PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Chan Sung
duduk di cafe memberitahu kalau tak akan
bekerja di hotel dan sudah ditawari pekerjaan 3 dari 100 hotel terbaik yang
terdaftar di "Forbes" dan Posisi di Hotel Del Luna tak memerlukan
manajer dengan MBA Harvard.
“Kau tak
perlu gelar MBA. Tapi Kau dapat melihat hantu. Jadi Kau sangat cocok untuk
hotelku. Lalu Apa tadi? "Forbes"? Aku yakin mereka ingin
mempekerjakanmu saat mereka tak tahu kau bisa melihat hantu.” Ejek Man Wol
“Jika kau
tak bekerja di hotel kami, satu-satunya pekerjaan yang bisa kau miliki adalah
jadi dukun. Kau bisa menjadi komedian jika kau tahu cara makan roti dalam satu
gigitan. Apa Kau akan melakukan pengusiran setan?” komentar Man Wol
“Aku bisa
terbiasa. Sesudah terbiasa melihat hantu, maka aku akan terbiasa mengabaikan
mereka.” Ucap Chan Sung yakin. Man Wol tak percaya mendengarnya,
“Haruskah
kita lihat apa kau dapat abaikan mereka?” kata Man Wol lalu mematikan lilin dan
tiba-tiba suasana seperti gelap.
“Kau
Pergi ambil kopinya. Seperti yang kau katakan, jika kau dapat abaikan semuanya
dan membawa kopi tanpa menumpahkan setetespun, maka aku akan percaya...” kata
Man Wol
Chan Sung
akhirnya berjalan mengambil kopi dan matanya terus melihat hantu-hantu yang
menyeramkan disekelilingnya. Para hantu mulai menyerang Chan Sung, tapi Chan
Sung mencoba untuk tenang. Man Wol seperti yakin Chan Sung tak bisa bertahan.
“Kau
hampir tak bisa membawa secangkir kopi.” Ejek Man Wol kesal melihat Chan Sung
yang berhasil membawa secangkir kopi.
“Apa kau
pikir hotel-hotel mewah itu menginginkanmu?” kata Man Wol.
Chan Sung
melihat sekeliling akhirnya hantu menghilang dari pandanganya. Man Wol pun
berjalan pergi, Chan Sung pun memegang tangannya yang gemetar.
Tuan Kim
bertanya kapan manajer baru mulai bekerja. Hyun Joong bertanya Begitu dia mulai
apakah Tuan No akan segera meninggalkan hotel. Tuan Kim pikir Tuan No sudah
lama terjebak di sini dan Sekarang akan menjalani hidupnya jadi meminta agar
mendatang kunjungi mereka.
“Beri
tahu kami apa yang terjadi di dunia manusia.” ucap Tuan Kim penasaran.
“Apa gunanya
bagi arwah seperti kita? Selamat bersenang-senang... dan kembalilah lagi
nanti.” kata Nyonya Choi
“Kalian
harus berusaha kosongkan semua kesedihan dan berjalan menuju alam baka untuk
awal yang baru. Aku harap melihat kalian
semua melintas selama waktu aku di sini, tapi itu hanya angan-angan.” Kata Tuan
No
“Tanpa
kau, siapa yang akan membantu mengelola emosinya yang buruk? Manajer baru
tampak belum dapat dipercaya.” Kata Tuan Kim
Saat itu
terdengar teriakan Man Wol mencari keberadaan semua orang. Tuan No memberitahu kalau mengucapkan perpisahan
kepada semua orang sebelum pergi. Semua terlihat ketakutan melihat Man Wol
datang marah-marah.
“Kim Seon
Bi, kau lulus ujian negara selama hidup.” Ucap Man Wol. Tuan Kim membenarkan
dan ingin membahasnya, tapi Man Wol tak ingin mendengarnya.
“Bukankah
lebih baik daripada MBA Harvard modern?” tanya Man Wol. Tuan Kim mengaku MBA
bahkan bukanlah apa-apa.
“Dan
Kau... Kau bilang kau tinggal di mansion, benarkan?” ucap Man Wol pada Nyonya
Choi. Nyonya Choi membenarkan.
“Aku
punya banyak pegawai.” Kata Nyonya Choi. Man Wol menunjuk ke ara Hyun Joong.
“Aku
bersekolah di sekolah favorit di Gyeongseong.” Kata Hyun Joon ketakutan. Man
Wool tak percaya mendengarnya.
“Sebelum
kalian semua mati, kalian jauh lebih baik daripada Koo Chan Sung. Dia pikir dia
sesuatu karena lelucon daftar Forbes itu.” Keluh Man Wol. Akhirnya ketiga
memberikan memilih untuk menyingkir, dan Tuan No berbicara dengan Man Wol.
“Ketua,
sama seperti terakhir kali, aku khawatir, aku harus periksa ke rumah sakit
selama beberapa hari.” Kata Tuan No.
Man Wol
khawatir bertanya apakah Tuan No merasa sakit. Tuan No malah bertanya kapan Ko
Chan Sung tiba. Man Wol menceritakan Chan Sung bilang bisa menanggungnya, jadi
membiarkannya. Ia yakin Chan Sung akan hancur dalam beberapa hari.
“Dia
terlalu lemah. Aku sudah merekrut manusia lain untuk menggantikan tempatmu,
jadi maksudku kau bisa hidup. Nikmati saat-saat terakhirmu sebagai manusia, dan
pergilah.”ucap Man Wol lalu beranjak pergi. Tuan No memberikan hormat untuk
terakhir kalinya.
“Dia
sudah mengabdi selama beberapa dekade. Apa rasa peduli akan membunuhnya?”
komentar Tuan Kim melihat Man Wol yang sangat dingin.
Di hotel,
Chan Sung berkerja dngan menyapa pegawai barunya lalu tanpa sengaja melihat
selembaran yang terjatu [Empat Musim Gunung Baekdu, Harimau Baekdu] Ia akan
menaiki lift, matanya langsung melihat hantu di dalam lift.
“Kau
harus Tetap tenang. Abaikan saja.” Ucap Chan Sung mensugesti dirinya.
Saat itu
dua tamu akan masuk lift, Chan Sung pun menyapa dengan senyuman seolah tak melihat
apapun lalu pergi ke bagian kolam renang. Ketua sedang menyapa seorang tamu
lalu memanggil Chan Sung. Chan Sung pun
menyakini kalau Tamunya adalah VIP dari luar negeri, bukan hantu.
“Aku harus
bilang kami cukup beruntung menandatangani manajer yang berpengalaman baru-baru
ini. Sebenarnya dia ada di sana. Biarkan aku perkenalkan kepada kalian.” Ucap
Ketua.
Chan Sung
terdiam karena disampingnya da hantu kacamata, Ketua binggung karena Chan Sung
hanya diam saja. Chan Sung menenangkan
diri agar Jangan buat suara kalau tetap diam maka si hantu akan meninggalkan
seperti sebelumnya. Ketua menyuruh Chan Sung untuk memberikan salam. Chan Sung
binggung.
“Kami
sudah berkontak mata, jadi aku tak bisa begitu saja berbalik. Jika aku membuat
suara, hantu ini akan melepaskan kacamatanya dan mendatangiku.” Ucap Chan Sung
bingung, Ketua kembali memanggilnya
“Bagaimana
bisa kuabaikan atasanku? Aku tak berpikir bisa abaikan hantu ini jika melepas
kacamata hitamnya. Aku... Aku akan...” ucap Chan Sung berpikir lalu hanya
memberikan gerakan dan akhirnya menjatuhkan diri ke kolam renang.
Chan Sung
mengeringkan badanya, Man Wol datang mengejek Chan Sung yang aan mengabaikan
hantu itu dengan Sebagai gantinya,akan masuk ke air dan ingin tahu apa
selanjutnya yang dikatakan kalau akan melompat dari atap. Chan Sung pikir
dirinya aku akan tinggal di hotel Man Wol sebagai tamu.
“Aku tak
akan pergi. Aku akan abaikan apa pun yang kulihat.” Tegas Man Wol.
“Apa ini?
Kau tak mungkin abaikan ini. Kau ingin tahu apa yang terjadi pada harimau
Baekdu terakhir ini.” Ucap Man Wol melihat brosur yang dibawa Chan Sung.
“Apa yang
terjadi padanya?” tanya Chan Sung penasaran, Man Wol mengajak untuk mencari
tahu.
Mereka
sampai disebuah rumah, Man Wol menyuruh Chan Sung untuk membunyikan bel. Chan
Sung pikir ini gila karena yang akan didatangi itu ketua hotel tempatnya
bekerja menurutnya Tak masuk akal seorang karyawan yang tak dikenalnya akan
mengunjunginya.
“Kenapa
tak boleh?.. Kau bilang pada diri sendiri bahwa kau dididik, kan? Di mana harga
dirimu?” ucap Man Wol
“Biarkan aku
memanggil sekretarisnya dan menerima izin untuk...” kata Chan Sung.Tapi Man Wol
tak peduli langsung menekan bel rumah, dan keduanya masuk ke rumah.
“Ini kali
pertama seorang karyawan datang menemuiku di ranjang sakitku.” Kata Ketua
Hotel.
“Aku
dengar kau sakit. Aku ingin menunjukkan rasa hormatku, jadi maaf atas gangguan
itu.” Kata Chan Sung gugup dan mata Man Wol terus mengamati seluruh ruangan.
“Tidak
apa-apa, Omong-omong, apa dia istrimu?” tanya ketua. Chan Sung membenarkan
mengaku Man Wol ingin menunjukkan rasa hormatnya juga.
“Nah,
kalian sepertinya pasangan yang saling mencintai. Aku sakit baru-baru ini, jadi
aku belum bisa keluar. Tak ada seorang pun untuk diajak bicara, ini
menyenangkan.” Ucap Ketua.
Man Wol
tiba-tiba berdiri dan melihat sekeliling, Chan Sung mencari alasan kalau Man
Wol pasti mencari kamar mandi. Man Wol melihat sebuah lukisan lalu berkomentar
Ini terlihat mahal dan bertanya Apa ini asli. Ketua hotel bingung karena Man
Wol yang bicara banmal.
“Dia
tinggal di luar negeri begitu lama sehingga dia berbicara santai dengan semua
orang.” Jelas Chan Sung, Ketua mengerti.
“Sayang...
Kau harus duduk... Kumohon duduk.” Pinta Chan Sung panik melihat sikap Man Wol
dan menghampirinya.
“Kelihatannya
kau tahu tentang lukisan. Ini... dari salah satu pelukis terkenal Korea Utara.
Saat aku mengunjungi Utara, itu diberikan kepadaku sebagai hadiah bersama
dengan harimau Baekdu.” Ucap Ketua
“Kami
melihat harimau dipajang. Apa mungkin harimau itu...” kata Chan Sung.
“Kubawa
ke sini dari Korea Utara, tapi tak bisa kawin saat tinggal di sini dan akhirnya
mati sebagai arwah yang kesepian.” Kata ketua. Chan Sung melihat bayangan hantu
harimau
“Karena
tak perlu meninggalkan sesuatu yang bermakna di sini. Semua yang bermakna
baginya terletak pada kepulangannya.” Kata Man Wol
“Itu
sebabnya aku merasa kasihan. Aku terus melihat harimau dalam mimpiku.” Cerita
Ketua
“Orang
yang membawanya ke sini, harus mengembalikannya.” Tegas Man Wol
“Harimau
taksidermi sudah menjadi simbol dari pertukaran kami. Bukan urusanku untuk
menyingkirkannya atau mengirimnya kembali.” kata ketua.
Tiba-tiba
kaca di seluruh kamar pecah, seperti arwah harimau marah, Chan Sung binggung
dan si ketua seperti mulai khawatir, sementara Man Wol menatap sinis.
Tuan No
mengantung sebuah foto dengan wajah Man Wol lalu berkata Waktu yang dihabiskan dalam hidupnya dan Hanya
foto ini yang akan menjadi saksi.
“Apa dia
akan mengingat manusia biasa yang mampir ke sini?”ucap Tuan No ragu.
Di restoran,
Seafood dan Kerang Panggang. Man Wol dengan santai makan sashimi. Chan Sung
tahu Harimau itu tinggal bersama ketua, tapi Man Wol malah biarkan dia pergi
daripada menangkapnya. Man Wol mengatakan kalau hariau itu tak mau ikut jadi tak
bisa memaksa.
“Sepertinya
dia menunggu sampai ketua meninggal.” Kata Man Wol santai. Chan Sung panik
kalau harimau membuat Ketua sakit
“Jika itu
masalahnya, benar-benar berbahaya. Kita tak punya waktu makan sashimi
sekarang.” Ucap Chan Sung
“Sesudah
melihat Gunung Baekdu, aku mengidamkan sashimi.” Ucap Man Wol
“Kau
melihat gunung. Kenapa kau mengidamkan sashimi?” keluh Chan Sung
“Lagu itu
berbunyi, "Gunung Baekdu dan lautan". Mereka berkaitan jadi Wajar
mengidamkan makanan laut sesudah melihat Gunung Baekdu.” Unggap Man Wol
“Kau
hanya ingin makan sashimi. Aku tak peduli harimau atau apa. Hantu sedang
menyiksa manusia jadi Kita harus kembali.” ucap Chan Sung
“Benar...
Kau harus kembali ke sana. Katakan kepada ketua , kau dapat menyingkirkan
harimau dan dapatkan sesuatu sebagai balasannya.” Ucap Man Wol memperlihatkan kode ditangan seperti
uang.
“Dapatkan
apa sebagai balasannya?” tanya Chan Sung bingung. Man Wol menjawab Lukisan mahal yang kita lihat sebelumnya jadi
Chan Sung harus Dapatkan itu. Chan Sung terlihat kaget
“Dia akan
memberikannya jika kau beri tahu dia sakit karena harimau itu. Karena kakek tua
itu sangat kaya.” Ucap Man Wol
“Sekarang,
aku mengerti bagaimana kau mendapat untung dari hotelmu. Kau memeras uang dari
orang yang menderita karena hantu. Apa ini dalam uraian tugasku sebagai
karyawan manusia?” komentar Chan Sung. Man Wol membenarkan.
“Ini akan
menjadi pekerjaanmu mulai sekarang. Aku tak akan menipu orang seperti itu.”
Kata Man Wol
“Apa ini
caramu menipu ayahku juga?” keluh Chan Sung. Man Wol menegaskan ia
menyelamatkan hidup ayah Chan Sung jadi sebagai gantinya, mendapatkan Chan
Sung.
“Itu
sebabnya aku juga melindungimu. Tanpa aku, maa kau akan mati.” Kata Man Wol
“Apa Hantu
pendendam akan menyiksaku? Sepertinya kau pun sudah cukup menyiksaku. Aku sudah
penuhi janjiku, Aku akan kembali ke kehidupan manusiaku.” Ucap Chan Sung lalu
berjalan pergi.
Chan Sung
pulang melihat hantu menyuruh Lepaskan
kacamata hitam jika itu yang diinginkan. Si hantu terlihat binggung, Chan Sung
mengaku bahkan melihat harimau jadi Tak ada yang bisa membuatnya takut
sekarang. Si hantu yang malah ketakutan.
“Aku tak
takut padamu sekarang. Lepaskan!” teriak Chan Sung lalu berjalan pulang dan
melihat Tuan No sudah menunggu didepan pintu rumah.
“Aku
sudah menunggu dan penasaran kapan kau akan datang.” Ucap Tuan No sopan
akhirnya Chan Sung duduk bersama didalam rumah.
Chan Sung
membahas Tuan No yang sudah bekerja di sana selama 30 tahun dan berpikir wanita
itu menahannya selama 30 tahun. Tuan No mengaku bukan seperti ini, tapi Itu
adalah keputusannya untuk hidup di hotel. Chan Sung bertanya apakah Tuan No
tinggal seumur hidupnya di tempat seperti itu.
“Hotel
Del Luna sepadan dengan hidupku.” Ungkap Tuan No. Chan Sung mengeluh merasa tak
mengerti sepadannya di mana.
“Aku tak
ingin memeras Milyaran Won dari ketua hotel di bawah Wanita itu Dan sepertinya
aku juga tak bisa.” Ucap Chan Sung kesal
“Hotel
Del Luna tak bisa dijelaskan dengan logika dunia manusia. Nilai uang dan
kekuatan tampak berbeda dengan hotel. Itu sebabnya aku tak bisa menilai apa
yang Ketua lakukan untuk hotel dengan menggunakan logika kemanusiaanku.” Ucap
Tuan No
“Aku
yakin kau membenci hotel dan tak ingin menghadapinya sekarang. Aku yakin kau
ingin menghindarinya. Namun, jika kau kumpulkan keberanian dan hadapi, maka kau
mungkin dapat menemukan nilai hotel seperti yang kulakukan.” Ungkap Tuan No
Saat itu
Sanchez memanggil Chan Sung bertanya Sedang apa sendirian di sana. Chan Sung
mengaku sedang mengobrol. Sanches
bingung apakah itu sendiri. Chan Sung binggung karena tadi melihat Tuan No tapi
sudah tak ada. Sanchez pikir temanya itu pasti kesepian.
“Melalui
pekerjaanmu, kau akan temukan rahasia dunia yang tak dapat orang lain ketahui. Bukankah
akan menyenangkan?” ucap Tuan No akhirnya perlahan menghilang. Chan Sung tak
percaya melihatnya.
Hyun
Joong kaget melihat Tuan No yang datang ke hotel, Nyonya Choi datang
memberitahu Man Wol kala Tuan No datang sebagai tamu. Akhirnya keduanya bertemu
di depan pohon.
“Ketua, Kuhabiskan
seluruh hidupku di sini, tapi rasanya aneh datang ke sini sebagai tamu.” Kata
Tuan No
“Apa Kau
sudah mati?” tanya Man Wol seperti tak percaya. Tuan No meminta maaf.
“Saat
kutinggalkan hotel, hidupku hilang.” Ungkap Tuan No. Man Wol pikir Akhirnya
membiarkan Tuan No pergi.
“Kau
mungkin tak punya kesempatan untuk hidup seperti manusia.” kata Tuan No
“Saat aku
melayani tamuku di sini, aku sudah habiskan hidup yang bermakna. Dahulu kala, saat
aku mencoba melepaskan diri, maka aku akan berumur pendek dan lumpuh jika akutak
bertemu kau hari itu. Aku senang bisa hidup di Hotel Del Luna.” Ungkap Tuan No
Man Wol
tak percaya kalau Tuan No merasa senang, karena belum pernah membuat berkeluarga. Tuan No
pikir Karena ia adalah satu-satunya yang menua di hotel ini, maka Man Wol adalah
saudara perempuannya, anak perempuan, dan cucunya.
“Aku bisa
pergi tanpa kekhawatiran, kini kau punya pengganti yang dapat diandalkan.” Ucap
Tuan No
“Karena...
aku tak bisa mati, maka aku tak bisa beri tahu bahwa kita akan bertemu lagi atau
semacam itu. Aku harap... waktumu akan mulai berjalan sekali lagi suatu hari
nanti.” ucap Man Wol.
Akhirnya
saat itu Tuan No diantar pergi ke terowongan alam baka dengan mobil. Tuan Kim
dkk mengantarnya, mereka memberikan hormat saat Tuan No pergi ke surga.
Chan Sung
datang ke rumah ketua meminta maaf karena datang sangat larut malam karena perlu
bilang sesuatu yang penting. Ketua memastikan kalau ini tentang harimau. Chan
Sung membenarkan. Ketua memberitahu
Wanita yang bersama Chan Sung sebelumnya.
“Jang Man
Wol datang menemuiku.” Ucap Ketua. Chan Sung bertanya apakah Man Wol
memberitahu bahwa harimau itu berkeliaran di sekitarnya.
“Aku
membawanya ke tempat di mana dia tak akan pernah bisa pulang. Aku selalu merasa
bersalah sudah meninggalkan arwahnya di sini bahkan sesudah dia mati.”ucap
Ketua.
Ma Wol
berada dalam museum lalu menyuruh arwah harimau keluar sekarang, tapi tak
keluar juga. Ia memperingatkan Jangan hidup terjebak didalam tubuh itu jadi
meminta agar keluar akan bantunya pergi.
“Sebagai
hukuman atas membawa harimau ke sini, dia bilang harus mengambil lukisanku. Aku
tahu sulit untuk percaya, tapi harimau itu ada. Aku membiarkan dia memiliki
lukisan itu. Jika aku bisa menebus apa yang sudah kuperbuat, aku bisa
menyerahkan lebih dari itu.” Ungkap Tuan No
“Lukisan
itu dari Gunung Baekdu. Gunung dan harimau adalah satu bagian. Aku heran kenapa
tak pernah memikirkan hal itu.” Kata Chan Sung melihat dinding yang sudah
kosong karena lukisan sudah dibawa Man Wol.
Man Wol
mengantung tempat harimau bersembunyi, lalu berbicara pada arwah harimau kalau Tempat
ini di mana ingin pergi jadi sudah tak perlu khawatirkan. Ia memberitahu kalau
Orang yang membawanya ke sini
menyediakan tempat bagi harimau untuk hidup.
“Kau bisa
Pergi dan beristirahat dengan tenang.” Kata Ma Wol lalu akhirnya harimau masuk
lukisan dan akhirnya bisa menginjak rumput yang selama ini dinginkan.
Chan Sung
pergi menemui hantu kacamata mengaku tahu kemana harus pergi jadi akan membawanya ke sana. Mereka
pun naik taksi bersama, Chan Sung mengaku menghindari hantu itu karena benci
terus mengikutinya dan merasa Sepertinya tak pernah bertanya alasan Si hantu
mengikutinya.
“Setelah
kupikirkan, dan mungkin kini kau bisa melihat meskipun kau tak pernah bisa.
Lupakan kenyataan kau tak bisa melihat dan cobalah kau bisa melihat lagi.” Ucap
Chan Sung.
Si hantu
membuka kacamatanya, Chan Sung pun dengan senang karena matanya sudah kembali.
Supir taksi melihat Chan Sung berbicara sendiri hanya bisa mengelengkan kepala,
berpikir sudah gila.
Hantu itu
pun datang ke hotel membuka kacamatanya. Hyun Joon pun senang melihat si hantu
yang sudah bisa melihat lagi.
Chan Sung
melihat brosur [Empat Musim Gunung Baekdu] teringat yang dikatakan Man Wol
sebelumnya “Karena tak perlu meninggalkan sesuatu yang bermakna di sini. Semua
yang bermakna baginya terletak di tempat dia pulang.”
Akhirnya
Ia mengirimkan pesan Man Wol [ Apa harimau itu pulang dengan selamat ke Gunung Baekdu? Maaf
atas kesalahpahamanku.] Tapi Man Wol berpikir sebentar.
“Ketua
bilang masalah yang tak terselesaikan membuatmu sakit hati.” Ucap Chan Sung
lalu akhirnya mengirimkan pesan demi menjaga etikanya.
Chan Sung
melihat seorang anak akan melepaskan tali pembatas, lalu dengan senyuman
melarangnya karena Benda ini tak boleh disentuh. Akhirnya si ibu pun mengajak
anak itu pergi sambil meminta maaf. Tiba-tiba Chan Sung melihat patung baju
mengeluarkan sinar dari matanya.
“Berpura-puralah
tak melihatnya.” Gumam Chan Sung seolah-olah tak melihat.
Sementara
Man Wol melihat pesan dari Chan Sung tapi membiarkan. Chan Sung mengeluh karena
Man Wol belum membalas. Si hantu pun melihat Chan Sung seperti ingin
mengikutinya. Malam hari, Chan Sung kaget melihat si hantu baju besi sudah ada
didepanya.
“Permisi..
Apa kolam masih terbuka?” tanya seorang tamu hotel. Chan Sung mencoba untuk
tenang.
“Ya. Pada
malam hari pun kami buka, kau Lewat sini.” Kata Chan Sung. Si wanita pun
melewati hantu besi yang ada didepanya.
Chan Sung
berusaha kabur dari hantu besi, dan teringat yang dikatakan Man Wol “Jika kau
diserang oleh mereka yang menyimpan dendam mendalam, kau bisa berakhir terbunuh.
Kau harus belajar bedakan.”
Si hantu
menyerang Chan Sung dan hampir membunuhnya, sampai akhirnya Man Wol datang
menyelamatkan Chan Sung dengan menusuk mengunakan tusukan rambut. Chan Sung
seperti bisa bernafas lega.
“Harimau
sudah tiba di Gunung Baekdu dengan aman, dan aku datang untuk memaafkanmu.” Ucap
Man Wol . Chan Sung mengucapkan Terima kasih lalu akhirnya jatuh pingsan.
Man Wol
dengan pakaian hanbook berbicara “Bagusnya menjadi pohon. Mereka tak harus
berkeliaran. Nyaman sekali cukup berakar dan diam. Apa? Kau akan membangun
rumah untukku dengan pohon ini? Sudahlah. Aku tak berniat membangun rumah dan
tinggal bersamamu.”
Chan Sung
terbangun seperti binggung karena mimpinya melihat Man Wol saat zaman Joseon.
Hyun Joon menyapa Chan Sung sebagai yang
sudah bangun lalu memberitahu kalau Man Wol sedang menunggunya. Chan Sung kesal
karena menegaskan bukan manajer.
Hyun
Joong membawa Chan Sung ke bagian lobby hotel yang terlihat terang, Chan Sung
mulai melihat banyak hantu yang datang di meja receptionist lalu mereka duduk
layaknya manusia saling bercengkrama.
“Ini kali
pertama kau bermalan, 'kan? Seperti inilah Hotel Del Luna.” Ucap Hyun Joon.
Chan Sung
terdiam mengingat yang dikatakan Tuan No “ Melalui pekerjaanmu, kau akan
temukan rahasia dunia yang tak diketahui orang lain. Bukankah akan menyenangkan?”
Hyun Joon memberitahu Chan Sung kalau Man Wol datang.
Man Wol
menuruni tangga, Chan Sung melihat Man Wol seperti terkesima dengan kecantikan.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar