PS : All images credit and content copyright : KBS
Gon
melihat Hae Ra masuk ke dapur bertanya ada apa datang kerumahnya, Hae Ra
mengaku datang untuk berbicara dengan
Ketua Park dan akan pergi sekarang. Gon menahan Hae Ra dengan memegang
lengannya.
“Apa yang
ayahku katakan?” tanya Gon. Hae Ra mengaku Bukan apa-apa.
“Tidak apa-apa.
Kau bisa memberi tahuku.” Ucap Gon memaksa.
Saat itu
Young Mi baru saja datang melihat Gon yang memegang tangan Hae Ra, lalu
bertanya Apa yang sedang terjadi. Gon pun langsung melepaskanya. Hae Ra mengaku
Bukan apa-apa kalau baru saja bertemu dengan Ketua Park. Young Mi ingin tahu
alasanya
“Apa kau
berbicara dengan orang tuamu?” Tanya Hae Ra. Young Mi mengangu kalau keduanya
orang tuanya sedang sibuk jadi akan memanggil mereka lagi nanti Hae Ra meminta
agar memberitahukanya.
“Apa yang
dia bicarakan?” tanya Gon ingin tahu setelah Hae Ra pergi.
“Dia
bilang ingin mengucapkan selamat tahun baru.” Ucap Young Mi berbohong. Gon
heran kenapa tiba-tiba Hae Ra ingin mengatakan hal itu. Young Mi tidak tahu dan
bergegas mengajak Gon naik ke lantai atas.
Hae Ra
pergi ke toko roti melihat banyak pembeli yang datang, lalu dan bertemu dengan
chefnya. Chef itu tahu kalau Hae Ra yang menyukai roti kacang merah. Hae Ra
membenarkan kalau ia dari agen perjalanan yang datang sebelumnya.
Tuan Han
memberitahu Soo Ho kalau Pesan teks yang dikirim dari web tidak bisa dilacak
oleh provider dan Hanya Polisi Cyber yang bisa melacaknya dan mereka
melakukannya hanya untuk penipuan atau pemerasan.
“Mungkin
itu lelucon jadi Kita tinggalkan saja untuk saat ini.” Pikir Soo Ho santai
“Mungkin
bukan lelucon dan Kau juga harus mempersiapkan diri untuk itu.” Ucap Tuan Han.
Soo Ho seperti tak ingin mempercayainya mengajak Tuan Han pergi saja.
Tuan Han
berbicara dengan seseorang dengan speaker di mobil “Aku mendapat banyak
panggilan dari mantan peneliti laboratorium. Mereka bilang akan datang dan
membantu kapan saja. Aku sangat bersyukur, Banyak orang ada di pihak kita. Jadi
Semangat!”
Soo Ho
yang mendengarnya seperti tak bersemangat, seperti masih gundah lalu menerima
pesan dari Hae Ra yaitu gambar roti yang dijejekan menjadi sebuah nama dan roti
kacang merah yang berarti “Aku mencintaimu”
Hae Ra
sengaja menyusun roti yang ada di toko, lalu mengambil gambar dan mengirimkanya
pada Soo Ho. Soo Ho yang melihat foto Hae Ra pun bisa tersenyum sumringah
karena menulis namanya mengunakan roti kacang merah.
Direktur
masuk ruangan terlihat kesal karena Nari Trade akan. menempatkan 300 orang
untuk tawaran dan seharusnya memberikan paket seperti biasanya tapi malah
bersikap kasar seperti ini. Ketua Tim
pikir mereka bisa mendapatkannya.
“Tidak! Aku
baru saja keluar dari pertemuan dan Idenya terlalu kuno.” Kata Direktur dan
mencari keberadan Hae Ra
Direktur
menatap Hae Ra yang duduk didepanya, merasa kalau Sudah 10 menit berlalu. Hae
Ra yang terdiam masih berpikir. Direktur pikir Hae Ra selalu punya ide-ide aneh
tapi Kenapa hanya diam hari ini. Hae Ra mengaku kalau berpikir sangat keras
saat ini. Direktur mengeluh kesal
“Biarkan aku beristirahat.” Ucap Hae Ra merasa
otaknya yang buntu
“Apa?
Tidak, kau tidak bisa. Kau tidak melakukan apapun dan harus Munculkan ide Lalu
istirahatlah. Jika kau tidak bisa mengurus ini, maka kau dipecat.” Ancam Direktur.
Ketua Tim
mengeluh dengan sikap direkturnya, lalu menyuruh Hae Ra untuk pergi istirahat
saja. Saat itu Chan Ki datang mengaku dari Blacksmith's dan Pak Moon
mengirimikan kue kering yang baru saja keluar dari oven.
“Ini
adalah kue kering seafood, jadi Cobalah. Ini enak.” Ucap Chan Ki. Semua orang
mencoba mengambilnya.
Saat itu
Chan Ki memberikan untuk Ji Hee, semua menatap kebingungan. Ju Hee pun dengan
malu-malu menerimanya mengucapkan Terima kasih pada Chan Ki. Direktur pikir
Chan Ki pasti sibuk, Chan Ki memberitahu tahu kalau Tuan Moon akan mampir
karena berada didekat sini. Direktur Moon mengeluh kalau Soo Ho yang sering
berkunjung.
Soo Ho
masuk ruangan, Direktur langsung menyapa Soo Ho dengan ramah mengucapkan Terimakasih
telah datang. Soo Ho pun menyapa Hae Ra dengan bahasa formal dan bertanya
apakah mereka sedang rapat. Hae Ra membenarkan.
“Klien
kami membuat kami mengajukan penawaran. Jadi kami coba mengajukan ide.” Jelas Ketua
Tim
“ Hae Ra
akan bertanggung jawab atas tawaran tersebut.” Kata Direktur. Ketua Tim
mengeluh karena Direktur membuat Hae Ra yang harus bertanggung jawab
“Dia
bilang akan melakukannya.” Kata direktur. Ketua Tim bertanya kapan. Direktur
menjawab Sebelumnya. Ketua Tim pikir Hae Ra tak melakukanya
“Aku akan
membuatnya melakukannya.” Ucap Direktur. Ketua Tim makin mengeluh kesal.
“Nona
Jung... Kurasa kau menyukai roti sayuran seafood.” Ucap Soo Ho sedari tadi
hanya mendengar, Hae Ra terlihat kaget
“Aku suka
itu... Makanan laut.” Ucap Soo Ho seperti memberi kode dan mengajak Chan Ki
pergi karena ada yang perlu dibicarakan.
Semua berpikir tentang makanan laut, dan Hae Ra bisa tersenyum karena
menemukan sebuah ide.
Hae Ra
akhirnya memberikan presentasi, kaalu Ketika mantan ketua sedang berlindung Di
Busan, maka ia harus makan sujebi setiap saat. Jadi ibunya bekerja di pelabuhan
untuk mendapatkan gurita dan ikan untuk memasak makanan laut sujebi.
“Seluruh
keluarga menangis makan seafood sujebi. Ini adalah cerita yang terkenal.” Ucap Hae
Ra lebih dulu bercerita. Direktur meminta Hae Ra meneruskanya.
“Kami
akan menyewa seafood sujebi chef dari Seongbuk-dong, dan menyajikan menu
spesial.” Ucap Hae Ra. Direktur pikir Ide yang bagus.
“Kami
akan mengaturnya dengan hotel lokal Dan membawa bahan dari Korea. Kami akan
menawarkan mereka pesta sujebi untuk makan malam. "Mari kita pergi
bersama" akan menjadi moto.” Kata Hae Ra semua berpikir kalau itu hebat
dan akan berhasil
“Itu
bagus... Dia mempresentasikan apa yang kupikirkan dengan sangat baik... Beri
dia tepuk tangan meriah.” Ucap Direktur akhirnya memberikan tepuk tangan yang
meriah dari semua pegawai. Soo Ho pun melihat dari depan kaca dengan senyuman.
Hae Ra
berlari ke tangga darurat melihat Soo Ho yang sudah menunggu lalu langsung
memelunya. Soo Ho sempat kaget karena Hae Ra tiba-tiba datang langsung
memeluknya. Hae Ra mengucapkan Terima kasih. Soo Ho mengucapkan Selamat karena
Hae Ra mendapat tepuk tangan.
“Soo
Ho... Aku mencintaimu.” Ungkap Hae Ra tanpa malu. Soo Ho seperti memberikan
kecupan dari jauh karena gemas
“Kita akan
melakukan sisanya di rumah” goda Soo Ho. Hae Ra menganguk dan Soo Ho berjanji
akan menemuinya di rumah.
Soo Ho
masuk ke dalam ruangan melihat Sharon duduk menunggu. Sharon mengaku sengaja datang
karena tak bisa menahan diri di rumah. Soo Ho meminta maaf karena Ada banyak
pekerjaan yang harus dilakukan di luar ruangan. Sharon mengucapkan terimakasih
pada Soo Ho yang sudah memberikan obat jadi merasa lebih baik sekarang.
“Aku
setuju denganmu. Ada alasan mengapa orang-orang tergila-gila dengan gerakan retro.
Aku ingin Geumseong-dong tetap sebagai lingkungan lama.” Ucap Sharon dengan
mulut busuknya
“Apa kau
merasa tak nyaman di rumahku?” tanya Soo Ho. Sharon mengaku senang. Soo Ho pun
bisa mengucap syukur
“Apa kau
menyukai japchae? Aku akan membuatnya untuk makan malam nanti.” Ucap Sharon.
Soo Ho menganguk dan Sharon mengaku merasa Senang mendengarnya jadi meminta
agar Pulanglah lebih awal.
“Baik.
Aku akan menemuimu di rumah.” Kata Soo Ho, saat itu Sharon seperti mengingat
sesuatu sebelum keluar dari ruangan.
“Aku tidak
yakin apakah ini akan membantu, tapi aku melihat seseorang Pada malam hari lab
itu terbakar. Aku tidak merasa aneh karena dia tampak seperti gentleman Tapi
dia bukan dari lab. Lalu Aku ingat baru-baru ini setelah melihat foto.” Ucap Sharon
Soo Ho
ingin tahu foto apa yang dimaksud . Sharon pikir tidak ingin salah paham dengannya, kalau
melihat seseorang yang terlihat mirip. Yaitu melihatnya difoto keluarga Hae Ra,
kala pria itu tinggi dan memakai kacamata.
Soo Ho
teringat kemarin malam Soo Ho melihat foto keluarga Hae Ra saat dengan perayaan
Chuseok. Lalu Soo Jo berkomentar kalau Sharon mungkin pernah melihat orang yang
sama karena ayah Hae Ra dulu sering mengunjungi lab jadi mengira kalau mengunjungi
lab pada hari kebakaran itu.
“Dia
tampak marah saat memasuki lab.” Ucap Sharon menyakinkan.
“Tolong jangan
katakan itu pada Hae Ra.” Pinta Soo Ho, Sharon menganguk mengerti dan akan
bertemu di rumah.
Sharon
sibuk memasak japchae didapur, dengan memastikan kalau rasanya sudah pas di
lidah. Hae Ra sibuk mencari-cari sesuatu di meja riasnya, karena sangat yakin
menaruhnya dengan benar lalu berteriak memanggil Bibi Sook Hee. Bibi Lee datang
dengan terburu-buru masuk ke kamar Hae Ra.
“Apa bibi
melihat cincinku disini?” tanya Hae Ra. Bibi Lee mengeleng karena tidak pernah
masuk kamar Hae Ra hari ini.
“Aku
berada di toko penjahit.” Ucap Bibi Lee. Hae Ra binggung untuk apa bibinya
kesana.
“Dia
menyuruhku memilih kain untuk mantel baruku.” Ucap Bibi Lee. Hae Ra binggung
kemana perginya cincin pemberian Soo Ho. Bibi Lee bertanya apakah cincinya itu hilang
“Aku
yakin menaruhnya disini, dan itu hilang. Itu aneh.” Kata Hae Ra binggung
“Aku tadi
bilang ke Sharon, kalau kau lupa memakai cincinmu.” Ucap Bibi Lee
Hae Ra
akhirnya masuk ke dapur melihat Sharon sedang menaruh japchae di piring,
sebelumnya meminta maaf lebih dulu karena menanyakan hal ini. Sharon ingin tahu
apa yang ingin ditanyakan Hae Ra. Hae Ra bertanya apakah Sharon melihat
cincinnya. Sharon terlihat terkejut
“Aku
memasukkannya ke dalam kotak perhiasan, dan itu hilang.” Ucap Hae Ra
“Oh, aku
mengambilnya.” Kata Sharon santai. Hae Ra kaget dan ingin tahu alasanya
“Itu terlihat
langka, tapi sedikit ternoda. Aku ingin membersihkannya untukmu.” Ucap Sharon
“Lain kali
kau tidak perlu melakukannya dan Kembali padaku sekarang juga.” Ucap Hae Ra
menahan amarah
“Mereka
bisa membersihkan cincin murah di tempat, Tapi butuh beberapa hari untuk
membersihkan cincin mahal. Aku akan mengembalikannya padamu, jangan khawatir.
Apa kau suka japchae? Ini rasa enak.” Ucap Sharon mencoba untuk mengalihkan
pembicaran.
“Kau
Ambil sekarang juga... Aku ingin... Cincin itu kembali sekarang juga.” Tegas Hae
Ra. Sharon pikir Saat ini pasti tokonya sudah tutup.
“Kenapa
kau menyentuh barangku tanpa izin? Kau tahu aku mendapatkannya sebagai hadiah
dan apa artinya itu. Jadi bagaimana bisa kau mengambil itu tanpa seizinku?”
ucap Hae Ra marah
“Aku
hanya membantumu. Kau membelikanku stroberi dan bersikap baik padaku.”ucap
Sharon membela dir
“Kalau
begitu kau harus membelikanku stroberi juga. Tapi Kenapa kau mengambil
cincinku? Kau pasti tahu apa artinya bagiku.” Ucap Hae Ra marah. Sharon ingin
tahu Apa artinya bagi Hae Ra.
“Itu
adalah cincin yang kudapat dari kekasihku.” Kata Hae Ra.
Saat itu
Soo Ho dan Bibi Lee sudah melihat dari depan dapur. Akhirnya masuk dan Soo Ho bertanya
Apa yang sedang terjadi. Bibi Lee lalu mengatakan kalau sharon yang salah
karena Tidak sopan mengambil cincin orang lain.
“Aku
tidak mencurinya, tapi Aku hanya bermaksud membersihkannya untuknya.” Ucap Sharon
membela diri
“Tetap
saja, sebaiknya minta izin terlebih dulu Dan cincin itu memiliki pesona. Aku
benci kalau kau memolesnya secara tidak wajar.” Ucap Hae Ra dengan anda tinggi
“Baiklah..
Aku akan memberitahu mereka untuk tidak membersihkannya.” Kata Sharon
“Berikan
nomor toko itu dan Aku akan mengambilnya
sekarang juga.” Ucap Hae Ra
“Ada apa
denganmu? Apa kau sengaja melakukannya?” kata Sharon dengan nada sinis
“Hae Ra,
itu sudah cukup dan Aku akan mengambilnya besok” ucap Soo Ho menengahi
“Kenapa
kau masuk ke kamarku? Bagaimana bisa kau
mengambil cincinku tanpa izin. dan membersihkannya di toko?” kata Hae Ra masih
marah
“Kau
tahu, aku ingin kau terlihat bagus.” Ucap Sharon. Hae Ra tak peduli meminta
Sharon agar memberian nomor telp toko
“Hentikan
dan masuk ke kamarmu.” Tegas Hae Ra. Soo Ho meminta Hae Ra agar masuk ke kamar.
Bibi Lee akhirnya mengajak Hae Ra agar masuk kamar.
“Dan Kau
juga harus tenang juga, Seo Rin.” Ucap Soo Ho pada Sharon.
Bibi Lee
pun masuk kamar menemani Hae Ra mengaku kalau Sharon benar-benar salah dalam hal ini, tapi kemarah
Hae Ra yang berlebihan. Hae Ra merasa kalau benar-benar tidak mengerti Sharon.
Bibi Lee pikir akan mengambil minum dan membuat Hae Ra tenang.
“Hei... Kau
mengambil semua pakaianku tanpa keluhan, Tapi kenapa kau begitu marah dengan
cincin itu? Apa kau sengaja protes?” ucap Sharon tiba-tiba masuk kamar Hae Ra
“Apa kau
ingin menyombongkan diri karena aku memberi pakaia pengemis sepertimu dan
tinggal di rumah mewah? Apa Kau pikir pantas diperlakukan sebagai seorang
putri?” ucap Sharon penuh amarah. Hae Ra tak bisa menahan amarah langsung
memberikan tamparan pada Sharon.
Soo Ho
sedang berganti pakaian mendengar suara ribut kembali. Hae Ra dan Sharon
berkelahi memukul dengan bantal dan saling menarik rambut. Akhirnya Sharon bisa mendorong Hae Ra dengan
bantal dan berbaring ditempat tidur dengan keadaan terdesak.
“Ayahmu...
Ada di sana saat laboratorium terbakar. Aku melihatnya masuk lab dengan wajah
marah. Jadi Haruskah aku melaporkan hal ini ke polis Atau haruskah aku
mempostingnya di internet?” ucap Sharon mengancam.
Hae Ra
langsung mendorong sekuat tenaga sampai Sharon jatuh kelantai, saat itu Soo Ho
datang melihat keduanya. Sharon pun
berpura-pura mengaduh kesakitan. Soo Ho menanyakan keadaan Sharon lebih dulu
dan mengajak untuk keluar dari kamar.
Soo Ho
memberikan segelas air minum untuk Sharon yang duduk didapur. Sharon mengaku sedang membuat japchae untuk makan malam dan
menurutnya ini sangat menjengkelkan. Soo Ho ingin tahu Di mana meninggalkan
cincin itu, karena akan mengambilnya sekarang.
“Tokonya
Sudah tutup pada jam segini. Jadi Aku akan mengambilnya besok atau lusa. Jangan
khawatir.” Ucap Sharon mencoba mengelak
“Kau
sungguh tak masuk akal. Aku akan memesankan hotel bintang lima. Jadi Kau akan
tinggal di sana mulai minggu depan.” Ucap Soo Ho dengan nada jengkel lalu pergi
“Dengan cincin
yang dia berikan padamu, maka Aku akan
membunuhmu.” Ucap Sharon penuh dendam pada Hae Ra.
Hae Ra
menangis dalam kamar, Soo Ho memegang bahu He Ra agar Jangan menangis karena tidak
kehilangan cincin itu dan menyuruh Sharon menginap di hotel mulai minggu depan.
Hae Ra menolak karena menurutnya ia yang akan pindah saja.
“Kau
membutuhkannya untuk bisnismu.” Pikir Hae Ra
“Aku
membutuhkanmu untuk hidupku.” Kata Soo Ho. Hae Ra pun memeluk Soo Ho sambil
menangis.
“Soo Ho..
Bisakah aku memintamu berkencan?” kata Hae Ra. Soo Ho menjawab dengan
memberikan kecupan di baju lengan Hae Ra.
Hae Ra menatap
langit dan merasa gembira karena
mengingatkan pada liburan musim dingin. Soo Ho sedang mengingat tali sepatu
merasa kalau mengingatkannya untuk mengerjakan PR liburan Hae Ra. Hae Ra
mengelak kalau tidak ingat semua itu, Soo Ho hanya bisa tersenyum.
Keduanya
pun masuk arena , Hae Ra yang tak begitu pandai mencoba pergangan pada Soo Ho.
Soo Ho sempat mengajarnya lalu mengoda dengan berjalan lebih jauh. Hae Ra panik
mencoba untuk tak terjatuh, Soo Ho langsung memeluk Hae Ra dari belakang
sebelum terjatuh. Keduanya seperti sangat bahagia.
Soo Ho
dan Hae Ra duduk bersama menikmati makanan hangat. Soo Ho bertanya apakah Hae
Ra tahu kapan saat membahagiakan mengajarnya. Hae Ra mengaku tak tahu. Soo Ho mengatakan Saat Hae Ra mendapat 52
poin pada tes matematika. Hae Ra berteriak kesal karena Soo Ho yang mengodanya
lagi.
“Aku
sangat senang dan Aku tahu bisa mengatasinya.” Ucap Soo Ho. Ha Ra berHarap Soo Ho bisa melupakan sejarah gelap dan hitam
hidupnya.
“Tapi jangan
lupakan ksatria hitammu.” Balas Soo Ho. Hae Ra mengaku kalau punya hadiah untuk
Soo Ho dan itu adalah sangat berharga dan mahal meminta agar mengambil dengan
dua tangan.
Soo Ho
memberikan tangan kanannya, Hae Ra mengeluh melihatnya. Soo Ho yang senang
mengoda Hae Ra akhirnya memberikan dua tanganya. Hae Ra memberikan sebuah
amplop diatas tangan Soo Ho, dan Soo Ho melihat isinya ada foto Hae Ra saat
masih kecil.
“Itu
jaket seragammu yang kau tinggalkan di rumahku. Aku akan menunjukkan padamu
saat bertemu denganmu lagi, tapi kau menghilang tanpa sepatah kata pun.” Cerita
Hae Ra
“Kenapa
kau berfoto disini?” tanya Soo Ho. Ha Ra heran karena Soo Ho berpikir begitu
“Foto ini
seperti buku harianku. Jadi Aku akan mulai memakai itu dan Begitu aku tumbuh ke
dalamnya. Tapi saat keluargaku bangkrut, maka Aku kehilangannya saat pindah.” Cerita
Hae Ra
“Apa kau
juga ingin melihat buku harianku? Bisakah kau membacanya?” kata Soo Ho langsung
menarik tangan Hae Ra agar bisa merasakan di dadanya. Hae Ra mengatakan kalau membacanya.
“Jika kau
membaca catatan dari Natal dua tahun yang lalu, itu pasti akan membuatmu
menangis.” Ucap Soo Ho
Hae Ra
ingin tahu apa itu lalu berpikir kalau Soo Ho ingin menciumnya dengan nada
mengoda.Soo Ho mengaku kalau Itu tadi malam, keduanya terlihat tertawa bahagai
menikmati hari kencan berdua.
Ji Hoon
kembali datang ke Blacksmith's melatih semua karyawan pada otot bahu frontal,
lalu melihat ruangan Soo Ho yang kosong dan berpikir kalau dengan Tuan Han pasti
sangat sibuk. Chan Ki membenarkan kalau mereka selalu sibuk. Ji Hoon ingin tahu
Kenapa mereka sibuk.
“Mereka
harus memeriksa semua laporan yang masuk, dan Geumseong 1-dong dan Geumseong 2-dong
lalu akan segera ditunjuk sebagai area restorasi demo. Ada banyak hal di tangan
mereka.” Kata Chan Ki.
Ji Hoon
menganguk mengerti. Saat itu Tuan Yoon masuk dan Chan Ki langsung menghampirinya
karena mengenal Tuan Yoon Dal Hong. Tuan Yoo mengatakan kalau datang untuk
menemui Tuan Moon. Chan Ki memberitahu kalau Tuan Moon berada di Balai Kota
dalam sebuah pertemuan dan nanti akan memberitahunya kalau Tuan Yoon datang.
“Tolong
beritahu dia kalau ini penting.” Ucap Tuan Moon. Chan Ki menganguk mengerti,
diam-diam Ji Hoon melihat dari kejauhan dan mendengarnya.
Ji Hoon
melaporkan pada Gon kalau Tuan Yoon datang sangat awal. sebelum jam 9 pagi dan
pergi lagi karen Soo Hoo tidak ada di tempat. Gon pikir Tuan Yoon itu merasa dalam
nasib buruk karena mengkhianatinya dan kenapa harus datang ke tempat Soo Ho
“Dia
hanya mengatakan "Tolong beritahu dia kalau ini penting." dan pergi.”
Ucap Ji Hoon. Saat itu kopi mereka selesai dibuat dan keduanya pun berpisah
seolah tak saling mengenal.
Sharon
akhirnya mengambil cincin yang sudah dibuat sangat mirip dengan bangga memuji
si paman yang memang terbaik. Si paman memperlihatkan yang aslinya. Sharon
memberikan sebuah tempat pisau meminta agar meleburkan cincin dan membuat pisau
yang baru. Si paman sedikit terkejut mendengarnya.
“Ini bukan
sesuatu yang harus dicairkan.” Kata si paman
“Buatkan
aku pisau dari tiga harimau... Pada harimau, hari, dan jam, dan Buat pisau yang
sangat keras dan tajam.” Kata Sharon. Si paman pun hanya bisa diam saja.
Ketua Tim
mengajak semua anggotanya untuk makan siang lalu melihat di samping meja Hae Ra
ada sebuah koper besar bertanya apakah itu milik Hae Ra. Hae Ra membenarkan.
Ketua Tim bertanya Apa Hae Ra pergi ke
suatu tempat. Hae Ra mengaku hanya perlu memperbaiki kopernya. Ketua Tim pun
mengajak mereka untuk makan siang bersama.
Ji Hee
dan Hae Ra membantu memesan semua sandwich untuk satu timnya, mereka pun makan
siang bersama. Ketua Tim membahas tentang toko roti yang ada didekat kantor
mereka kalau Penjualan melonjak. Mereka merasa kalau itu sangat mengagumkan.
“Seluruh
lingkungan bisa dihidupkan kembali dengan satu bisnis yang sukses di daerah
tersebut” pikir Ji Hee. Ketua Tim membenarkan jadi mengajak mereka agar bisa mempertahankanya.
Hae Ra hanya diam saja sambil memakan sandwichnya.
Tuan Yoo
akhirnya menemui Soo Ho mengaku sudah melakukan sesuatu yang sangat memalukan
karena keserakahannya dan untuk menipu, Ia menceritakan kalau pihak Mereka
meminta biaya pembatalan yang tiga kali kontraksi biaya, jadi akan mengurusnya
dan meminta waktu satu minggu. Soo Ho seperti tak peduli.
“Oh Ya...
Apakah ayahmu Dr Moon?” tanya Tuan Yoon. Soo Ho balik bertanya Apa Tuan Yoon
mengenalnya
“Aku
melihat itu dia acara TV mu. Dia orang yang baik. Tapi Aku tidak mengatakan
bahwa aku mengenalnya secara pribadi. Aku telah membaca beberapa artikel di
surat kabar dan Aku akan meneleponmu nanti.” Ucap Tuan Yoon terlihat panik dan
bergegas pergi.
“Tuan.. Kurasa
banyak hal yang ingin kau sampaikan. Entah kau mengatakannya sekarang, atau
kita temukan sendiri. Jadi Mana yang kau suka?” ucap Soo Ho dengan sedikit
mengancam
“Tak ada
yang ingin kusampaikan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku minta maaf... Aku
akan meneleponmu nanti.” Kata Tuan Yoon lalu bergegas pergi.
Tuan Han
masuk ruangan, Soo Ho merasa kalau ada yang
aneh jadi memina Tuan Han agar menapatkan salinan register resmi serta Cari
tahu persis kapan Tuan Yoon membeli propertinya. Tuan Han menganguk mengerti
“Ayo kita
ke lokasi konstruksi lagi.” Ucap Soo Ho. Tuan Han binggung kalau mereka akan ke
sana lagi
“Aku
ingin pergi dan berdoa setidaknya sampai hari ini.” Kata Soo Ho. Tuan Han
menganguk mengerti.
Pegawai
memberitahu kalau mereka berdiri di
sekitar penemuan mayat dan membungkuk
sebelum mulai berkerja hari ini juga. Soo Ho memuji kalau itu kerja yang
bagus. Saat itu seorang petugas
memberitahu kalau menemukan sesuatu, lalu berlari memberikanya. Tuan Han
memegang sebuah kacamata.
Soo Ho
melihatnya, lalu tak beberapa lama mereka juga menemukan yang lainya seperti sepotong
label kain. Soo Ho melihat seperti label nama dan itu tulisan (Moon Soo Ho)
wajahnya terlihat kaget dan meminta agar barang bukti diberikan pada polisi.
Soo Ho
akhirnya kembali ke rumah memanggil Hae Ra apakah ada dirumah, lalu membuka
kamar tak melihatnya, ia pergi ke kamar mandi pun kosong, lalu ke dalam kamar
gantinya pun tak melihat keberadaanya. Akhirnya Ia berjalan ke lorong depan
rumah seperti bisa menduga kalau diam-diam Hae Ra meninggalkan rumahnya bersama
Bibi Lee.
Bersambung ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Gmn y ahirnya?? Sll pnsran. Sma adegan d masa lalunya jg. Crtanya yg keduanya dbakar oleh sharon itu. Heeemm. Mkasih bak dyah...
BalasHapusSepertinya itu kerangka ayahnya haera, hmmm
BalasHapusMakasi mba sinopnya