Hae Ra
melihat gaun yang dibuat Sharon pada manekin, Seung Hoo memberikan secangkir
teh dengan menceritakan kalau Butuh
waktu setengah hari bagi Sharon untuk membuatnya dan kemudian pingsan. Sharon
akhirnya keluar dari ruangan kerjanya.
“Kau
pasti lelah. Aku minta maaf mengganggumu.” Ucap Hae Ra. Sharon melihat barang
yang dibawa Hae Ra dan bertanya Apa itu
“Ini
adalah draft proposal yang kubuat. Jadi Silakan lihat.” Ucap Hae Ra. Sharon
menegaskan kalau tidak mau melakukannya.
“Kalau
begitu tolong tinjau nanti setelah kau beristirahat.” Kata Hae Ra tetap
berharap.
“Aku tak
bisa dipaksa untuk melakukan apapun.” Tegas Sharon.
Akhirnya
Hae Ra mengalihkan dengan memuji Gaun Sharon itu sangat cantik dan ingin
melihatnya. Ia bertanya apakah Sharon kau juga membuat gaun pengantin. Shaorn
mengaku tidak pernah membuatnya untuk seseorang dan pernah membuatnya saat
merasaa sedih, lalu merobeknya.
“Sayang
sekali...” ungkap Hae Ra. Sharon pun seperti tak peduli dengan rasa simpat Hae
Ra.
“Kuharap
kau juga akan membuat gaun pengantin.” Ungkap Hae Ra. Sharon ingin tahu
alasanya.
“Apa
maksudmu kenapa? Ini akan menjadi berkat yang besar jika kau bisa mengenakan
gaun cantik seperti ini pada hari terpenting dalam hidupmu. Suatu hari saat aku
menikah, Aku ingin memakai gaun yang terbuat dari Sharon Tailor.” Ucap Hae Ra
dan meliaht ada Ada topi untuk penganti.
“Menurutmu
siapa yang akan kau nikahi?” tanya Sharon, Hae Ra mengaku tidak tahu
“Baek Hee...
Haruskah aku membunuhnya dan melarikan diri? Aku seorang ahli dalam hidup
bersembunyi. Kuharap kau akan ingat masa lalumu setidaknya sekali. Dia akan
merasa kasihan padaku.” Gumam Sharon yang sudah memegang gunting ditanganya.
“Bukan
pria yang tinggal bersamamu, bukan?” kata Sharon ingin memastikan
“Akan
menyenangkan untuk menikah dengannya.” Ungkap Hae Ra tersenyum bahagia.
Sharon
berjalan dibelakang Hae Ra dan langsung mengangkat guntingnya. Di rumah Baek
Hee seperti merasakan sesuatu dan saat itu juga terlihat tatto yang sama
terlihat ditanganya. Hae Ra kaget karena Sharon mengunting bagian kain dan
ujung gunting melukai wajahnya.
“Aku
tidak tahu kenapa aku membuat kerudung seperti itu. Itu kelihatan norak, jadi
aku tak tahan.” Ucap Sharon berdalih
“Apa kau
gila? Apa kau tidak waras? Bagaimana kau bisa mengarahkan gunting seperti itu?”
ucap Hae Ra marah
“Kenapa
kau memakai kerudung bodoh itu? Aku juga harus memotongnya di sini.” Kata Sharon
dengan nada tinggi.
Hae Ra
akhirnya mendorong sharon agar menjauh. Sharon terjauh dan tak terima dengan Hae
Ra yang berani mendorongnya lalu menyuruh Hae Ra keluar karena tidak akan
melakukan pekerjaan itu.
“Minta
maaf dulu padaku, kau wanita bodoh... Mohon maaf, sekarang!” ucap Hae Ra
mencengkram baju Sharon.
“Lepaskan
tanganmu dariku!”teriak Sharon akhirnya keduanya bergulingan di lantai
berkelahi dengan saling menarik rambut.
Hae Ra
akhirnya keluar dengan rambut yang berantakan serta luka dibagian wajahnya.
Seung Hoo memberikan obat pada Sharon karena itu terluka. Sharon mengingat Boon
Yi, gadis malang itu dulu adalah pelayan yang membuat pakaiannya.
“Beraninya
dia menggigitku dan melukaiku?” ucap Sharon. Seung Hoo yang mendengarnya heran.
“Tidakkah
kau melihat apa yang dia lakukan padaku?” kata Shaon kesal
“Tunggu...
Apa kau punya tato di sini juga?” ucap Seung Hoo melihat ada dibagian tangan,
Sharon kaget melihat tulisan ditanganya.
Hae Ra
berjalan seperti sudah pasrah, lalu teringat kembali ucapan Soo Ho “Jika kau
ingin menggunakan bakat seseorang untuk bisnismu, maka Kau harus siap untuk melakukan
sesuatu yang besar demi mereka.. Hae Ra. Lakukan.” Akhirnya Hae berbalik arah
Seung Hoo
masih membantu Sharon dan mendengar ada seseorang yang masuk. Sharon pun
melihat siapa yang datang. Hae Ra kembali datang dengan membawa bungkusan
ditanganya.
Semua
makanan kaki lima tersedia diatas meja, Hae Ra meminta maaf merasa kalau Seharusnya
lebih mengerti Tapi aku gagal melakukan itu dan meminta agar bisa dimaafkan.
Sharon hanya terdiam.
“ Ini
Sudah kupikirkan... Pakar tembikar memecahkan keramik halus... jika keramiknya
tidak sesuai selera mereka. Aku minta maaf. Aku tidak mengerti itu sebelumnya.”
Ucap Hae Ra memohon maaf dengan tulus.
“Hae
Ra... Kau memiliki kepribadian yang menakjubkan. Aku belum pernah melihat orang
yang keren.” Ungkap Seung Hoo memuji
“Tolong
bawakan kami beberapa piring.” Pinta Hae Ra. Seung Hoo pun bergegas mengambil
piring.
Hae Ra
memberitahu Sharon kalau membawa banyak... tteokbokki, sundae, dan gorengan,
lalu kembali meminta maaf dan memohon agar mempertimbangkan agar bisa bekerja
sama dengan perusahaannya setidaknya satu kali. Sharon tetap diam.
“Aku yakin
kau akan berubah pikiran jika kau melihat proposalnya. Aku dengan tulus memohon
padamu.” Kata Hae Ra, Sharon pun tetap diam saja.
Hae Ra
akhirnya kembali ke kantor dengan wajah yang sudah diberi plester, terjadi
ketegangan dalam ruangan. Ketua Tim memberitahu kalau Circle Tour akan memulai
bisnis persewaan pakaian.
“Kupikir
ide kita bocor, Itu persis sama dengan milik kita.” Ucap Ketua Tim. Hae Ra
kaget mendengarnya.
“Lebih
baik begitu, Dibutuhkan terlalu banyak pekerjaan dan tidak menghasilkan
keuntungan.” Keluh Direktur
“Aku
yakin mereka akan membatalkannya setelah satu masa jabatan. Hae Ra, jangan
kecewa.” Ucap Ketua Tim memberikan
semangat
“Bukankah
aku sudah bilang jangan membual tentang idenya? Astaga, kau membuatku lelah.
Aku lelah sekali.” Keluh Direktur lalu keluar ruangan. Ji Hee mengeluh pada bosnya
yang bisa mengatakan itu
Hae Ra
duduk di toilet sendirian seperti berusaha menahan tangis, Ketua Tim memanggilnya
meminta agar Hae Ra Berhenti menangis. Hae Ra mengaku tidak menangis. Ketua Tim
pun bertanya apa yang dilakukanya dalam toilet. Hae Ra hanya menjawab kalau
sedang sembelit.
“Jangan
bohong, sekarang Keluar... Kita punya masalah.” Ucap Ketua Tim. Akhirnya Hae Ra
keluar dengan wajah kaget.
“Pilot
Eagle Airline sedang melakukan pemogokan. Kita perlu memesan penerbangan baru untuk
tur kelompok. Setelah kita mengurus ini, mari kita menangis bersama.” Kata Ketua
Tim.
Hae Ra
menelp Tuan Song menjelaskan Situasi benar-benar mendesak... karena pemogokan
jadi meminta agar bisa mengurus 30 orang karena belum memberi mereka
kesepakatan bagus jadi meminta tolong agar bisa membantunya
“30 orang
yang terhubung ke Frankfurt akan melakukan...” ucap Hae Ra tapi Tuan Song sudah
lebih dulu menutup telpnya. Semua
terlihat sibuk berusaha mencari pesawat penganti.
Hae Ra
keluar dari gedung dan melihat sosok orang yang dicintainya. Soo Ho memanggil
wanita yang berdiri tak jauh darinya sambil mengoda kalau butuh kastanye
panggang hari ini. Hae Ra langsung berjalan ke arah Soo Ho dengan menahan rasa
sedihya, Soo Ho melhat wajah Hae Ra yang terluka, Hae Ra langsung memeluk erat
Soo Ho dan menangis di pelukanya.
“Ada apa?
Apa yang terjadi? Apa ada yang tidak beres? Tidak perlu menangis untuk hal
seperti itu.” Ungkap Soo Ho menenangkan.
“Aku kesal”
ungkap Hae Ra terus menangis. Soo Ho meminta agar Ha Ra Jangan menangis
“Hae
Ra... Hatiku... terbakar... Sangat panas.” Ungkap Soo Ho yang menerima pelukan
erat Hae Ra.
“Suasana
hatiku sedang buruk. Aku tidak sedang dalam mood untuk mendengar leluconmu.” Keluh
Soo Ho
“Aku
tidak bercanda. Ini sangat panas.” Kata Soo Ho lalu melepaskan pelukan Hae Ra
sejenak. Soo Ho mengeluarkan bungkusan lain dari dalam jaketnya.
“Kalau
kau tidak menyukai kastanye, maka Aku juga membeli kentang panggang panggang.
Apa kau tidak mencium baunya?” ucap Soo Ho mengoda
“Apa Ini
tidak menyenangkan?”keluh Hae Ra menahan senyumnya. Soo Ho bisa melihat Hae Ra
yang tersenyum.
“Kau tahu
apa yang terjadi saat kau tersenyum setelah menangis?” goda Soo Ho. Hae Ra
meminta Soo Ho agar berhenti mengodanya.
“Hentikan
apa? Aku serius. Waktu aku kuliah di kedokteran, Seseorang datang ke rumah
sakit karena itu. Dia datang ke ruang gawat darurat.” Cerita Soo Ho. Hae Ra
kesal Soo Ho yang masih bisa Bercanda disituasi seperti sekarang dan kembali
memeluk Soo Ho.
“Semuanya
baik baik saja... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tidak apa-apa. Aku ada
disisimu, Kau akan melewati banyak perjuangan dalam hidupmu. Ini Tetap saja,
tidak masalah... Aku di sini di sisimu.” Ungkap Soo Ho
Hae Ra
masih sedikit menangis tapi merasa nyaman dipelukan Soo Ho, Soo Ho meminta agar
bisa melihat wajah Hae Ra. Hae Ra menolak, Soo Ho memuji kalau ada wanitanya
didepanya dengan senyuman bahagia.
Baek Hee
merapihkan botol parfumnya, lalu melihat cincin pemberian Tuan Park sambil
bertaka kalau cincin itu akan bergabung kembali dengan pemiliknya besok. Esoknya
dirumah Soo Ho terlihat kesibukan, Hae Ra sudah mengunakan gaun merah.
“Hae Ra,
coba lihat... Haruskah aku meletakkannya di sini?” tanya Soo Ho menaruh buket
bunga mawar diatas meja, Hae Ra pikir itu sempurna.
“Siapa
tamu mu hari ini yang kau panggil chef?” tanya Bibi Lee. Soo Ho menjawab kalau
itu Orang yang banyak membantunya.
“Bergabunglah
dengan kami untuk makan malam nanti.” Kata Soo Ho mengajak Bibi Lee
“Tidak,
terima kasih... Ini tidak nyaman.” Kata Bibi Lee menolak Soo Ho pikir Tidak
perlu seperti itu
“Kau dan
tamuku, semua keluarga bagiku.” Kata Soo Ho.
Hae Ra
akhirnya mengulang kembali dengan menaruh berapa bunga diatas meja makan, Soo
Ho pun terlihat bahagia bersama dengan Hae Ra. Bibi Lee melihat keduanya sangat
dekat merasa hanya dirinya satu-satunya orang yang kesepian di dunia ini.
“Jika
keduanya menikah, Apa yang akan terjadi padaku?” ucap Bibi Lee lalu keluar dari
rumah menyapa Baek Hee yang baru datang denganbertanya Apakah tamu untuk hari
ini. Baek Hee langsung memberikan pukulan di dahi Bibi Lee.
“Sudah
kubilang 15 tahun yang lalu. Aku menyuruhmu mengurus anak malang sebagai
bayaran atas semua hutangmu dan aku tak akan muncul lagi sampai dia menikah.” Kata
Baek Hee marah
“ Lalu
kenapa kau di sini?” tanya Bibi Lee sambil memegang dahinya yang sakit
“Aku tak
bisa memprediksi bagaimana dunia berjalan.” Kata Baek Hee.
“Aku melakukan
apa yang bisa kulakukan. Ini Sudah cukup. Aku bisa saja meninggalkannya setelah
menerima uang darimu.” Kata Bibi Lee
“Aku
pasti akan membunuhmu saat itu.” Kata Baek Hee merah.
“Hei..Siapa
yang menyelamatkanku dari tenggelam di tempat itu? Aku dikhianati oleh suamiku
sendiri dan memiliki hutang yang banyak. Tapi kau menyelamatkanku. Kau membayar
semua biaya rumah sakitku dan merawatku seperti keluarga. Aku tahu kau tidak
akan membunuhku.” Kata Bibi Lee yakin
“Benar. Aku
ingin kau mengurus Hae Ra dengan
keberanianmu.” Pikir Baek Hee.
“Kecuali
kegagalan investasi hanok, Aku melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan. Aku
tidak pernah menarik uang yang kau kirimkan setiap lilburan.” Jelas Bibi Lee.
“Baiklah...
Anggap saja kita tak pernah bertemu sebelumnya.” Ucap Baek Hee.
Pegawai Soo
Ho masuk keruangan memberitahu kalau datang untuk menemui Ibu Choi Seo Rin. Sharon
mengaku kalau wanita itu tidak tinggal di sini. Si pegawai heran karena alamatnya ada di berkasnya. Sharon ingin tahu
alasan mencarai Nyonya Choi Seo Rin.
“Jika kau
menemui dia, tolong hubungi aku.” Ucap Chan Ki memberikan kartu namanya. Sharon
melihat nama Ahn Chan Ki dan dari "Blacksmith's"
“Tunggu
sebentar... Bukankah CEO perusahaan ini, Moon Soo Ho?” ucap Sharon. Chan Ki
membenarkan. Sharon ingin tahu Ada masalah apa mencarinya.
Baek Hee
mengaku sangat senang dan beruntung memiliki
waktu yang berharga dengan Soo Ho. Mereka pun mulai bersulang bersama, Baek Hee
pikir Ini seperti dalam mimpi, bahkan tidak pernah membayangkan Makan di rumah
Soo Ho seperti sekarang dan merasa terharu.
“Jangan
menangis.. Aku akan menangis juga jika kau melakukannya.” Kata Soo Ho
“Bagaimana
kau bisa saling mengenal?” tanya Bibi Lee sambil memotong steak.
“Ada dua
orang yang menyelamatkan hidupku. Mereka adalah Ny. Jang dan Hae Ra.” Akui Soo
Ho
Hae Ra
mengingat Soo Ho yang mengatakan “Kau adalah orang kedua yang menyelamatkan
hidupku. Jadi mengetahui kala Baek Hee adalah orang pertama. Bibi Lee bertanya
Apakah Baek Hee menyelamatkan Soo Ho dari tenggelam atau semacamnya.
“Ketika
aku tidak bisa melakukan apa-apa dan ingin mati, Dia memberiku keberanian untuk
bertahan.” Cerita Soo Ho
“Saat aku
masih muda, Aku mengantar jus hijau di kota. Aku tahu siapa tinggal di mana dan
juga keadaan mereka. Suatu hari aku melihat seorang bocah jenius matematika dengan
bekas luka di wajahnya menangis di ladang buluh.”cerita Baek Hee. Hae Ra
menatap Soo Ho seperti baru mengetahuinya.
“Aku
berbohong bisa memprediksi masa depan. Aku bilang "Tidak ada yang
menghalangimu. Kau akan mencapai semua yang kau inginkan."” Cerita Baek
Hee.
“Aku tidak
punya tempat untuk bersandar, jadi kuputuskan untuk mempercayai kebohongannya.”ungkap
Soo Ho
“Aku
berdoa untuk Soo Ho bahkan ketika aku menyumbangkan sebuah koin di pot amal
Salvation Army.” Cerita Baek Hee.
Bibi Lee
malah berkomentar Baek Hee itu sangat
usil. Hae Ra melotot pada Bibinya yang asal bicara. Baek Hee bercerita kalau tahu
itu ada meski tidak bisa melihatnya. Hae Ra bertanya apa yang dimaksud.
“Doa
putus asa atau kerinduan yang pedih. Dapatkah kau melihat darimana hal tersebut
tercapai? Kau tidak bisa. Tapi bisakah kau mengatakan itu tidak ada? Doaku
menumpuk dan menjadi kenyataan didepan mataku.” Ungkap Baek Hee menghapus air
mata harunya.
“Aku percaya
pada kekuatan hati dan juga percaya pada karma.” Kata Baek Hee
“Ini
semua kebetulan dan takhayul, Tidak ada hal seperti itu.” Komentar Bibi Lee
sinis, Hae Ra kembai memberikan tatapan. Soo Ho akhirnya mengajak mereka
kembali bersulang.
Soo Ho
duduk dengan Baek Hee diruang tengah. Baek Hee menceritakan ingin menyimpan
kenangan hari ini dalam catatan harian karena sangat senang. Soo Ho merasa kalau akan segera mati untuk semua keberuntungan
yang dimiliki.
“Kuharap
ini hanya perhatian yang tak berarti.” Kata Soo Ho. Baek Hee meminta Soo Ho
mengulurkan tanganya.
“Jangan
khawatir tentang hal itu. kau akan hidup bahagia sampai kau berusia 300tahun.” Kata
Baek Hee seperti seorang peramal melihat garis tangan.
“Aku akan
mempercayaimu lagi.” Kata Soo Ho dengan tawanya.
“Bukankah
Geumseong 1-dong dan Geumseong 2-dong tempatmu bekerja?” kata Baek Hee. Soo Ho
membenarkan.
“Aku mendengar
Ketua Park Chul Min telah meyakinkan orang untuk melakukan pembangunan kembali.
Apa kau mengenalnya dengan baik?” ucap Baek Hee.
“Kami
memiliki sejarah yang buruk.” Ungkap Soo Ho. Baek Hee ingin tahu ceritanya. Tapi
Soo Ho memutuskan akan memberitahu nanti karena ingin berbicara tentang hal-hal
saja baik malam ini.
Di dapur,
Bibi Lee melihat Baek Hee yang sedang bicara dengan Soo Ho berkomentar kalau
Baek hee itu aneh. Hae Ra melihatnya sambil membuat kopi. Bibi Lee pikir Baek
Hee mungkin bertindak seperti Ibu mertuanya jika Hae Ra menikahi Soo Ho. Hae Ra
mengeluh bibinya yang berkomentar negatif.
“Butuh waktu
lama sampai kita menikah. Aku juga harus mencapai sesuatu dalam hidupku... Bukankah
begitu?” kata Hae Ra. Bibi Lee juga berpikiran yang sama.
Baek Hee
memberikan kantung meminta Soo Ho mengambilnya serta digunakan saat membuat cincin
yang cocok dengan Hae Ra. Soo Ho melihat kalau cincin yang terlihat sangat tua.
Baek Hee pun berharap Soo Ho percaya lagi apa yang dikatakan dan melakukan itu.
Soo Ho pun berjanji akan melakukanya.
“Ayo kita
makan pencuci mulut. Aku membuat kopi yang nikmat.” Ucap Hae Ra masuk ke ruang
tengah.
“Benarkan?
Kuharap bisa menikmatinya. Aku lebih baik dalam hal ini. Kenapa kau tidak
memanggilku?” kata Soo Ho
“Tidak,
kali ini, ternyata berhasil.” Kata Hae Ra. Soo Ho pun berjalan memeluk Hae Ra
aga bisa melihatnya. Baek Hee melihat keduanya bisa tersenyum seperti
mengingikan keduanya bersatu.
Dimalam
harinya, Sharon sengaja memotong timun untuk membuat masker, tapi sebagain
dimakan seperti cara menyakinkan orang kalau itu membuat dirinya masih terlihat
muda.
Hae Ra
dkk sudah berkumpul diruang rapat wajahnya terlihat masih mengantuk. Beberapa
pegawai datang membagikan kopi. Hae Ra mengeluh kalau mereka seharusnya mulai
bekerja dijam 9 pagi dan memanggil mereka untuk pertemuan jam 6:50 setiap hari.
“Hei... Ini
adalah musim puncak untuk bepergian. Kita tidak bisa mengadakan pertemuan
selama jam kerja.” Ucap Direktur masuk ruangan dan ketua Tim pun memberikan
secangkir kopi.
“Sekarang,
tunjukkan apa yang kau bawa.” Ucap Direktur ingin melihat presentasi.
Hae Ra
memberikan Presentasi dengan judul Perjalanan dengan Tema, dengan menjelaskan Paket
wisata sederhana mengalami penurunan permintaan Jadi mereka memikirkan sebuah
perjalanan dengan tema.
“Perjalanan
"Rasakan dengan Chef Terkenal" Atau Penyusuran Che Guevara di Amerika
Selatan. Untuk Perjalanan Rasa, kau dapat menikmati perjalananmu dan juga makanan
dengan penjelasan dari koki selama di perjalanan. Jadi kami memikirkan perjalanan
dengan tema semacam itu.” Jelas Hae Ra
“Kedengarannya
bagus. Aku sudah bilang untuk memikirkan hal seperti itu.” Komentar Direktur
“Kau? Aku
tidak ingat kau mengatakan itu.” Komentar Ketua Tim, Hae Ra pun dibuat binggung
“Aku sudah
bilang untuk melakukan ini sebelumnya. Kau jelas mengambil ideku.” Kata Direktur
“Direktur,
Kami memikirkan hal ini sendiri. Kami memikirkan ini setelah kami kalah di
bisnis penyewaan pakaian.” Jelas Ketua Tim
“Ketua
akan menyukai ide ini. Coba lihat, Kalian dapat ide bagus berkat aku. Benarkan,
Hae Ra?” kata Direktur. Hae Ra terdiam seperti menahan amarahnya.
“Apa yang
harus kulakukan pada saat seperti ini? Apa aku harus tetap tenang? Atau
haruskah aku marah? Aku benar-benar frustrasi sekarang.” Gumam Hae Ra
Saat itu
Soo Ho masuk ruangan, Hae Ra kaget mendengarnya. Direktur langsung
menyambutnya, Soo Ho meminta maaf karena agak terlambat. Direktur memperkenalkan Soo Ho yang akan
bekerja dengan mereka di Seoul Neighborhood Project. Semua pun menyapa Soo Ho
dengan ramah dan Soo Ho membalasnya dengan senyuman.
Soo Ho
berjalan didepan meja Hae Ra dan melihat foto saat memegang es cream. Hae Ra
datang menyuruh Soo Ho pergi bukan berada didepan meja kerjanya. Soo Ho pikir Pasti kedinginan diruang
kerjanya jadi akan membawakan pemanas
kecil. Hae Ra pikir tak perlu
“Astaga,
ini berarti kita akan bertemu dua kali seminggu dalam pertemuan.” Ucap Soo Ho
bahagia.
“ Aku
tahu kalian semua sibuk, jadi kita akan menyiapkan semuanya agak tidak membuang
waktumu. Terima kasih.” Kata Ketua Tim menyapa Soo Ho. Hae Ra menyuruh Soo Ho
pergi dan akan menemuinya diluar. Soo Ho dengan sopan pergi memanggil nama “Nona
Jung” dengan senyuman.
Soo Hoo
menunggu didepan tangga, Hae Ra datang bertanya Apa yang terjadi. Soo Ho pikir
Direktur utama Hae Ra benar-benar menarik karena memanggilku jam 6 pagi dan
ingin bertemu dengannya. Hae Ra merasa ini sangat memalukan.
“Aku
memilih agensi ini sebagai rekan untuk bekerja sama.” Ucap Soo Ho
Mungkin merepotkan bagi kita untuk bekerja
sama.” Goda Hae Ra
“Apa
tempat ini memiliki kamera keamanan?” tanya Soo Ho dan Hae Ra melihat
sekeliling. Soo Ho pikir tak ada dan langsung menarik Hae Ra dalam pelukanya. Keduanya
saling menepuk punggung seperti ingin saling menenangkan.
“Aku
sangat senang bisa bekerja sama denganmu.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra memeluk dengan erat
“Aku
sibuk hari ini. Aku akan menemuimu dirumah.” Kata Soo Ho. Hae Ra pun menyuruh
Soo Ho segera pergi dengan menuruni tangga dan memberikan semangat.
Soo Ho
baru saja pulang, Chan Ki membalikan badan dengan memegang kopinya tak sengaja
menumpahkan pada baju bosnya, semua pun panik menanyakan keadaan Soo Ho karena
pasti panas. Chan Ki meminta maaf karena Soo Ho ada pertemuan dengan pemilik
properti. Soo Ho dengan senyuman merasa tak masalah menyuruh mereka Kembali
bekerja saja.
Akhirnya
Soo Ho membuka kotak hadiah yang diberikan Ji Hoon dengan melihat kemeja putih
seperti terlihat biasa saja. Saat itu Sharon datang dengan berjalan anggun,
Chan Ki meminta Sharon agar duduk di sofa itu dan menunggu sebentar.
“Aku
berharap dia dan aku akan tinggal di bawah atap yang sama.” Gumam Sharon dengan
Soo Ho yang berganti pakaian dengan kemeja pemberian Sharon tanpa curiga.
Soo Ho
akhirnya keluar dari ruangan dan kaget melihat Sharon, Chan Ki memperkenalkan
kalau Sharon adalah Nona Choi Seo Rin. Sharon mengaku mewarisi tanah dari nenek
moyangnya Tapi ada kesalahan diberkas. Soo Ho pun memperkenalkan diri sebagai
CEO dan Sharon mengulurkan tangan dengan memperkenalkan namanya Choi Seo Rin.
Bersambung
ke episode 11
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar