Hae Ra
mendorong Soo Ho yang menciumnya, lalu akan bergegas keluar rumah. Soo Ho
menahanya karena ada truk yang mundur jadi pasti berbahaya lalu terdengar nada
lagu dari bunyi lampu sen. Ia bertanya apakah Hae Ra biasa memainkan ini dengan
baik sekarang karena Dulu sangat ketakutan saat bermain "Fur Elise".
“Hei, apa
kau baru belajar menyetir? Bisakah kau lebih cepat dan naik ke mobil?” ucap Hae
Ra kesal pada sopir truk karena tak bisa pergi.
“Pak..
Kau bisa lebih kekiri sedikit.... kembali sedikit lagi” ucap Soo Ho seperti
menjadi tukang parkir agar truk bisa berbelok. Sopir pun mengucapkan Terima
kasih banyak pada Soo Ho.
“Ingatlah
ini.. Aku ingin menjadi sukses karenamu Dan kulakukan hingga kini” ucap Soo Ho
menahan Hae Ra pergi. Tapi Hae Ra seperti tak peduli memilih untuk pergi.
Di dalam
rumah, Young Mi pikir Bibi Lee sudah tahu. Bibi Lee rasa apa yang diketahuinya
karena sedang menikmati makan malamnya, dan sangat terkejut. Gon pikir kalau
Bibi Lee Sebaiknya pergi dari rumah Soo
Ho saja. Soo Ho datang menanyakan alasanya menurutnya Hae Ra dan bibinya adalah
tamunya.
“Dimana
Hae Ra?” tanya Bibi Lee. Soo Ho pikir
Jangan khawatir tentang Hae Ra
“Aku minta
maaf atas kejadian hari ini” ucap Soo Ho pada Young Mi dan Gon
“Ini
adalah makan malam yang tak terlupakan” sindir Gon
“Terima
kasih telah mengatakan itu. Aku akan menemuimu lagi.”kata Soo Ho
“Kau
mencintai Hae Ra, kan?”, ucap Young Min, Soo Ho hanya tersenyum dan terdiam.
“Senyummu
menjawab pertanyaanku. Benarkan, Bibi?” kata Young Mi. Bibi Lee hanya
berkomentar kalau merasakan hal yang sama. Gon tak banyak menjawab mengajak
Young Mi segera pergi saja. Bibi Lee pun mengantar keduanya pulang.
Sharon
duduk diam dalam ruanganya, teringat kembali ucapan Soo Ho saat datang ke
tempatnya “Tolong buatkan pakaian untuk Hae Ra dengan bahan terbaik”, Baek Hee
datang bertanya apakah Sharon sudah berkemas lalu mengajak untuk masuk ke dalam
mobil. Sharon hanya diam saja.
“Apa yang
sedang kau lakukan? Ayo pergi.” Kata Baek Hee heran. Sharon memutuskan kalau tidak
akan pergi.
“Bukankah
kau siap untuk pergi?” pikir Baek Hee melihat koper yang sudah ada didepanya.
“Dia ada
di sini memesan pakaian untuk wanita lain.” Ucap Sharon. Baek Hee menyakinkan
kalau Sharon pasti salah
“Bagaimana
aku bisa salah mengenalinya?” pikir Sharon yang mengenal suaminya di masa lalu.
“Jangan
pedulikan dia. Dia bahkan bukan pria yang kau maksud.” Kata Baek Hee mencoba
kembali menyakinkan.
“Dia
memintaku membuat pakaian untuk Hae Ra.” Ucap
Sharon. Baek Hee sempat kaget mendengarnya.
“Orang-orang
yang seharusnya bertemu satu sama lain. Jangan ganggu mereka. Ayo ke bandara
sekarang.” Kata Baek Hee.
Sharon
menyuruh Baek Hee saja yang pergi, untuk makan pangsit sendirian di Beijing.
Baek Hee menasehati Sharon kalau akan berakhir sebagai roh jahat. Sharon merasa
tak peduli akan jadi malaikat atau setan karena harus membalas dendamnya
“Aku
adalah korbannya, Aku!” tegas Sharon, Baek Hee yang marah langsung mencekik sharon dan saat itu Hae Ra masuk membuat keduanya
terdiam.
“Aku datang
lagi tanpa menelepon dulu... Maafkan aku.” Ucap Hae Ra. Baek Hee pun menyapa
Hae Ra dengan ramah berpura-pura tak mengenalnya.
“Apa ada
yang terjadi?” Hae Ra merasakan ada ketegangan.
“Maafkan
aku, tapi kau bisa kembali lain waktu. Kami sedang mengalami...” kata Baek Hee
yang langsung disela oleh Sharon -
“Tidak...Aku
senang kau kemari... Mari minum dan Kau akan terlambat untuk penerbanganmu.”
Ucap Sharon dan membuat Baek Hee akhirnya keluar dengan wajah sinis.
Hae Ra
dan Sharon duduk sambil minum, Sharon menndengar kalau Hae Ra datang bersama
seorang pria saat tertidur dan ingin tahu Siapa pria itu. Hae Ra yang sedang
marah meminta agar tidak membicarakannya. Sharon ingin tahu alasan Hae Ra yang
tak mau membicarakannya
Saat itu
di rumah, Soo Ho seperti gelisah memilih untuk melakuan push up dikamarnya.
“Karena
dia membuatku kesal.” Ucap Hae Ra. Sharon ingin tahu Membuat kesal kenapa. Hae
Ra hanya tak ingin membahasnya hanya mengatakan Bukan apa-apa.
“Itu
semua karena kompleks inferioritasku.” Kata Hae Ra dengan Soo Ho yang terlihat
bersikeras untuk melatih otot lenganya.
“Kurasa
kau tak pantas mendapatkannya. Memiliki apa yang bukan milikmu akan membuatmu
sakit.” Kata Sharon sinis
“Bagaimana
jika dia kekasihku? Pria yang tidak pantas kudapatkan. Bagaimana jika dia
milikku?” ucap Hae Ra yang membuat Sharon terkejut
“Maka kau
tak akan merasa kesal.” Kata Sharon santai. Hae Ra mengejek kalau Sharon bertindak
seperti ahli cinta, tapi sebenarnya tidak. Sharon terkejut mendengarnya.
“Ini seperti
tertarik pada seseorang. Kau mencoba untuk tidak menyukainya, dan kau
membencinya, tapi kau masih tertarik padanya. Tidakkah kau tahu perasaan
seperti itu?” cerita Hae Ra
“Apa kau
menyukainya?” tanya Sharon. Hae Ra menegaskan kalau tidak akan menyukainya.
Sharon
ingin mengartikan, tapi Hae Ra pun mengakui kalau memang menyukainya. Sharon
ingin tahu apakah Soo Ho juga menyukai Hae Ra. Hae Ra memberitahu kalau mereka berciuman
hari ini. Sharon seperti mendengar suara Hae Ra mengema dalam telinganya kalau
sudah berciuman dengan Soo Ho.
Sharon
seperti menahan amarah dengan jari-jarinya, saat itu juga lampu diruangan mati.
Hae Ra kaget karena menurutnya sangat Menakutkan dan masih menanyakan Sharon.
Tapi Sharon seperti mengeluarkan semua amarahnya.
Hae Ra
binggung karena ruangan yang sangat Gelap sekali, saat itu juga kaca jendela
pecah begitu saja Ia sempat menjerit dan berpikir kalau pegawai melakukan kesalahan selama
konstruksi, karena merasa bukan anak-anak yang memecahkannya saat bermain bola.
Ia mendekati jendela merasakan Anginnya kencang sekali.
“Bisakah
kita menutup jendela dengan sesuatu?” ucap Hae Ra, Saat itu Sharon berubah
mengunakan baju hanbok dan memanggil nama Boon Yi. Hae Ra Binggung karena
Sharon tiba-tiba memanggil nama Boon Yi.
“Kau!”
ucap Sharon terlihat marah dan saat itu juga Hae Ra seperti tertidur lelap
disofa.
Bibi Lee
bergegas ke dapur melihat Soo Ho yang sudah duduk sarapan, padahal akan buatkan sarapan. Soo Ho pikir
tak perlu karena bisa membuatnya
sendiri.
“Hae Ra
belum pulang, kan?” ucap Soo Ho. Bibi Lee pikir Hae Ra pasti sudah tidur di
sauna.
“Sejak kapan
bibi tinggal dengan Hae Ra?” tanya Soo Ho. Bibi Lee mengaku Sejak keluarganya
bangkrut.
“Aku tidak
pernah bertemu denganmu saat tinggal dengan keluarga Hae Ra.” Kata Soo Ho. Bibi
Lee terlihat gugup.
“Saat
mereka kaya, mereka tidak menganggapku sebagai keluarga.” Kaat Bibi Lee mencari
alasan.
“Kau
benar-benar bibinya ‘kan?” ucap Soo Ho curiga. Bibi Lee pikir mana ada bibi
palsu. Soo Ho tersenyum karena hanya bercanda saja.
“Ngomong-ngomong,
Aku rasa Hae Ra kaget kemarin. Mengapa kau mengatakannya di depan orang-orang
bukannya memberitahu dia secara pribadi?” kata Bibi Lee
“Aku
mencintai Hae Ra.” Akui Soo Ho blak-blakan. Bibi Lee dibuat kaget mendengarnya.
Hae Ra
terbangun karena merasakan Dingin sekali lalu mengingat-ingat Apa yang dikatakan
Sharon dalam mimpinya. Sharon tertidur pulas disofa juga. Hae Ra pikir minuman
keras deodeok itu kuat padahal tak banyak minum, tapi tidak ingat apa apapun
lalu mencoba membangunkan Sharon.
“Permisi...
Kau harus tidur di tempat lain... Kau akan terserang flu... Di sini dingin...”
ucap Hae Ra berusaha membangunkan Sharon tapi Sharon tertidur lelap.
“Apa kau
tidur disini?” tanya Baek Hee kembali datang ke tempat Sharon dan terlihat
kaget.
“Kami
sedang berbicara, dan sama-sama tertidur. Dia masih tidur.” Ucap Hae Ra.
“Dari
mana angin dingin ini berasal?” kata Baek Hee heran karena merasakan dingin
yang menusuk kulitnya.
“Yah...
Salah satu jendela pecah tiba-tiba tadi malam.” Cerita Hae Ra. Baek Hee kaget
mengetahui Jendela pecah.
Hae Ra
menceritakan kaca yang pecah dengan tiba-tiba dan berbunyi nyaring. Baek Hee
memastikan kalau Hae Ra tidak terluka. Hae Ra mengaku kalau baik-baik saja dan
melihat Sharon seperti tidur layaknya orang mati.
Baek Hee
pikir Sharon tidak akan mati jadi Hae Ra Jangan khawatir dan mengajaknya pergi
karena akan mengantar pulang. Hae Ra pikir tak perlu karena bisa naik bus. Baek
Hee tetap merayunya kalau akan memberikan tumpangan.
Baek Hee
mengemudikan mobil dengan diam sampai akhirnya Hae Ra menunjuk tempat agar
menurunkan disana. Baek Hee pikir Hae Ra
datang tanpa dompet tadi malam lalu bertanya punya ongkos transportasi
dengan melihat isi dompetnya.
“Hanya
ini yang ku punya, dan Bayar kembali padaku nanti.” Ucap Baek Hee. Hae Ra pun
menerima dengan wajah bahagia.
“Kau
bekerja di agen perjalanan, kan? Datang dan dapatkan tips yg bermanfaat” ucap
Baek Hee memberikan sebuah tiket masuk.
“Ini
diadakan di dekat gedung perusahaan kami.” Kata Hae Ra. Baek Hee meminta agar
Hae Ra memastikan tak datang.
“Aku tak
bisa pulang jika kau tidak membayar kembali.” Goda Baek Hee. Hae Ra mengatakan
kalau akan membayarnya.
Hae Ra
berjalan akan masuk ke kantor dengan rambut yang basah, lalu dikagetkan dengan
bunyi klakson. Soo Ho turun dari mobil mengejek Hae Ra kalau Hanya pria
setengah baya yang berangkat kerja dari sauna dan berpiki kalau Setidaknya
keringkan rambutnya.
“Apa yang
kau lakukan di sini?” ucap Hae Ra sinis melihat Soo Ho yang datang
“Kau
berlari keluar sambil makan. Ponsel, dompet, dan pakaianmu ada di sana. Bibimu
datang membawakannya untukmu. Pakaian dalammu di sana juga. Aku tahu ukuranmu
sekarang.” Ucap Soo Ho. Hae Ra panik melihat si tasnya. Soo Ho mengaku kalau
hanya Bercanda.
“Aku akan
datang lagi saat makan siang. Kita perlu bicara.” Kata Soo Ho
“Tak ada
yang perlu kubicarakan. Berikan pembayaran untuk hanok. Kami akan pindah.” Kata
Hae Ra
“Kau
belum pernah mencium seseorang sebelumnya,kan?” kata Soo Ho. Hae Ra pikir itu
tak mungkin.
“Apa kau
menghindar seperti kemarin juga?” tanya Soo Hoo ingin tahu
“Tentu
saja, aku menyukainya karena aku melakukannya dengan seseorang yang kusukai.”
Kata Hae Ra.
Soo Ho
ingin tahu siapa orangnya, Hae Ra pikir Soo Ho jangan tanya lagi dan pergi saja
karena Soo Ho kasar kemarin. Soo Ho berpikir kalau harus bertanya. Hae Ra pikir
itu seperti kepercayaan seorang pemula. Soo Ho ingin tahu apakah Hae Ra tak penasaran
tentang dirinya sama sekali.
“Tidak,
aku tidak penasaran, dan aku sama sekali tidak merindukanmu.” Tegas Hae Ra
“Aku tak
bertanya apakah kau merindukanku.” Pikir Soo Ho. Hae Ra terlihat gugup dan
akhirnya bersin karena merasakan dingin.
Keduanya
duduk dicafe, Hae Ra langsung bertanya apakah Soo Ho menyukainya. Soo Ho
langsung menjawab kalau sangat menyukainya.
Hae Ra ingin tahu alasan Soo Ho yang tak beritahu saat di Sloveni, kalau
ia adalah Moon Soo Ho. Soo Ho mengaku belum siap saat itu dan ingin Hae Ra mengenalinya.
“Aku
sudah tercemar karena semua penderitaan. Aku tidak mempercayai kata-kata manis.”
Ungkap Hae Ra
“Apa ini
sangat manis untukmu? Apa kau ingin melihat sesuatu yang benar-benar manis?”
komentar Soo Ho
“Aku tahu
kau akan merayuku duluan dan menusukku dari belakang pada titik tertentu. Aku
tahu itu.” Tegas Hae Ra. Soo Ho ingin tahu kenapa Hae Ra berpikir seperti itu.
Hae Ra mengaku sudah cukup tahu diri.
“Apakah
bajingan itu membuatmu bermimpi dan membuangmu?” tanya Soo Ho
“Kau
membuang-buang waktumu jika ingin bermain-main denganku.” Tegas Soo Ho
“Apa Kau
pikir aku akan merayumu dan membuangmu juga?” ucap Soo Ho. Hae Ra menegaskan tidak
cukup naif untuk tergoda seperti itu.
“Aku akan
berada di sisimu, Hae Ra.” Ucap Soo Ho menyakinkan.
Hae Ra
menegaskan pada Soo Ho kalau Mimpinya adalah bukan menjadi Cinderella, tapi berhasil dengan
caranya sendiri jadi meminta Tolong
jangan ganggu lalu keluar dari cafe. Soo Ho hanya tersenyum mendengarnya.
Hae Ra
membaca pesan dari Soo Ho “Aku mencari-cari impianmu, lalu Suatu hari, mari
kita bergandengan tangan sebagai pasangan manis... dan menunjukkan diri kita kepadanya.”
Hae Ra
yang kesal menyakikan diri agar jangan sampai Soo Ho mempengaruhiny adan Abaikan saja Soo Ho, lalu
bergegas pergi.
Ji Hoon
membagikan selembaran untuk voucher gratis untuk latihan pribadi di jalan, Tapi saat berjalan ke tempat sampah, banyak
selembaran yang dibuang begitu saja. Saat itu seorang wanita melihat kearah Ji
Hoon dengan mengenalnya sebagai jaksa penuntut umum. Ji Hoo berpura-pura merasa
lapar dan bergegas pergi. Saat itu si wanita bertemu dengan pria yang ada
dibelakang Ji Hoon.
Soo Ho
masuk ke dalam kantor, beberapa pegawainya pun menyapanya. Tuan Han ikut masuk
mengikuti Soo Ho sampai ruangan. Soo Ho melihat Tuan Han yang datang lebih
awal. Tuan Han merasa kalau mencium bau rasa sakit.
“Kurasa
pundakku terkilir saat berolahraga semalam.” Kata Soo Ho yang menempel plester
di pundaknya.
“Haruskah
aku mencari pelatih pribadi?” kata Tuan Han.
Ji Hoon
akhirnya datang ke tempat Soo Ho menjadi pelatih olahraganya. Keduanya pun
berjabat tangan. Soo Ho pikir Tuan Han selalu
cepat menyelesaikan sesuatu. Tuan Han menjelaskan kalau tempat fitness yang
dihubunginya mengatakan hanya memiliki satu pelatih tanpa ada jadwal latihan.
“Mengapa?
Apa kau bukan pelatih yang ahli?” ucap Soo Ho. Ji Hoon mengelak dengan mengaku
kalau baru saja menjadi pelatih.
“Pelatih
lainnya ada dipendampingan mereka agar tidak dibawa pelanggannya.” Kata Ji Hoon
membela diri
“Aku
hanya bercanda, Semoga kita bisa akur” kata Soo Ho. Ji Hoon pikir Jangan
khawatir.
“Katakan
padanya alamat rumahku.” Kata Soo Ho.
Tuan Han menganguk mengerti lalu Soo Ho menyuruh mereka minum karena akan
menerima telp.
Baek Hee
mengucapkan Terima kasih mengaku khawatir kalau Soo Ho mungkin lupa karena sedang
sibuk. Soo Ho mengaku tidak akan lupa dan mengatur jadwal hari ini untuk itu.
Baek Hee pun terlihat senang mengatakan akan menemuinya nanti.
Setelah
itu Baek Hee mendengarkan siara berta di radio “Laporan selanjutnya, Puluhan
dokumen kuno berharga ditemukan di sebuah kuil di Jangseong, Provinsi Jeolla
Selatan. Menurut Laboratorium Koreaologi, mereka menemukan banyak dokumen kuno saat
membersihkan perpustakaan di kuil. Mereka menunjukkan perubahan dalam bahasa
Korea yang digunakan pada pertengahan Joseon. Dikatakan sangat berharga dalam
pengertian itu.”
Flash Back
Baek Hee
memberikan cincin ditangan seorang pria meminta agar melakukan ini untuknya
agar mencatat apa yang yang dilihat dan didengar di suatu tempat tertentu.
“Gambarkan
dua orang dengan kemampuan luar biasamu. Tinggalkan tulisan dari cerita yang
luar biasa ini juga.” Ucap Baek Hee memohon
“Jeom
Bok... Dimana kau bersembunyi?” ungkap Baek Hee mencari Jeom Bok.
Hae Ra
dkk minum didalam pesawat, wajah mereka terlihat senang. Hae Ra pikirAda begitu
banyak menu. Ji Hee pikir Semua pasti sudah ditentukan. Ketua tim tahu karena banyak
orang tidak memilih maskapai ini disebabkan oleh menyajikan hidangan malang.
“Mereka
memang miskin.” Pikir Hae Ra. Ketua Tim rasa Mereka mengerikan.
Ji Hee
mulai makan berkomentar kalau makannya sangat enak, ketua Tim pun melihat Sosis
ini sangat besar. Seorang pramugari bertanya apakah mereka menyukai makanannya,
Ketua Tim mengaku kalau ini Sungguh menakjubkan. Pegawai pun meminta mereka
menikmati makanan di pesawat.
“Aku
harap bisa datang dengan pacar yang keren bukan untuk acara sampling.” Ucap Ji
Hee. Hae Ra terdiam sambil mengunyah makananya.
“Undang-undang
sipil aeronautika lebih rumit dari yang diharapkan. Tapi yang penting adalah kurasa
aku mencintaimu” ucap Ji Hoon.
Hae Ra
menoleh ke arah kanannya sedikit kaget melihat Soo Ho sudah ada disampingnya.
Soo Ho menatap lalu mendekat dan memejamkan matanya, Hae Ra hanya terdiam dan
ikut memejamkan matanya membiarkan Soo Ho untuk menciumnya.
Saat itu
Hae Ra tersadar dengan lamunan lalu menyadarkan diri kalau sudah gila. Ji Hee
bingung melihat Hae Ra mengelengkan kepala. Ketua Tim pikir Hae Ra makan sesuatu yang asam. Hae Ra
mengelengkan kepala kalau makanan sangat enak bahkan tak tahu makanan maskapai
penerbangan akan selezat ini.
Hae Ra
adan Soo Ho berciuman di dua tempat yang berbeda dan terlihat sangat intim.
Sharon teringat kembali dengan kejadian semalam bertanya Hae Ra “Apa dia juga
menyukaimu?” Lalu Hae Ra mengatakan kalau mereka yang sudah berciuman hari ini.Sharon
terbangun sambil menjerit histeris, lalu mengumpat marah.
“Apa kau
tidur dengan nyenyak?” tanya Seung Hoo gugup.
“apakah
dia sudah pergi?” tanya Sharon. Seung Hoo balik bertanya siapa yang dimaksud.
“Astaga,
kenapa jendelanya rusak?” keluh Seung Hoo melihat banyak tembelan agar tak
bolong. Sharon mengaku kalau ia yang merusaknya.
“Apa yang
terjadi? Apa yang kau lakukan... Apa kau terluka?” kata Seung Hoo panik. Sharon
mengaku Tidak.
“Seseorang
akan segera datang untuk memperbaiki jendela.” Ucap Seung Hoo merapihkan
selimut yang ada dilantai
“Jendela
hancur berantakan. Aku mengenakan beberapa pakaian dari masa lalu. Aku
mengenakan rok merah muda.” Cerita Sharon dengan helaan nafas.
“Apa kau
punya ide? Beritahu aku. Aku akan
menggambarnya. Mengapa kita tidak menempatkan lebih banyak usaha pada pemasaran
dan promosi? Ini Sia-sia saja menyembunyikan bakatmu.” Ucap Seung Hoo bergegas
mengambil buku gambar
“Seung
Hoo... Aku ingin menjadi lebih cantik. Kenapa kau tak pernah bertanya apapun? Kau
juga mungkin berpikir aku benar-benar aneh. Kau mulai bekerja untukku 15 tahun
yang lalu diusia 17. Tidakkah kau memperhatikan kalau aku masih terlihat sama?”
ucap Sharon. Seung Hoo mengaku itu tidak juga.
“Apa aku
lebih cantik, atau apakah Jung Hae Ra lebih cantik? Jawab aku.” Ucap Sharon
ingin tahu dengan menatap cermin.
“Jung Hae
Ra, tentu saja.” Kata Seung Hoo. Sharon terlihat kesal meminta Seung Hoo Berhenti
bercanda.
“Jung Hae
Ra.” Kata Seung Hoo. Sharon meminta agar
Berhenti berbohong.
“Ini
Tanpa makeup atau dengan makeup?” tanya Seung Hoo. Sharon mengatakan kalau Keduanya.
“Jung Hae
Ra.” Ucap Seung Hoo. Sharon berteriak marah menyuruh Seung Hoo agar berhenti
main-main?
“Aku
sangat kesepian ingin menjadi lebih cantik.” Ungkap Hae Ra. Seung Hoo menganguk
mengerti.
“Aku akan
jujur, Apa kau tahu siapa yang lebih cantik? Sharon, kau jauh lebih cantik dari
dia.” Ucap Seung Hoo lalu bergegas pergi sambil mengeluh kalau benar-benar akan
berhenti berbohong mulai sekarang.
“Aku
punya ide bagus.... Ya tentu saja. Aku jauh lebih cantik.” Ungkap Sharon
bangga.
Tuan Park
bertemu sepasang kakek dan nenek yang tak
ingin menjual rumah tua ini ataupun membangunnya kembali dengan tawa mengejek
kalau Itu adalah lelucon yang buruk untuk diceritakan dalam cuaca dingin
seperti sekarang. Si nenek pikir sudah memberitahu beberapa kali pada Tuan
Park.
“Kami
suka tinggal di sini seperti yang kami lakukan sekarang.” Ucap Si Kakek.
“Apa kau
tak ingin menghasilkan uang?” kata Tuan Park. Si kakek tahu kalau Beberapa orang akan menghasilkan uang dari
itu.
“Tapi
kami percaya meninggalkan kota seperti ini akan menjadi investasi yang jauh
lebih baik dibandingkan dengan membangun mall superfisial”tegas si kakek
“Lalu bagaimana
dengan bangunan toko bukumu?” tanya Tuan Park
“Kami sudah
meninggalkan gedung it di tangan orang yang bisa dipercaya.” Tegas Si nenek
yakin.
Sharon
menelp dari telp umum memegang kartu nama Presiden Moon Soo Ho tapi tak
diangkat. Sementara Tuan Park marah melempar gelas ke dinding, kalau sudah
mengatakan pria itu adalah Moon Soo Ho.
Gon bertanya Apakah itu yang membuat ayahnya marah padanya.
“Aku juga
tidak merasa senang dengan hal ini. Tapi kenapa kau marah padaku?Apa kau kecewa
karena aku tidak mengenalinya tanpa bekas lukanya?” ucap Gon ikut kesal
“Kenapa
kau mudah sekali tersulut?” tegas Tuan Park
“Kau selalu marah padaku lebih dari seharusnya
Apa kau tahu kenapa? Itu karena harga dirimu yang rendah, dan kau memiliki rasa
inferioritas.” Tegas Gon
“Kompleks
inferioritasku adalah bahwa kau adalah anakku. Kau seperti ini sekarang berkat
uang. Kau adalah anak orang kaya. Itulah satu-satunya hal yang bisa kau
pamerkan. Apa setidaknya bisakah kau jaga bagian itu darimu?” ucap Tuan Park
marah
Gon
mengaku kalau akan mencobanya. Tuan prk meminta anaknya untuk mengambil rumah
tua di alamat 37 itu dari Soo Ho dan bangunan komersial yaitu tempat biasa
menjalankan toko buku itu. Ia meminta anaknya agar meRebut rumah itu yang tak
akan pernah mereka berikan padanya sebelum Moon Soo Ho datang dan mengambil
alih.
“Kenapa
harus aku? Kau bilang aku tak bisa melawan Soo Ho. Ayah bisa melakukannya.”
Ucap Gon
“Apa yang
akan kau lakukan jika aku menikah lagi dan meninggalkan warisanku pada orang
lain?” kata Tuan Park
“Ayah terlalu
murah untuk menikah lagi.” Tegas Gon mengetahui ayahnya yang serakah.
Bersambung
ke episode 6
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar