PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 06 Januari 2018

Sinopsis Black Knight Episode 10 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hae Ra melihat gaun yang dibuat Sharon pada manekin, Seung Hoo memberikan secangkir teh  dengan menceritakan kalau Butuh waktu setengah hari bagi Sharon untuk membuatnya dan kemudian pingsan. Sharon akhirnya keluar dari ruangan kerjanya.
“Kau pasti lelah. Aku minta maaf mengganggumu.” Ucap Hae Ra. Sharon melihat barang yang dibawa Hae Ra dan bertanya Apa itu
“Ini adalah draft proposal yang kubuat. Jadi Silakan lihat.” Ucap Hae Ra. Sharon menegaskan kalau tidak mau melakukannya.
“Kalau begitu tolong tinjau nanti setelah kau beristirahat.” Kata Hae Ra tetap berharap.
“Aku tak bisa dipaksa untuk melakukan apapun.” Tegas Sharon. 


Akhirnya Hae Ra mengalihkan dengan memuji Gaun Sharon itu sangat cantik dan ingin melihatnya. Ia bertanya apakah Sharon kau juga membuat gaun pengantin. Shaorn mengaku tidak pernah membuatnya untuk seseorang dan pernah membuatnya saat merasaa sedih, lalu merobeknya.
“Sayang sekali...” ungkap Hae Ra. Sharon pun seperti tak peduli dengan rasa simpat Hae Ra.
“Kuharap kau juga akan membuat gaun pengantin.” Ungkap Hae Ra. Sharon ingin tahu alasanya.
“Apa maksudmu kenapa? Ini akan menjadi berkat yang besar jika kau bisa mengenakan gaun cantik seperti ini pada hari terpenting dalam hidupmu. Suatu hari saat aku menikah, Aku ingin memakai gaun yang terbuat dari Sharon Tailor.” Ucap Hae Ra dan meliaht ada Ada topi untuk penganti.
“Menurutmu siapa yang akan kau nikahi?” tanya Sharon, Hae Ra mengaku tidak tahu
“Baek Hee... Haruskah aku membunuhnya dan melarikan diri? Aku seorang ahli dalam hidup bersembunyi. Kuharap kau akan ingat masa lalumu setidaknya sekali. Dia akan merasa kasihan padaku.” Gumam Sharon yang sudah memegang gunting ditanganya.
“Bukan pria yang tinggal bersamamu, bukan?” kata Sharon ingin memastikan
“Akan menyenangkan untuk menikah dengannya.” Ungkap Hae Ra tersenyum bahagia.
Sharon berjalan dibelakang Hae Ra dan langsung mengangkat guntingnya. Di rumah Baek Hee seperti merasakan sesuatu dan saat itu juga terlihat tatto yang sama terlihat ditanganya. Hae Ra kaget karena Sharon mengunting bagian kain dan ujung gunting melukai wajahnya.
“Aku tidak tahu kenapa aku membuat kerudung seperti itu. Itu kelihatan norak, jadi aku tak tahan.” Ucap Sharon berdalih

“Apa kau gila? Apa kau tidak waras? Bagaimana kau bisa mengarahkan gunting seperti itu?” ucap Hae Ra marah
“Kenapa kau memakai kerudung bodoh itu? Aku juga harus memotongnya di sini.” Kata Sharon dengan nada tinggi.
Hae Ra akhirnya mendorong sharon agar menjauh. Sharon terjauh dan tak terima dengan Hae Ra yang berani mendorongnya lalu menyuruh Hae Ra keluar karena tidak akan melakukan pekerjaan itu.
“Minta maaf dulu padaku, kau wanita bodoh... Mohon maaf, sekarang!” ucap Hae Ra mencengkram baju Sharon.
“Lepaskan tanganmu dariku!”teriak Sharon akhirnya keduanya bergulingan di lantai berkelahi dengan saling menarik rambut. 
Hae Ra akhirnya keluar dengan rambut yang berantakan serta luka dibagian wajahnya. Seung Hoo memberikan obat pada Sharon karena itu terluka. Sharon mengingat Boon Yi, gadis malang itu dulu adalah pelayan yang membuat pakaiannya.
“Beraninya dia menggigitku dan melukaiku?” ucap Sharon. Seung Hoo yang mendengarnya heran.
“Tidakkah kau melihat apa yang dia lakukan padaku?” kata Shaon kesal
“Tunggu... Apa kau punya tato di sini juga?” ucap Seung Hoo melihat ada dibagian tangan, Sharon kaget melihat tulisan  ditanganya. 


Hae Ra berjalan seperti sudah pasrah, lalu teringat kembali ucapan Soo Ho “Jika kau ingin menggunakan bakat seseorang untuk bisnismu, maka Kau harus siap untuk melakukan sesuatu yang besar demi mereka.. Hae Ra. Lakukan.” Akhirnya Hae berbalik arah
Seung Hoo masih membantu Sharon dan mendengar ada seseorang yang masuk. Sharon pun melihat siapa yang datang. Hae Ra kembali datang dengan membawa bungkusan ditanganya. 

Semua makanan kaki lima tersedia diatas meja, Hae Ra meminta maaf merasa kalau Seharusnya lebih mengerti Tapi aku gagal melakukan itu dan meminta agar bisa dimaafkan. Sharon hanya terdiam.
“ Ini Sudah kupikirkan... Pakar tembikar memecahkan keramik halus... jika keramiknya tidak sesuai selera mereka. Aku minta maaf. Aku tidak mengerti itu sebelumnya.” Ucap Hae Ra memohon maaf dengan tulus.
“Hae Ra... Kau memiliki kepribadian yang menakjubkan. Aku belum pernah melihat orang yang keren.” Ungkap Seung Hoo memuji  
“Tolong bawakan kami beberapa piring.” Pinta Hae Ra. Seung Hoo pun bergegas mengambil piring.
Hae Ra memberitahu Sharon kalau membawa banyak... tteokbokki, sundae, dan gorengan, lalu kembali meminta maaf dan memohon agar mempertimbangkan agar bisa bekerja sama dengan perusahaannya setidaknya satu kali. Sharon tetap diam.
“Aku yakin kau akan berubah pikiran jika kau melihat proposalnya. Aku dengan tulus memohon padamu.” Kata Hae Ra, Sharon pun tetap diam saja. 

Hae Ra akhirnya kembali ke kantor dengan wajah yang sudah diberi plester, terjadi ketegangan dalam ruangan. Ketua Tim memberitahu kalau Circle Tour akan memulai bisnis persewaan pakaian.
“Kupikir ide kita bocor, Itu persis sama dengan milik kita.” Ucap Ketua Tim. Hae Ra kaget mendengarnya.
“Lebih baik begitu, Dibutuhkan terlalu banyak pekerjaan dan tidak menghasilkan keuntungan.” Keluh Direktur
“Aku yakin mereka akan membatalkannya setelah satu masa jabatan. Hae Ra, jangan kecewa.” Ucap Ketua Tim  memberikan semangat
“Bukankah aku sudah bilang jangan membual tentang idenya? Astaga, kau membuatku lelah. Aku lelah sekali.” Keluh Direktur lalu keluar ruangan. Ji Hee mengeluh pada bosnya yang bisa mengatakan itu

Hae Ra duduk di toilet sendirian seperti berusaha menahan tangis, Ketua Tim memanggilnya meminta agar Hae Ra Berhenti menangis. Hae Ra mengaku tidak menangis. Ketua Tim pun bertanya apa yang dilakukanya dalam toilet. Hae Ra hanya menjawab kalau sedang sembelit.
“Jangan bohong, sekarang Keluar... Kita punya masalah.” Ucap Ketua Tim. Akhirnya Hae Ra keluar dengan wajah kaget.
“Pilot Eagle Airline sedang melakukan pemogokan. Kita perlu memesan penerbangan baru untuk tur kelompok. Setelah kita mengurus ini, mari kita menangis bersama.” Kata Ketua Tim. 

Hae Ra menelp Tuan Song menjelaskan Situasi benar-benar mendesak... karena pemogokan jadi meminta agar bisa mengurus 30 orang karena belum memberi mereka kesepakatan bagus jadi meminta tolong agar bisa membantunya
“30 orang yang terhubung ke Frankfurt akan melakukan...” ucap Hae Ra tapi Tuan Song sudah lebih dulu menutup telpnya.  Semua terlihat sibuk berusaha mencari pesawat penganti.
Hae Ra keluar dari gedung dan melihat sosok orang yang dicintainya. Soo Ho memanggil wanita yang berdiri tak jauh darinya sambil mengoda kalau butuh kastanye panggang hari ini. Hae Ra langsung berjalan ke arah Soo Ho dengan menahan rasa sedihya, Soo Ho melhat wajah Hae Ra yang terluka, Hae Ra langsung memeluk erat Soo Ho dan menangis di pelukanya.

“Ada apa? Apa yang terjadi? Apa ada yang tidak beres? Tidak perlu menangis untuk hal seperti itu.” Ungkap Soo Ho menenangkan.
“Aku kesal” ungkap Hae Ra terus menangis. Soo Ho meminta agar Ha Ra Jangan menangis
“Hae Ra... Hatiku... terbakar... Sangat panas.” Ungkap Soo Ho yang menerima pelukan erat Hae Ra.
“Suasana hatiku sedang buruk. Aku tidak sedang dalam mood untuk mendengar leluconmu.” Keluh Soo Ho
“Aku tidak bercanda. Ini sangat panas.” Kata Soo Ho lalu melepaskan pelukan Hae Ra sejenak. Soo Ho mengeluarkan bungkusan lain dari dalam jaketnya.
“Kalau kau tidak menyukai kastanye, maka Aku juga membeli kentang panggang panggang. Apa kau tidak mencium baunya?” ucap Soo Ho mengoda
“Apa Ini tidak menyenangkan?”keluh Hae Ra menahan senyumnya. Soo Ho bisa melihat Hae Ra yang tersenyum.
“Kau tahu apa yang terjadi saat kau tersenyum setelah menangis?” goda Soo Ho. Hae Ra meminta Soo Ho agar berhenti mengodanya.
“Hentikan apa? Aku serius. Waktu aku kuliah di kedokteran, Seseorang datang ke rumah sakit karena itu. Dia datang ke ruang gawat darurat.” Cerita Soo Ho. Hae Ra kesal Soo Ho yang masih bisa Bercanda disituasi seperti sekarang dan kembali memeluk Soo Ho.
“Semuanya baik baik saja... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tidak apa-apa. Aku ada disisimu, Kau akan melewati banyak perjuangan dalam hidupmu. Ini Tetap saja, tidak masalah... Aku di sini di sisimu.” Ungkap Soo Ho
Hae Ra masih sedikit menangis tapi merasa nyaman dipelukan Soo Ho, Soo Ho meminta agar bisa melihat wajah Hae Ra. Hae Ra menolak, Soo Ho memuji kalau ada wanitanya didepanya dengan senyuman bahagia. 


Baek Hee merapihkan botol parfumnya, lalu melihat cincin pemberian Tuan Park sambil bertaka kalau cincin itu akan bergabung kembali dengan pemiliknya besok. Esoknya dirumah Soo Ho terlihat kesibukan, Hae Ra sudah mengunakan gaun merah.
“Hae Ra, coba lihat... Haruskah aku meletakkannya di sini?” tanya Soo Ho menaruh buket bunga mawar diatas meja, Hae Ra pikir itu sempurna.
“Siapa tamu mu hari ini yang kau panggil chef?” tanya Bibi Lee. Soo Ho menjawab kalau itu Orang yang banyak membantunya.
“Bergabunglah dengan kami untuk makan malam nanti.” Kata Soo Ho mengajak Bibi Lee
“Tidak, terima kasih... Ini tidak nyaman.” Kata Bibi Lee menolak Soo Ho pikir Tidak perlu seperti itu
“Kau dan tamuku, semua keluarga bagiku.” Kata Soo Ho. 

Hae Ra akhirnya mengulang kembali dengan menaruh berapa bunga diatas meja makan, Soo Ho pun terlihat bahagia bersama dengan Hae Ra. Bibi Lee melihat keduanya sangat dekat merasa hanya dirinya satu-satunya orang yang kesepian di dunia ini.
“Jika keduanya menikah, Apa yang akan terjadi padaku?” ucap Bibi Lee lalu keluar dari rumah menyapa Baek Hee yang baru datang denganbertanya Apakah tamu untuk hari ini. Baek Hee langsung memberikan pukulan di dahi Bibi Lee.
“Sudah kubilang 15 tahun yang lalu. Aku menyuruhmu mengurus anak malang sebagai bayaran atas semua hutangmu dan aku tak akan muncul lagi sampai dia menikah.” Kata Baek Hee marah
“ Lalu kenapa kau di sini?” tanya Bibi Lee sambil memegang dahinya yang sakit
“Aku tak bisa memprediksi bagaimana dunia berjalan.” Kata Baek Hee.
“Aku melakukan apa yang bisa kulakukan. Ini Sudah cukup. Aku bisa saja meninggalkannya setelah menerima uang darimu.” Kata Bibi Lee
“Aku pasti akan membunuhmu saat itu.” Kata Baek Hee merah.
“Hei..Siapa yang menyelamatkanku dari tenggelam di tempat itu? Aku dikhianati oleh suamiku sendiri dan memiliki hutang yang banyak. Tapi kau menyelamatkanku. Kau membayar semua biaya rumah sakitku dan merawatku seperti keluarga. Aku tahu kau tidak akan membunuhku.” Kata Bibi Lee yakin
“Benar. Aku ingin kau mengurus Hae Ra  dengan keberanianmu.” Pikir Baek Hee.
“Kecuali kegagalan investasi hanok, Aku melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan. Aku tidak pernah menarik uang yang kau kirimkan setiap lilburan.” Jelas Bibi Lee.
“Baiklah... Anggap saja kita tak pernah bertemu sebelumnya.” Ucap Baek Hee. 


Pegawai Soo Ho masuk keruangan memberitahu kalau datang untuk menemui Ibu Choi Seo Rin. Sharon mengaku kalau wanita itu tidak tinggal di sini. Si pegawai heran karena  alamatnya ada di berkasnya. Sharon ingin tahu alasan mencarai Nyonya Choi Seo Rin.
“Jika kau menemui dia, tolong hubungi aku.” Ucap Chan Ki memberikan kartu namanya. Sharon melihat nama Ahn Chan Ki dan dari "Blacksmith's"
“Tunggu sebentar... Bukankah CEO perusahaan ini, Moon Soo Ho?” ucap Sharon. Chan Ki membenarkan. Sharon ingin tahu Ada masalah apa mencarinya. 

Baek Hee mengaku  sangat senang dan beruntung memiliki waktu yang berharga dengan Soo Ho. Mereka pun mulai bersulang bersama, Baek Hee pikir Ini seperti dalam mimpi, bahkan tidak pernah membayangkan Makan di rumah Soo Ho seperti sekarang dan merasa terharu.
“Jangan menangis.. Aku akan menangis juga jika kau melakukannya.” Kata Soo Ho
“Bagaimana kau bisa saling mengenal?” tanya Bibi Lee sambil memotong steak.
“Ada dua orang yang menyelamatkan hidupku. Mereka adalah Ny. Jang dan Hae Ra.” Akui Soo Ho
Hae Ra mengingat Soo Ho yang mengatakan “Kau adalah orang kedua yang menyelamatkan hidupku. Jadi mengetahui kala Baek Hee adalah orang pertama. Bibi Lee bertanya Apakah Baek Hee menyelamatkan Soo Ho dari tenggelam atau semacamnya.
“Ketika aku tidak bisa melakukan apa-apa dan ingin mati, Dia memberiku keberanian untuk bertahan.” Cerita Soo Ho
“Saat aku masih muda, Aku mengantar jus hijau di kota. Aku tahu siapa tinggal di mana dan juga keadaan mereka. Suatu hari aku melihat seorang bocah jenius matematika dengan bekas luka di wajahnya menangis di ladang buluh.”cerita Baek Hee. Hae Ra menatap Soo Ho seperti baru mengetahuinya.
“Aku berbohong bisa memprediksi masa depan. Aku bilang "Tidak ada yang menghalangimu. Kau akan mencapai semua yang kau inginkan."” Cerita Baek Hee.
“Aku tidak punya tempat untuk bersandar, jadi kuputuskan untuk mempercayai kebohongannya.”ungkap Soo Ho
“Aku berdoa untuk Soo Ho bahkan ketika aku menyumbangkan sebuah koin di pot amal Salvation Army.” Cerita Baek Hee.
Bibi Lee malah berkomentar Baek Hee itu  sangat usil. Hae Ra melotot pada Bibinya yang asal bicara. Baek Hee bercerita kalau tahu itu ada meski tidak bisa melihatnya. Hae Ra bertanya apa yang dimaksud.
“Doa putus asa atau kerinduan yang pedih. Dapatkah kau melihat darimana hal tersebut tercapai? Kau tidak bisa. Tapi bisakah kau mengatakan itu tidak ada? Doaku menumpuk dan menjadi kenyataan didepan mataku.” Ungkap Baek Hee menghapus air mata harunya.
“Aku percaya pada kekuatan hati dan juga percaya pada karma.” Kata Baek Hee
“Ini semua kebetulan dan takhayul, Tidak ada hal seperti itu.” Komentar Bibi Lee sinis, Hae Ra kembai memberikan tatapan. Soo Ho akhirnya mengajak mereka kembali bersulang. 



Soo Ho duduk dengan Baek Hee diruang tengah. Baek Hee menceritakan ingin menyimpan kenangan hari ini dalam catatan harian karena sangat senang.  Soo Ho merasa kalau  akan segera mati untuk semua keberuntungan yang dimiliki.
“Kuharap ini hanya perhatian yang tak berarti.” Kata Soo Ho. Baek Hee meminta Soo Ho mengulurkan tanganya.
“Jangan khawatir tentang hal itu. kau akan hidup bahagia sampai kau berusia 300tahun.” Kata Baek Hee seperti seorang peramal melihat garis tangan.
“Aku akan mempercayaimu lagi.” Kata Soo Ho dengan tawanya.
“Bukankah Geumseong 1-dong dan Geumseong 2-dong tempatmu bekerja?” kata Baek Hee. Soo Ho membenarkan.
“Aku mendengar Ketua Park Chul Min telah meyakinkan orang untuk melakukan pembangunan kembali. Apa kau mengenalnya dengan baik?” ucap Baek Hee.
“Kami memiliki sejarah yang buruk.” Ungkap Soo Ho. Baek Hee ingin tahu ceritanya. Tapi Soo Ho memutuskan akan memberitahu nanti karena ingin berbicara tentang hal-hal saja baik malam ini.
Di dapur, Bibi Lee melihat Baek Hee yang sedang bicara dengan Soo Ho berkomentar kalau Baek hee itu aneh. Hae Ra melihatnya sambil membuat kopi. Bibi Lee pikir Baek Hee mungkin bertindak seperti Ibu mertuanya jika Hae Ra menikahi Soo Ho. Hae Ra mengeluh bibinya yang berkomentar negatif.
“Butuh waktu lama sampai kita menikah. Aku juga harus mencapai sesuatu dalam hidupku... Bukankah begitu?” kata Hae Ra. Bibi Lee juga berpikiran yang sama. 

Baek Hee memberikan kantung meminta Soo Ho mengambilnya serta digunakan saat membuat cincin yang cocok dengan Hae Ra. Soo Ho melihat kalau cincin yang terlihat sangat tua. Baek Hee pun berharap Soo Ho percaya lagi apa yang dikatakan dan melakukan itu. Soo Ho pun berjanji akan melakukanya.
“Ayo kita makan pencuci mulut. Aku membuat kopi yang nikmat.” Ucap Hae Ra masuk ke ruang tengah.
“Benarkan? Kuharap bisa menikmatinya. Aku lebih baik dalam hal ini. Kenapa kau tidak memanggilku?” kata Soo Ho
“Tidak, kali ini, ternyata berhasil.” Kata Hae Ra. Soo Ho pun berjalan memeluk Hae Ra aga bisa melihatnya. Baek Hee melihat keduanya bisa tersenyum seperti mengingikan keduanya bersatu. 

Dimalam harinya, Sharon sengaja memotong timun untuk membuat masker, tapi sebagain dimakan seperti cara menyakinkan orang kalau itu membuat dirinya masih terlihat muda.
Hae Ra dkk sudah berkumpul diruang rapat wajahnya terlihat masih mengantuk. Beberapa pegawai datang membagikan kopi. Hae Ra mengeluh kalau mereka seharusnya mulai bekerja dijam 9 pagi dan memanggil mereka untuk pertemuan jam 6:50 setiap hari.
“Hei... Ini adalah musim puncak untuk bepergian. Kita tidak bisa mengadakan pertemuan selama jam kerja.” Ucap Direktur masuk ruangan dan ketua Tim pun memberikan secangkir kopi.
“Sekarang, tunjukkan apa yang kau bawa.” Ucap Direktur ingin melihat presentasi. 

Hae Ra memberikan Presentasi dengan judul Perjalanan dengan Tema, dengan menjelaskan Paket wisata sederhana mengalami penurunan permintaan Jadi mereka memikirkan sebuah perjalanan dengan tema.
“Perjalanan "Rasakan dengan Chef Terkenal" Atau Penyusuran Che Guevara di Amerika Selatan. Untuk Perjalanan Rasa, kau dapat menikmati perjalananmu dan juga makanan dengan penjelasan dari koki selama di perjalanan. Jadi kami memikirkan perjalanan dengan tema semacam itu.” Jelas Hae Ra
“Kedengarannya bagus. Aku sudah bilang untuk memikirkan hal seperti itu.” Komentar Direktur
“Kau? Aku tidak ingat kau mengatakan itu.” Komentar Ketua Tim, Hae Ra pun dibuat binggung
“Aku sudah bilang untuk melakukan ini sebelumnya. Kau jelas mengambil ideku.” Kata Direktur
“Direktur, Kami memikirkan hal ini sendiri. Kami memikirkan ini setelah kami kalah di bisnis penyewaan pakaian.” Jelas Ketua Tim  
“Ketua akan menyukai ide ini. Coba lihat, Kalian dapat ide bagus berkat aku. Benarkan, Hae Ra?” kata Direktur. Hae Ra terdiam seperti menahan amarahnya.
“Apa yang harus kulakukan pada saat seperti ini? Apa aku harus tetap tenang? Atau haruskah aku marah? Aku benar-benar frustrasi sekarang.” Gumam Hae Ra
Saat itu Soo Ho masuk ruangan, Hae Ra kaget mendengarnya. Direktur langsung menyambutnya, Soo Ho meminta maaf karena agak terlambat.  Direktur memperkenalkan Soo Ho yang akan bekerja dengan mereka di Seoul Neighborhood Project. Semua pun menyapa Soo Ho dengan ramah dan Soo Ho membalasnya dengan senyuman. 


Soo Ho berjalan didepan meja Hae Ra dan melihat foto saat memegang es cream. Hae Ra datang menyuruh Soo Ho pergi bukan berada didepan meja kerjanya.  Soo Ho pikir Pasti kedinginan diruang kerjanya jadi  akan membawakan pemanas kecil. Hae Ra pikir tak perlu
“Astaga, ini berarti kita akan bertemu dua kali seminggu dalam pertemuan.” Ucap Soo Ho bahagia.
“ Aku tahu kalian semua sibuk, jadi kita akan menyiapkan semuanya agak tidak membuang waktumu. Terima kasih.” Kata Ketua Tim menyapa Soo Ho. Hae Ra menyuruh Soo Ho pergi dan akan menemuinya diluar. Soo Ho dengan sopan pergi memanggil nama “Nona Jung” dengan senyuman.

Soo Hoo menunggu didepan tangga, Hae Ra datang bertanya Apa yang terjadi. Soo Ho pikir Direktur utama Hae Ra benar-benar menarik karena memanggilku jam 6 pagi dan ingin bertemu dengannya. Hae Ra merasa ini sangat memalukan.
“Aku memilih agensi ini sebagai rekan untuk bekerja sama.” Ucap Soo Ho
 Mungkin merepotkan bagi kita untuk bekerja sama.” Goda Hae Ra
“Apa tempat ini memiliki kamera keamanan?” tanya Soo Ho dan Hae Ra melihat sekeliling. Soo Ho pikir tak ada dan langsung menarik Hae Ra dalam pelukanya. Keduanya saling menepuk punggung seperti ingin saling menenangkan.
“Aku sangat senang bisa bekerja sama denganmu.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra    memeluk dengan erat
“Aku sibuk hari ini. Aku akan menemuimu dirumah.” Kata Soo Ho. Hae Ra pun menyuruh Soo Ho segera pergi dengan menuruni tangga dan memberikan semangat. 

Soo Ho baru saja pulang, Chan Ki membalikan badan dengan memegang kopinya tak sengaja menumpahkan pada baju bosnya, semua pun panik menanyakan keadaan Soo Ho karena pasti panas. Chan Ki meminta maaf karena Soo Ho ada pertemuan dengan pemilik properti. Soo Ho dengan senyuman merasa tak masalah menyuruh mereka Kembali bekerja saja.
Akhirnya Soo Ho membuka kotak hadiah yang diberikan Ji Hoon dengan melihat kemeja putih seperti terlihat biasa saja. Saat itu Sharon datang dengan berjalan anggun, Chan Ki meminta Sharon agar duduk di sofa itu dan menunggu sebentar.
“Aku berharap dia dan aku akan tinggal di bawah atap yang sama.” Gumam Sharon dengan Soo Ho yang berganti pakaian dengan kemeja pemberian Sharon tanpa curiga. 

Soo Ho akhirnya keluar dari ruangan dan kaget melihat Sharon, Chan Ki memperkenalkan kalau Sharon adalah Nona Choi Seo Rin. Sharon mengaku mewarisi tanah dari nenek moyangnya Tapi ada kesalahan diberkas. Soo Ho pun memperkenalkan diri sebagai CEO dan Sharon mengulurkan tangan dengan memperkenalkan namanya Choi Seo Rin.
Bersambung ke episode 11

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar