PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di sebuah
ballrom, MC memberitahu Park Kyu Ho, Walikota Beomcheon ada bersama mereka jadi
. Sekarang akan memberikan Penghargaan Pengusaha atas Pertumbuhan Inovatif Kota
Beomcheon. Tuan Park melambaikan tangan menyapa semua orang dalam ruangan.
“Penghargaan
diberikan kepada Kim Dong Hwan, CEO Beomin Corporation. Ini akan diberikan oleh
Walikota Kota Beomcheon, Park Kyu Ho.” Kata MC
Semua
memberikan tepuk tangan dan memanggil “Kim Dong Hwan” MC memberitahu CEO sudah
memimpin Beomin Corporation dengan dedikasi luar biasa dan sudah jadi panutan
yang sangat baik sebagai manajer bisnis. Tiba-tiba suara nyaring tak membuat
nyaman telinga, Tuan Park mengeluh sambil memegang telinganya.
Saat itu
kamera tak bisa mengambil gambar dan semua wartawan binggung, Tuan Park
mengeluh mereka tak ada yang mengambil foto lalu pintu terbuka lalu Man Wol
berjalan dengan pistol ditanganya.
“Siapa
itu? Ada seorang wanita dengan pistol di tangannya yang masuk. Hei... Kenapa
tak ada yang hentikan dia? Dia membawa pistol!” teriak Tuan Park panik.
Semua
binggung karena dimata mereka tak ada siapapun, Tuan Park melihat Man Wol
berjalan dengan siap menarik pelatuknya dan menyuruh agar menurunkan
senjatanya. Man Wol tak peduli langsung melepaskan pelurunya.
“Aku
sudah ditembak.” Ucap Tuan Park langsung jatuh memegang dadanya. Semua binggung
melihat tingkah Tuan Park seperti kehilangan akal sehatnya.
“Wanita
di sana menembakku dengan pistolnya. Dia sungguh menembakku.” Ucap Tuan Park
ketakutan.
Man Wol
hanya bisa tersenyum mengejek melihatnya lalu Tuan Park panik melihat Lee Hyeong Sa datang padahal sudah meninggal
dan meminta agar Jangan mendekat, Menjauh darinya. Semua melihat tingkahTuan
Park berpikir benar-benar sudah gila.
Akhirnya
Man Wol pun keluar dari ruangan dengan mengangkat pistol dibahunya, Nyonya Lee
pun hanya bisa menangis karena mengambulkan permintaanya. Wartawan pun melihat
tingkah Tuan Park langsung mengambil gambar.
Tuan No
baru mengetahui kalau Man Wol menggunakan jiwa pria yang tak bisa ditangkap
lalu menjebaknya di tempat yang lebih buruk dari penjara. Tuan No pikir Jika
Man Wol pikir kalau cukup membuatnya lelah, maka Tuan Koo mungkin akan kembali
ke hotel.
“Pernahkah
kau menemukan apa yang disebutkan wanita itu sebelumnya?” tanya Man Wol. Tuan
No menganguk
“Aku
menemukan ini di loker stasiun kereta. Pasti sebagian dari apa yang dia temukan
diselundupkan.” Ucap Tuan No memperlihatkan butiran berlian.
“Sepertinya
aku akan minum banyak sampanye untuk sementara waktu.” Kata Man Wol
berbinar-binar melihat berlian didepanya.
“Kita harus
melunasi hutang yang kita miliki.” Kata Tuan No mengambil sebagain berlian.
“Apa kita
punya banyak hutang? Tapi Baiklah, ini sudah cukup.” Kata Man Wol melihat masih
banyak sisanya.
“Kita
juga butuh beberapa untuk melunasi kredit di masa depan.” Ucap Tuan No kembali
lagi mengambil berlian.
“Apa Sebanyak
ini untuk membayar kredit? Manajemen hotel seperti apa yang menghabiskan banyak
uang?” keluh Man Wol kesal.
“Semua
kredit untuk mobil, belanja, dan juga sampanye-mu. Tak perlu banyak biaya untuk
mengoperasikan hotel.” Jelas Tuan No
“Orang
yang bekerja untukku sebelumnya tahu bagaimana bekerja dengan uang, jadi aku
tak perlu khawatirkan keuangan.” Komentar Man Wol
“Aku
dengar, kau kelaparan dan benar-benar hancur karena orang lain yang bekerja
untukmu sebelumnya.”ejek Tuan No
“Itu
membuatku marah setiap kali kupikirkan.” Keluh Man Wol kesal
“Kenapa
kau tak menabung sedikit untuk orang yang akan menggantikanku? Aku akan
membayar biaya anak itu selama 20 tahun dengan ini.” Kata Tuan No kembali
mengambil berlian.
Man Wol
menahanya, bertanya-tanya Apa benar-benar menghabiskan biaya sebanyak ini untuk
membesarkan anak. Tuan No hanya menatapnya. Man Wol tak peduli akhirnya
menyuruh Tuan No memberikan semua saja karen
Ketika anak itu tumbuh, maka akan mengambilnya. Ia pun akhirnya hanya
memiliki satu buah berlian sisa ditanganya.
Tuan Koo
melihat tabunng ada uang 100 juta won,
lalu berpikir Kelihatannya itu bukan hanya mimpi dan ia memang benar-benar
menjual anaknya. Chan Sung yang masih kecil hanya bisa terdiam. Tuan Koo
pikir harus mencari hotel dan harus
kembalikan uang ini lalu batalkan kesepakatan.
Chan Sung
meminta ayahnya hati-hati karena kakinya yang msaih sakit. Tuan Koo berdiri
didepan sebuah rumah yang besar merasa yakin kalau hotel itu ada di sekitar sini dan meminta Chan Sung
menunggu saja dan berjalan lebih jauh.
Saat itu
mobil sedan hitam lewat, Chan Sung binggung dan dari dalam jendela mobil Man
Wol menatapnya. Chan Sung memberikan senyuman tapi Man Wol terlihat dingin lalu
Tuan No menyapa dengan senyuman lalu mobil pun pergi.
“Kirimi
dia bunga setiap ulang tahun, agar tak melupakan kesepakatan itu. Bunga Evening
primrose akan sempurna.” Ucap Man Wol dengan wajah bahagia.
[Tahun
2019 - Masa Kini]
Ko Chan
Sung terlihat sudah dewasa dengan setelan jas, Seorang pria memberitahu kalau
ketua sudah datang jadi akan mengantarnya masuk. Mereka pun bertemu dengan
resume yang dilihat oleh ketua, lalu ketua berkata Chan Sung tak akan menyesal
pindah dari hotel Singapura kepada hotel mereka.
“Kedepannya,
mohon kerja samanya.” Ucap Ketua mengulurkan tanganya, Chan Sung pun berdiri
“Terima
kasih sudah mempercayaiku dengan peran yang sangat besar.” Kata Chan Sung
menjabat tangan lalu kembali duduk.
“Kau menolak
tawaran kami tahun lalu, tapi kau setuju tahun ini. Kenapa?” kata ketua
“Karena
usiaku sudah lewat 20 tahun. Aku membuat janji dengan ayahku bahwa aku tak akan
pulang ke Korea sampai melewati usia 20 tahun. Tahun lalu adalah baru 20 tahun dan
sudah genap 20 tahun sekarang, itulah sebabnya aku bisa pulang.” Jelas Chan
Sung
“Pasti
ada sesuatu sampai membuatmu berjanji.” Komentar ketua. Chan Sung mengaku Bukan
karena hutang atau kejahatan.
“Ini
lebih seperti mitos, menghindari sesuatu yang tak menguntungkan. Orang tua
menanggapi hal-hal seperti itu dengan sangat serius. “ cerita Chan Sung
“Mereka
beri tahu kau untuk menghindari hal seperti menikah saat berusia 29 tahun. Tak
ada salahnya menghindari nasib buruk.” Kata Ketua
“Lalu ,
apa ada hotel di Seoul, yang terlindungi ivy dari luar, memiliki bar atap yang
terletak hampir seratus lantai dan memiliki kolam yang hampir selebar pantai?
Dalam 20 tahun yang lalu.” Tanya Sang Chul memastikan. Ketua terlihat bingung dan Sang Chul yakin
kalau pasti itu tak ada.
Sang Chul
berjalan dengan Sek yang memberitahu kalau sudah kirimkan semua barang ke
kantornya. Ia pun mengucapkan terimakasih, Sek bertanya apakah Sang Chul sudah
menemukan tempat tinggal di Seoul Sang Chul mengaku akan tinggal dengan seorang
teman sementara.
“Kelihatannya
itu sebabnya hadiah ulang tahunmu datang ke sini. Selamat ulang tahun. Hari ini
ulang tahunmu, kan? Kami sudah meletakkan hadiah di meja depan.” Ucap
Sekertaris.
“Tunggu...
Apa Kebetulan, hadiah itu...” ucap Sang Chul panik. Sek membenarkan tapi tak
ingat bunga apa.
“Evening
primrose, aku tahu.” Ucap Sang Chul makin panik karena bunga selalu datang
dimana dia berada.
Sang Chul
duduk diruangan kebingungan melihat bunga dengan surat yang menempel. Ia
mengeluh karean Sudah lebih dari 20
tahun tapi masih mendapatkan ini lalu menyakinkan diri agar Jangan takut karena
sudah mendapatkan ini sepanjang hidupnya, lalu mencoba untuk tak gugup..
Akhirnya
Ia mencoba membuka surat dan terlihat binggung karena itu surat dari
"Hotel Del Luna" [Kepada Chan Sung-ku, Perlu diketahui bahwa kau
sudah dipekerjakan di Hotel Del Luna. Bekerjalah mulai besok] lalu mengumpat kesal
seperti tak percaya kalau Hotel ini sebenarnya ada.
“Bahkan
alamatnya ada... Myeong-dong?” ucap Chan Sung penasaran.
Chan Sung
pergi dengan membawa bunga lalu terlihat kebingungan melihat papan nama
Myeong-dong dan bertanya-tanya apakah benar-benar harus pergi ke sana. Ia pun
akhirnya membuang pot bunga yang diberi pita [Kepada Koo Chan Seong, Selamat
Ulang Tahun]
Di dalam
kereta terlihat sangat padat, Chan Sung mencoba bergeser mencari tempat yang
lebih lapang, lalu masuk gerbong belakang dan binggung karena gerbong itu
kosong dan hanya ada satu wanita yang duduk didalamnya.
“Maaf...
Apa kau orangnya? Orang yang membeliku?” tanya Chan Sung duduk dengan percaya
diri.
“Kelihatannya
kau sudah persiapkan diri untuk ini. Kupikir kau akan bertanya siapa aku terlebih
dahulu.” Ejek Man Wol
“Aku tak
perlu bertanya... Kau seperti yang dimaksud ayahku. Kau Jang Man Wol, pemilik
Hotel Del Luna, 'kan? Wanita... yang sudah mengirimku bunga-bunga itu setiap
ulang tahun.” Kata Chan Sung terlihat berani.
“Apa kau
membuang bungaku setiap tahun seperti yang kau lakukan hari ini?” sindir Man
Wol
“Setiap
kali aku mendapatkannya, aku khawatir apa yang ayahku katakan padaku benar. Aku
khawatir kau akan datang padaku.” Akui Chan Sung
“Itukah
sebabnya kau pindah dari satu negara ke negara lain? Agar aku tak bisa datang
dan menjemputmu?” ucap Man Wol
“Aku
sudah melarikan diri, tapi aku tak berharap kau benar-benar menjemputku. Aku
meremehkanmu, berpikir bahwa semuanya sudah berakhir tahun lalu. “ kata Chan
Sung
“Itulah
yang aku harapkan, itulah sebabnya aku datang tahun ini sebagai gantinya.
Karena aku memberimu istirahat yang bagus tahun lalu, datang dan mulai bekerja untukku
mulai besok.” Kata Man Wol
“Ayahku
bilang kau adalah orang yang menakutkan. Apa kau akan membunuhku jika aku
menolak?” tanya Chan Sung mencoba menantang
“Kau...tak
takut padaku, kan? Aku tahu, aku terlalu cantik untuk terlihat menakutkan.”
Kata Man Wol
“Aku
setuju. Jadi, aku akan terus berpikir bahwa kau bukan orang yang menakutkan dan
terus menolak tawaranmu.” Kata Chan Sung
“Ide
buruk untuk kirimkan bunga setiap ulang tahun padamu. Harusnya kukirimkan
penggalan burung.” Komentar Man Wol lalu menaruh bunga yang sebelumnya dibuang
Chan Sung.
“Aku akan
beri sesuatu yang berbeda untuk ulang tahunmu kali ini.” Kata Man Wol lalu
tiba-tiba suasana kereta menjadi gelap
“Kau
pasti orang yang sangat kuat dan hotelmu pasti sangat sukses. Jadi, kenapa kau
mencoba untuk mendapatkan pria biasa sepertiku? Tak bisakah melepasku begitu
saja?” ucap Chan Sung panik melihat Man Wol makin mendekat.
“Apa
kau... akan memenggalku sebagai ganti ulang tahunku?” tanya Chan Sung.
“Jangan
khawatir... Kau lemah dan Lehermu masih utuh.” Ucap Man Wol hanya mengelus
wajah dan meniup mata Chan Sung. Chan Sung binggung dengan yang dilakukan Man
Wol padanya.
“Hadiah...
Selamat ulang tahun... Hadiah tahun ini akan sangat istimewa.” Ucap Man Wol
Chan Sung
akhirnya mengambil bunga dalam pot, Man Wol melihat kereta sudah sampai stasiun
Madeul, lalu bertanya apakah Chan Sung tak akan turun dan ingin habiskan lebih
banyak waktu dengannya. Chan Sung langsung berdiri.
“Aku tak
bermaksud membuang bunga yang kau beri untuk ulang tahunku. Hanya saja produk
pertanian dan ternak diperiksa di bandara.” Ucap Chan Sun bergegas turun dari
kereta.
Chan Sung
bertanya-tanya Apa yang akan dilakukan Man Wol tadi karena hanya meniup
dibagian wajahnya. Ia pun ingin tahu Apa untungnya mempekerjakannya di hotel
dan berpkir akan jadi mainannya, lalu teringat dengan pesan ayahnya saat
dirumah sakit.
“Chan
Sung, larilah... Di sana menakutkan... Aku melihat orang mati di sana. Chan
Sung, kaburlah. Kau harus Kabur... jika bertemu dengannya.” Ucap Ayahnya.
Chan Sung
mengerti dan mengikuti pesan ayahnya kalau harus kabur.
Akhirnya
Chan Sung membereskan barang dan matanya tiba-tiba buram melihat pasport
ditanganya lalu menelp ketua hotel memberitahu kalau tak dapat bekerja mulai
minggu depan dan akan jelaskan lebih lanjut melalui email.
Chan Sung
menunggu taksi dan terus memegang matanya seperti merasa perih dan melihat
wanita dengan kacamata hitam didepanya.
“Sekarang,
dia akan terima hadiah ulang tahunnya dan membuka matanya ke dunia yang baru.”
Ucap Man Wol bahagia.
“Dia
mungkin akan panik saat dia mulai melihat orang mati.” Komentar Tuan No
“Dia
harus terbiasa, karena Dia harus bekerja di sini. Dia harus dapat melihat
pelanggan jika dia bekerja di hotel.” Jelas Man Wol
“Katamu
kau bahkan tak memperingatkannya. Dia mungkin mengalami kecelakaan serius jika
dia melihat orang mati untuk kali pertama secara tiba-tiba.” Kata Tuan No khawatir.
Man Wol seperti tak begitu percaya.
“Aku tak
bisa membiarkannya mati karena terkeju. Dan Itu akan mempersulit.”kata Man Wol
Chan Sung
melhat taksi dari kejauhan lalu berbicara pada si wanita kalau datang lebih
dulu dan akan naik taksi yang duluan datang. Si wanita hanya diam saja. Chan
Sung pikir wanita itu bisa melihatnya melihat dari berdiri dari tadi.
“Aku tak
lihat... Aku tak bisa melihat.” Ucap Si wanita membuka kacamatanya. Chan Sung
panik melihat hantu mata bolong didepanya langsung bergegas kabur.
“Selamat
ulang tahun. Hadiah tahun ini akan sangat istimewa.” Ucap Man Wol bahagia
melihat Chan Sung lari terbirit-birit.
Chan Sung
panik karena melihat orang mati di sana. Si wanita terus mencoba
mencarinya. Ia mencoba mengumpat berharap
hantu itu tak mendatanginya, Man Wol dari atas dinding sengaja menjatuhkan
batu. Si hantu buta bisa mendengarnya lalu berusaha kabur.
“Kenapa
kau terus mengejarku? Cepat Pergi. Pergi.” ucap Chan Sung panik tapi si wanita
terus mendekatinya
“Dia akan
membuat Chan Sung yang malang pingsan.” Komentar Man Wol hanya melihat dari
kejauhan.
Chan Sung
terus meminta hantu itu pergi saja, si hantu malah ingin membuka kacamatanya.
Chan Sung makin ketakutan meminta agar jangan membukanya kacamata hitamny dan tahu
kalau tak punya mata.jadi tampak sangat menakutkan saat tak mengenakannya.
Man Wol
datang langsung menutup mulut Chan Sung, agar diam lalu melempar batu ke arah
lain. Si hantu wanita langsung berpikir Chan Sung ke arah lain lalu berjalan
jauh. Man Wol pikir Chan Sung akan berpergian jauh. Chan Sung berdiri dengan
wajah tegap membenarkan.
“Hadiah
yang kuberikan padamu tak akan ketahuan bea cukai di bandara internasional. Kau
tak akan pernah bisa membuangnya. Sayang sekali.” ucap Man Wol menunjuk ke arah
mata sebagai hadiah.
“Apa kau
yang mengirimiku hal aneh itu sebelumnya?” ucap Chan Sung kesal
“Tidak,
aku tak mengirim apa pun. Kau hanya bisa melihatnya. Kau dapat melihat banyak
hal yang tak bisa kau lihat sebelumnya.” Jelas Man Wool.
“Lalu apa
itu?” tanya Chan Sung. Man Wool menjawab itu Orang mati. Chan Sung mengumpat
kesal.
“Ada
restoran terkenal di sini yang muncul di TV. Ayo pergi kesana.” Ucap Man Wool.
Chan Sung binggung Man Wool malah ingin pergi Restoran
“Aku
ingin pergi ke sana, ini bagus.” Kata Man Wool. Chan Sung hanya diam saja. Man
Wool mengeluh melihatnya dan mengajak untuk segera pergi.
“Jika aku
tak mengikutimu, akankah sesuatu seperti apa yang kulihat tadi membunuhku? Kau
tak akan mati. Apa yang kau lihat tadi tak punya kekuatan untuk membunuh orang
hidup. Kecuali jantungmu lemah.” Ucap Man Wool mengancam.
“Restoran akan segera tutup... Kita akan
terlambat.” Kata Man Wool menyuruh Chan Sung bergegas.
“Kembalikan.
Kembalikan mataku ke semula. Aku tak akan pergi ke mana pun sebelum kau
melakukan itu.” Kata Chan Sung
“Jika
restoran itu tutup gara-gara kau, matamu akan terus seperti ini.
Selama-lamanya.” Kata Man Wool dan akhirnya Chan Sung mengikutinya.
Chan Sung
duduk diam dengan mata terpenjam sementara Man Wool sibuk mengambil gambar
mandu dengan ponselnya. Man Wool menyuruh Chan Sung untuk membuka matanya dan
berkata Orang bisa mati saat mereka lapar.
“Aku
membawamu ke sini agar kau tak akan mati. Apa Kau tahu "The Guys Who Died
After Eating"? Restoran ini adalah tempat mereka untuk makan 30 pangsit. Mereka
tak bisa memakannya lagi.” Ucap Man Wool mempelihatkan poster pemilik restoran.
Saat itu
pegawai memberikan papan pemberitahuan kalau [Kehabisan bahan.] Man Wol
memperlihatkan kalau mereka hampir tak mendapatkan makanan jika terlambat
sedikit lagi. Si pegawai melihat ada bak sampai didepan restoran dan mengeluh lebih
baik memindahkannya.
Tuan Park
terlihat sedang membawa sampah dan menaikan ke dalam bak sampahnya, tapi
melihat ada sisa makan langsung memakanya. Tiba-tiba ia melihat Man Wol didalam
restoran, masih teringat kalau Dukun itu yang menembakinya. Man Wol seperti tak
sadark kalau ada seorang pria melihatnya dari luar restoran.
Chan Sung
bertanya apakah ia harus melihat hal menakutkan sepanjang waktu. Man Wol merasa
Chan Sung hanya tak beruntung dan hanya melihat salah satunya, karena
menurutnya tak semuanya menakutkan. Ia lalu menunjuk hantu anak kecil yang
duduk direstoran sambil makan mandu.
“Seseorang
seperti dia tak begitu menakutkan. Jika kau hanya melihat sekilas, maka kau
mungkin hanya berpikir bahwa dia adalah manusia. Kebanyakan dari mereka seperti
dia, jadi jangan jadi orang yang penakut.” Ucap Man Wol
“Sedang
apa dia?” tanya Chan Sung. Man Wool memberitahu
Sebagian dari mereka berkeliaran karena mereka mati mendadak dan tak
sadar bahwa mereka sudah mati.
“Sebagian
dari mereka terobsesi dengan apa yang mereka sukai saat mereka masih hidup.”
Jelas Man Wool
“Apa dia
terobsesi dengan pangsit?” tanya Chan Sung, Man Wool pikir ini sulit dikatakan.
“Kenapa
kau membuatku melihat hal seperti itu?” tanya Chan Sung. Man Wol pikir Chan
Sung akan tahu saat datang ke Hotel Del Luna.
“Lagipula
Kenapa kau tak datang saat aku menyuruhmu? Maka kau tak harus melalui semua
masalah ini.” Sindir Man Wol lalu merasakan mandu yang masih panas.
“Bagaimana
Kim Joon Hyun memakan 5 dalam 1 gigitan? Dia membuatku takjub. Kau harus coba
juga.” Ucap Man Wol menyuruh Chan Sung mencobanya.
“Kau luar
biasa. Sekilas dan bahkan dari dekat, kau terlihat seperti orang normal. Apa
kau yakin sudah mati juga?” tanya Chan Sung
“Aku
bukan orang mati. Dan Aku masih belum mati... Aku hanya disini.” Jelas Man Wool
“Apa
maksudmu, "masih"? Apa Maksudmu, kau mungkin akan mati suatu hari?”
tanya Chan Sung penasaran
“Kenapa
kau bertanya? Apa Kau mau coba membunuhku? Cobalah memakannya dalam satu
gigitan. Jika berhasil, aku akan memberimu kesempatan.” Kata Man Wol kesal
“Aku
hanya ingin kau menghilang dari pandanganku.” Kata Chan Sung, Man Wol seperti
tak peduli langsung memakan mandunya.
Keduanya
berjalan keluar restoran, Man Wool memanggil Chan Sung orang yang benci
melihatnya, lalu menyuruh untuk Pergi ke
seberang jalan untuk membelikan teh susu agar
bisa mati sesudah makan. Chan Sung mengeluh kalau Man Wool tak tahu berapa
banyak pangsit yang dimakan.
“Apa dia
pernah bertemu Kim Joon Hyun? Tapi Dia bukan manusia.” ucap Chan Sung ngedumel
“Cepat...
Jika tutup karena kau terlambat, kau akan mati.” Kata Man Wool. Chan Sung pun
bergegas pergi.
“Ini
semua salahmu.” Ucap Tuan Park tak terima langsung menusukan linggis kecil ke
bagian dada Man Wol agar mati. Man Wol tiba-tiba melihat masalalunya dulu.
Chan Sung
datang dengan wajah panik melihat Man Wol ditusuk dan Tuan Park pun kabur. Man Wol mulai berkomentar kenapa manusia tak
pernah memikirkan kesalahan mereka dan hanya menyalahkan orang lain. Chan Sung
bertany apakah Man Wol baik-baik saja.
“Aku tak
berani menirukan orang tua kotor itu. Aku pernah gila seperti dia dan membawa
pisau bersamaku... Koo Chan Sung. Kau gagal makan pangsit itu dalam satu
gigitan, tapi aku akan memberimu kesempatan kedua. Jika kau ingin kabur, pergilah.”
Kata Man Wol
“Jika kau
berbalik dan berjalan pergi sekarang, Aku akan menghilang dari pandanganmu
seperti yang kau inginkan... Pergi... Jika kau tak pergi sekarang, maka kau
akan terlambat.” Ucap Man Wol dan Chan Sung langsung pergi begitu saja.
Man Wol
yakin kalau Chan Sung memang tak suka denganya, tapi beberpaa saat Chan Sung
datang dengan gerobak. Man Wol binggung bertanya apa itu. Chan Sung menyuruh Man
Wol agar naik dan akan membantunya lalu akan membawa ke Rumah Sakit atau Hotel
Del Luna.
“Ada apa
denganmu?” ucap Man Wol tak ingin disentuh. Chan Sung mengaku tak punya tenaga
untuk menggendong Man Wol.
“Ini tak
kotor, jadi naiklah.” Kata Chan Sung dan melihat ada banyak sampah lalu mencoba
membersihkan.
Man Wol
akhirnya berdiri dengan tegak lalu menarik linggis dari tubuhnya, Chan Sung
melonggo kaget melihat Man Wol ternyata baik-baik saja. Man Wol mengejek Chan
Sung itu benar-benar pria yang lemah karena menyeret gerobak itu.
“Aku
sangat suka... hatimu yang sangat lemah.” Ejek Man Wol, Chan Sung pikir Man Wol
orang luar biasa yang tak akan mati karena tusukan.
“Sepertinya
orang yang lemah ini menyia-nyiakan waktunya. Kalau begitu, aku akan pergi.”
kata Chan Sung akan pergi.
“Kau Tak
bisa pergi.” ucap Man Wol lalu memutar linggis ditanganya, Chan Sung pun panik
melihat Man Wol
“Apa kau
benar-benar berusaha...” ucap Chan Sung panik saat lingis terlempat, tapi mengarah
pada Tuan Park dan akhirnya tertusuk lalu berubah menjadi debu. Chan Sung hanya
bisa melonggo.
“Aku memberimu
kesempatan untuk kabur, tapi kau menyerah. Jika kau kabur sekarang, aku akan
membunuhmu.” Ancam Man Wol.Chan Sung pun hanya terdiam.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar