Shi Young
mencatat dibuku [Siapa Lee Shi Yoon?] dengan Ga Ram yang duduk disampingnya.
Shi Kyung mengeluarkan semua barang dari laci meja belajar seperti tak percaya kalau
Ada banyak barang dan Sepertinya barang-barang ayah. Shi Young tak percaya
kalau kakaknya baru sekarang memeriksanya
“Aku tak
membutuhkan meja tulis.” Ucap Shi Kyung lalu melihat ada sebuah buku yang
ditemukan.
“Sampul
buku bergambar aktris. Ayahku bilang sangat trendi di masa mudanya. Foto
seorang aktris digunakan sebagai sampul buku.” Jelas Ga Ram
“Jadi ini
aktis favorit ayahku? Tapi Dia siapa?” ucap Shi Kyung. Ga Ram tak tahu. Shi
Young pikir sama sekali tak mirip ibunya.
“Kurasa
pendekatan kita salah.” Komentar Ga Ram. Shi Young bertanya apa yang salah.
“Walau
dengan ingatan Shi Young dan barang di kamar ini, masih terlalu samar. Hei... Shi
Kyung, kau mencoba jadi putra Nenek Duk Boon, bukan ayah Shi Young. Kau harus
cari orang yang bisa menceritakan ayahmu dulu sebagai seorang anak. Kau bilang
ibumu menentang ide tamasya. Apa ada selain ibumu yang mengenal ayahmu dengan
baik?” ucap Ga Ram
“Ada...
seseorang.” Kata Shi Kyung mengingat seseorang. Keduanya penasaran siapa
orangnya.
Shi Kyung
bertemu guru BP di lorong sekolah. Guru Bp mengatakan kalau sudah mengatakan
beberapa kali kalau Shi Kyung sangat jauh berbeda dari ayahnya. Seperti siang
dan malam. Shi Kyung mengaku tak
berusaha mengejar nilainya tapi Cukup tahu sifatnya untuk meyakinkan nenekknya.
“Kenapa
harus kuberi tahu? Kenapa kulakukan itu untukmu? Di kelas kau tak pernah
mendengarkan dan memperhatikan. Kenapa kulakukan itu untukmu?” ucap Guru BP
mengeluh. Saat itu Shi Kyung mengeluarkan kertas dan menaruh dijendela.
“Masa
lalu pak guru yang kelam ada dalam genggamanku. Bila tak mau membantu, maka akan
kuumumkan di situs sekolah.” Ucap Shi Kyung. Guru BP binggung apa maksud Masa
lalu kelam
“Aku,
Choi Jong Min, tak ada yang kusembunyikan dari Langit.” Kata Guru Choi tak
peduli dengan Shi Kyung melakukanya.
"Tahun
junior, kelas 4, ujian akhir semester kedua Choi Jong Min. Peringkat ke 67 dari
68 anak." Wahh.. Pak guru lebih parah dari aku. Sekarang Mari kita lihat
nilainya... "D, D, E, E, D, D, E--" kata Shi Kyung membaca lembaran
kertas. Guru Choi langsung menutup mulut Shi Kyung sebelum anak murid lainya
mendengar.
“Pak guru
berikan rapor Anda pada ayahku dan memberikan rapor palsu pada ibu Anda!” kata
Shi Kyung. Guru Choi menutup mulut Shi Kyung kembali akhirnya memutuskan akan
melakukan dan apa yang dinginkanya.
Nyonya Oh
sedang membersihkan hospice, lalu mendengar seseorang memanggilnya “Bunda.” Lalu
Shi Kyung mendekati ibunya. Shi Kyung tahu kalau Ayah selalu memanggil nenek,
bunda. Nyonya Oh kaget karena Shi Kyung bisa mengetahuinya.
“Kalau
sedang senang, ayah akan memanggil nenek Nyonya Kim Duk Boon. Dan Nenek akan
bilang, "Aku bisa bernafas karena memiliki dua lubang hidung." Dan Ayah
akan menjawab "Aku harus jadi dokter dan membuatkan empat lubang hidung."
Ayah seperti itu. “ ucap Shi Kyung
“Setiap
ayah merasa canggung atau kebingungan atau kesulitan mengatakan sesuatu, maka ayah
akan begitu. Ibu, apa ini belum cukup? Kau juga kesulitan memberi tahu nenek kalau
ayah sudah meninggal. Kalau ibu membantuku, maka aku akan lebih baik lagi. Jadi
demi ayah dan nenek. kita pergi tamasya... tamasya keluarga.” Ucap Shi Kyung
menyakinkan ibunya.
Shi Kyung
akhirnya mengubah tatanan rambutnya seperti ayahnya yang ad di foto. Nyonya Oh
terlihat sedikit gugup menemani anaknya. Nyonya Oh datang ke kamar memberikan
sebuah jas meminta anaknya agar mencobanya. Shi Kyung bertanya apakah itu milik
ayahnya karena Kelihatan seperti baru.
“Ayah
pasti menjaga kebersihan.” Pikir Shi Kyung. Nyonya Oh mengatakan tidak seperti
itu.
“Laci
meja tulis ayah tertata rapi. Pasti nenek yang merapikannya. Ayah berantakan
dan tak suka bersih-bersih.” Ucap Nyonya Oh. Shi Kyung tersenyum karena
sifatnya sangat mirip.
“Ayah
punya kebiasaan mencium kakinya setelah melepas sepatunya. Nenek benci kalau
dia begitu.” Ucap Nyonya Oh memberitahu kebiasan suaminya.
“Kau
bilang Mencium kakinya? Sebaiknya kulakukan di depan nenek.” Pikir Shi Kyung
“Lebih
baik jangan.” Kata Nyonya Oh. Shi Kyung
ingin tahu apakah Apa masih ada yang lagi?
Guru Choi
memberitahu kalau ayah Shi Kyung memiliki Tarian datang dan pergi. Shi Kyung
binggung mendengarnya. Guru Choi menceritakan Setiap ibu Shi Yoon merasa kecewa
atau sedih, maka Shi Yoon akan berdiri di depannya, lalu memperlihatkan gaya
seperti bebek yang sedang mengepak sayapnya.
“Soal
tarian ini, aku sama hebatnya dengan Lee Shi Yoon.” Kata Guru Choi bangga
memperlihatkan gayanya.
“Aku bisa
melakukannya sebaik ayah.” Ucap Shi Kyung yakin. Guru Choi menyuruh Shi Kyung
agar mencobanya tapi terlihat kaku
“Kau tak
bisa menari. Jangan bermimpi jadi penari atau penyanyi.” Ejek Guru Choi kembali
memperlihatkan gaya yang benar.
“Perasaannya
harus tepat, Panggul rileks.” Jelas Guru Choi, Shi Kyung pun terlihat bisa
mengikutinya sambil bergumam kalau merasa seperti lebih dekat dengan ayah.
“Pemandangan
yang tak asing... Choi Jong Min dan Lee Shi Yoon... “ komentar Wakepsek melihat
keduanya yang menari didalam kelas.
Shi Kyung
datang menemui Wakepsek di ruangannya. Wakepsek menceritakan Lee Shi Yoon dulu
muridnya saat pertama mengajar. Shi Kyung kaget kalau Ayahnya murid Wakil
Kepsek. Wakepsek menceritakan Shi Yoon juga murid pertama yang mengumpulkan 10
kaktus.
“Apa Ayah
juga mengumpulkan kaktus?” ucap Shi Kyung tak percaya
“Seperti
dirimu, ayahmu juga kesulitan. Dia mengumpulkan 10 dan menjadi dokter.” Jelas Wakepsek
“Apa Ayah
tak ke Grand Canyon, tapi malah jadi dokter?” gumam Shi Kyung
“Lee Shi
Kyung... Kaktus tumbuh dengan baik di sini.” Jelas Wakepsek memperlihatk kaktus
yang tumbuh berwarna warni. Shi Kyung kaget melihatnya.
“Hanya
karena layu bukan berarti mati. Kalau disiram dan dirawat, maka bisa hidup
kembali. Sepertinya kali ini kau bisa mengumpulkan 2 kaktus lagi.” Ucap Wakepsek.
Semua
relawan berkumpul. Ki Joon bertanya Apa mereka
bisa ikut tamasya bersama keluarga Shi Kyung. Ji Hye mengeluh mendengarnya. Ga
Ram memberitahu kalau Tamasya kali ini istimewa bagi mereka, jadi mungkin tak
bisa.
“Pikirkan
cara yang lebih praktis untuk membantu mereka.” Ucap Ga Ram
“Bagaimana
kalau rekomendasi lokasi? Kita bisa mencari lokasi dan restoran yang bagus
untuk dikunjungi” kata Ji Hye. Mereka pikir itu
ide bagus.
“Aku akan
mencari restoran.”ucap Ji Hye. Joo Yeon pun akan mencari lokasinya.
“Apa Sudah
ada tempat menginap?” tanya Joo Yeon. Ga Ram memberitahu kalau merekan akan
tinggal di hotel Tae Min. Mereka menjerit tak percaya mengaku sangat iri.
“Apa Kami
juga boleh membantu?” ucap 3 wanita lain karena merasa ahli mencari informasi.
Shi Kyung
sudah mengunakan jaket dengan gaya seperti ayahnya yang memiliki belahan rambut
pinggir, wajahnya terlihat tegang begitu juga Ibu, Shi Young dan Bibi Oh. Shi
Kyung tahu kalau Harinya telah tiba, kalau ia menjadi ayah dan akan membuka
pintu kamar neneknya.
“Sedang
apa kalian? Kenapa belum berangkat? Jangan hanya berdiri di sana...Ayo... Kita
akan terlambat.” Ucap Nenek Kim lebih dulu membuka pintu.
“Ya,
Nek.. “ ucap Shi Kyung melakukan kesalahan. Nenek Kim pikir kalau Shi Kyung
akan melakukan sesuatu. Shi Kyung mengelengkan kepala dan mengajak Nenek Kim
pergi dengan panggilan bunda.
Mereka naik
mobil yang dikendarai oleh Bibi Lee , Nenek Kim terlihat bahagia duduk
disamping Shi Kyung untuk pergi tamasya. Shi kyung bergumam kalau mereka mundur
12 tahun ke dalam ingatan nenek, karena Dengan begitu saja, keluarga mereka memulai
tamasya mengarungi waktu.
Mereka
sampai disebuah tempat, Shi Kyung berjalan bersama neneknya seperti sedang
melakukan kencan. Shi Young menunjuk tempat yang disarankan oleh Ji Hye.
“Siapa
gadis itu yang terus mengikuti kita?” bisik Nenek Kim yang belum mengenal Shi
Young.
“Dia
sampah... sampah.” Kata Shi Kyung. Nenek Kim merasa kalau sering mendengar nama
itu sebelumnya. Shi Young menahan amarahnya mendengarnya.
Mereka
pun bermain ditaman bermain, ada wajah ketakutan Nenek Kim saat naik permain
yang diputar dengan ketingian tertentu, tapi bahagia bisa menaiki komidiputar
dengan anaknya.
Shi Kyung
membawa neneknya duduk dibangku taman, Nyonya Oh meminta izin untuk membeli
minuman. Shi Kyung dengan canggung
mengangguk karena harus bersikap seperti istri pada ibunya. Bibi Oh pun memilih
ntuk ikut dengan kakaknya, sementara Shi Young meminta agar dibelikan es krim.
“Kenapa
sampah itu terus memanggil istrimu, ibu?” bisik Nenek Kim. Shi Kyung beralasan
kalau Pikirannya kurang waras. Nenek Kim hanya berkomentar kalau Sangat malang,
gadis semuda itu.
“Tapi,
bagaimana keadaan Shi Kyung?” ucap Nenek Kim. Shi Kyung binggung melirik adiknya.
Shi Young mengelengkan kepala karena tak tahu.
“Aha..
Benar, dulu aku ada bersama ayah, Aku tak memikirkannya.” Gumam Shi Kyung mulai
panik.
“Apa Demamnya
sudah turun?” tanya Nenek Kim. Shi Kyung kaget kalau dirinya hari itu sakit dan
tak tahu.
“Ini tak
baik, Anak malang itu sakit. Neneknya harus menemaninya. Di mana Shi Kyung
sekarang?” ucap Nenek Kim. Shi Kyung menjawab dengan cepat kalau ada Di hotel
kalau sedang tertidur setelah minum obat.
“Ini.. Tak
bisa. Ganti topik sekarang.” Gumam Shi Kyung dan langsung mencoba mencium kaos
kakinya. Nenek Kim marah memukul punggung anaknya karena menjijikan.
“Pukulan
nenek 10 kali lebih menyakitkan daripada pukulan ibu.” Gumam Shi Kyung kaget
menerima pukulan Neneknya.
“Sudah
kubilang jangan begitu lagi! Itu Kotor!” kata Nenek Kim marah kembali memukul
punggung Shi Kyung
“Ayah,
apa nenek juga memukul ayah seperti ini?” gumam Shi Kyung pada kakaknya.
Mereka menaiki
tangga yang cukup banyak. Shi Kyung pun memanggil Neneknya dengan panggilan
bunda untuk naik ke punggungnya. Nenek Kim menolak, karena terlalu berat. Tapi
Shi Kyung menyuruh anak begitu juga Nyonya Oh.
“Cuacanya
cerah dan pemandangannya juga indah.” Ucap Shi Young melihat di tepi danau dan
mereka pun naik ke atas perahu bersama. Shi Kyung selalu dekat dengan neneknya
karena ingin memberikan kenangan untuk ayahnya.
Semua
masuk ke dalam hotel, dikagetkan dengan Guru Choi, Guru Park dan Yong Gi
menyambut mereka didepan hote. Lalu Guru Choi menghampiri Nenek Kim bertanya
apakah masih ingat padanya. Nenek Kim seperti lupa. Guru Choi mengingatkan
kalau ia adalah pengacau teman Shi Yoon, Choi Jong Min.
“Ahh.. Tentu,
aku ingat padamu, Jong Min. Kau selalu membaca komik di kamar Shi Yoon. Bahkan Kau
sering membuat ibumu kesal.” Ucap Nenek Kim membongkar rahasia. Shi Kyung
dengan nada mengejek kalau tahu tentang hal itu.
“Kupikir
aku akan mati gara-gara anak ini, Jong Min. Tapi Kau kelihatan sangat tua dibandingkan
Shi Yoon. Aku sangat cemas kau akan jadi apa setelah dewasa. Kau punya
pekerjaan, jadi ibumu takkan begitu khawatir lagi.” Ucap Nenek Kim
“Semua
berkat aku.” Ungkap Jong Min. Shi Kyung mengajak neneknya masuk saja dengan mengejek
memenggil nama Jong Min.
Bibi Oh
berjalan di luar hotel dengan Guru Park mengaku Tak menyangka datang dengan Guru
Choi demi Shi Kyung. Guru Park tahu Guru Choi datang karena Shi Kyung, tapi ia
datang karena Bibi Oh. Bibi Oh kaget mendengarnya dan ingin tahu alasanya.
“Apa Kau
benar-benar tak tahu?” ucap Guru Park. Bibi Oh mengaku Sungguh tak tahu.
“Akan
kuberi petunjuk. Tapi kali ini petunjuknya lebih lama.” Ucap Guru Park lalu
memeluk Bibi Oh. Saat itu terdengar suara berteriak yang mengagetkan keduanya
dan melepaskan pelukan.
“Ke mana
perginya?” teriak Yong Gi. Guru Park kaget melihat Yong Gi yang ada tak jauh darinya. Lalu keduanya mendekat dengan
wajah gugup.
“Apa Kau
mencari sesuatu?” tanya Guru Park melihat Yong Gi yang mencari disemak-semak.
“Hatiku.”
Ucap Yong Gi sedih karena Bibi Oh sudah diambil oleh Guru Park. Guru Park pun
hanya bisa menghela nafas panjang.
Shi Kyung
mengantar neneknya untuk istirahat, Nenek Oh bertanya Besok Shi Kyung berangkat
jam berapa. Shi Kyung mengaku harus berangkat pagi sekali untuk mengejar
penerbangan. Nenek Kim ingin tahu Sarapannya nanti. Shi Kyung menjawab kalau
akan makan di bandara. Nenek Kim menganguk mengerti.
“Lalu Shi
Kyung bagaimana?” tanya Nenek Kim. Nyonya Oh mengaku kalau Shi Kyung sedang ada
dikamar mereka.
“Malam
ini aku ingin anak-anak tidur bersama ayahnya.” Kata Nyonya Oh. Nenek Kim pikir
seperti itu.
“Anak-anak
tak ingin ayahnya pergi.” Ucap Nenek Kim akhirnya Shi Kyung pun menutup pintu
kamar neneknya.
Shi Kyung
bertanya pada ibunya, Apa terjadi sesuatu padanya saat hari ayah pergi. Nyonya Oh menceritakan kalau
Hari itu Shi Kyung yang sakit keras. Shi Kyung seperti tak ingat kalau dirinya yang
sakit keras.
“Shi
Kyung... Alasan kau tak ingat pada ayahmu karena kau menghapus sendiri ingatanmu
tentang ayah.” Cerita Nyonya Oh
“Apa Aku
menghapus ingatan tentang ayah? Kenapa aku begitu?” gumam Sh Kyung binggung
Shi Kyung
ditarik oleh Guru Choi sambil bertanya kenapa dengan nenek. Guru Choi menyuruh
Shi Kyung agar ikut denganya saja. Shi Kyung melihat Nenek Kim sibuk memasak
didapur hotel dan bertanya apa yang dilakukan neneknya.
“Membuat
kue soba.” Ucap Guru Choi sedih. Shi Kyung binggung kenapa nenek Kim membuatnya
sepagi ini
“Ini Untuk
Shi Yoon... Tidak, untukmu saat kau berangkat di pagi hari. Shi Yoon sangat
suka kue soba.” Ucap Guru Choi
“Aku merasa
pernah dengar sebelumnya.” Gumam Shi Kyung
Flash
Back
Dirumah
sakit Nenek Kim mengaku Dulu seharusnya juga memberikan padanya selagi sempat dengan
berharap tak lapar sepanjang perjalanan ke sana.
“Kalau
yang dimaksud kue soba yang tak bisa nenek berikan pada ayah, tapi kenapa tak
bisa diberikan pada ayah?” gumam Shi Kyung
Ia yakin
kalau Ada yang kuhapus dari ingatannya dan menyakinkan diri untuk mengingatnya,
lalu teringat kalau dirinya yang sakit keras. Shi Kyung seperti merasakan
sesuatu kalau tiba-tiba hatinya sakit sekali
Flash back
Tuan Lee
memegang tangan Shi Kyung yang berbaring kalau sudah tak demam dan suhu
badannya normal. Nenek Kim mengucap syukur karena anaknya tak bisa tidur karena
menjaga Shi Kyung semalaman jadi pasti akan kelelahan.
“Aku bisa
tidur di pesawat, Kita tak bisa pergi tamasya gara-gara Shi Kyung sakit..” Ucap
Shi Yoon.
“Dia tahu
pergi tamasya berarti ayahnya akan segera pergi. Seluruh tubuhnya berusaha
memberi tahu bahwa dia tak mau ayahnya pergi.” Kata Nenek Kim
“Shi
Kyung, ayah takkan pergi selamanya... Ayah akan segera pulang.” Ucap Shi Yoon
dengan Shi Young yang terus menatapnya.
“Ayah
bilang takkan pergi selamanya dan akan segera pulang.”gumam Shi Kyung
mengingatnya.
Shi Yoon
akhirnya pamit pergi pada ibunya, Nenek
Kim menyuruh Nyonya Oh agar menemani Shi Kyung jadi tak perlu mengantar
suaminya. Nyonya Oh pun menurut. Nenek Kim meminta agar anaknya bisa
berhati-hati, Shi Yoon pikir ibunya Jangan khawatir dan bergegas pergi
“Ahh..
Aku hampir lupa!.. Kue soba.” Ucap Nenek Kim mengambil kotak makan dan
memanggil anaknya, tapi saat itu Nyonya Oh keluar kamar dengan wajah panik.
“Ibu, Shi
Kyung demam lagi.” Kata Nyonya Oh panik. Nenek Oh binggung karena ingin
memberikan kue untuk anaknya tapi cucunya juga sedang demam
“Nenek.. Dulu
nenek tak bisa memberikannya gara-gara aku... Kini akan kubantu melakukannya...
Aku berjanji.” Gumam Shi Kyung menatap neneknya yang sedang sibuk membuat kue
soba.
Nenek Kim,
Nyonya Oh dan Bibi Oh mengantar Shi Kyung sampai ke dalam hotel. Shi Kyung
berjanji pada Nenek Kim kalau akan segera
pulang dan meminta ibunya bisa menjadi diri. Nenek Kim memberikan kotak makan
agar membawanya jadi bisa dimakan dalam perjalanan kalau lapar.
“Ini kue
soba kesukaanmu.” Ucap Nenek Kim. Shi Kyung mengatakan akan memakannya dan pamit berangkat sekarang
lalu menatap neneknya seperti berat. Nenek Kim menyuruh anaknya agar segera
pergi saja.
“Aku akan
memakannya, bunda.” Ucap Shi Kyung menyakikan neneknya. Nenek Kim menyuruh
anaknya segera pergi. Akhirnya Shi Kyung masuk mobil dengan diantar oleh Guru
Choi. Saat mobil pergi, Nenek Kim menangis memangil nama anaknya bahkan sampai
duduk di lantai meraung-raung.
Di
restoran hotel, Semua terlihat tegang untuk mulai makan. Nenek Kim sudah
membuatkan samgupsal lalu seperti mencari seseorang. Shi Kyung datang sudah
menganti bajunya. Nenek Kim bahagia melihatnya lalu menyuapinya, tapi Shi Kyung
tegang tau kalau Nenek Kim masih mengingat kalau dirinya adalah ayahnya.
“Shi
Kyung, kapan ujianmu?” ucap Nenek Kim. Shi Kyung menjerit bahagia memanggil
Nenek kembali, semua pun terlihat bisa bernafas lega dan mulai makan.
“Nenek
kembali dari tamasya ke masa lampau.” Gumam Shi Kyung bahagia.
“Tak
harus lebih baik atau lebih jelek dari peringkat 18 Tapi Cukup peringkat 18, Maka
akan kutraktir pizza.” Kata Nenek Kim. Shi Kyung bahagia mendengarnya.
“Nenek,
di kelas hanya ada 18 anak.” Kata Shi Young. Nenek Kim ingat Waktu itu Shi
Young bilang 20 anak.
“Nenek...
Apa Sungguh hanya peringkat 18? Nenek janji,kan?” kata Shi Kyung berusah
menyakinkan neneknya.
“Tidak,
itu peringkat terakhir. Aku tak mau janji kalau peringkat terakhir.” Ucap Nenek
Kim. Shi Kyung merengek pada neneknya. Kalau Peringkat ke-18.
“Andai
saja Shi Yoon di sini, maka aku takkan butuh apa-apa lagi.” Ungkap Nenek Kim.
Guru Choi mengubah suasana sedih menyuruh mereka maka sepuasnya karena akan
mentraktirnya.
“Pada
hari jasad ayah tiba, kami foto keluarga yang pertama. Dan juga semua ingatan
akan ayahku yang hilang telah kembali.”
Shi Kyung
foto keluarga dengan adiknya, ibu dan juga neneknya dengan dibagian tengah yang
dikosongkan. Saat foto selesai terlihat ditempel foto ayahnya yang ikut foto
bersama, lalu disamping terlihat foto Tuan Lee dengan dua anaknya yang masih
kecil yaitu Shi Kyung dan Shi Young.
Bom duduk
dibangku bertanya apakah sudah Semuanya. Shi Kyung membenarkan. Bom bertanya Bagaimana
rasanya ingatannya kembali. Shi Kyung mengaku Menakjubkan karena Semakin ingat
seemakin merindukan ayahanda.
“Apa kau
tahu kau memanggilnya ayahanda bukan ayah?” ucap Bom mendengar seperti Shi
Kyung mulai hormat pada ayahnya.
“Kau
benar. Apa Aku semakin mirip orang dewasa karena memanggil ayahanda?” kata Shi
Kyung bangga. Bom menjawab tidak.
“Kau
masih Lee Shi Kyung yang ku kenal.” Ejek Bom. Shi Kyung juga merasakan hal yang
sama pada Bom lalau masih Bom yang dikenal.
Shi Kyung
hanya duduk sendirian tanpa Bom disampingnya, seperti sebelumnya sedang
berbicara dengan Bom. Disampingnya terlihat sebuket bunga dan juga papan dengan
wajah Bom ketika meninggal dan bertuliskan [Kim Bom: Kau musim semiku.] wajah Shi
Kyung terlihat bahagia.
“Aku
masih murid SMA biasa yang tak terlalu pandai dalam hal apapun Keseharianku
juga tak istimewa. Aku punya teman dan keluarga, serta pasien hospice. Bersama
menjalani hidup sederhana. Dan Sekali lagi, hari yang lambat dan canggung
berlalu. Namun, aku suka diriku yang sekarang.”
Shi Kyung
yang bahagia mengangkat tanganya menarik udara dalam-dalam lalu berbaring
disamping tempat Bom.
THE
END
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Nice....mengharukan dan jg bnyak terdpt pengajaran hdp.....
BalasHapusGomapta.. :-)
Daebak
BalasHapus