mereka
pun kaget dan menghentikan mobilnya, Kim Yoo Na melihat dari atas jembatan lalu
melangkah pergi. Pasangan didalam mobil binggung melihat keadaan si remaja yang
terkapar dijalan lalu menelp ambulance.
Petugas
berpikir pria itu yang menabrak si remaja, si pria menceritakan pria itu wanita mendadak jatuh dari atas dan meminta
datang dengan cepat. Yoo Na akhirnya melihat temanya dibawa ke dalam ambulance
lalu pulang ke rumah.
“Dasar
Pecundang sialan... Ini Gila... Ahhh... Aku tak mau tahu!!” ucap Yoo Na melihat
kalung ditanganya lalu mencoba untuk berbaring.
Saat itu
tiba-tiba ada sesuatu yang menetes, Yoo Na tersadar melihat ada darah yang
menetes dan melihat temanya yang ada dilangit-langit kamar, sampai akhirnya Yoo
Na keluar dari tubuhnya.
“Siapa
kau?” ucap Arwah Yoo Na binggung karena keluar dari tubuhnya.
“ Ini
milikku.” Kata Yoo Na dengan jiwa temanya memegang kalungnya, Arwah Yoo Na
menjerit ketakutan.
Man Wol
sambil meminum wine memberitahu alau kedatangan manajer hotel baru dan
membawanya dari hotel yang tertulis di salah satu hotel terbaik oleh Forbes
Jadi menurutnya Chan Sung andal. Tuan Kim tahu dia lulusan Harvard
“Tapi
pekerjaan yang kita lakukan di sini tak didasarkan pada pengetahuan. Dia
memerlukan nyali dan dia tampak sangat lemah jadi membuatku khawatir.” Ucap
Tuan Kim
“Bagaimana
kalau kita biarkan posisi itu kosong untuk sementara dan pekerjakan seseorang
dari dua kandidat teratas yang ada dalam pikiranmu?” saran Nyonya Choi
“Apa Ada
dua kandidat lain selain Ku Chan Sung?” tanya Hyun Joong kaget, Tuan Kim
membenarkan.
“Bukankah
kandidat teratas tahu bagaimana melakukan pengusiran setan?”ucap Tuan Kim
“Apa
gunanya? Dia pergi untuk menangkap hantu yang tak berguna.” Kata Man Wol marah
memegang gelas winenya.
Seorang
pendeta mulai berdoa “Aku bertanya atas nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus...
Kenapa kau di sini? Siapa namamu?” dan memasang salip diatas seorang pria
seperti sedang kerasukan hantu. Man Wol berteriak agar Pendeta berhenti.
“Jangan
ikut campur! Aku tak bisa pergi ke sana sebelum menangkap hantu ini. Kau harus
kembali. Aku bertanya kepadamu atas nama nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Siapa
namamu? Jawab aku! Jawab aku!” teriak Sipendeta.
“Aku
lebih takut padanya.” Keluh Man Wol. Si pendeta tetap berdoa agar hantu itu
bisa memberitahu namanya.
“Aku memberinya
kemampuan untuk melihat hantu. Tapi dia pergi menangkap hantu lain.” Ucap Man
Wol kesal
“Bukankah
dia akan kembali begitu dia menangkap hantu itu?” ucap Nyonya Choi
“Tak mungkin.
Hantu itu sangat kuat... Park Il Do, berandal.” Ucap Man Wol kesal. Hyun Joong
bertanya Siapa kandidat kedua.
“Dia
adalah pilot pesawat tempur. Dia pergi jauh-jauh ke Amerika untuk mencarinya. Tapi
akhirnya dia menyingkirkan itu.”jelas Tan Kim. Hyun Joon ingin tahu
Menyingkirkan apa.
Diluar
angkasa
Seorang
pria melakuan sesuatu seperti memperbaiki satelit, Man Wol datang melihat Si
pria menyuruh untuk pergi tapi malah menendang Man Wol akhirnya terlempar ke
bumi.
“Aku tak
butuh dua kandidat teratas. Ada Ku Chan Sung, sudah cukup.” Ucap Man Wol
“Kantornya
sudah siap... Manager No tak tahu dia akan pergi dan kantor dibersihkan tadi.”
Ucap Nyonya Choi
“Dia bekerja
di sini selama 30 tahun, tapi dia tak meninggalkan jejak.” Kata Tuan Kim.
Hyun
Joong pikir Tuan No meninggalkan sesuatu dengan menunjuk ke arah foto karena
Tuan No yang mengambil foto itu. Tuan Kim pikir Banyak sekali manusia yang
bekerja di sini, tapi mereka semua sangat samar baginya.
“Berapa
banyak orang di sini termasuk Tuan No?” kata Nyonya Choi. Hyun Joong pikir Man
Wol satu-satunya yang tahu itu.
“Mereka
semua adalah manusia. Tak ada gunanya menghitung. Kalian Sedang apa? Cepat Kembali
bekerja.” Ucap Man Wol sinis. Mereka berjalan dengan tatapan sinis.
“Dia manusia
ke-48 yang bekerja di sini. Dan Ku Chan Seong akan menjadi manusia ke-49 yang bekerja
di sini.” Ucap Man Wol bisa melihat Tuan No yang meninggalkan foto sebelum
pergi dari hotelnya.
Di
ruangan, Chan Sung terlihat gugup melihat papan namanya sudah ada diatas meja.
Ia mengigit jarinya, lalu mencoba untuk menyembunyikan rasa gugupnya merasa
bukan dirinya kalau tak boleh menyerah terlalu cepat.
“Kenapa
aku melakukannya?” keluh Chan Sung memegang dadanya teringat yang dikatakan Man
Wol
“Seperti
itulah rasanya memiliki tubuh hangat dengan detak jantung.” Kata Man Wol
“Aku
terpengaruh suasana.” Pikir Chan Sung merasa tak ada yang salah dengan dirinya.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar