PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 15 Juli 2019

Sinopsis Hotel Del Luna Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Seorang wanita berjalan di padang ilalang dengan wajah tertutup selendang, dengan kuda yang berjalan disampingnya dan peti ditarik dalam gerobak. Sampai akhirnya angin menerbangkan selendang, Jang Man Wol hanya bisa menatap selendang yang menutupi wajahnya.
Saat itu juga prajurit melihat selendang yang tersangkut di pohon, lalu bergegas seperti akan mengejar Man Wol dengan kuda mereka. Lalu seekor burung rajawali terbang dengan melesat cepat diatas mereka menuju suatu tempat. 

Di sebuah warung tenda, Man Wol minum dengan wajah dinginya. Seorang nenek memberikan minum, God Mago bertanya darimana Man Woo berasal.  Man Wol hanya diam saja. God Mago memberitahu kalau ini satu-satunya tempat bisa minum.
“Apa kau orang Muzu? Tapi Kau tak terlihat seperti orang Georan. Apa kau orang Malgal? Karena kau bawa pedang, Apa kau seorang prajurit?” ucap God Mago terus bertanya tapi Man Wol tak menjawabnya.
“Rasa anggurnya mengerikan, dan kau sangat berisik.”keluh Man Wol dingin sambil membuang minuma diatas meja.
“Apa ada yang mati Atau Apa kau membunuh seseorang? Hanya ada dua jenis orang yang melewati jalan ini dalam cuaca yang mengerikan. Baik itu seorang pembunuh atau yang sedang dalam perjalanan menuju kematian.” Ucap God Mago
“Kau sudah hidup sangat lama dengan mulit besarmu yang tak berguna. Haruskah kupotong lidahmu agar kau bisa berumur panjang dengan aman?” ucap Ma Wol sinis.
“Lidah tuaku ini mungkin tak bisa mencicipi anggur yang enak, tapi ia tahu bagaimana mengataan sesuatu yang bisa membantu. Sepertinya kau sudah lama berkeliaran. Jadi Hendak kemana kau?” kata God Mago.
“Aku mencari penginapan. Aku dengar ada penginapan di padang gurun ini yang menghibur jiwa orang mati.” Ucap Ma Wol
“Kau pasti mencari Hotel Del Luna.” Balas God Mago, Ma Wol  bertanya apakah God Mago mengetahuinya.
“Aku dengar itu adalah penginapan untuk orang mati yang masih berkeliaran di kehidupan ini. Di mana tempat itu? Kemana aku mesti pergi?” ucap Ma Wol
“Kau tak bisa pergi ke sana. Hanya orang mati yang bisa pergi ke sana. Sama seperti orang-orang yang berdiri di sana.” Kata God Mago dan terlihat para hantu yang banyak dibelakang Ma Wol.
“Berapa banyak kekacauan yang kau bawa dalam peti mati ini?” tanya God Mago melihat peti yang dibawa Ma Wol.
“Mereka adalah orang-orang yang mati karena aku.” Kata Ma Wol seperti tak menyesal.
“Dan siapa lagi yang kau bunuh untuk mereka yang akhirnya mati?”tanya God Mago
“Tutup mulutmu... Katakan saja padaku jalannya.” Kata Ma Wol marah sambil mengancam dengan pedang di leher God Mago.
"Bulan Purnama"? Bulan yang dipenuhi dengan banyak dendam.” Kata God Mago melihat bulan purnama terlihat dipadang.
“ Katakan. Aku mencoba bertanggung jawab atas mereka yang kubunuh.” Ucap Ma Wol.
“Kau bahkan tak bisa bertanggung jawab atas diri sendiri.  Kau tak punya kemampuan untuk mengurus kehidupan orang lain.” Ucap God Mago
“Sudah kubilang akan kupotong lidahmu jika kau terus katakan sesuatu yang tak perlu. Katakan saja jalannya. Jika tempat itu hanya dapat ditemukan oleh orang mati, aku rela bunuh diri.” Kata Ma Wol terlihat sangat frustasi.
“Sungguh jiwa yang malang. Apa kau Pikir dapat menanggungkan segalanya dengan mengorbankan hidupmu. Tapi itu keinginan yang percuma.” Kata God Ma Go
“Ini satu-satunya yang tersisa yang bisa kuberikan.” Ucap Ma Wol terus menaruh pedang di lehernya.
“Hotel Del Luna... adalah tempat jiwa-jiwa mati berkumpul. Jiwa-jiwa mati yang berkeliaran atas kehendak mereka sendiri.” Kata God Mago. 




Saat itu prajurit datang dengan selendang yang dipakai Ma Wol lalu Ma Wol pun sudah siap melawanya. Tapi semua menghilang layaknya bayangan, Ma Wol melonggo binggung, God Mago memberitahu kalau Mereka juga orang-orang yang sudah dibunuh Ma Wol.
Ma Wol mengingat sebelumnya sudah membunuh prajurit dengan pedangnya, dan membawa syal yang dibawa prajurit sudah terkena darah. Ia melihat syal berkas darah orang dibunuh, lalu berpikir ini adalah tempat yang mereka cari.
“Apa aku membunuh semua orang? Apa aku menjadi roh jahat? Dan datang ke Hotel Del Luna dengan kakiku sendiri?” ucap Ma Wol dengan mata berkaca-kaca
“Sombong dan bodoh. Kau adalah manusia menyedihkan yang sudah jatuh dalam mengasihani diri sendiri. Kini kau sudah temukan tempat untuk membayar dosa-dosamu dengan kedua kakimu sendiri, sekarang bayarlah dosa-dosamu.” Ucap God Mago.
Ma Wol merasakan seperti ada orang yang mendekatinya lalu menusukan pedangnya tapi malah melihat sebuah pohon tiba-tiba tumbuh, terlihat ukiran “Bulan Purnama” Kesenangan Ma Wol terlihat, seperti hidup Ma Wol tersenyum bahagia dengan seorang pria yang menemaninya.
Tapi saat itu pria itu malah di tahan oleh prajurit dan Ma Wol hanya melihat lalu mereka sempat berkelahi sampai tangan Ma Wol ditahan oleh si prajurit. Dan akhirnya ia memegang pedang dengan ukiran -=Bulan Purnama=-
Ma Wol tak bisa menahan rasa sedihnya, lalu ingin menarik pedangnya tapi malah masuk ke dalam pohon. Tiba-tiba pohon itu bergerak dan membuat sebuah penginapan diatas tanah kosong. Ma Wol hanya bisa terdiam melihat keajaiban yang ada didepanya.
“Hotel Del Luna akan jadi tempat berlindung bagi orang mati yang sudah menemukan pemilik baru. Sekarang Mari kau ikut denganku ke tempat yang nyaman!” ucap God Ma Go melihat dari kejauhan lalu membawa peti yang dibawa Ma Wol sebelumnya. 


[Tahun 1998]
Tuan Koo duduk bersama dengan anaknya disungai Han, merasa sedih karean Hari ini adalah ulang tahunnya tatapi  tak bisa belikan Jjajangmyeon. Koo Chan Sung mengaku tak masalah karena tak lapar. Tiba-tiba sepasang pria dan wanita lewat tanpa sengaja menjatuhkan uangnya.
“Ayo kita pergi beli Jjajangmyeon dengan ini.” Ucap Tuan Koo sengaja menutupi uang dengan kakinya.
Chan Sung mengelengkan kepala lalu memanggil Ahjussi lalu mengembalikanya. Tuan Koo mengeluh melihat tingkah anaknya. God Mago kembali datang memuji Chan Sung itu anak yang baik, dengan dahi lebar dan matanya berbinar.
“Kau punya wajah yang tampan. Apa Hari ini ulang tahunmu? Katakan tahun berapa kau dilahirkan.” Kata God Mago
“Hei Ajumma. Kami tak beli bunga. Jadi Pergilah...” kata Tuan Koo sinis.
“Ya Tuhan... Tahun-tahun awalmu tak beruntung jadi kau dilahirkan dari ayah seperti dia. Tapi itu bukan hubungan yang naas. Memiliki kehidupan yang sulit sejak dini artinya kau mendapatkan keberuntungan. Kau membersihkan dirimu dari nasib buruk.” Ucap God Mago
“Apa? "Nasib buruk"? Beraninya kau bicara sembarangan hanya untuk menjual bunga pada anak kecil?!!” ucap Tuan Koo sinis pada God Ma Go.
“Nak, tunggu. Aku akan dapatkan banyak uang dan membelikanmu hadiah ulang tahun.” Ucap Tuan Koo menyakinkan anaknya.
Sang Cung memikirkan hadiah, God Mago mengusulkan  Bunga, yaitu Bunga untuk ulang tahun. Tuan Koo menolak karena tak beli bunga. Sang Chung mengaku Bunga juga tak apa dan bisa memetiknya untunya alih-alih membeli.
“Jadi, jangan lakukan hal berbahaya hanya untuk hasilkan uang.” Ucap Sang Chung. God Mago berkaca-kaca mendengarnya.
“Kau terlalu dini untuk khawatirkan hal seperti itu...” kata Tuan Koo sambil mengelus kepala anaknya. 


Saat itu terdengar suara mobil polisi dan di sisi lain sudah banyak polisi dan petugas mencari sesuatu di rawa-rawa, semua orang berkumpul ingin tahu apa terjadi sesuatu. Sampai akhirnya seseorang dengan wajah pucat dan mata menghitam keluar dari dalam sungai lalu berjalan. Saat itu matanya menatap seorang pria dan langsung pergi. 

Man Wol berjalan masuk keruangan terlihat wajah dirinya yang tak berubah setelah hidup ratusan tahun lalu berdiri didepan jendela, Tuan No Joon Seok menyapa Man Wol apakah sudah bangun dan memberitahu Ini bulan purnama jadi sepertinya   akan punya banyak tamu. Ma Wol langsung menatap sinis, seperti tak suka.
“Ketika bulan terang, mereka bisa melihat tempat ini dari jauh. Jadi, mereka akan merangkak ke sini dari semua tempat.” Ucap Man Wol
“Aku akan nyalakan tanda hotel. “ kata Tuan No. Man Wol menyuruh agar Buka hotel untuk bisnis.
“Suasana hatiku buruk saat lihat bulan purnama. Dan hari ini semakin buruk. Jangan terima siapa pun yang meninggal karena kematian yang mengerikan.”kata Man Wol
“Walau begitu, harusnya kita tak pilih-pilih tamu.” Ucap Tuan No. Man Wol menegaskan Jangan terima.
“Mereka tak akan terburu-buru, karena mereka sudah mati.” Kata Man Wol sinis
“Aku akan berhati-hati agar mereka tak menghalangimu.” Ucap Tuan No lalu keluar dari ruangan. Man Wol lansung menatap sinis melihat bulan purnama karena sangat muak.

Tuan Koo mencuri  kotak kasir lalu berlari menuruni tangga, dua petugas mengejarnya. Tuan Koo tak bisa mengendalikan langkahnya akhirnya jatuh berguling dari atas tangga. Ia terdiam sejenak sampai akhirnya terbangun merasa kesakitan dibelakang kepalanya.
Tuan Koo bernafas lega karena ia Hampir saja mati lalu mengambil uang yang berceceran lalu melangkah pergi. Ia tak sengaja melewati hotel Del Luna dan bertanya-tanya apakah harus bayar hanya untuk masuk ke dalam. Saat itu arwah wanita sungai berjalan dengan jejek kaki yang air yang berceceran dilantai.
Ji Hyun Joong menyambut tamu didepan pintu bertanya  Apa datang sendirian, Arwah menganguk. Hyun Joong bertanya apakah  ingat sudah berapa lama sejak dimati. Si arwah wanita menjawab itu sudah sekitar 10 hari.
“Kelihatannya itu liftnya.” Ucap Tuan Koo melihat Hyun Joong yang membawa si arwah pergi. 


Akhirnya Tuan Koo ikut naik lift dan bingung karena lift naik cukup cepat sampi akhirnya pintu terbuka masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat sangat bagus dan mewah. Ia melonggo melihat tempat ini sangat megah dan penasaran apa a harus bayar hanya untuk duduk lalu duduk didepan arwah wanita.
“Apa Kau baik-baik saja? Kau tak terlihat cukup sehat. Dari mana kau sebasah itu?” tanya Tuan Koo menyapa si arwah.
“Sungai Han.” Ucap si arwah. Tuan Koo bingung berpikir Si wanita itu bermain air di tengah malam.
“Apa tempat ini mahal? Menurutmu, apa mereka akan meminta mahal hanya untuk duduk di lobi?” tanya Tuan Koo penasaran.
“Entah. Ini pun kali pertama bagiku... Lalu Apa yang terjadi... padamu?” tanya si wanita melihat ada darah dibelakang kepala Tuan Koo.
“Aku berguling menuruni tangga.” Ucap Tuan Koo lalu bergegas pergi dengan wajah panik.
Saat itu di tempat Tuan Koo berguling, tubuhnya sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya. Dua polisi bergegas melihatnya, kaki dari Tuan Koo pun terlihat bengkok ke arah lain. 

Tuan No dan Hyun Joong berjalan bersama, Hyun Joong memberitahu kalau sudah lama tak kedatangan hantu air. Tuan No bingung mendengar  Hantu air lalu bertanya Apa hantu itu terlihat kotor. Hyun Joong mengaku  Yah, sedikit...
“Karena Ketua Jang tak dalam suasana baik. Kita harus bawa dia ke kamarnya agar dia tak lihat.” Ucap Tuan No. Hyun Joong menganguk mengerti.
Saat itu Tuan Koo akan kabur berpapasan dengan keduanya lalu bergegas pergi. Tuan No terdiam melihatnya, Hyun Joong bertanya ada apa. Tuan N memberitahu kalau Tamu yang baru saja lewat tapi bukan dari hotel tapi datang ke tempat yang salah.
“Artinya... Apa dia tak mati? Apa Dia orang yang masih hidup?” ucap Hyun Joong kaget.
“Jika Ketua melihat, dia akan mati. Kita harus keluarkan dia dari sini secepat mungkin.” Ucap Tuan No. 

Tuan Koo berjalan di lorng merasa  perlu bersembunyi  selama setidaknya beberapa jam, lalu berpikir harus bersembunyi di kamar mandi. Setelah berpikir memilih untuk sembunyi di kamar mandi tapi matanya melihat sebuah guci dan dililit dengan ular bentuk emas.
“Apa ini emas? Wah, ini terlihat sangat mahal.” Ucap Tuan Koo seperti ingin mencurinya
“Tidak... Sekarang ini bukan perihal penting. Aku harap bisa melihatmu lagi.” Kata Tuan Koo lalu berjalan pergi dan saat itu ular emas bergerak sendiri lalu berjalan dilorong. 

Tuan Koo melihat papan petunjuk [Kolam Renang] akhirnya masuk lalu melongo binggung karena ternyata ada pantai didepanya. Nyonya Choi Seo Hee menyapa Tua Koo bertanya apakah ingin berenang karena mereka bisa pinjamkan baju renang.
“Berapa nomor kamarmu?” tanya Nyonya Choi. Tuan Koo mengelengkan kepala menolaknya.
Akhirnya Tuan Koo bergegas pergi, lalu masuk bar dan Tuan Kim Sun Bi menyapa sebagai pelanggan. Tapi Tuan Koo memilih untuk pergi lalu sampai ke balkon dan melihat kebawah, dan tak percaya kalau ternyata gedung ini sangat tinggi, menurutnya ini Aneh sekali dan Menakutkan.


Di lobby
Tuan Kim tak percaya Orang hidup ada di sini, Tuan No pikir Sepertinya dia berkeliaran di sekitar hotel bahkan tanpa tahu tempat apa ini sebenarnya. Nyonya Choi pikir Jika dia tak segera pergi, maka  akan mati.
“Nasib Terburuknya dia akan hadapi kematian, tapi kita akan sangat dimarahi jika Ketua Jang tahu. Dia akan pastikan kita tak lupakan ini selama 50 tahun. Kau tahu apa yang selalu dia katakan.” Ucap Tuan Kim dan mereka bisa membayangkan. 

Tuan Kim, Nyonya Choi dan Hyun Joon duduk bersama rapat. Man Wol terlihat marah karena Hanya ini yang dapat mereka lakukan. Tuan Kim dkk hanya diam saja. Man Wol merasa mereka pasti menganggap ucapanya itu sebagai lelucon
 “Jika kalian buat kesalahan semacam ini sekali lagi, aku akan tempatkan kalian semua di bus yang menuju ke alam baka. Apa kalian mengerti?” ucap Man Wol marah lalu memukul meja dan semua kertas terbang tanpa bekas.

Hyun Joon ketakutan membayankan Man Wol akan marah dan merasa bersalah karena tak melihat pria itu masuk lalu  menanyakan apa yang akan mereka lakukan. Tuan Kim mengeluh Hyun Joong yang memang selalu salahkan diri sendiri.
“Tapi ini salahmu.” Kata Tuan Kim. Hyun Joong  melonggo binggung.  Nyonya Choi mengaku tak bisa bertanggung jawab untuk ini.
“Aku masih punya pekerjaan di dunia ini. Aku tak bisa naik bus menuju ke alam baka.” Tegas Nyonya Choi.
“Aku dikutuk. Kenapa manusia bodoh itu harus datang ke sini? Sialan.” Keluh Hyun Joong
“Cepat atau lambat, aku yakin Ketua akan lihat jiwa manusia yang hidup berkeliaran di sekitar hotel.” Ucap Nyonya Choi khawatir.
“Jika Ketua tahu, dia tak akan pernah bisa meninggalkan tempat ini. Dia akhirnya akan mati.” Kata Tuan No. 

Man Wol berjalan dilorong dengan anggun, lalu melihat guci dengan ular emasnya sudah tak ada dan yakin Seorang pencuri pasti ada dihotelnya sambil mengeluh kalauBeraninya ada yang mencuri dari hotelnya. 
Sementara Tuan Koo masuk ke sebuah ruangan bingung melihat ada sebuah pohon besar dalam ruangan dan bertanya-tanya Tempat apa ini... lalu melihat ada bunga didahan pohon
Ia teringat ucapan Chan Sung “Bunga juga tak apa. Ayah dapat memetiknya untukku, alih-alih membelinya.” Lalu berpikir bunga di dahan pohon bagus dan berusaha memetiknya.
“Aku akan berikan pada Chan Sung. Ini terlihat seperti pohon mati. Tapi bunganya sangat cantik.” Ucap Tuan Koo sambil terus melompat untuk mengambilnya. 

Saat bunga sudah ada ditangan Tuan Koo, tiba-tiba angin datang dan membuatnya jatuh lalu bunga pun terjatuh. Man Wol tiba-tiba datang langsung menginjak dadanya, Tuan Koo mengeluh kesakitan.  Man Wol bingung melihat Tuan Koo
“Karena kau merasa sakit, apa jantung ini masih hidup?” ucap Man Wol sinis.
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan? Singkirkan kakimu.” Kata Tuan Koo menahan rasa sakit.
“Kau mencuri dariku.” Kata Man Wol. Tuan Koo mengaku tak melakukan apa-apa dan tak mencuri apa pun.
“Benarkah? Lalu, apa ini?” ucap Man Wol dan saat itu dari dalam baju Tuan Koo terlihat ular emas keluar.
Tuan Koo menjerit ketakutan, Man Wol pikir Tuan Koo mencoba mencurinya dan ingin digigit sampai mati olehnya. Tuan Koo langsung memohon berlutut meminta maaf  dan mengaku layak mati atas dosa-dosanya. Man Wol pun menyuruh Tuan Koo mati saja.
“Tidak, aku tak bisa mati sekarang.” Kata Tuan Koo memohon. Man Wol pikir semua manusia akhirnya harus mati.
“Daripada bolak-balik, dan mumpung kau sudah di sini, jadi matilah. Aku tak berpikir kau sadar ini Tapi kau sudah sekarat.” Ucap  Man Wol
“Apa yang terjadi padaku? Kenapa ini terjadi?” kata Tuan Koo binggung. 
Saat itu dirumah sakit, Dokter terus mencoba memberikan CPR dengan menekan bagian dada dan meminta perawat agar memeriksa saturasi nadi dan oksigennya. Perawat memberitahu Oksigen sangat kritis. Dokter pun perlu defibrillator.
Di depan kaca, Chan Sung melihat ayahnya tak sadarkan diri hanya bisa menangis.  Dokter langsung memberikan kejut jantung pada Tuan Koo. 


Tuan Koo menegaskan kalau tak boleh mati sekarang jadi meminta ampunan karena anaknya sedang menunggu. Man Wol dengan tatapan sinis mengejek sangat kasihan pada putra Tuan Koo lalu melihat bunga yang ada dibawah.
“Hari ini hari ulang tahun putraku. Dia ingin menerima bungasebagai hadiah. Jadi, aku memetiknya dari pohon. Aku Sungguh meminta maaf.” Kata Tuan Koo.
“Bunga tak pernah mekar di pohon ini” kata Man Wol tak percaya. Tuan Koo menyakinkan kalau sungguh bunga dari pohon itu dan tak menyentuh apa pun.
“Apa Kau membuat bunga untuk manusia ini dan juga memberinya cabangmu? Apa Artinya kau memberitahu aku untuk selamatkan dia?” ucap Man Wol seperti berbicara dengan pohon
“Apa Kau bilang ini adalah hadiah ulang tahun putramu?” tanya Man Wol memastikan.
“Untuk ayah bodoh sepertiku, dia adalah anak yang cerdas dan setia yang terlalu baik untukku. Jika kau memaafkan aku, aku tak akan pernah berniat buruk lagi. Aku akan mendidik anakku sebaik mungkin.” Kata Tuan Koo berjanji
“Baik. Baguslah... Aku akan mengampunimu.” Ucap Man Wol. Tuan Koo pun mengucapkan  Terima kasih banyak.
“Pulanglah dan besarkan putramu dengan baik. Lalu Didik dia dengan baik dan berikan padaku.” Kata Man Wol. Tuan Koo melonggo binggung.
“Karena aku menyelamatkan ayahnya, anak itu harus membalas budi. Kau bilang dia masih kecil, kan? Jika manusia ingin berguna, kau perlu memberi makan dan membesarkannya sekitar 20 tahun. Berjanjilah untuk berikan putramu padaku.” Kata Man Wol
Tuan Koo bingung karena Man Wol menginginkan anaknya dengan wajah ragu. Man Wol pun menyuruh Tuan Koo mati aja kalau memang tak setuju. Tuan Koo bingung apa yang harus dilakukan. Man Wol menyuruh Tuan Koo agar segera memutuskan pilihanya.
“Kau hanya punya beberapa menit untuk tetap hidup.” Kata Man Wol. Tuan Koo kebingungan.
“Jika aku mati, Chan Sung akan sendirian.” Ucap Tuan Koo memikirkanya. Man Wol pun kembali bertanya apaah Tuan Koo  mau berikan putranya.
“Atau... kau mau mati?” tanya Man Wol. Akhirnya Tuan Koo mengaku akan berjanji dan meminta ampunan Man Wol.
“Baik. Baguslah... 20 tahun kemudian, maka aku akan pergi menjemput putramu. Pergilah” kata Man Wol.
Chan Sung menangis disamping ayahnya, saat itu tiba-tiba mata Tuan Koo terbuka lebar dan sadarkan diri. Chan Sung kaget melihat Ayahnya, lalu memanggil dokter kalau Ayahnya belum meninggal.
Dokter binggung dan melihat Refleksnya sudah kembali,dan tanda vitalnya baik-baik saja lalu meminta agar menghubungi OS dan bersiap untuk operasi.
Sementar Man Wol melihat bunga yang tertinggal dan berkomentar Tuan Koo yang meninggalkan hadiah ulang tahun putranya lalu membuangnya, saat itu juga bunga pun hancur. 



Tuan Koo berjalan dengan kepala diperban dan mengunakan alat penyanggal dan melihat di depan Balai Pemakaman dan foto wanita yang dikenalnya sebagai polisi. Ia teringat saat bertemu di hotel yang didatanginya.
“Entah... Ini juga kali pertama bagiku.” Ucap si arwah wanita yang sudah mati.
“Ayah, apa Ayah kenal polisi itu?” tanya Chan Sung. Tuan Koo mengaku tidak tapi sepertinya pernah melihat dia.
“Mungkinkah itu bukan mimpi?” ucap Tuan Koo binggung seperti masih tak menyangka dengan kejadian sebelumnya. 

Sementara di hotel del Luna, Man Wol bertemu dengan arwah wanita. Si arwah mengaku seorang polwan dan Identitasnya ditemukan saat sedang bekerja menyamar lalu terbunuh. Man Wol berkomentar kalau ini sangat disesalkan.
“Kau mati karena melakukan pekerjaan yang benar. Jadi,dalam perjalanan menuju alam baka, kau akan diberikan limusin kelas satu. Beristirahat beberapa hari di sini, lalu naiklah limusin.” Ucap Man Wol
“Aku tak bisa pergi seperti ini.” Kata si arwah marah, Man Wol berkomentar Sebagian besar tamunya bilang hal yang sama.
“Ada yang bisa kubantu? Apa kau ingin membalas dendam? Biar kuberitahu, bahkan jika kau ingin membalas dendam, kita tak bisa merenggut nyawa manusia. Kita bisa menyiksanya sedikit.” ucap Ma Wol.
“Tapi itu akan jadi dosa dan memengaruhi kehidupanmu selanjutnya secara negatif. Kau dapat dilahirkan kembali ke kondisi yang sangat baik. Tapi kau bisa dilahirkan kembali sebagai anjing atau babi jika kau mencoba memuaskan dendammu dalam kehidupan yang sudah selesai. Jadi Pikirkan baik-baik.” Jelas Man Wol.
“Aku tak ingin membalas dendam. Pria yang kukejar tak bisa ditangkap oleh hukum manusia. Jadi, aku ingin menangkapnya.” Kata Si wanita.
“Kau adalah... orang yang sangat bertanggung jawab. Untuk layanan yang terkait dengan dunia ini, kau harus membayar dengan uang duniawi. Apa kau punya. sejumlah uang tersembunyi di dunia ini?” kata Man Wol. Si wanita memberikan sesuatu diatas meja.
“Bagus... Apa yang bisa kami bantu?” kata Man Wol dengan senang hati menerima bayaran.
Bersambung ke Part 2

Cek My Wattpad... Stalking 


      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar