Soo Ho
memanggil Hae Ra saat masuk rumah, tapi tak melihat di dalam kamar bahkan di
dress room pun kosong. Wajah Soo Ho yang panik mencoba menelp Hae Ra tapi
ponselnya yang tak aktif jadi bisa meninggalkan pesan suara.
“Apa Dia
tak menjawab telponnya?” tanya Bibi Lee ikut khawatir. Soo Ho mengelengkan
kepal kalau Hae Ra yang tidak menjawab.
“Dia bilang
kalau kami harus mulai mencari tempat untuk pindah.” Cerita Bibi Lee. Soo Ho
ingin tahu alasannya
“Aku
tidak yakin. Mungkin karena dia menyukaimu, tapi juga merasa kasihan padamu.
Dan Aku juga tidak tahu.” Ucap Baek Hee. Soo Ho pikir akan ke kantornya.
Soo Ho
pergi ke kantor Hae Ra tapi tak melihat ada di tempat duduknya, hanya bisa
menatap foto Hae Ra yang memegang es krim saat pertama kali bertemu di slovania. Ia lalu keluar gedung, berusaha untuk menelp
Hae Ra tapi tak juga diangkat.
Soo Ho
mendengar suara Hae Ra yang membeli kacang chestnut panggang, tapi saat
menengok ternyata hanya orang lain dengan suara yang sama. Ia kembali berpikir
dan berlari ke warung tenda, Hae Ra juga tak ada.
Sharon
kembali ke rumah berada di kamar Hae Ra bertanya Kapan perginya. Bibi Lee
mengatakan tidak melihatnya karena Hae
Ra berangkat lebih awal hari ini jadi berpikir kalau Hae Ra mengambil barangnya saat itu. Sharon pikir
Hae Ra sangat marah karena ia mengambil cincin lalu menaruh kembali kantung
cincin diatas meja.
“Apakah
dia pergi karena dia marah atas cincin itu?” ucap Sharon menduga-duga
“Aku
meragukan itu dan yakin ada alasan lain” pikir Hae Ra
Baek Hee
memakiakan tetesan parfum ditanganya. Sharon datang mengeluh Baek Hee yang membuat
parfum tanpa memberi tahunya. Baek Hee mengaku kalau Minyak itu adalah rahasia
kulit awet muda.
“Ini
terlalu dini, Tapi ayo kita minum sampanye.” Kata Sharon bahagia. Baek Hee
ingin tahu Ada apa Sharon yang datang
larut malam.
“Dia
meninggalkan Soo Ho... Dia berkemas dan pergi.” Ucap Sharon bahagia. Baek Hee
kaget bertanya kenapa Hae Ra pergi.
“Mungkin
dia mengira pria itu bukan miliknya.” Kata Sharon santai. Baek Hee yakin kalau
itu hanya Omong kosong.
“Frustrasi
ku selama 200 tahun akhirnya mulai terasa lega. Kukira semuanya kembali ke
tempatnya.” Kata Sharon dengan senyuman liciknya. Baek Hee pun hanya bisa diam
saja.
Hae Ra
mencoba memasuki lorong motel, tapi terlihat ketakutan karena berpapasan dengan
pria mabuk. Akhirnya Ia duduk disamping tempat tidurnya membuka amplop dari Tuan
Park dan membawa surat itu Nona Lee Mi Soon..
“Ini adalah
surat yang ditulis ayahmu kepada pekerja sosial Aku juga mengirimnya ke Soo
Ho.” Tulis Tuan Park dalam notenya. Soo Ho pun membaca surat yang sama.
“Dear Nona Lee Mi Soon.. Ini adalah
keputusan yang sangat sulit. Sangat menyakitkan untuk menyerahkan anak temanku setelah
memutuskan untuk mengadopsi dia, tapi aku tidak bisa membantu lagi. Dia masuk
ke kamar putriku dan membuatnya takut dengan mematikan lampu, dan dia juga
mengatakan banyak tipuan pada putriku. Dia selalu menyimpan pisau di lacinya
dan juga punya banyak pengetahuan tentang bahan kimia berbahaya.”
Soo Ho
masih mengingat saat masuk kamar, Tuan Jung sedang menceri sesuatu di laci meja
belajarnya.
“Ingat
bahwa ada pekerja sosial yang mengingatmu hampir seperti anak nakal, Soo Ho”
tulis Tuan Park dari notenya. Akhirnya Soo Ho dan Hae Ra membuang surat begitu
saja terlihat binggung.
Itu adalah keputusasaan dua orang yang membawa
keberuntungan ke Soo Ho. Meskipun seseorang memutuskan untuk menutup hatinya,
semuanya akan berakhir. Itu tidak akan terjadi.” Ucap Baek Hee sambil menatap
bulan purnama yang bersinar terang.
Hae Ra
panik saat seorang pria berteriak mengedor pintunya mengajak minum karena
melihatnya masuk ke kamar. Hae Ra kebingungan, Si pria meminta Hae Ra untuk
membuka pintu karena tak mungkin seorang wanita masuk ke dalam hotel.
Saat itu
Gon menelp, karena baru melihat panggilan tak terjawab. Lalu mendengar teriakan
suara pria yang mabuk “Nona, ayo, mari kita minum.” Wajahnya langsung panik dan
bertanya dimana keberadaan Hae Ra sekarang.
Gon
langsung membawa koper Hae Ra keluar dari motel, Hae Ra pikir baik-baik saja
dan tidak takut pada orang seperti itu. Gon pun bertanya Apa Hae Ra pindah dari
rumah Soo Ho. Hae Ra hanya menjawab kalau itu bukan urusan Gon.
“Lalu
Kenapa kau meneleponku?” tanya Gon heran
“Itu Karena
aku tidak bisa menghubungi ayahmu dan Kenapa ayahmu begitu jahat?” ucap Hae Ra
marah
“Jangan pedulikan
dia. Abaikan saja dia, dan Kau tahu dia seperti apa.” Kata Gon memasukan koper
ke dalam bagasi.
Hae Ra
meminta agar memberikan koper kembali, Gon meminta Hae Ra agar Masuk saja kaena
akan membawakan ke tempat lainnya.
Hae Ra
sudah berbaring di tempat tidur yang cukup besar. Gon mengaku kalau itu adalah
rumah teman dekatnya jadi meminta agar mengnggap saja rumah sendiri. Hae Ra
menatap ponselnya ada Panggilan tidak terjawab dari Soo Ho, tapi seperti
mencoba tak memikirknya dan memilih untuk tidur.
Soo Ho
baru saja keluar dari kamar melihat Sharon sudah duduk di dapur. Sharon
mengatakan sudah membuatkan kopi. Soo Ho dengan senyuman mengucapkan Terima
kasih sambil menuangkan ke dalam cangkri. Sharon memberitahu kalau sudah
mengambil cincin itu.
“Cincin
perak yang berharga itu jadi Beritahu Hae Ra untuk pulang. Karena Akulah yang
harusnya keluar. Tapi Kenapa dia pergi?” ucap Sharon sengaja membuat Soo Ho
berpikir dirinya yang baik. Bibi Lee berteriak memangil Soo Ho dari kamarnya,
Soo Ho memberitahu kalau sedang ada didapur.
“Hae Ra
mengirimiku sms tadi malam. Dia tinggal di tempat rekannyadan dia bilang jangan
khawatir.” Ucap Bibi Lee
“Kenapa
dia meninggalkan rumah?” tanya Sharon penasaran
“Dia
tidak mengatakannya. Jika dia tidak menjawab panggilanmu, coba kirim SMS
padanya.” Ucap Bibi Lee
“Dia akan
meneleponku saat dia sudah siap. Terkadang kau ingin dibiarkan sendiri.” Ucap
Soo Ho santai dan pamit akan pergi bekerja.
Hae Ra
sudah sibuk membereskan meja kerjanya, Ketua Tim melihat Hae Ra yang datang
lebih awal dengan mulut masih menguap. Hae Ra pu menawarakan minum kopi lalu
keduanya duduk di meja bersama sambil minum kopi.
“Kenapa
kau tidak pergi ke kantor Pak Moon hari ini?” ucap Ketua Tim
“Aku
harus pergi ke galeri untuk bertemu dengan kurator pameran.” Kata Hae Ra gugu.
Ketua Tim baru mengingatnya.
“Aku akan
segera mengirim Ju Hee.” Kata Ketua Tim. Hae Ra pun menganguk mengerti dengan
menutupi perasaan gugupnya.
Ketua Tim
berkomentar kalau ini sudah jelas. Hae Ra binggung apa itu maksudnya. Ketua Tim mengatakan kalau menurutnya
Pak Moon menyukai Hae Ra, walaupun mencoba
untuk tidak menunjukkannya, tapi sudah mengetahuinya jadi merasa kalau itu
lucu. Hae Ra hanya diam saja.
Tuan Han
memberitahu Soo Ho kalau sudah memberi
tag nama itu ke polisi, tapi itu tidak cukup untuk memberi petunjuk. Soo Ho yakin
itu adalah tag nama itu dari seragamnya, karena Warna itu sama dengan label
nama sekolah lamanya.
“Kenapa
ada disana?” tanya Tuan Han. Soo Ho juga tak tahu. Tuan Han bertanya apakah Soo
Ho memiliki ide lain.
Soo Ho
melihat foto yang diberikan Hae Ra, lalu memberitahu Tuan Han kalau diambil kurang dari setahun setelah
pergi dari rumah dan Tag nama dijahit.
“Mungkin
itu orang lain atau seseorang merobeknya dan meletakkannya di sana.” Ucap Tuan
Han.
“Kenapa
berpikir seperti itu?” kata Soo Ho. Tuan Han merasa kalau sudah berlebihan.
Soo Ho
terdiam mengingat ucapan Hae Ra tentang ayahnya “Mereka mengkremasinya dan menyebarkan
abu di lokasi kuburan dan yang melakukan adalah
Ayah Gon dan orang-orang dari perusahaan. Lalu menelp Bibi Lee.
Bibi Lee
bergegas masuk ke dalam kantor bertemu dengan Chan Ki lebih dulu kalau datang untuk
bertemu Pak Moon. Chan Ki pun memberitahu kalau Tuan Moon ada di ruanganya.
Bibi Lee akhirnya menemui Soo Ho dengan memberikan sebuah sisir dalam kantung.
“Kenapa kau
memintaku untuk membawa ini? Kau membuatku gelisah.” Ucap Bibi Lee
“Aku
harus melihat sesuatu.” Jawab Soo Ho. Bibi Lee mengaku kalau percaya pada Soo
Ho
“Bibi
harus Beritahu aku jika Hae Ra menghubungi.” Pinta Soo Ho. Bibi Lee menganguk
mengerti dan segera pamit pergi.
Setelah
Bibi Lee pergi, Soo Ho memberikan sisir pada Tuan Han agar memberikan pada
polisi. Tuan Han menganguk mengerti kalau akan segera mendapatkan hasilnya.
Hae Ra
pergi ke Pameran Seni Arkeologi dan menatap lukisan sepasang pria wanita yang
mengunakan pakaian tradisional. Tiba-tiba seorang pria mengagetkanya, keduanya
kaget dan menatap binggung karena tak saling mengenal.
“Maafkan
aku. Kupikir kau temanku. Dia juga punya potongan rambut pendek” kata Si pria
“Apa kau
kurator?” tanya Hae Ra. Si pria membenarkan. Hae Ra pun memperkenalkan diri
dari agen perjalanan dan juga namanya
“Aku Koo
Jang Bin.” Kata si pria dengan saling berjabat tangan mengungkapkan senang
karena bisa bertemu
“”Ini
adalah pameran yang hebat.” Pikir Hae Ra. Jang Bin mengucapkan Terima kasih
karena ia juga mendapat banyak bantuan.
“Pameran
yang akan kami adakan di toko tukang cukur... “ ucap Hae Ra jang Bin tahu
judulnya "Riwayat 100 tahun Tetangga".
“Bagaimana
menurutmu? Kami akan menggunakan gambar penduduk saat ini dan menggunakan
beberapa dari sini juga.” Kata Hae Ra, Jang Bi pikir itu Kedengarannya bagus.
“Aku
sangat menyukai... gambar yang ini.” Ucap Hae Ra menatap ke arah gambar
“Ini
milik kakekku.” Kata Jang Bin. Hae Ra pikir gambarnya terlihat sangat tua.
“Ayah
kakek kakekku yang melukisnya. Keluargaku menyimpannya di rumah seperti harta
karun.” Cerita Jang Bin
“Siapa
yang dilukisnya? Itu wajah Kakek mu kah?” ucap Hae Ra
“Kurasa
tidak ada orang yang tampan di keluargaku.” Pikir Jang Bin. Hae Ra pikir
Mungkin buyut Jang Bin melukisnya jauh lebih tampan.Jang Bin hanya bisa
mengangguk setuju dengan tawanya. Hae Ra
melihat wajah pria itu sama dengan wajah Soo Ho.
Soo Ho
sedang berada di dalam ruangan melihat Gon yang masuk, mengaku senang Gon datang karena ingin
meminta agar memberitahukanya kalau suratnya itu sangat menyentuh dengan nada
menyindir. Gon melihat bagian atas note menyuruh agar mengabaikan saja
“Tak baik
kau kesal hanya karena ini. Aku disini karena kupikir kau mungkin khawatir, Hae
Ra baik-baik saja. Aku menemukan apartemen dekat kantornya.” Jelas Gon
“Apa Dia
menghubungimu?” tanya Soo Ho yang terlihat menahan amarah. Gon membenarkan
kalau tadi malah Hae Ra menelp.
“Kurasa
dia pindah dari rumahmu tapi Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Ucap Gon lalu
keluar dari ruangan. Soo Ho terlihat kesal hanya bisa mengetuk-ngetukan
sepatunya di lantai.
Ji Hee melihat
Hae Ra yang baru datang mengajak agar membawa kpi. Hae Ra binggung dengan sikap
Ji Hee yang sangat bersemangat. Ji Hee pikir Hae Ra belum mendengar pengumuman
itu. Hae Ra binggung pengumuman apa, lalu berpikir kalau itu Geumseong-dong
“Yah...
Akhirnya Dipilih untuk proyek pembangunan kembali. “ ucap Ji Hee. Hae Ra ikut
senang kalau Itu berita bagus.
“Itu sebabnya
kita sedang rapat sekarang jadi Kita butuh kopi.” Kata Ji Hee penuh semangat.
Soo Ho
memberitahu kalau Laundromat dan supermarket agar jangan sampai hilang karena Jika
lingkungan tersebut gagal menjadi tempat tinggal maka akan terasa sepi. Ia juga
berpikir kalau Privasi penduduk desa mural diserang karena wisatawan berfoto.
Saat itu
Hae Ra masuk ruangan membawakan kopi, Hae Ra berusaha untuk tetap tenang
memberikan segelas kopi pada Soo Ho. Soo Ho menatap Hae Ra sempat diam, lalu
menatap ke arah leher pacarnya masih ada kalung yang diberikanya. Direktur
memanggil Soo Ho karena hanya diam saja.
“Tuan
Moon.. Jadi apa kesimpulanmu?” ucap Direktur. Soo Ho pun meminta maaf lebih
dulu.
“Sebuah
lingkungan yang ada semata-mata sebagai kota turis tidak memiliki vitalitas. Warga
harus datang lebih dulu. Kita perlu memastikan... itu tidak menjadi daerah
sarat spekulasi.” Jelas Soo Ho
Hae Ra
sedang berbicara dengan klien yang ingin pergi ke New York, Soo Ho bersama
dengan Direktur dan Ketua Tim keluar dari ruang rapat. Ia menatap Soo Ho dari
jendela seperti hanya bisa diam saja karena tak bisa mendekat.
Hae Ra
keluar dari gedung melihat Soo Ho sedang bicara dengan Tuan Han didepan gedung
dan buru-buru bersembunyi. Tuan Han pikir Soo Ho sudah melewati banyak hal hingga saat in dan
merasa senang karena kerja keras Soo Ho yang terbayar lunas.
“Ini
semua berkat kau dan ini permulaannya baru setengah. Kita sudah setengah jalan.”
Ucap Soo Ho lalu menengok kebelakang seperti melihat sosok wanita yang sedang
mengintipnya. Hae Ra langsung bergegas bersembunyi di balik dinding.
Hae Ra
mencoba kembali mengintip tapi tak melihat Soo Ho ada didepan mobilnya.
Tiba-tiba Soo Ho sudah berdiri dibelakangnya, berpikir kalau Hae Ra sengaja
datang untuk menemuinya. Hae Ra terlihat kaget, Soo Ho dengan wajah sini
meminta Hae Ra berbicara kalau ingin mengatakan sesuatu.
“Selamat.”
Ucap Hae Ra gugup. Soo Ho membahas kalau Hae Ra yang tinggal di studio dekat
kantor. Hae Ra berpikir kalau Gon yang memberitahu itu
“Kau
pindah karena khawatir setelah menerima surat Ketua Park. Dan... kau
menghubungi anaknya?” ucap Soo Ho terlihat marah. Hae Ra mengaku bukan seperti
itu maksudnya.
“Sudahlah...
Lupakan. Pikirkanlah sesukamu..." kata Hae Ra tak peduli
"Kau menghilang tanpa mengatakan apa-apa... Dan
aku tidak suka itu.” Tegas Soo Ho
“Yahh
memang Benar... Ayahmu kejam padaku dan Memang benar aku menderita untuk
sementara karena aku teringat bagaimana dia menyakitiku.” Ucap Soo Ho. Hae Ra
pun meminta maaf atas nama ayahnya.
“Tetapi
aku masih mencintaimu. Siapa yang menyuruhku untuk tidak putus? Itu Kau.” Tegas
Soo Ho mengingatkan
“Aku
tidak tahu kalau Ayah Gon punya surat itu.” Ucap Hae Ra
“Entah
dia punya surat atau tidak, Terserah dia. Tapi Kenapa kau goyah?” kata Soo Ho
“Aku merasa
sangat menyesal melihatmu” ucap Hae Ra dengan wajah tertunduk.
“Cintai
aku lebih banyak lagi. Aku mengerti kalau kau ingin sendirian dan tidak akan
membawamu bersamaku. Tapi kembalilah kerumah seminggu lagi. Kau tidak bisa
tinggal diluar lebih lama dari itu. Aku akan sangat merindukanmu.” Ungkap Soo
Ho. Hae Ra hanya bisa diam saja.
“Jawab
aku atau aku akan melakukan krim roti disini.” Kata Soo Ho mengancam. Hae Ra
pun hanya bisa menganguk. Soo Ho pun pamit untuk pergi kerja dan masuk ke dalam
mobilnya.
Sharon
pergi ke dress room Soo Ho melihat kemeja yang di gantuny, lalu bergumam
seperti seperti bicara pada Soo Ho sebagai suaminya di masa lalu kalau sedang
ada dalam ruanganya. Soo Ho pulang kerja terlihat senang melihat Sharon yang
ada diruangan, lalu memberikan jaketnya. Sharon ingin mengantungkan tapi Soo Ho
menahanya dan mengelus tangan Sharon.
“Aku
bahagia sekarang... Kau adalah suamiku.” Ungkap Sharon bagaia menatap Soo Ho,
saat itu Soo Ho juga seperti jatuh cinta dengan Sharon meremas lengan Sharon
seperti gemas.
Soo Ho
membuka pintu dikagetkan dengan Sharon yang ada didalam. Sharon juga kaget
melihat Soo Ho dan meminta maaf kalau mengejutkanya, mengaku kalau menjadi
kebiasan dari pekerjaan kalau ingin
merapikan pakaian Soo Ho.
“Kau
tidak perlu melakukan hal seperti itu.” Ucap Soo Ho mengambil jaket hitamnya
“Kenapa
kau pulang jam segini?” tanya Sharon
“Aku menghadiri
pemakaman di malam hari jadi akan mengambil jasku.” Kata Soo Ho
“Tidakkah
seharusnya kau menyetrika setelan jasmu?” ucap Sharon menawarkan. Soo Ho
menolaknya lalu mengajak Sharon untuk minum teh bersama. Sharon dengan senang
hati menyanggupinya.
Soo Ho
menuangkan teh ke dalam gelas, Sharon dengan senyuman memberitahu Bibi Sook Hee
pergi untuk berolahrag di pusat kebugara, bahkan mengambil pelajaran berenang
dan bernyanyi dan bertanya apakah Soo Ho akan pulang terlambat setelah
pemakaman
“Aku
sudah menyiapkan makan malam nanti.” Ucap Sharon mengambil kesempatan karena
hanya ada mereka berdua dirumah.
“Aku
ingin kau pindah hari in dan akan menyuruh karyawanku untuk mengirimkan
barangmu.” Ucap Soo Ho dengan tegas
“Kupikir
aku akan pindah minggu depan.” Kata Sharon kaget
“Hae Ra
tidak ada di rumah... Kurasa ini tak akan nyaman untukmu.” Kata Soo Ho. Sharon
mengaku tak seperti itu
“Aku
minta maaf, Tapi ini Tidak nyaman bagiku.” Kata Soo Ho lalu beranjak pergi.
Sharon
terlihat sangat marah mulai mengetarkan meja, dan sebuag gelas melayang
disamping wajah Soo Ho lalu pecah berantakan. Soo Ho hanya bisa terdiam. Sharon
pikir aklau Soo Ho terlalu keras terhadapnya. Soo Ho tahu kalau Toko Jahit
Sharon sama sekali tidak dingin jadi Tidak memerlukan pekerjaan konstruksi
juga.
“Jangan pergi.
Ada yang ingin kukatakan.” Ucap Sharon. Soo Ho
merasa kalau akan mendengarnya lain kali.
“Kau adalah
suamiku di kehidupanmu sebelumnya. Kau adalah suamiku, Tapi kau jatuh cinta
dengan pelayanku dan mencampakkanku. Aku membunuh kalian berdua karena kesedihan.
Aku hidup sampai sekarang sebagai hukuman. Yah... Benar... Aku membunuh kalian
berdua, tapi karena aku ditinggalkan. Kau membuatku berdosa.” Ucap Sharon
marah. Soo Ho akhirnya mendekat.
“Apa kau
akan melakukan hal yang sama lagi kali ini? Apa Kau ingin memelukku?” ucap Soo
Ho menantang. Sharon hanya diam saja lalu memperingatkan agar Jangan
merencanakan apapun untuk dirinya dan juga Hae Ra.
“Apa
menurutmu aku berbohong?” ucap Sharon marah. Soo Ho merasa tidak tertarik pada Sharon.
“Ini
seperti dimasa lalu... Kau menikam belati dihatiku.” Ungkap Sharon dengan mata
berkaca-kaca
“Cukup...
Aku tak ingin mendengarnya lagi.” Ucap Soo Ho akan pergi.
“Suatu saat
kau akan teringat ceritaku. Kau akan merasa sangat menyesal padaku saat itu.”
Tegas Sharon
“Dari apa
yang kulihat, kau butuh perawatan mental.” Ucap Soo Ho menyindir. Sharon pikir
Soo Ho yang bisa merawatnya.
“Aku
mencintai Hae Ra dan akan segera melamarnya.” Kata Soo Ho
Sharon
bertanya apakah Soo Ho tidak membutuhkan tanahnya. Soo Ho menjawab tidak karena
tidak bisa bekerja dengan seseorang yang mencampuradukkan masalah publik dan
pribadi lalu bergegas pergi. Saat di mobil Soo Ho hanya terdiam.
Ia
mengingat yang dikatakan Sharon “Kau akan mengingatku Kau adalah suamiku, dan
kau harus memberiku cintamu yang gagal kau beri sebelumnya.”
Young Mi
dan Gon pergi ke acara pagelaran musik, beberapa petingg di perusahaan lain
datang. Keduanya menyapa pemilik perusahaan bahkan Young Mi menawarkan seorang
presdir kalau punya kemeja edisi terbatas dari Milano jadi bisa berkunjung ke
butiknya.
“Nyonya
Sinjin Group mengadakan acara ini. Mungkin itu sebabnya para tamu sangat mewah.
Syukurlah kita tidak melewatkan ini.” Ucap Young Mi kembali berjalan dengan Gon
“CEO
Bukchon Construction juga ada di sini.” Kata Gon. Young Mi pikir kalau Gon akan
menyapa. Gon mengatakan kalau sudah menyapa sebelumnya.
Ponsel
Gon berdering, Young Mi langsung cemberut karena Hae Ra yang menelp. Hae Ra
mengatakan kalauakan pergi selama beberapa hari jadi ingin tahu berapa yang harus
dibayar sewanya. Gon kaget ingin tahu kemana Hae Ra akan pergi.
“Oh, aku
harus membantu seseorang. Aku tidak akan menginap dimotel, jadi jangan
khawatir.” Ucap Hae Ra
“Aku di
Gwanghwamun sekarang. Aku akan segera kesana. Tunggu aku” kata Gon.
Young Mi
bertanya mau kemana Gon sekarang. Gon memberitahu harus pergi menemui Hae Ra
sebentar karena berada di studio Geon Wu. Young Mi mengumpat Gon itu sudah
gila, karena Konser akan segera dimulai.
Gon pikir kalau sudah menyapa semua yang perlu disapa jadi tak masalah dan
mengajak Young Mi ikut pergi.
“Aku
tidak akan pergi... Jika kau ingin pergi, pergilah sendiri.” Ucap Yong Mi
marah.
“Aku akan
menghubungimu nanti” kata Gon bergegas pergi. Young Mi kesal melihat Gon pergi
begitu saja bukan memilih untuk menemaninya menonton konser lalu berkata kalau
pacarnya itu akan mengalami masalah besar.
Gon masuk
ke dalam apartement temanya memanggil Hae Ra tapi sudah kosong. Akhirnya dengan wajah panik menelp Soo Ho
memberitahu kalau Hae Ra pindah dari studio jadi meminta agar mencarinya. Soo
Ho mengaku aklau sudah memindahkannya ke tempat yang lebih aman jadi Jangan
khawatir, seperti ia tak ingin Hae Ra bergantung pada Gon.
Hae Ra
sudah ada di rumah Baek Hee dengan tatapan heran dengan suasana yang sedikit gelap.
Baek Hee menyuruh Hae Ra duduk dengan meminta maaf karena meminta tolong dan
sedang terburu-buru. Hae Ra pikir tak masalah.
“Bisakah
kau tinggal disini selama beberapa hari dan membantuku?” ucap Baek Hee.
“Aku
tidak tahu apa aku akan membantu, tapi baiklah.” Ucap Hae Ra akhirnya duduk
didepan Hae ra
“ Bahkan
jika Kota Seoul membeli gedung itu, maka tidak mungkin bisa mendapatkan
gambar... bagian dalam jika keluarga mendiangtidak mengijinkan. Jadi kau harus
mendiskusikannya dengan penerbit sebelum kau melanjutkan.” Jelas Hae Ra
“Menerbitkan
buku adalah proses yang rumit. Benar kan?” komentar Baek Hee
“Tapi bukumu
terdengar sangat menarik.” Kata Hae Ra. Baek He pun berharap yang sama.
“Kau
pasti lelah dan harus mandi. Aku menyiapkan sabun yang baunya sangat enak.”
Ucap Baek Hee. Hae Ra pun pergi untuk mandi dan berganti pakaian.
Baek Hee
pun menelp Soo Ho yang masih ada dikantor. Soo Ho mengucapkan Terima kasih
karena lega sekarang dengan memastikan kalau Hae Ra tak tak sakit. Baek Hee
pikir tidak karena melihat Hae Ra yang sangat ceria.
“Dia juga
punya cemilan tengah malam.” Ucap Baek Hee
Aku
senang mendengarnya. Biarkan dia tinggal selama beberapa hari.” Pinta Soo Ho
“Jangan
khawatir tentang hal itu.” Kata Baek Hee seperti sangat menerima Hae Ra. Soo Ho
kembali mengucapkan terima kasih lalu menutup telpnya.
Tuan Han
masuk ke dalam ruangan memberikan hasil tes DNA, Soo Ho membaca dengan teliti,
sampai akhirnya hasilnya dianggap sesuati kalau Subjek 1 dan 2 berhubungan 99,9
persen, wajahnya pun terlihat tegang.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
It is a good post.This post is very informative.
BalasHapusclipping path service
background removal service
image masking service
What an amazing blog you have written. I have read and applaud this well published. Image Retouching
BalasHapusClipping Path
Neck Joint
Background Remove Service
Drop Shadow Helps
Photo Cut Out
Image Editing
Image Manipulation
eCommerce Photo Editing
Clipping Path Tutorial