PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
wanita berjalan di padang ilalang dengan wajah tertutup selendang, dengan kuda
yang berjalan disampingnya dan peti ditarik dalam gerobak. Sampai akhirnya
angin menerbangkan selendang, Jang Man Wol hanya bisa menatap selendang yang
menutupi wajahnya.
Saat itu
juga prajurit melihat selendang yang tersangkut di pohon, lalu bergegas seperti
akan mengejar Man Wol dengan kuda mereka. Lalu seekor burung rajawali terbang
dengan melesat cepat diatas mereka menuju suatu tempat.
Di sebuah
warung tenda, Man Wol minum dengan wajah dinginya. Seorang nenek memberikan
minum, God Mago bertanya darimana Man Woo berasal. Man Wol hanya diam saja. God Mago memberitahu
kalau ini satu-satunya tempat bisa minum.
“Apa kau
orang Muzu? Tapi Kau tak terlihat seperti orang Georan. Apa kau orang Malgal?
Karena kau bawa pedang, Apa kau seorang prajurit?” ucap God Mago terus bertanya
tapi Man Wol tak menjawabnya.
“Rasa anggurnya
mengerikan, dan kau sangat berisik.”keluh Man Wol dingin sambil membuang minuma
diatas meja.
“Apa ada
yang mati Atau Apa kau membunuh seseorang? Hanya ada dua jenis orang yang
melewati jalan ini dalam cuaca yang mengerikan. Baik itu seorang pembunuh atau
yang sedang dalam perjalanan menuju kematian.” Ucap God Mago
“Kau
sudah hidup sangat lama dengan mulit besarmu yang tak berguna. Haruskah
kupotong lidahmu agar kau bisa berumur panjang dengan aman?” ucap Ma Wol sinis.
“Lidah
tuaku ini mungkin tak bisa mencicipi anggur yang enak, tapi ia tahu bagaimana
mengataan sesuatu yang bisa membantu. Sepertinya kau sudah lama berkeliaran.
Jadi Hendak kemana kau?” kata God Mago.
“Aku
mencari penginapan. Aku dengar ada penginapan di padang gurun ini yang
menghibur jiwa orang mati.” Ucap Ma Wol
“Kau
pasti mencari Hotel Del Luna.” Balas God Mago, Ma Wol bertanya apakah God Mago mengetahuinya.
“Aku
dengar itu adalah penginapan untuk orang mati yang masih berkeliaran di kehidupan
ini. Di mana tempat itu? Kemana aku mesti pergi?” ucap Ma Wol
“Kau tak
bisa pergi ke sana. Hanya orang mati yang bisa pergi ke sana. Sama seperti
orang-orang yang berdiri di sana.” Kata God Mago dan terlihat para hantu yang
banyak dibelakang Ma Wol.
“Berapa
banyak kekacauan yang kau bawa dalam peti mati ini?” tanya God Mago melihat
peti yang dibawa Ma Wol.
“Mereka
adalah orang-orang yang mati karena aku.” Kata Ma Wol seperti tak menyesal.
“Dan
siapa lagi yang kau bunuh untuk mereka yang akhirnya mati?”tanya God Mago
“Tutup
mulutmu... Katakan saja padaku jalannya.” Kata Ma Wol marah sambil mengancam
dengan pedang di leher God Mago.
"Bulan
Purnama"? Bulan yang dipenuhi dengan banyak dendam.” Kata God Mago melihat
bulan purnama terlihat dipadang.
“
Katakan. Aku mencoba bertanggung jawab atas mereka yang kubunuh.” Ucap Ma Wol.
“Kau
bahkan tak bisa bertanggung jawab atas diri sendiri. Kau tak punya kemampuan untuk mengurus
kehidupan orang lain.” Ucap God Mago
“Sudah
kubilang akan kupotong lidahmu jika kau terus katakan sesuatu yang tak perlu. Katakan
saja jalannya. Jika tempat itu hanya dapat ditemukan oleh orang mati, aku rela
bunuh diri.” Kata Ma Wol terlihat sangat frustasi.
“Sungguh
jiwa yang malang. Apa kau Pikir dapat menanggungkan segalanya dengan
mengorbankan hidupmu. Tapi itu keinginan yang percuma.” Kata God Ma Go
“Ini
satu-satunya yang tersisa yang bisa kuberikan.” Ucap Ma Wol terus menaruh
pedang di lehernya.
“Hotel
Del Luna... adalah tempat jiwa-jiwa mati berkumpul. Jiwa-jiwa mati yang
berkeliaran atas kehendak mereka sendiri.” Kata God Mago.
Saat itu
prajurit datang dengan selendang yang dipakai Ma Wol lalu Ma Wol pun sudah siap
melawanya. Tapi semua menghilang layaknya bayangan, Ma Wol melonggo binggung,
God Mago memberitahu kalau Mereka juga orang-orang yang sudah dibunuh Ma Wol.
Ma Wol
mengingat sebelumnya sudah membunuh prajurit dengan pedangnya, dan membawa syal
yang dibawa prajurit sudah terkena darah. Ia melihat syal berkas darah orang
dibunuh, lalu berpikir ini adalah tempat yang mereka cari.
“Apa aku
membunuh semua orang? Apa aku menjadi roh jahat? Dan datang ke Hotel Del Luna dengan
kakiku sendiri?” ucap Ma Wol dengan mata berkaca-kaca
“Sombong
dan bodoh. Kau adalah manusia menyedihkan yang sudah jatuh dalam mengasihani
diri sendiri. Kini kau sudah temukan tempat untuk membayar dosa-dosamu dengan
kedua kakimu sendiri, sekarang bayarlah dosa-dosamu.” Ucap God Mago.
Ma Wol
merasakan seperti ada orang yang mendekatinya lalu menusukan pedangnya tapi
malah melihat sebuah pohon tiba-tiba tumbuh, terlihat ukiran “Bulan Purnama”
Kesenangan Ma Wol terlihat, seperti hidup Ma Wol tersenyum bahagia dengan
seorang pria yang menemaninya.
Tapi saat
itu pria itu malah di tahan oleh prajurit dan Ma Wol hanya melihat lalu mereka
sempat berkelahi sampai tangan Ma Wol ditahan oleh si prajurit. Dan akhirnya ia
memegang pedang dengan ukiran -=Bulan Purnama=-
Ma Wol
tak bisa menahan rasa sedihnya, lalu ingin menarik pedangnya tapi malah masuk
ke dalam pohon. Tiba-tiba pohon itu bergerak dan membuat sebuah penginapan
diatas tanah kosong. Ma Wol hanya bisa terdiam melihat keajaiban yang ada
didepanya.
“Hotel
Del Luna akan jadi tempat berlindung bagi orang mati yang sudah menemukan
pemilik baru. Sekarang Mari kau ikut denganku ke tempat yang nyaman!” ucap God
Ma Go melihat dari kejauhan lalu membawa peti yang dibawa Ma Wol sebelumnya.
[Tahun 1998]
Tuan Koo
duduk bersama dengan anaknya disungai Han, merasa sedih karean Hari ini adalah
ulang tahunnya tatapi tak bisa belikan
Jjajangmyeon. Koo Chan Sung mengaku tak masalah karena tak lapar. Tiba-tiba
sepasang pria dan wanita lewat tanpa sengaja menjatuhkan uangnya.
“Ayo kita
pergi beli Jjajangmyeon dengan ini.” Ucap Tuan Koo sengaja menutupi uang dengan
kakinya.
Chan Sung
mengelengkan kepala lalu memanggil Ahjussi lalu mengembalikanya. Tuan Koo
mengeluh melihat tingkah anaknya. God Mago kembali datang memuji Chan Sung itu
anak yang baik, dengan dahi lebar dan matanya berbinar.
“Kau
punya wajah yang tampan. Apa Hari ini ulang tahunmu? Katakan tahun berapa kau
dilahirkan.” Kata God Mago
“Hei Ajumma.
Kami tak beli bunga. Jadi Pergilah...” kata Tuan Koo sinis.
“Ya
Tuhan... Tahun-tahun awalmu tak beruntung jadi kau dilahirkan dari ayah seperti
dia. Tapi itu bukan hubungan yang naas. Memiliki kehidupan yang sulit sejak
dini artinya kau mendapatkan keberuntungan. Kau membersihkan dirimu dari nasib
buruk.” Ucap God Mago
“Apa?
"Nasib buruk"? Beraninya kau bicara sembarangan hanya untuk menjual
bunga pada anak kecil?!!” ucap Tuan Koo sinis pada God Ma Go.
“Nak,
tunggu. Aku akan dapatkan banyak uang dan membelikanmu hadiah ulang tahun.”
Ucap Tuan Koo menyakinkan anaknya.
Sang Cung
memikirkan hadiah, God Mago mengusulkan
Bunga, yaitu Bunga untuk ulang tahun. Tuan Koo menolak karena tak beli
bunga. Sang Chung mengaku Bunga juga tak apa dan bisa memetiknya untunya
alih-alih membeli.
“Jadi,
jangan lakukan hal berbahaya hanya untuk hasilkan uang.” Ucap Sang Chung. God
Mago berkaca-kaca mendengarnya.
“Kau
terlalu dini untuk khawatirkan hal seperti itu...” kata Tuan Koo sambil
mengelus kepala anaknya.
Saat itu
terdengar suara mobil polisi dan di sisi lain sudah banyak polisi dan petugas
mencari sesuatu di rawa-rawa, semua orang berkumpul ingin tahu apa terjadi
sesuatu. Sampai akhirnya seseorang dengan wajah pucat dan mata menghitam keluar
dari dalam sungai lalu berjalan. Saat itu matanya menatap seorang pria dan
langsung pergi.
Man Wol berjalan
masuk keruangan terlihat wajah dirinya yang tak berubah setelah hidup ratusan
tahun lalu berdiri didepan jendela, Tuan No Joon Seok menyapa Man Wol apakah
sudah bangun dan memberitahu Ini bulan purnama jadi sepertinya akan
punya banyak tamu. Ma Wol langsung menatap sinis, seperti tak suka.
“Ketika
bulan terang, mereka bisa melihat tempat ini dari jauh. Jadi, mereka akan
merangkak ke sini dari semua tempat.” Ucap Man Wol
“Aku akan
nyalakan tanda hotel. “ kata Tuan No. Man Wol menyuruh agar Buka hotel untuk
bisnis.
“Suasana
hatiku buruk saat lihat bulan purnama. Dan hari ini semakin buruk. Jangan
terima siapa pun yang meninggal karena kematian yang mengerikan.”kata Man Wol
“Walau
begitu, harusnya kita tak pilih-pilih tamu.” Ucap Tuan No. Man Wol menegaskan Jangan
terima.
“Mereka
tak akan terburu-buru, karena mereka sudah mati.” Kata Man Wol sinis
“Aku akan
berhati-hati agar mereka tak menghalangimu.” Ucap Tuan No lalu keluar dari
ruangan. Man Wol lansung menatap sinis melihat bulan purnama karena sangat
muak.
Tuan Koo
mencuri kotak kasir lalu berlari
menuruni tangga, dua petugas mengejarnya. Tuan Koo tak bisa mengendalikan
langkahnya akhirnya jatuh berguling dari atas tangga. Ia terdiam sejenak sampai
akhirnya terbangun merasa kesakitan dibelakang kepalanya.
Tuan Koo
bernafas lega karena ia Hampir saja mati lalu mengambil uang yang berceceran
lalu melangkah pergi. Ia tak sengaja melewati hotel Del Luna dan bertanya-tanya
apakah harus bayar hanya untuk masuk ke dalam. Saat itu arwah wanita sungai
berjalan dengan jejek kaki yang air yang berceceran dilantai.
Ji Hyun
Joong menyambut tamu didepan pintu bertanya
Apa datang sendirian, Arwah menganguk. Hyun Joong bertanya apakah ingat sudah berapa lama sejak dimati. Si
arwah wanita menjawab itu sudah sekitar 10 hari.
“Kelihatannya
itu liftnya.” Ucap Tuan Koo melihat Hyun Joong yang membawa si arwah pergi.
Akhirnya
Tuan Koo ikut naik lift dan bingung karena lift naik cukup cepat sampi akhirnya
pintu terbuka masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat sangat bagus dan
mewah. Ia melonggo melihat tempat ini sangat megah dan penasaran apa a harus
bayar hanya untuk duduk lalu duduk didepan arwah wanita.
“Apa Kau
baik-baik saja? Kau tak terlihat cukup sehat. Dari mana kau sebasah itu?” tanya
Tuan Koo menyapa si arwah.
“Sungai
Han.” Ucap si arwah. Tuan Koo bingung berpikir Si wanita itu bermain air di
tengah malam.
“Apa
tempat ini mahal? Menurutmu, apa mereka akan meminta mahal hanya untuk duduk di
lobi?” tanya Tuan Koo penasaran.
“Entah.
Ini pun kali pertama bagiku... Lalu Apa yang terjadi... padamu?” tanya si
wanita melihat ada darah dibelakang kepala Tuan Koo.
“Aku
berguling menuruni tangga.” Ucap Tuan Koo lalu bergegas pergi dengan wajah
panik.
Saat itu
di tempat Tuan Koo berguling, tubuhnya sudah tak sadarkan diri dengan darah
yang mengalir deras dari kepalanya. Dua polisi bergegas melihatnya, kaki dari
Tuan Koo pun terlihat bengkok ke arah lain.
Tuan No
dan Hyun Joong berjalan bersama, Hyun Joong memberitahu kalau sudah lama tak
kedatangan hantu air. Tuan No bingung mendengar
Hantu air lalu bertanya Apa hantu itu terlihat kotor. Hyun Joong
mengaku Yah, sedikit...
“Karena Ketua
Jang tak dalam suasana baik. Kita harus bawa dia ke kamarnya agar dia tak
lihat.” Ucap Tuan No. Hyun Joong menganguk mengerti.
Saat itu
Tuan Koo akan kabur berpapasan dengan keduanya lalu bergegas pergi. Tuan No
terdiam melihatnya, Hyun Joong bertanya ada apa. Tuan N memberitahu kalau Tamu
yang baru saja lewat tapi bukan dari hotel tapi datang ke tempat yang salah.
“Artinya...
Apa dia tak mati? Apa Dia orang yang masih hidup?” ucap Hyun Joong kaget.
“Jika Ketua
melihat, dia akan mati. Kita harus keluarkan dia dari sini secepat mungkin.”
Ucap Tuan No.
Tuan Koo
berjalan di lorng merasa perlu
bersembunyi selama setidaknya beberapa
jam, lalu berpikir harus bersembunyi di kamar mandi. Setelah berpikir memilih
untuk sembunyi di kamar mandi tapi matanya melihat sebuah guci dan dililit
dengan ular bentuk emas.
“Apa ini
emas? Wah, ini terlihat sangat mahal.” Ucap Tuan Koo seperti ingin mencurinya
“Tidak...
Sekarang ini bukan perihal penting. Aku harap bisa melihatmu lagi.” Kata Tuan
Koo lalu berjalan pergi dan saat itu ular emas bergerak sendiri lalu berjalan
dilorong.
Tuan Koo
melihat papan petunjuk [Kolam Renang] akhirnya masuk lalu melongo binggung
karena ternyata ada pantai didepanya. Nyonya Choi Seo Hee menyapa Tua Koo
bertanya apakah ingin berenang karena mereka bisa pinjamkan baju renang.
“Berapa
nomor kamarmu?” tanya Nyonya Choi. Tuan Koo mengelengkan kepala menolaknya.
Akhirnya
Tuan Koo bergegas pergi, lalu masuk bar dan Tuan Kim Sun Bi menyapa sebagai
pelanggan. Tapi Tuan Koo memilih untuk pergi lalu sampai ke balkon dan melihat
kebawah, dan tak percaya kalau ternyata gedung ini sangat tinggi, menurutnya
ini Aneh sekali dan Menakutkan.
Di lobby
Tuan Kim
tak percaya Orang hidup ada di sini, Tuan No pikir Sepertinya dia berkeliaran
di sekitar hotel bahkan tanpa tahu tempat apa ini sebenarnya. Nyonya Choi pikir
Jika dia tak segera pergi, maka akan
mati.
“Nasib Terburuknya
dia akan hadapi kematian, tapi kita akan sangat dimarahi jika Ketua Jang tahu. Dia
akan pastikan kita tak lupakan ini selama 50 tahun. Kau tahu apa yang selalu
dia katakan.” Ucap Tuan Kim dan mereka bisa membayangkan.
Tuan Kim,
Nyonya Choi dan Hyun Joon duduk bersama rapat. Man Wol terlihat marah karena
Hanya ini yang dapat mereka lakukan. Tuan Kim dkk hanya diam saja. Man Wol
merasa mereka pasti menganggap ucapanya itu sebagai lelucon
“Jika kalian buat kesalahan semacam ini sekali
lagi, aku akan tempatkan kalian semua di bus yang menuju ke alam baka. Apa
kalian mengerti?” ucap Man Wol marah lalu memukul meja dan semua kertas terbang
tanpa bekas.
Hyun Joon
ketakutan membayankan Man Wol akan marah dan merasa bersalah karena tak melihat
pria itu masuk lalu menanyakan apa yang
akan mereka lakukan. Tuan Kim mengeluh Hyun Joong yang memang selalu salahkan
diri sendiri.
“Tapi ini
salahmu.” Kata Tuan Kim. Hyun Joong
melonggo binggung. Nyonya Choi
mengaku tak bisa bertanggung jawab untuk ini.
“Aku masih
punya pekerjaan di dunia ini. Aku tak bisa naik bus menuju ke alam baka.” Tegas
Nyonya Choi.
“Aku
dikutuk. Kenapa manusia bodoh itu harus datang ke sini? Sialan.” Keluh Hyun
Joong
“Cepat atau
lambat, aku yakin Ketua akan lihat jiwa manusia yang hidup berkeliaran di
sekitar hotel.” Ucap Nyonya Choi khawatir.
“Jika Ketua
tahu, dia tak akan pernah bisa meninggalkan tempat ini. Dia akhirnya akan mati.”
Kata Tuan No.
Man Wol
berjalan dilorong dengan anggun, lalu melihat guci dengan ular emasnya sudah
tak ada dan yakin Seorang pencuri pasti ada dihotelnya sambil mengeluh kalauBeraninya
ada yang mencuri dari hotelnya.
Sementara
Tuan Koo masuk ke sebuah ruangan bingung melihat ada sebuah pohon besar dalam
ruangan dan bertanya-tanya Tempat apa ini... lalu melihat ada bunga didahan
pohon
Ia
teringat ucapan Chan Sung “Bunga juga tak apa. Ayah dapat memetiknya untukku, alih-alih
membelinya.” Lalu berpikir bunga di dahan pohon bagus dan berusaha memetiknya.
“Aku akan
berikan pada Chan Sung. Ini terlihat seperti pohon mati. Tapi bunganya sangat
cantik.” Ucap Tuan Koo sambil terus melompat untuk mengambilnya.
Saat
bunga sudah ada ditangan Tuan Koo, tiba-tiba angin datang dan membuatnya jatuh
lalu bunga pun terjatuh. Man Wol tiba-tiba datang langsung menginjak dadanya,
Tuan Koo mengeluh kesakitan. Man Wol
bingung melihat Tuan Koo
“Karena
kau merasa sakit, apa jantung ini masih hidup?” ucap Man Wol sinis.
“Siapa
kau? Apa yang kau lakukan? Singkirkan kakimu.” Kata Tuan Koo menahan rasa
sakit.
“Kau
mencuri dariku.” Kata Man Wol. Tuan Koo mengaku tak melakukan apa-apa dan tak
mencuri apa pun.
“Benarkah?
Lalu, apa ini?” ucap Man Wol dan saat itu dari dalam baju Tuan Koo terlihat
ular emas keluar.
Tuan Koo
menjerit ketakutan, Man Wol pikir Tuan Koo mencoba mencurinya dan ingin digigit
sampai mati olehnya. Tuan Koo langsung memohon berlutut meminta maaf dan mengaku layak mati atas dosa-dosanya. Man
Wol pun menyuruh Tuan Koo mati saja.
“Tidak,
aku tak bisa mati sekarang.” Kata Tuan Koo memohon. Man Wol pikir semua manusia
akhirnya harus mati.
“Daripada
bolak-balik, dan mumpung kau sudah di sini, jadi matilah. Aku tak berpikir kau
sadar ini Tapi kau sudah sekarat.” Ucap
Man Wol
“Apa yang
terjadi padaku? Kenapa ini terjadi?” kata Tuan Koo binggung.
Saat itu
dirumah sakit, Dokter terus mencoba memberikan CPR dengan menekan bagian dada
dan meminta perawat agar memeriksa saturasi nadi dan oksigennya. Perawat
memberitahu Oksigen sangat kritis. Dokter pun perlu defibrillator.
Di depan
kaca, Chan Sung melihat ayahnya tak sadarkan diri hanya bisa menangis. Dokter langsung memberikan kejut jantung pada
Tuan Koo.
Tuan Koo
menegaskan kalau tak boleh mati sekarang jadi meminta ampunan karena anaknya sedang
menunggu. Man Wol dengan tatapan sinis mengejek sangat kasihan pada putra Tuan
Koo lalu melihat bunga yang ada dibawah.
“Hari ini
hari ulang tahun putraku. Dia ingin menerima bungasebagai hadiah. Jadi, aku
memetiknya dari pohon. Aku Sungguh meminta maaf.” Kata Tuan Koo.
“Bunga
tak pernah mekar di pohon ini” kata Man Wol tak percaya. Tuan Koo menyakinkan
kalau sungguh bunga dari pohon itu dan tak menyentuh apa pun.
“Apa Kau
membuat bunga untuk manusia ini dan juga memberinya cabangmu? Apa Artinya kau memberitahu
aku untuk selamatkan dia?” ucap Man Wol seperti berbicara dengan pohon
“Apa Kau
bilang ini adalah hadiah ulang tahun putramu?” tanya Man Wol memastikan.
“Untuk
ayah bodoh sepertiku, dia adalah anak yang cerdas dan setia yang terlalu baik
untukku. Jika kau memaafkan aku, aku tak akan pernah berniat buruk lagi. Aku
akan mendidik anakku sebaik mungkin.” Kata Tuan Koo berjanji
“Baik.
Baguslah... Aku akan mengampunimu.” Ucap Man Wol. Tuan Koo pun mengucapkan Terima kasih banyak.
“Pulanglah
dan besarkan putramu dengan baik. Lalu Didik dia dengan baik dan berikan
padaku.” Kata Man Wol. Tuan Koo melonggo binggung.
“Karena
aku menyelamatkan ayahnya, anak itu harus membalas budi. Kau bilang dia masih
kecil, kan? Jika manusia ingin berguna, kau perlu memberi makan dan membesarkannya
sekitar 20 tahun. Berjanjilah untuk berikan putramu padaku.” Kata Man Wol
Tuan Koo
bingung karena Man Wol menginginkan anaknya dengan wajah ragu. Man Wol pun
menyuruh Tuan Koo mati aja kalau memang tak setuju. Tuan Koo bingung apa yang
harus dilakukan. Man Wol menyuruh Tuan Koo agar segera memutuskan pilihanya.
“Kau
hanya punya beberapa menit untuk tetap hidup.” Kata Man Wol. Tuan Koo
kebingungan.
“Jika aku
mati, Chan Sung akan sendirian.” Ucap Tuan Koo memikirkanya. Man Wol pun
kembali bertanya apaah Tuan Koo mau
berikan putranya.
“Atau...
kau mau mati?” tanya Man Wol. Akhirnya Tuan Koo mengaku akan berjanji dan
meminta ampunan Man Wol.
“Baik.
Baguslah... 20 tahun kemudian, maka aku akan pergi menjemput putramu. Pergilah”
kata Man Wol.
Chan Sung
menangis disamping ayahnya, saat itu tiba-tiba mata Tuan Koo terbuka lebar dan
sadarkan diri. Chan Sung kaget melihat Ayahnya, lalu memanggil dokter kalau
Ayahnya belum meninggal.
Dokter
binggung dan melihat Refleksnya sudah kembali,dan tanda vitalnya baik-baik saja
lalu meminta agar menghubungi OS dan bersiap untuk operasi.
Sementar
Man Wol melihat bunga yang tertinggal dan berkomentar Tuan Koo yang
meninggalkan hadiah ulang tahun putranya lalu membuangnya, saat itu juga bunga
pun hancur.
Tuan Koo
berjalan dengan kepala diperban dan mengunakan alat penyanggal dan melihat di
depan Balai Pemakaman dan foto wanita yang dikenalnya sebagai polisi. Ia
teringat saat bertemu di hotel yang didatanginya.
“Entah...
Ini juga kali pertama bagiku.” Ucap si arwah wanita yang sudah mati.
“Ayah, apa
Ayah kenal polisi itu?” tanya Chan Sung. Tuan Koo mengaku tidak tapi sepertinya
pernah melihat dia.
“Mungkinkah
itu bukan mimpi?” ucap Tuan Koo binggung seperti masih tak menyangka dengan
kejadian sebelumnya.
Sementara
di hotel del Luna, Man Wol bertemu dengan arwah wanita. Si arwah mengaku
seorang polwan dan Identitasnya ditemukan saat sedang bekerja menyamar lalu terbunuh.
Man Wol berkomentar kalau ini sangat disesalkan.
“Kau mati
karena melakukan pekerjaan yang benar. Jadi,dalam perjalanan menuju alam baka, kau
akan diberikan limusin kelas satu. Beristirahat beberapa hari di sini, lalu
naiklah limusin.” Ucap Man Wol
“Aku tak
bisa pergi seperti ini.” Kata si arwah marah, Man Wol berkomentar Sebagian
besar tamunya bilang hal yang sama.
“Ada yang
bisa kubantu? Apa kau ingin membalas dendam? Biar kuberitahu, bahkan jika kau ingin
membalas dendam, kita tak bisa merenggut nyawa manusia. Kita bisa menyiksanya
sedikit.” ucap Ma Wol.
“Tapi itu
akan jadi dosa dan memengaruhi kehidupanmu selanjutnya secara negatif. Kau
dapat dilahirkan kembali ke kondisi yang sangat baik. Tapi kau bisa dilahirkan
kembali sebagai anjing atau babi jika kau mencoba memuaskan dendammu dalam
kehidupan yang sudah selesai. Jadi Pikirkan baik-baik.” Jelas Man Wol.
“Aku tak
ingin membalas dendam. Pria yang kukejar tak bisa ditangkap oleh hukum manusia.
Jadi, aku ingin menangkapnya.” Kata Si wanita.
“Kau
adalah... orang yang sangat bertanggung jawab. Untuk layanan yang terkait
dengan dunia ini, kau harus membayar dengan uang duniawi. Apa kau punya.
sejumlah uang tersembunyi di dunia ini?” kata Man Wol. Si wanita memberikan sesuatu diatas meja.
“Bagus...
Apa yang bisa kami bantu?” kata Man Wol dengan senang hati menerima bayaran.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar