Sharon
sudah mengunakan dasi di lehernya, lalu memejamkan matanya. Soo Ho akhirnya
masuk ke dalam rumah, wajahnya terlihat datar dan berbeda . Hae Ra melihat Soo
Ho yang datang menatap heran dengan menawarkan makan malam sandwich.
Di luar
rumah, Seorang petugas mengetuk mobil Sharon memberitahu kalau tak bisa parkir
di depan rumah, lalu bertanya apakah tinggal dilingkunga itu. Sharon membuka matanya membenarkan dengan
suara berat.
“Aku
belum pernah melihat wanita muda sepertimu.” Ucap Si petugas
“Apa aku
terlihat seperti wanita muda?” kata Sharon kaget karena ingin mengubah wajah
menjadi Soo Ho
“Apa kau
sudah menikah?” kata Si petugas. Sharon akhirnya melihat wajahnya di cermin
mobil ternyata memang masih berwajah dirinya bukan Soo Ho
“Tolong
pindahkan mobilmu.” Pinta si petugas. Sharon dibuat binggung karena dirinya tak
bisa berubah jadi Soo Ho.
Flash Back
Seorang
pria memberitahu Ada kekuatan yang kuat melindunginya. Sharon bertanya
Bagaimana bisa menyingkirkan kekuatan itu. Si pria pikir kalau Sharon sedang
membahas tentang suaminya.
“Jika dia
akan menjadi kekasih orang lain, maka Aku lebih suka dia pergi dan mati. Aku
juga tidak bisa membiarkan anaknya hidup, Jika anak itu berasal dari ibu lain.”
Ucap Sharon penuh dendam
“Kau
harus mengurungkan niatmu untuk membunuh. Jika kau menyakiti seseorang tanpa
alasan, maka kau akan membayarnya untuk itu.” Pesan si pria
“Haruskah
aku memulai sebuah rumor yang mengatakan bahwa mereka orang Katolik? Hubungan
mereka akan berakhir, jika negara menahan mereka.” Kata Sharon yakin
“Bagaimana
bisa kau mengatakan hal yang jahat seperti itu?” ucap si pria heran
“Aku
tidak akan duduk diam saja.” Kata Sharon penuh dendam.
“Pada
akhirnya, kaulah yang akan terluka.” Pesan si pria.
Sharon
ingin tahu Kekuatan apa ini yang melindungi Myung So dan Apakah ada hal seperti
itu. Si pria memenjamkan mata mengatakan kalau Ini adalah hati yang sangat
menghibur. Shoran mengeluh Siapa yang menghibur siapa. Si peramal mengatakan
kalau Myung So memiliki hati. yang tidak dimiliki Sharon.
Sharon
merasa kalau Tak mungkin. Sementara di dalam rumah, Hae Ra bertanya kenapa Soo
Ho hanya menatapnya,apakah Hae Ra ingin mengatakan sesuatu. Soo Ho ingin tahu
Tanggal berapa ayah Hae Ra meninggal,
lalu berpikir kalau tidak perlu menunggu sampai saat itu.
“Biarkan
aku pergi menyapa dia. Dimana dia dikubur?” kata Soo Ho
“Aku
mendengar dia dikremasi dan abunya disebar di gunung.” Ucap Hae Ra. Soo Ho
bertanya Siapa yang bilang
“Ayah Gon
dan orang-orang di perusahaannya. Aku masih terlalu muda saat itu, jadi aku tak
bisa mengurus hal lain. Ibu sedang sakit, dan aku bahkan harus pindah. Itu
sungguh berantakan.” Cerita Hae Ra sedih
“Aku
minta maaf... Ayo kita menemuinya.” Ucap Soo Ho
“Mengapa
kau tiba-tiba ingin bertemu ayahku?”tanya Hae Ra. Soo Ho mengaku Selalu merasakan
sesuatu.
“Apa Maksudmu
rasa sakit hatimu?” sindir Hae Ra. Soo Ho membenarkan kalau dirinya terluka.
“Tapi aku
juga merasa bersyukur. Rasa syukur lebih besar dari perasaan sedihku.” Ungkap
Soo Ho
“ Aku
minta maaf atas apa yang terjadi saat itu. Aku bahkan tidak memihakmu.” Kata
Hae Ra. Soo Ho pikir tak masalah
“Sekarang
aku bisa mengerti mengapa dia bersikap seperti itu.” Ungkap Soo Ho
Saat itu
bel rumah berbunyi, Hae Ra bertanya Siapa itu karena Bibinya bilang akan pulang terlambat. Soo Ho
memberitahu kalau sudah memanggil pelatih pribadi kerumah dan ingin berlatih
bersama Hae Ra. Hae Ra kaget bertanya Latihan pribadi apa maksudnya.
“Kau
bilang beratmu bertambah. Aku ingin berlatih bersamamu.” Jelas Soo Ho santai
“Aku tak butuh
latihan pribadi di rumah” pikir Hae Ra panik
“Pelatih
ini berlatih dengan baik dan bekerja keras. Dia juga tampan.” Ucap Soo Ho. Hae
Ra terlihat penasaran mengetahui kalau wajahnya tampan. Soo Ho pun mengajak
mereka untuk melihatnya.
Keduanya
pergi ke depan interkom dan bingung karena yang datang Sharon bukan Ji Hoon.
Soo Ho bertanya apakah Sharon bilang akan datang, Hae Ra mengaku kalau tak
bilang. Sharon akhirnya masuk dengan berpura-pura menyapa Hae Ra yang ada
dirumah juga.
“Aku
kemari untuk mengantarkan pakaianmu.” Ucap Sharon. Hae Ra pikir Sharon tak
perlu melakukannya dan meminta maaf. Sharon pun menyapa Soo Ho.
“Aku
hanya akan menunjukkan kepadanya bagaimana cara memakai ini dan pergi.” Ucap
Sharon seperti ingin mengoda Soo Ho
“Kalian
berdua bicara saja di sini.” Kata Soo Ho bergegas pergi. Hae Ra pun mengajak
Sharon pergi keruang tengah.
Ji Hoon
masuk rumah dengan bola untuk sit up memuji rumah Soo Ho yang bagus. Soo Ho
memberitahu kalau Seorang tamu tiba-tiba datang, tapi akan segera pergi. Ji
Hoon pikir tak masalah. Saat masuk ruang
tengah Hae Ra dan Ji Hoon melongo kaget.
Ji Hoon
mengingat saat bertanya Siapa brengsek itu, Hae Ra pun menjawab “Dia adalah seseorang
yang memiliki semuanya.” Lalu Soo Ho mengatakan “Dua orang yang ingin kujadikan
keluarga.” Bola yang dibawa Jin Hoon jatuh bergitu saja karnea ternyata Soo Hoa
akan menjadikan istri untuk keduanya.
“Dia melihatku
sebagai Hae Ra hari itu.” Gumam Sharon juga panik karena sebelumnya pernah
bertemu dengan Ji Hoon lalu memberikan kecupan.
“Dua
orang terlahir dengan wajah yang sama hanya terjadi di film.” Ungkap Sharon
saat itu.
Soo Ho
akhirnya menawarkan minuman, Ji Hoon tersadar lalu menganguk. Akhirnya Soo Ho
mempesilahkan Hae Ra dan Sharon mengobrol dan mengajak Ji Hoon pergi ke ruangan
lainya.
Sharon
mengetahui kalau Ji Hoon adalah pacar Hae Ra, yaituPria berpakaian abu-abu itu.
Hae Ra panik dengan berbisik kalau bukan pria itu. Sharon yakin kalau Ji Hoon
adalah pacarnya karnea pernah mengirimikan foto telanjangnya. Hae Ra makin
panik mendengarnya.
“Jangan
dibahas... Kami sudah lama bubar... Ini juga membuatku panik karena dia ada di
sini.” Ucap Hae Ra
“Apa kau
selingkuh darinya?” sindir Sharon. Hae Ra menegaskan tidak seperti itu.
Ji Hoon
mengambil minum di ruang dapur, lalu bertanya pada Soo Ho apakah akan berlatih dengan dua wanita itu. Soo Ho
mengatakan tidak, karena Wanita satunya datang tanpa pemberitahuan. Ji Hoon
ingin tahu Wanita mana yang menjadi tamu. Soo Ho akhirnya memanggil Hae Ra.
Hae Ra
terlihat gugup di panggil Soo Ho, Soo Ho meminta agar Hae Ra datang
menghampirinya. Sharon pun menyuruh Hae Ra agar datang menemui Soo Ho lebi
dulu.
“Dia
adalah Choi Ji Hoon, pelatih baru dirumah kita.” Ucap Soo Ho memperkenalkan
pelatih baru. Hae Ra pun memperkenalkan nama seperti baru pertama kali bertemu.
“Bibinya seharusnya
mengikuti pelatihan Tapi dia terlambat malam ini.” Jelas Soo Ho
“Bagaimana
kalau kalian berdua saja yang berlatih malam ini?” kata Ji Hoon
“Aku
harus berbicara dengannya tentang pekerjaan.” Kata Hae Ra
“Tidak,
kita tidak bisa. Bagaimana kau bisa melewatkan hari pertama pelatihanmu?” kata
Ji Hoon dengan nada tinggi.
Soo Ho
heran karena Ji Hoon yang marah. Ji Hoon mengelak kalau tidak marah dengan
alasan hanya ingin melakukan yang terbaik dalam hal yang kulakukan. Soo Ho
pikir Hae Ra bisa selesai berbicara dengan Sharon dan akan mulai berlatih dulu.
Hae Ra menganguk mengerti. Soo Ho pun akan berganti pakaian lebih dulu.
Hae Ra
akhirnya mengunakan jaket coklat dikamarnya, Sharon berkomentar kalau Hae Ra tidak
terlihat menyedihkan dalam pakaian yang dibuat menurutnya Hae Ra pasti bahagia.
Hae Ra membenarkan karena pakaian yang dibuat Sharon juga sangat cantik.
“Apa kau
punya alasan untuk hidup saat ini? Kau bilang akan memberikan apa yang
kuinginkan...jika aku memberikan alasan bagimu untuk hidup. Apa Kau tak ingat
pernah mengatakan itu?” ucap Sharon. Hae Ra terlihat binggung seperti sedang
melamun.
“Aku
sedang memikirkan hal lain.” Ungkap Hae Ra yang memikirkan pertemuan Ji Hoon
dan Soo Ho
“Lepaskan
sekarang juga. Kau merusak suasana hatiku.” Kata Sharon kesal
“Tidak,
aku minta maaf. Jaket ini luar biasa. Aku harus berbicara denganmu tentang
sesuatu. Tidakkah kau ingin melakukan proyek yang menyenangkan bersama?” kata
Hae Ra.
Sharon
langsung menolaknya dan bertanya apakah Tuan Moon tahu kalau Ji Hoon itu
pacarnya. Hae Ra menegaskan kalau Ji Hoon bukan pacarnya. Sharon berkomentar
kalau Hae Ra dan pelatih itu terlihat sangat serasi jadi lebih baik Menikah
saja. Hae Ra terlihat kesal.
Ji Hoon
melatih otot Soo Ho dengan menyuruh mengangkat barbel, lalu bertanya pada Soo Ho Bagaimana bisa hidup
dengan gadis cantik seperti Hae Ra. Soo Ho menjawab kalau Ini seperti takdir.
“Apakah
dia tipe idealmu?” tanya Ji Hoon. Soo Ho membenarkan
“Apa tipe
idealmu?” tanya Ji Hoon. Soo Ho meletakan barbel mengaku suka gadis yang membawa wajan. Ji Hoon
mengeluh kalau Selera Soo Ho itu unik.
Sharon
keluar bersama Hae Ra pamit pergi lebih dulu dengan berharap Ha Ra menyukai
jaketnya dan meminta Maaf sudah datang kemari larut malam. Akhirnya Hae Ra ikut
latihan dengan Ji Hoon diruang tengah, Ji Hoon berpura-pur lupa kalau nama Hae
Ra dengan mengulangnya.
“Peregangan
ringan dulu...Squat 50 kali untuk pemanasan.” Ucap Ji Hoon seperti akan membalas
dendam.
“Bukankah
itu terlalu banyak?” kata Soo Ho. Ji Hoon mengaku kalau hitungan 50 itu untuk
pemula.
“Pak
Moon, kau bisa beristirahat sekarang dan Hae Ra Squat 50 kali.” Kata Ji Hoon.
Soo Ho
akhirnya pergi ke sisi lain menelp Sek Han bertanya Apa tidak ada kasus seperti
itu di Austria dengan menceritakan Ada sebuah tempat disebut Laundry
Playground, Mungkin pada tahun 1995. Ia tahu Mereka membangun ruang cuci untuk kelompok
berpenghasilan rendah. Sambl melihat Hae Ra mengatakan kalau akan mengirimkan
email besok pagi.
Ji Hoon
menghitung Hae Ra yang melakukan squat,
sampai di hitungan 41 bertanya Bukankah Soo Ho si brengsek. Hae Ra
menjawab dengan hitungan. Ji Hoon membahas kalau Orang yang memiliki semuanya.
Hae Ra membenarkan dengan terus menghitung.
“Kau akan
terluka. Keluarlah dari rumah ini. Ucap Ji Hoon
“Apa dia
tahu kalau kau seorang jaksa palsu sebelumnya? Jangan mulai pertengkaran. Aku
sedang menjalani hidup baru.” Kata Hae Ra kembali menghitung squatnya.
“Aku
tidak akan mengatakan kepadanya kalau aku tertipu... olehmu selama 10 bulan. Jadi
Ingat itu.” Kata Hae Ra kesal. Ji Hoon
menanyakan alasan Hae Ra tak memberitahu Soo Ho.
“Aku tak
ingin dia berpikir kalau aku bodoh.” Tegas Hae Ra lalu merasa kalau sudah
selesai melakukan squat. Ji Hoon pikir Bukan begitu.
“Bagaimana
latihannya?” tanya Soo Ho datang menemui keduanya. Hae Ra mnegeluh kalau ini
melelahkan dan malam yang melelahkan.
“Apa Kau
sudah selesai?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku lelah jadi ingin beristirahat dan
akhirnya memilih pergi.
“Tidak
masalah... Kekuatan fisik dasarnya sangat mengerikan.” Ucap Ji Hoon. Soo Ho tak
banyak berbicara.
Ji Hoon
keluar dari rumah Soo Ho dengan wajah lunglai, terdengar suara klakson mobil.
Sharon masih menunggu didepan mobil bertanya apakah Ji Hoon sudah selesai
menyuruh agar masuk mobilnya karena akan mengantarnya. Ji Hoon menolak lalu
berjalan pergi.
“Kupikir...
Hae Ra tidak memutuskanmu.”kata Sharon. Ji Hoon seperti masih berharap dengan
Hae Ra akhirnya kembali menemui Sharon.
Ji Hoon
melihat pakaian dan patung dalam ruangan, Sharon menyurh Ji Hoon duduk sambil
menuangkan minuman dengan membahas kalau pasti Ji Hoon yang terkejut sebelumnya
menurutnya Teh ini sangat bagus untuk menenangkan pikiran dan tubuh.
“Kau
memiliki tubuh seorang model.” Puji Sharon yang membuat Ji Hoon sempat terdiam
ketika akan duduk.
“Aku
bukan model.” Kata Ji Hoon dingin. Sharon pikir Ji Hoon tahu kalau mereka pernah bertemu sebelumnya.
“Lalu
kenapa kau datang?” tanya Ji Hoon. Sharon menjawab kalau itu Untuk
memata-mataina. Ji Hoon bertanya alasanya.
“Kudengar
kau mencampakkan Hae Ra.” Kata Sharon. Ji Hoon mengaku sangat menyesal dan tak
tahu kenapa melakukan itu.
“Masih
belum terlambat, Kembalilah bersamanya.” ucap Sharon. Ji Hoon yang binggung
bertanya siapa Sharon siapanya.
Ji Hoon
mengaku dirinya adalah seorang desainer berbakat yang cantik, karena Itulah
yang orang katakan tentangnya. Ji Hoon ingin tahu Bagaimana Sharon mengenal Hae
Ra. Sharon mengaku kebetulan saling mengenal.
“Hidupnya
terlihat menyedihkan, Jadi aku membuatkan beberapa pakaian. Beberapa waktu yang
lalu...” ucap Sharon dan Ji Hoon tiba-tiba menyela
“Aku
ingat itu... Suara ini.” Ucap Ji Hoon teringat dengan sosok Hae Ra yang aneh.
Flash Back
Sharon
mengeluarkan suara aslinya setelah memberikan ciuman di pipi Ji Hoon untuk
mengajak tinggal bersama malam ini. Ji Hoon heran bertanya Ada apa dengan suara
Hae Ra. Sharon mengaku Tenggorokannya tiba-tiba tersedak. Ji Hoon pikir kalau
Hae Ra sedang menirukan suara seseorang. Ji Hoon pikir kalau pernah mendengar
suara ini sebelumnya.
“Hae
Ra... Meniru suaramu, dan itu terdengar persis sama.” Ucap Ji Hoon. Sharon
dengan menatap sinis mengatakan kalau Itu tidak penting.
“Kenapa
kau memotong pembicaraanku?” kata Sharon marah. Ji Hoon melihat Sharon dengan
tatapan sinis akhirnya meminta maaf
“Aku
khawatir Hae Ra bersama seseorang yang tidak sesuai dengannya. Aku khawatir
kehidupan ini mungkin hancur juga. Keduanya tidak terlihat cocok bersama, kan?”
ucap Sharon. Ji Hoon pikir memang tidak cocok
“Apa kau
akan membiarkan hidupnya hancur?” kata Sharon. Ji Hoon pun bertanya apa yang
akan dilakukan. Sharon dengan tatapan
liciknya Aka memberitahu.
Hae Ra
sudah duduk diruang makan sambil minum teh, Soo Ho datang sambil mengeluh
karena Hae Ra yang mengirim pesan padahal mereka yang tinggal bersama bahkan
bisa saja mengetuk pintu. Hae Ra mengaku Ada yang ingin dikatakan.
“Terima
kasih atas perhatianmu, tapi aku merasatidak nyaman berlatih dengan orang asing
di rumah. Aku anggota fitnes didepan kantorku.” Kata Hae Ra
“Oke,
lakukan sesukamu. Tidak ada yang menyenangkan jika kau merasa tidak nyaman.”
Kata Soo Ho
“Apakah
sudah lama dia mulai melatihmu?” tanya Hae Ra. Soo Ho menjawabTidak terlalu
karena hanya melihat Ji Hoo yang pekerja keras dan menyenangkan bersamanya.
“Dia
sepertinya tidak terlalu bekerja keras. Apa tidak bisa kau menggantinya dengan
orang lain?” kata Hae Ra dengan nada sinis
“Apa kau
tidak menyukainya?” tanya Soo Ho, Hae Ra mengaku Tidak seperti itu.
“Apa kau
cemburu karena dia menyukaiku?” goda Soo Ho. Hae Ra mnegeluh Soo Ho kembali
bertingkah mengodanya.
“Jangan
menganggap semuanya sebagai lelucon.” Kata Hae Ra.
“Apa dia
terlihat seperti mantan pacarmu atau apa?”ejek Soo Ho. Hae Ra pikir lebih baik
katakan saja mirip
“Itu
tidak masalah.. Tidak masalah bahkan jika dia adalah mantanmu. Kau terluka karena
berkencan dengan orang jahat. Itu sebabnya kau masih waspada terhadapku Aku
suka sikap itu dan Itu keren. Lakukan hal yang sama pada pria lain. Aku juga
tidak perlu memikirkan orang-orang jahat itu. Aku yakin bisa melindungimu.”
Kata Soo Ho
Hae Ra
terdiam mendengarnya, Soo Ho bertanya apakah Ada hal lain yang perlu dikatakan.
Hae Ra mengelengkan kepala. Soo Ho pun mengucapakan dan akan pergi, lalu
kembali berkata pada Hae Ra untuk Jangan kecewa jika proyek ini gagal. Hae Ra
ingin tahu alasanya.
“Apakah tidak
akan berhasil dengan baik?” tanya Ha Ra
“Kupikir
kau berharap terlalu banyak. Tidak
kecewa terhadap kegagalan akan menjadikanmu benar-benar kuat.. Aku tahu
ini karena aku sudah mengajarimu sejak lama. Kau gampang bingung, tapi kau
pintar dan kreatif. Sepertinya kau tumbuh agak membosankan saat berjuang
menjalani hidup. Jadi Sadarlah.. Kau benar-benar keren.” Pesan Soo Ho lalu
berjalan pergi
“Soo
Ho... Soo Ho...” ucap Hae Ra memanggil nama tanpa panggilan Oppa saat Soo Ho
pergi. Soo Ho terdiam.
Soo Ho
mengikat tali sepatu Hae Ra ditaman. Hae Ra yang duduk memanggil nama Soo Ho
tanpa panggilan “Oppa”. Soo Ho melirik sinis mengingatkan Ha Rae kalau ia lebih
tua jadi Jangan kasar.
“Aku ingin
memanggilmu seperti ini... Kapan pun aku bersyukur atau saat kau terlihat
imut.” Ungkap Hae Ra.
Soo Ho
bertanya Ha Rae akan Pilih yang mana. Hae Ra tak percaya kalau Soo Ho yang
masih mengingatkan kalau ingin memanggil nama “Soo Ho bila terlihat seperti
pria yang baik. Soo Ho mengeluh kalau Hae Ra yang masih saja kasar Tapi akan membiarkannya saja
hari ini lalu berjalan masuk ke kamar sambil tersenyum bahagia.
Hae Ra
kembali ke kamar mengingat kembali saat pertemuan pertama kalinya dengan Soo
Ho, kalau meminta di foto mengaku merasa tersanjung bertemu dengannya. Ia
sempat jatuh dan mersakan kalau sejak memakai mantel ini,hal aneh terus terjadi
padanya.
“Aku
menyukaimu.” Ungkap Soo Ho yang sudah tak malu mengakui perasaanya pada Hae Ra
“Sesuatu terjadi
dalam hidupku” ungkap Hae Ra terlihat senang mengingat kenangan dengan Soo Ho.
Pegawai
Young Mi meminta bosnya agar bisa bergaya, Young Min sengaja mengambil gambar
didepan foto pria-pria tampan dijalan dulu dengan meminta agar terlihat
vintage. Pegawai memuji Young Mi yang tampak cantik. Young Mi senang melihatnya
berpikir kalau akan memakai topi, pegawai pun memujinya.
“Zaman sekarang disebut gaya retro.
Pria yang 100 tahun lebih tua dariku.”
“Orang-orang tampan memang ada di
masa lalu. Ini adalah gambar yang diambil 90 tahun yang lalu.”
“Aku adalah ratu seksi. Semuanya,
selamat tahun baru.”
“Mereka sama populernya dengan grup
idola. Kami memulai promosi diskon pada pakaian retro. Kain itu berasal dari
Italia. Kain itu diimpor langsung dari Milano.”
Young Mi
membuat caption tiap fotonya membuat tokonya akhirnya ramai dengan pelanggan,
bahkan meminta mereka agar bisa berbaris rapih didepan kasir. Pegawai menghitung price tag yang sudah
dijual.
“Semua
terjual habis hanya setelah tiga jam.” Ucap Pegawai tak percaya
“Sayangku
pasti beruntung dengan uang...Aku tidak bercanda. Pasti ini nyata.” Kata Young
Mi
“Haruskah
kita menaruh gambar ini disini selama sekitar 100 tahun?” kata si pegawai.
Young Mi pikir itu Ide bagus. Bibi Lee datang terburu-buru memanggil Young Mi.
“Apa itu?
Kenapa kau memakai riasan penuh?” kata Young Mi heran. Bibi Lee pikir yang yang
dipakai bukan riasan penuh.
“Aku
hanya mengoleskan BB krim di wajahku.” Ungkap Bibi Lee
“Akhir-akhir
ini kau sangat memperhatikan penampilanmu.” Komentar Young Mi. Bibi Lee
mengajak Yong Mi duduk karena ada yang ingin dibicarakan dengannya.
Bibi Lee
menceritakan kalau Tuan Park bisa saja menandatangani kontrak dengan Hae Ra
tapi Mengapa Tuan Park memilih dirinya
sebagai wakilnya dan meminta menandatanganinya terlebih dahulu, bahkan belum
memberitahu Hae Ra.
“Mungkin
karena dia khawatir Hae Ra akan menambahkan persyaratan. Ini hal yang baik,
kan?” ucap Young Mi
“Ini
adalah hal yang baik.” Pikir Bibi Lee. Young Mi yakin kalau ini tidak masalah.
“Aku tidak
ingin menantu perempuan sepertimu.” Ungkap Bibi Lee. Young Mi heran dengan
ucapan Bibi Lee.
“Bagaimana
jika dia melamarku?” pikir Bibi Lee merasa kalau sikap Tuan Park yang perhatian
padanya.
“Ayah Gon
terlalu murah untuk menikahi seseorang. Dia harus berbagi kekayaannya jika dia
melakukannya, jadi dia tidak mau.” Jelas Young Mi
“Tidak
ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.” Kata Bibi Lee masih tetap
berharap
“Jangan
bermimpi yang tidak realistis. Kau mungkin akan terluka dan Lupakan merawatnya
serta Berhenti pergi kesana.” Pesan Young Mi
“Ini
sebabnya mereka mengatakan bahwa anak-anak tidak ada gunanya. Kenapa kau tidak
bisa memikirkan betapa kesepiannya dia?” kata Bibi Lee marah. Young Mi heran melihat
bibi Lee yang tiba-tiba kesal
Bibi Lee
mencoba mengambil sebuah atas, Young Mi
langsung melarangnya karena mahal dan pasti tidak mampu membelinya. Bibi Lee
kesal akhirnya melihat foto yang ada di depan heran karena menempatkan foto
wanita itu di sini. Young Mi binggung Wanita apa maksudnya.
“Pemilik
Sharon Tailor berpakaian seperti pria dan mengambil foto ini seperti pemotretan
mode.” Kata Bibi Lee.
“Apa
mereka terlihat sama?” Young Mi. Si pegawai pikir tidak.
“Matamu
tidak tajam sama sekali. Dan Apa kau bilang kau bekerja di industri fashion?”
ejek Biibi Lee keluar dari ruangan. Young Mi pun mulai bertanya-tanya Apakah
mereka terlihat sama
Sharon
memegang frypan ditanganya, seperti menatap wajahnya seperti cermin.
Flash Back
Ji Hoon
bertanya apa yang harus dilakukanya. Sharon mengatakan kalau Akan memberitahu
yaitu Sebuah cara untuk membuatnya kembali pada JI Hoon adalah membuat orang
itu memiliki wanita lain. Ji Hoon terlihat kaget.
“Aku akan
mendapatkan Moon Soo Ho. Kau bantu aku, dan aku akan membantumu.” Ucap Sharon.
Ji Hoon mengingat saat Soo Ho mengaku “Aku suka gadis yang membawa wajan.”
“Dia
bilang dia suka gadis yang membawa wajan.” Ucap Ji Hoon. Sharon terlihat
binggung
“Aku
tidak tahu apakah maksudnya gadis-gadis yang pandai memasak atau mandiri. Aku
tidak yakin tentang hal itu.” Kata Ji Hoon.
“Bagaimana
rasanya dicintai? Aku sudah menunggu 200 tahun. Aku ingin mengetahuinya... Soo
Ho, biarkan aku mencari tahu...” kata Sharon mulai memaikan dua wajah untuk
mengambil hati Soo Ho.
Soo Ho
menelp minta maaf karena tidak bisa
melakukannya tidak bertanya sebelumnya jadi tidak akan melakukan latihan
dirumah lagi. Ji Hoon pikir tidak apa-apa dengan berharp Semoga harinya
menyenangkan. Setelah menutup telp, Ji Hoon terlihat kesal menekan tombol
treadmeal dengan kecepatan tinggi. Gon yang ada disampingnya binggung
“Menurutmu
Pak Moon itu orang yang bagaimana?” tanya Ji Hoon saat melatih Gon. Gon
bertanya balik Kenapa Ji Hoon menanyakan itu
“Maksudku,
aku tidak mengerti kenapa dia di bisnis real estate, Jika dia lulus sekolah
kedokteran di luar negeri.” Kata Ji Hoon heran
“Tepatnya,
Dia berada di bisnis restorasi perkotaan. Dia sedang melakukan sesuatu yang
indah.”Kata Gon.
Keduanya
duduk bersama, Gon menceritakan Soo Ho yang Dimemiliki segala sesuatu yang
indah dan juga memiliki rumor yang menyeramkan. Ia mengetahui Saat Soo Ho bekerja di luar negeri, banyak kompetitornya yang
terluka dan meninggal.
“Tapi
semua yang dilakukan Mr. Moon berkembang pesat. Anggur, biji kopi, dan bahkan
kasmir Mongolia” cerita Gon. Ji Hoon kaget Soo Ho berbisni Kasmir Mongolia.
Soo Ho
sedang ada didalam mobil mendengar sebuah mobil dibelakang memberikan klakson
agar bisa lebih cepat, tapi sek Han tetap mengemudi dengan kecepatan biasa.
“Dia
bertemu seseorang saat menjadi relawan di luar negeri dan membuat kontrak
eksklusif untuk kasmir. Lalu dia menjualnya ke pabrik di Italia yang dijalankan
oleh ayah temannya, yang mulai menjualnya ke merek besar, Jadi dia menghasilkan
banyak uang dari sana.” Cerita Gon
“Dia
mengenal banyak orang di seluruh dunia, dan dia juga beruntung.” Ungkap Ji Hoon
iri
“Aku
mendengar ini dari importir anggur. Baru-baru ini, seseorang yang mencoba untuk
menipu kontrak anggur dengan dia terluka parah. Dia mematahkan semua anggota
tubuhnya.” Cerita Gon.
Soo Ho
sedang ada didalam mobil, mendengar teriakan seseorang di seberang moblnya agar
meminta menghentikan mobilnya. Soo Ho melirik binggung. Sek Han memberitahu
kalau pria itu marah karena tidak dibiarkan belok kanan.
“Aku
sudah menyuruhmu untuk menghentikan mobilmu.” Teriak si pria
“Jika
kita maju, kita pasti sudah melewati batas Dan itu bisa berbahaya bagi mobil
yang melintas.” Pikir Soo ho
“Dia
pasti punya masalah kontrol kemarahan. Orang seperti dia seharusnya tidak menyetir.”
Sek Han.
Si pria
tak bisa menahan amarah mengambil jalur di depan mobil Soo Ho dan dengan
sengaja menginjak rem mendadak. Soo Ho pun sempat membentur bagian kursi depan,
Sek Han pun kaget menanyakan keadaan Soo Ho apakah baik-baik saja. Soo Ho pun
terlihat marah
“Aku tidak
bisa mempercayainya. Apa kau pikir dia punya orang yang bekerja untuknya? Kau pasti
tahu, seperti pembunuh kontrak atau preman.” Kata Ji Hoon
“Ini
mungkin hanya kebetulan...Rumor itu mungkin dari para pesaingnya. Oh Ya...,
terima kasih atas bantuanmu untuk hak permukaan.” Ucap Gon. Ji Hoon tersenyu
bahagia bertanya apakah Ji Hoon akan bekerja dengan Soo Ho. Gon mengaku bukan
seperti itu maksudnya.
Soo Ho
pergi menemui pemilik rumah mengaku sudah mengerti situasinya Tapi akan
mengecewakan jika tidak menepati janjinya. Si pria itu pikir kalau wajar jika
ingin menjualnya kepada penawar yang lebih tinggi.
“Sudah
kujelaskan alasannya, dan dengan tulus aku mengajukan permintaan kepadamu.”
Ucap Soo Ho
“Aku
lebih memilih uang lebih daripada ketulusan.” Kata Si pria sombong
“Bagaimana
jika kita menawarkan lebih banyak...”ucap Sek Han. Soo Ho tak bisa berbuat
banyak memilih untuk menganguk mengerti.
“Aku
sudah membuka ginseng dan madu yang kau berikan padaku. Jika kau menginginkannya,
aku akan membayarmu.” Kata Si pria
“Tak perlu.
Kau bisa menyimpannya. Kalau begitu selamat tinggal.” Kata Soo Ho lalu berjalan
pergi.
Si pria
mengangkat telp dan terlihat kaget mengetahui putra satu-satunya Kecelakaan
mobil.
Sek Han
di mobil minta maaf karena tidak punya cukup informasi. Soo Ho pikir kalau
berharap ini terjadi karena akan terlalu aneh jika semuanya berjalan lancar
jadi lebih baik memperluas kebidang lainnya. Sek Han menganguk mengerti.
“Bisakah
kau turunkan aku di dekat agen perjalanan?” kata Soo Ho. Sek Han mengerti, saat
itu si pria yang membuat Soo Ho celaka menabrak tiang dan dibawa oleh
ambulance.
Hae Ra
sedang berbicara di telp pada kapten kalau akan. menyambut lebih dari 70 orang
dan Tim nasional pemuda sedang berlatih, jadi tolong meminta agar pastikan
seseorang menunjukkan dukungan kepada
mereka. Hae Ra pun mengucapkan Terima kasih lalu menutup telpnya.
“Nyonya...
Bisakah aku pergi ke penjahit hari ini?” ucap Hae Ra pada ketua tim. Ketua Tim
pun mempersilahkan.
“Aku juga
menemukan banyak desain hebat.” Ucap Ketua Tim. Ji Hee mengaku menemukan sebuah
pabrik yang membuat sampel bagus.
“Aku
selalu menghabiskan hari-hariku di telepon, jadi sangat mengasyikkan untuk
memikirkan hal ini.” Ungkap Hae Ra.
Direktur masuk
ruangan memberitahu kalau merkea
harusnya di pameran hari ini. Ketua Tim tahu kalau ia dan Ju Hee akan pergi
setelah makan siang. Direktur heran karena mereka yang akan Setelah makan siang,
lalu menyuruh mereka membeli kimbap dan dan makan saja di mobil.
“Jangan
terlambat, Aku membutuhkan seluruh tim di sana. Termasuk kau, Hae Ra.” Ucap
Direktur. Hae Ra melonggo bingung
“Banyak
tim lain juga akan berada di sana. Kenapa kau membutuhkannya?” kata ketua Tim
heran
“Aku akan
memberimu peran yang paling penting... Kau bisa memakai baju maskot kami.” Kata
Direktur. Ketua Tim kaget mendengarnya
“Kau bisa
membiarkan anak-anak baru mengenakan setelan maskot. Dia mencintai jas, jadi
dia mendapat baju maskot. Jadi Teruskan”kata Direktur dengan mengeluh kalau sangat
lelah lalu pergi keluar ruangan,
Ji
Hee mengeluh Direktur murahan sekali
karena melakukannya dengan sengaja. Hae Ra hanya menatap kesak, Ketua Tim pikir
mereka perlu ketua untuk datang sekarang
dan berkata "Tidak, Aku mendukungmu, Nona Jung." Akhirnya menyuruh
Hae Ra agar pergi ke toko besok karena akan meluangkan waktu untuk pergi ke
sana besok. Hae Ra mengucapkan Terima kasih.
“Aku akan
memakai baju maskot, jadi Jangan lakukan itu” kata Ji He
“Tidak,
tidak apa-apa... Bagaimanapun juga ini akan dingin. Aku akan bersyukur
memakainya.” Kata Hae Ra, Pegawai lain memangil Hae Ra kalau telp di mejanya
berdering.
Hae Ra
buru-buru mengangkatnya, layaknya menerima telp dari klien. Soo Ho meminta agar
merekomendasikan tempat dimana ada fotografer hebat. Hae Ra terlihat senang
menerima telp Soo Ho mengatakan kalau menyarankan pergi ke Seoul, Korea.
“Apa kau
menyadari bahwa ini sedang direkam?” ucap Hae Ra. Soo Ho mengaku tidak berpikir
sejauh itu.
“Dalam
hal ini, aku tidak akan mengatakan apa yang ingin kukatakan. Apa kau punya
janji saat makan siang?” kata Soo Ho
“Aku
harus pergi ke pameran kami.” Ucap Hae Ra. Soo Ho pikir Itu mengecewakan dan
akan meneleponmu kembali. Hae Ra terlihat senang menerima telp Soo Ho.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar