Sharon
menyapa keduanya yang terlihat kaget, dengan santai melihat Hae Ra yang juga
ada di dalam toko. Hae Ra menmberitahu kalau Baek Hee yang mengundangnya, lalu
menanyakan keadaan Sharon apakah kena flu. Sharon teringat dengan kejadian
sebelumnya, berpikir kalau keadanya bisa
jadi lebih buruk kalau Hae Ra tak menolongnya.
“Tidak
masalah. Aku berusaha keras untuk menutup jendela itu.” Ucap Hae Ra
“Apa kau
ingin minum kopi?” tanya Soo Ho. Hae Ra menolak tapi Sharon dengan santai
meminta kopi hitam saja. Soo Ho sempat binggung.
“Tanpa
susu atau gula... Americano.” Kata Sharon mencoba mengubah dengan bahasa jaman
sekarang
“Apa kau
mau pergi memesannya denganku?” kata Soo Ho. Sharon pikir boleh juga dengan
wajah senang hati mengikuti Soo Ho. Hae Ra bertanya-tanya Bagaimana mereka bisa
saling kenal
Soo Ho
dan Sharon menunggu di depan kasir, lalu Soo Ho menanyaan keadaan Sharon apakah
baik-baik saja. Sharon menganguk mengaku kalau itu berkat Soo Ho dengan
mengucapkan Terima kasih sudah mengirim asistennya.
“Bisakah
kau tidak memberitahu Hae Ra kalau aku memesankan dia pakaian itu?” ucap Soo
Ho. Sharon ingin tahu alasanya.
“Itu
hadiah. Aku tak ingin merusak kesenangan.” Kata Soo Ho lalu mengambilkan kopi
untuk sharon dan memberikanya, lalu bergegas pamit pergi.
Baek Hee
kembali bercerita, apakah mereka ingin tau yang sebenarnya malam ini, lalu
matanya melotot tajam karena Sharon datang dan duduk tepat dibelakang Soo
Ho. Baek Hee berteriak kalau "Pria
itu bukan milikmu!"
“Nyonya itu menghabiskan sepanjang
malam berdiri diluar, menatap pintu yang gelap.”
Flash Back
“Pria itu
bukan milikmu. Beraninya gadis rendahan sepertimu menyentuhnya?”ucap Seo Rin
akhirnya datang lagi. Sementara di dalam kamar terlihat Boon Yi dan Myung Soo
tertidur dengan saling berpungungan.
“ Tak ada yang terjadi diantara
mereka. Bagaimanapun, malam itu adalah pertama kalinya mereka mengetahui
perasaan mereka sesungguhnya.”
Boon Yi
sibuk merapihkan cabe yang baru saja selesai dijemur, Si bibi datang memlihat
Boon Yi yang berkerja dan menyuruhnya kala harus beristirahat. Boon Yi menolak
karena bisa mengerjakannya. Si bibi yaki kalau Boon Yi akan mendapatkan bayi
impiannya.
“Kau akan
memiliki seorang putra. Aku bilang, seorang putra.” Kata Si Bibi yakin. Boon Yi
hanya diam saja karena tak ada yang terjadi semalam.
Jeom Bok
datang mengagetkan Boon Yi didapur bertanya Ada apa kemari. Jeom Bok mengaku
kalau datang kemari demi Nyonya. Boon Yi pun menyuruh Jeom Bok duduk dan
bertanya apakah merasa lapar, lalu membawakan makanan untuk temanya.
“Aku
menggambar bukit kecil yang kau sukai itu.” Ucap Jeom Bok memberikan lembaran
kertas gambarnya.
“Astaga,
Jeom Bok, kau pandai menggambar.” Kata Boon Yi melihatnya. Jeom Bok sempat
tersedak, Boon Yi buru-buru menyuruh Jeom Bok untuk minum juga saat makan.
“Boon Yi,
Apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Ayah Nam Sik bilang kau akan melahirkan
seorang putra. Tapi kau bahkan tidak menikah. Syukurnya, atau mungkin sialnya, orang-orang
tidak penasaran tentang mereka untuk waktu yang lama.” Ucap Jeon Bok
“Bawakan
lebih banyak buku.” Kata Boon Yi sengaja mengalihkan pembicaraan.
“Pengadilan
Kerajaan terbagi antara fraksi utara dan fraksi selatan, dan mereka berakhir
dengan memperjuangkan masing-masing partai. Mereka menggunakan penyiksaan agama
untuk menindas pemikir-pemikir progresif.”
Saat itu
juga banyak orang yang ditangkap termasuk Myung Soo dari kediaamanya. Beberapa
Pelayan menangis melihat Myung Soo yang dibawa oleh pengawal kerajaan.
“Sarjana
muda yang tertangkap mempelajari pemikiran Konfusius jadi dikorbankan bagi
konflik fraksi.”
Setelah
Myung Soo dibawa pergi, Boon Yi dibawa masuk ke tempat Seo Rin. Ia dipaksa
menganti pakaian seperti pakaian Nyonya besar. Lalu dengan sinis, Seo Rin
memegang wajah Boon Yi kalau selalu ingin menggunakan pakaian itu.
“Kau dapat
memakai ini dan mati ditempatku.” Ucap Seo Rin ingin mengorbankan Boon Yi.
Pengawal
datang menarik keluar Boon Yi, bertanya apakah istri Lee Myung So. Boon Yi
hanya diam saja. Pengawal meminta Boon Yi agar menjawab pertanyanya. Boon Yi
akhirnay mengaku sebagai istri dari Myung Soo. Sementara Seo Rin melihat dari
balik semak.
“Apa ada
anggota keluarga yang lain?” tanya pengawal. Boon Yi mengaku Tidak ada.
“Beraninya
kau membodohiku? Kau tak dapat menikahinya dengan wajah seperti ini.” Ucap
Pengawal melihat wajah Boon Yi dengan lua bakar.
“Aku
mendapat luka ini setelah kami menikah.” Akui Boon Yi
“Bagaimana
dia bisa hidup bersama wanita seperti ini?” kata Pengawal tak percaya.
“ Dia
adalah suami yang manis tak peduli dengan lukaku. Dia bukan seseorang yang bisa
kau pahami.” Ucap Boon Yi menyakinkan. Akhirnya Boon Yi pun dibawa dan Seo Rin
tetap aman dalam rumah.
“Mereka menginterogasinya dan
menanyakan dengan siapa Myung So bekerja sama, dan orang macam apa saja yang
mengunjunginya.”
Boon Yi duduk
di atas kursi dengan luka dari hukuaman, pengawal kembali datang ingin tahu
kalau Lee Myung So menganut Katolik. Boon Yi tetap diam dan akhirnya pisau
menyentuh lehernya.
Bagaimanapun,
Boon Yi tak memberikan mereka jawaban apapun.”
Myung Soo
diasingkan didalam hutan sambl bertanya apaka akan mendapat racun sebagai hukuman pagi ini.
Saat itu Boon Yi berjalan tergopoh-gopoh, Myung Soo kaget melihat Boon Yi yang
masih hidup seperti tak percaya kalau bisa bisa berjalan sejauh ini. Saat itu
Boon Yi jatuh dipelukan Myung Soo
“Aku
mendengar apa yang kau alami.” Ucap Soo Ho. Boon Yi dengan suara kecil mengaku
sungguh senang karena Soo Ho baik-baik saja.
“Apa
suaramu hilang karena aku?” kata Soo Hoo tak bisa mendengar suara Boon Yi
dengan jelas. Boon Yi mengelengkan kepalanya, Soo Ho hanya bisa menangis
memeluk Boon Yi yang mau berkorban untuknya.
“Kudengar
dia disiksa dengan berbagai macam cara. Orang-orang bilang dia mencoba
melarikan diri saat akan dijual lalu mati.” Ucap Paman memberitahu Seo Rin yang
terlihat pucat.
“Dia
seharusnya sadar akan dirinya. Kudengar beberapa orang kembali dari pengasingan
dalam keadaan hidup.” Ucap Seo Rin. Paman itu membenarkan. “Tuan pasti akan
kembali.” Kata Si paman yakin.
Myung Soo
makan masakan Boon Yi sementara Boon Yi menjahit baju. Setelah makan Soo Ho
mengangkat meja karena akan mencuci jadi Boon Yi sebaiknya beristirahat. Boon
Yi menolak, tapi Myung Soo menyuruh Boon Yi agar menyelesaikan Selesaikan pekerjaannya saja.
Beberapa
saat kemudian, Myung Soo sudah dudu menatap Boon Yi yang sibuk menulis diatas
kertas. Lalu ia mengambil kertas ingin melihatnya. Boon Yi panik karena belum selesai.
“Hei...
Ini bukan main-main. Apa Menurutmu?” ucap Myung Soo telihat marah.
“Kau
tidak membuat kesalahan, jadi aku tak bisa bersenang-senang memarahimu. Kau
sangat cepat belajar.” Puji Myung Soo. Boon Yi pun bis tersenyum.
Dimalam
hari, Myung Soo dan Boon Yi mengajak bermain bayangan dengan memperlihatkan
gambar burung dan juga lainya. Tiba-tiba Myung Soo memberikan sesuatu pada Boon
Yi meminta agar membukanya. Boon Yi kaget melihat isinya adalah sebuah cincin.
“Pemilik
pandai besi tua banyak membantuku membuat ini, cincin itu mempercayai bahwa
suatu saat aku akan kembali. Jadi aku memberinya sebuah buku dan cincin Kuharap
cincin ini dapat membantu. Saat kau membutuhkan uang, juallah cincin ini. Jika
ada kehidupan selanjutnya lahirlah ditempat yang baik.” Ucap Myung Soo. Boon Yi
seperti terharu mendengarnya.
“Jangan
kehilangan suaramu... Jangan memiliki luka seperti ini. Jika kau harus hidup
dengan luka seperti ini lagi, Aku akan mengambil luka itu. Jadilah seorang yang
cantik, dan hiduplah dengan berharga, Boon Yi.” Ungkap Myung Soo.
Boon Yi dengan
mata berkaca-kaca langsung memeluk Myung Soo dan memberikan pelukan. Myung
sampai terjatuh karena Boon Yi yang tiba-tiba memeluknya, lalu membaringkanya
dan saling menatap. Myung Soo pun lebih dulu mencium Boon Yi.
Keduanya
duduk di depan rumah sambil memandang langit,
Myung Soo melihat jari tangan Boon Yi yang kosong bertanya Dimana cincin
yang diberikannya. Boon Yi menunjuk ke suatu tempat dengan jarinya. Myung Soo
heran melihat Boon Yi malah menaruh di luar rumah.
“Bulan
purnama.” Ucap Boon Yi menunjuk ke atas. Myung Soo mengerti kalau Boon Yi
mengatakan Bulan purnama.
“Saat
bulan purnama.” Kata Boon Yi. Myung Soo seperti binggung dengan yang dikatakan
Boon Yi karena tak bisa mengatakan dengan jelas. Boon Yi berusaha terus
menjelaskan.
“Aku tahu...
Jika cincin menerima cahaya sinar bulan purnama, itu akan memiliki kekuaran
untuk mengabulkan harapanmu. Boon Yi, apa yang kau harapkan?” kata Myung Soo.
Boon Yi menjawab Rahasia. Myung Soo pun mengajak Boon Yi masuk karena udara
yang dingin.
“Katakan
padaku didalam nanti.” Kata Myung Soo. Saat itu Seo Rin melihat keduanya masuk
rumah terlihat sangat marah, lalu mengambil cincin dna juga membawa kayu dengan
api.
Beberapa
saat kemudian, Myung Soo tersadar kalau rumahnya sudah kebakaran dan
membangunkan Boon Yi kalau harus pergi keluar. Saat itu Boon Yi yang sudah pingsan
mulai tersadar, Myung Soo lebih dulu keluar dari rumah. Seo Rin menahan
suaminya agar tak kembali masuk.
“Tinggalkan
saja gadis itu didalam dan kita pergi.” Ucap Seo Rin, Myung Soo terlihat marah
dengan sikap istrinya.
“Katakan
padaku... Siapa yang lebih kau cintai? Aku atau dia?” ucap Seo Rin dengan mata
melotot. Myung Soo pikir Seo Rin sudah gila.
“Kita
tinggalkan saja gadis kasar itu.” Ucap Seo Rin. Tapi Myung Soo tetap berteriak
menyuruh Boon Yi segera sadar dan bangun.
“Kau
tetaplah disana... Matilah disana!” ucap Seo Rin marah. Boon Yi terdiam melihat
Myung Soo sudah bersama dengan Seo Rin
“Jika kau
tak keluar,maka Aku tak akan pergi.” Kata Myung Soo akhirnya masuk ke dalam
rumah bersama dengan Boon Yi.
“Kalian
semua harus mati!! Kalian semua harus mati!” teriak Seo Rin marah, saat itu
juga batang kayu rumah mulai berjatuhan dan api semakin membesar.
Seo Rin
mulai panik karena suaminya ada didalam rumah, ketika rumah terbakar semua,
tiba-tiba Boon Yi keluar dari tumpukan jerami memegang kaki Seo Rin dengan mata
penuh dendam mengatakan “Kau penyihir, Jadilah hantu yang berkeliaran selamanya.”
Seo Rin
terlihat frustasi dengan berdiri diatas tebing lalu menjatuha dirinya, saat itu
cincin yang di curiganya pun terlepas. Beberapa saat kemudian, Seo Rin berada
di tepi pantai dan berjalan kembali dengan wajah pucat dan lemas.
“Permisi...
Aku ingin bertanya sesuatu... Apa benar ini rumah tuan Choi?” ucap Seo Rin pada
pria tua yang berjalan didekatnya.
“Nyo.....
Nyonya.” Kata si pria. Seo Rin tak tahu siapa pria itu. Pria itu mengatakan
kalau ia adalan Jeom Bok dengan tahu lalat di pipi tapi sudah sangat tua. Seo
Rin kaget melihatnya.
“Apa yang
terjadi padamu? Kenapa kau terlihat sama seperti dulu?”kata Jeom Bok heran
“Apa yang
sudah terjadi pada rumahku beberapa hari ini?” kata Seo Rin. Jeom Bok heran Seo
Rin hanya mengatakan beberapa hari bahkan tak melihat wajahnya yang sudah menua
dan rambut memutih.
“Dimana
ayah dan ibu?” tanya Seo Rin panik. Jeom Bo memberitahu Mereka meninggal
30tahun yang lalu, menantikan Seo Rin.
Seo Rin
tak percaya merasa kalau sedang
bermimpi. Jeom Bok pun heran melihat Seo Rin yang tidak berubah sedikitpun. Seo
Rin malah tak yakin kalau pria didepanya itu Jeom Bok yang pandai menggambar.
Jeom Bok membenarkan. Jeom Bok membenarkan. Seo Rin hanya bisa tertawa frustasi
mendengarnya.
Jeom Bok
minum arak dari botol tanpa sadar kalau Baek Hee datang dan duduk didepanya.
Baek Hee meminta Jeom Bok tenang karena bisa tersedak karena berpikir seperti
melihat hantu atau semacamnya. Jeom Bok pun bertanya siapa Baek Hee.
“Aku
seseorang yang mengetahui tentang Nyonya Seo Rin and Boon Yi.” Ucap Baek Hee.
Saat itu datang Pria lain keluar dari rumah.
“ Dunia
ini sungguh konyol. Pelayan saat ini menuntut diperlakukan sebagai manusia Dan
aku menyaksikan seorang gadis. menggoda seorang pria disiang bolong.” Ejek
pria.
“Mari
kita bicara ditempat lain.” Ucap Baek Hae mengajak Jeom Bok pergi.
“Mari
kita bersenang-senang. Kita jauh lebih baik dibanding pria tua ini.” Kata Si
pria mengoda. Baek Hee meminta agar menghentikanya.
Tapi si
pria menahan tangan Baek Hee untuk tak pergi, saat itu juga Baek Hee
memperlihatkan jurusnya yang bisa melawan pria. Si pria pun kesakitan. Baek Hee
mengajak Jeom Bok agar bicara ditempat lain karena ingin bicara berdua saja
dengannya. Jeom Bok pun bergegas pergi mengikuti Baek Hee karena ketakutan.
Seo Rin
yang frustasi kembali mencoba bunuh diri dengan menenggalam diri di danau. Tapi
setelah itu kembali terdampar disuatu tempat, saat itu seseorang datang dengan
kuda dan beberapa pengawal lalu berhenti melihat Seo Rin.
“Kau
tidak menjadi manusia ataupun hantu. Kau tak bisa mati.” Ucap baek Hee.
“Siapa
kau?” ucap Seo Rin. Baek Hee menjawal kalau ia adalh Seseorang seperti Seo Rin
dan menyuruh agar mengikutinya saja.
“Selama
kau hidup, kau perlu untuk menyelamat diri dari cuaca dingin dan kelaparan.”
Ucap Seo Rin.
Mereka
berkelana dari Dinasti Qing, 1900, dengan bergaya seperti seorang pria. Lalu
pergi Jepang, 1930 sebagai seorang wanita dan masuk ke Sekolah Pembuatan Baju di
Tokyo. Mereka pindah ke Seoul tahun 1960 dengan Seo Rin yang bisa menjahit
pakaian.
Sharon
yang mendengar cerita Baek Hee menatap sinis. Baek Hee menceritakan Saat membaca buku tentang sejarah masa
setelah Raja Joengjo, teringat kisah lama yang didengar dari nenek. Jadi menambahkan
imajinasinya dalam cerita.
“Jika ada
wanita seperti itu dalam kenyataan, dia
mungkin akan membuat pakaian untuk mengangkat kutukannya. Tapi Bisa juga
tidak. Mungkin dia menjalankan sebuah bistro.” Ucap Baek Hee menyindir
“Aku tak
percaya apa yang ia katakan.” Keluh Sharon sinis
“Itulah akhir
yang kusampaikan hari ini. Terimakasih.
Lalu Dimana pestanya?” kata Baek Hee.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar