[Episode 16: Ayah Pulang]
Bibi Oh
menjelaskan tentang Handel dikenal sebagai Bapak Musik. Sementara Soo Ho hanya
menopang dagu sambil bergumam, “Ayah sudah menghilang selama 12 tahun. Waktu
berlalu begitu cepat tanpa ayah di sini. Namun waktu begitu lambat sejak Bom
tiada.”
Tae Min
memijat tangan Nenek Oh, Nenek Kim yang melihat mengeluh kalau Tae Min sedang
membuat pangsit jadi lebih baik Hentikan dan bernyanyi saja karena pasti akan
lebih baik. Tae Min kaget kalau harus melakukan di ruangan rawat.
“Nenek,
aku tak bisa bernyanyi di sembarang tempat. Apa Kau tahu berapa besar biayaku?”
keluh Tae Min. Shi Kyung melihat sikap Tae Min hanya bisa menatap sinis sambil
mengepel lantai
“Omong
kosong...Ketamakanmu pada uang akan mengakhirimu. Kau harus berhati-hati.” Ucap
Nenek Kim memperingati
“Penyanyi
memang seperti itu. Mereka bahkan tak
suka bernyanyi di ruang karaoke.” Ungkap Nenek Oh membela Tae Min
“Benar!
Aku bangga dengan pekerjaanku.” Kata Tae Min bangga
Hong Sik
melonggo didepan pintu memanggil Tae Min,
meminta agar bertemu sebentar karena Urusan mendesak. Tae Min bertanya
Apa yang mendesak. Nenek Oh pun meminta Tae Min pergi saja. Tae Min pun
berjanji akan kembali setelah urusan pentingnya selesai. Shi Kyung menatap
sinis pada Tae Min yang keluar ruangan.
Tae Min
mengeluh Hong Sik yang datang lama
sekali. Hong Sik pikir Tae Min Setidaknya pura-pura kerja keras selama satu
atau dua jam. Tae Min pikir benar juga tapi malah tak bisa apa-apa karena anak
itu menempel seperti lem jadi sangat Lelah sekali dan ingin istirahat.
Tae Min
keluar dari mobilnya sambil mengangkat tangan dan mengucap merasa kalau sangat Enak
sekali tidurnya, lalu kaget melihat Shi Kyung sudah ada dibelakangnya. Ia
buru-buru mengaku kalau tak tidur dan Ada telepon penting yang harus diterima
di dalam mobil. Shi Kyung tak banyak bicara memberikan sebuah kotak pada Tae
Min.
“Apa
ini?” tanya Tae Min binggung. Shi Kyung menjawab kalau itu adalah Kotak
kenangan Cinta Tae Min.
“Kau
bilang Cinta Tae Min? Klub penggemarku mendirikannya saat aku baru jadi
penyanyi. Hee Ja ketua klub itu. Apa Ini barang-barang dari klub penggemar
itu?” ucap Tae Min melihat isinya.
“Ini
surat penggemar yang dulu dia kirim padamu.” Kata Shi Kyung memperlihatkan
banyak tumpukan surat yang ditulis oleh Nenek Oh.
“Ini
dikembalikan padanya karena dikirim ke alamat lamaku.” Kata Shi Kyung
memberikan alasan.
“Dia
menelepon agensimu untuk minta alamatmu. Tapi Mereka tak mau memberi tahu.”
Ucap Shi Kyung. Tae Min seperti pura-pura terkejut.
“Setelah
aku sangat populer, ada banyak penggemar aneh.” Ungkap Tae Min dan melihat
kaset kalau itu lagu pertama yang dirilis
“Katanya
itu lagu kesukaannya.” Jelas Shi Kyung. Tae Min mengeluh Sudah didengarkan
berapa kali karena Sampai keluar pita kasetnya dan melihat sebuah panci dengan
tatapan binggung.
“Ahjussi,
Apa kau ingat panci ini?” kata Shi Kyung, Tae Min melihat merasa kalau sudah
lupa dengan panci miliknya.
Flash Back
Shi Kyung
membereskan ruangan dan melihat panci diatas kota lalu bertanya ini panci apa.
Nenek Oh menceritakan Dulu waktu Tae Min belum terkenal tampil di klub malam di
pinggir kota, lalu tak punya uang dan mereka tahu Tae Min juga tak makan malam.
“Anggota
Cinta Tae Min membuat rencana. Aku membawa nasi dan minyak wijen. Young Eun
membawa kimchi. Kyung Ja menyiapkan kecambah. Kami bertemu di jalan samping
klub malam. Lalu Kami masukkan semua yang kami bawa ke dalam panci. Setelah itu
Cepat-cepat kami campur dan berikan padanya.” Cerita Nenek Oh
“Perbuatanmu
bagus. Bagus sekali. Dulu seharusnya juga kuberikan padanya selagi sempat.
Kuharap dia tak lapar sepanjang perjalanan ke sana” ungkap Nenek Kim seperti
ikut merasa sedih.
“Nenek
tak bisa berikan pada siapa?” tanya Shi Kyung. Nenek Kim hanya mengaku kalau ada seseorang.
“Ceritakan
lagi tentang panci itu. Apa Tae Min gembira saat memakan nasi itu?” ucap Nenek
Kim mengalihkan pembicaraan.
“Gembira
bagaimana? Saat Tae Min makan nasi itu, dia menangis. Lalu Kami juga menangis
Karena hanya itu yang bisa kami perbuat untuknya. Ini Sangat mengecewakan. Makanya
kami menangis bersamanya.” Cerita Nenek Oh
Tae Min
bertanya apakah Ini panci yang dulu itu. Shi Kyung membenarkan kalau Selama ini
Hee Ja Ahjumma menyimpannya dengan baik dan Seperti halnya Hee Ja Ahjumma menyimpan
panci murah ini dengan baik, maka perasaan manusia harus muncul secara alami.
“Tak bisa
bila dipaksa. Jadi aku takkan mengawasimu lagi. Namun aku ingin kau tahu satu
hal. Panen musim gugur hanya bisa bila ada sinar matahari musim semi. Sinar
mataharimu adalah panci itu, kan?” ucap Shi Kyung membuat Tae Min terdiam.
Tae Min
duduk didalam mobilnya seperti merenung. Shi Kyung baru pulang sekolah bergegas
masuk ruangan dengan wajah panik. Tae Min sudah duduk didepan Nenek Oh yang
terbaring seperti sedang tertidur, lalu
memberitahu kalau Semalam pembuluh darah di otaknya tersumbat jadi
hilang kesadaran masih belum siuman.
“Apa Kau
bersamanya semalaman?” tanya Shi Kyung
“Ada
sesuatu yang ingin kukatakan pada Hee Ja.Tapi Aku belum sempat
memberitahunya... Kau benar, Karena aku jadi populer dan menghasilkan banyak
uang maka aku melupakan hal yang penting. Yang menjadikan diriku saat ini
adalah nasi dalam panci dari 15 tahun lalu. Aku berterima kasih. Dan minta
maaf. Itu Ingin kukatakan itu padanya.” Ungkap Tae Min menyadarinya.
“Mungkin
dia tak sadar. Tapi mungkin masih bisa mendengarmu. Itu hanya pendapatku.
Menurutku siapa pun penggemar sejatimu pasti ingin dengar lebih dari sekedar
kata-katamu.” Kata Shi Kyung.
Dokter
Lee, Dokter Park dan Kepala Perawat berkumpul dengan semua relawan, mereka
menonton Tae Min yang menyanyi diatas panggung. Nenek Kim pun terlihat bahagia
dengan menantunya, semua bahagia menonton Tae Min yang menyanyi sambil membawa
kartu bertuliskan [Tae Min Pujaan]</i> [Berkarisma, Pria Bunga Paruh
Baya] Nenek Oh yang terbaring seperti bisa mendengar suara Tae Min bisa
tersenyum walaupun sedang tak sadarkan diri. Saat itu Nyonya Oh menerima telp
dari seseorang.
Nyonya Oh
menerima sebuah amplop berisi barang yang sudah sedikit terbakar, lalu bertanya
apa itu. Si pria mengaku tak tahu harus
berkata apa dengan menceritakan sudah melacak jejak korban hilang di wilayah
perang saudara.
“Baru-baru
ini, Dokter Lintas Batas mengirim tim menjemput jasad korban. Kami mulai dari
gedung RS yang hancur dan menemukannya di dekat jasad suami Anda.” Cerita Pria.
Nyonya Oh kaget mendengarnya.
Nyonya Oh
pulang ke rumah memeluk peninggalan suaminya hanya bisa menangis sendirian.
Semantara Shi Kyung dan Ga Ram pulang bersama membahas kalau panci murah berumur 15 tahun yang akhirnya
melindungi hospice. Shi Kyung pikir Lebih tepatnya kenangan di dalam panci
tersebut.
“Kenangan
itu menggerakkan hati Tae Min Ahjussi.” Ucap Shi Kyung bangga
“Lalu apa
yang menggerakkan hati Lee Shi Kyung?” tanya Ga Ram. Shi Kyung terdiam.
“Setelah
Bom pergi, terus terang aku sangat khawatir. Bagaimana bila Lee Shi Kyung yang
dulu hilang? Tapi, lihat dirimu, kembali lagi. Di satu sisi, aku senang
melihatmu. Tapi Di sisi lain, aku penasaran. Apa yang menggerakkan hati Lee Shi
Kyung?” ungkap Ga Ram
“Yang
menggerakkanku... adalah Bom-ku.” Gumam Shi Kyung menatap ke langit.
“Bom,
kan?” kata Ga Ram menebak. Shi Kyung kaget karena tak mengirim pesan telepati pada Ga Ram dan
berpikir kalau sedang belajar telepati. Gae Ram binggung karena hanya menebak
saja.
Shi Young
menelp bibinya karena tonerny habis jadi meminta dengan masuk ke kamar ibunya,
mengetahui bibinya sedang belanja online meminta agar dibelikan losion untuknya
juga. Ia memakai toner bibinya lalu melihat amplop coklat bertuliskan [Afrika - Lee Shi Yoon]
“Apa ini
Ayah? Apa Ayah yang mengirim ini?” ucap Shi Young lalu memanggil kakaknya untuk
melihat yang dibawakanya.
“Tertera
nama ibu dan alamat rumah kita. CD itu bisa diputar dengan ini, kan?”ucap Shi
Young memperlihatkan sebuah CD
“Apa Tapi
tak apa-apa kita lihat sendiri? Kita bisa lihat bersama ibu.” Ucap Shi Kyung
khawatir.
“Siapa
yang tahukapan ibu pulang? Bahkan Sudah kutelepon berkali-kali, tapi tak
dijawab. Apa Kau tak penasaran isinya?” ucap Shi Young menyakinkan.
“Aku penasaran.
Apa isi CD ini yang dikirim ayah 12 tahun lalu? Aku penasaran setengah mati.
Namun...” gumam Shi Kyung ragu.
Shi Young
kesal mendorong kakaknya dan langsung memasukan CD ke dalam laptop untuk
mengetahui isinya. Terlihat rekaman
Video Tuan Lee berada ditenda rumah sakit bencana.
“Nyonya
Kim Duk Boon... Oh Jung Won... Dan Shi Kyung, Shi Young.” Ucap Tuen Lee. Shi
Kyung dan Shi Young tak percaya melihat ayah mereka ada dalam rekaman.
“Apa Kabar
kalian baik saja?”tanya Tuan Lee. Shi Kyung masih tak percaya kalau pria yang
di lihat pada video adalah ayahnya.
“Di sini
sedang perang. Jadi banyak orang yang terluka
dan sekarat di sini. Setiap mendengar teriakan orang yang kehilangan
keluarganya, hati ayah sangat sakit Tubuh dan perasaan ayah menderita. Tapi
ayah bertahan dengan memikirkan keluarga ayah. Perang saudara semakin gawat, ayah
tak tahu kapan bisa pulang.”
Saat itu
video seperti macet, Shi Young binggung berpikir ada yang salah dengan layarnya
berpiki kalau Ayah berhenti merekam. Shi Kyung pikir CD-nya pasti rusak. Shi
Young bertaanya Apa bisa diperbaiki. Shi Yong merasa kalau Mungkin di toko
reparasi komputer dan Besok akan ke sana. Shi Young mengaku ingin bertemu ayah
lagi dengan wajah sedih.
Nyonya Oh
masih sedih menatap langit seperti ingin bertemu dengan suaminya. Saat itu Shi
Kyung dan Shi Young melihat ibunya pulang langsung bertanya darimana saja
karena tak bisa dihubungi. Nyonya Oh mengaku tak dengar karena ponselnya hanya
bergetar dan bertanya ada apa.
“Apa Ibu
dapat CD ayah dari mana?” tanya Shi Kyung. Nyonya Oh binggung CD apa yang
dimaksud.
“Yang di
dalam amplop, Itu pesan video dari ayah.” Ucap Shi Kyung. Nynya Oh ingin tahu
apa yang dikatakan suaminya itu.
“Apa
keluarga kita baik saja? Ayah rindu pada kita. Tapi terhenti di tengah-tengah,
makanya aku akan ke kota untuk memperbaikinya.” Jelas Shi Kyung
“Ibu, ibu
dapat dari mana? Tak ada perangko atau cap pos. Sepertinya diberikan oleh
seseorang. Apa Ada yang memberikan?” tanya Shi Young penasaran.
“Tadi karyawan
Dokter Lintas Batas datang. Dan Ayah bekerja di Dokter Lintas Batas.” Ucap Nyonya Oh sedikit terbata-bata. Nyonya Oh
ingin tahu kelanjutanya.
“Mereka
menemukannya di RS tempat ayah bekerja.” Kata Nyonya Oh. Shi Young ingin
tentang keadaan ayahnya.
“Ayah...Jasadnya
juga ditemukan.” Ucap Nyonya Oh. Shi Young langsun menangis merasa tak yakin
kalau ayahnya sudah meninggal. Shi Kyung terdiam karena sekarang mengetahui
ayahnya benar-benar tak ada.
“Mana
mungkin itu benar, ibu? Mana mungkin itu terjadi?” ucap Shi Young duduk sambil
nangis meraung-raung di depan rumah. Keduanya pun hanya bisa diam.
Guru Park
mengajar di kelas dan tiba-tiba Shi Young berdiri dan keluar dari ruangan. Shi
Kyung dan Ga Ram hanya bisa menatap binggung. Di luar sekolah Shi Young
menangis sendirian karena sedih mengetahui ayahnya yang sudah meninggal. Ga Ram
dan Shi Kyung melihat dari kejauhan.
“Shi
Young lebih trauma dari aku dulu. Dulu dia bersikeras ayah masih hidup. Kupikir
dia hanya ingin menyakininya.”jela Shi Kyung tentang adiknya
“Ayahku
memberitahuku, kalau ibumu bekerja sepanjang hari. Apa Nenekmu baik saja?” kata
Ga Ram. Shi Kyung sedikit memikirkan Nenek
“Nenek
seperti biasanya.” Shi Kyung dengan nada sedih.
Flash Back
Nenek Kim
menjatuha kacang merah ke lantai dan terlihat panik. Semua langsung masuk rumah
dan Nyonya Oh bertanya apa yang dilakukan ibunya. Nenek Kim pikir menantunya
itu tak melihat kalau Shi Yoon akan segera pulang jadi harus mulai menyiapkan
makanan. Shi Young yang mendengarnya akhirnya masuk kamar karena sedih
“Apa
Sudah kau putuskan tamasya ke mana?”tanya Nenek Kim. Nyonya Oh hanya bisa
menahan rasa sedihnya.
Direktur
Park tahu Karena nenek Shi Kyung, Nyonya Oh pasti tak punya waktu untuk
berkabung dan bersedih. Nyonya Oh pikir Suatu saat aharusMenghadapinya, karena
Saat ini kondisi ibu mertuanya lebih penting dari dirinya sendiri.
“Demensia
bukan bidangku. Aku tak tahu harus memberi tahu apa mengenai gejala Nenek Duk
Boon.” Kata Dokter Lee
“ Jadi
Apa pendapatmu, Kepala Perawat? Dulu kau bekerja di RS khusus demensia. Kau
lebih berpengalaman dari kami.” Ucap Direktur Park
“Manula
penderita demensia sering fokus pada satu ingatan. Dalam kasus ibu mertuamu,
tamasya keluarga 12 tahun lalu. Apa ada alasan dia fokus pada tamasya keluarga?”kata
Kepala Perawat
“Terus
terang sebelum suamiku berangkat ke Afrika, kami seharusnya pergi tamasya. Tapi
Terjadi sesuatu, lalu kami tak jadi pergi.” Cerita Nyonya Oh
“Apa itu
jadi penyesalan? Makanya ingin pergi tamasya. Karena suamimu berangkat sekitar
bulan ini, mungkin itu sebabnya. Lalu kenapa tak kau ajak dia pergi
tamasya?”kata Kepala Perawat
“Tak ada
gunanya kalau putranya tak ikut.” Ucap Nyonya Oh. Direktur Park pikir itu
benar.
“Dia
belum tahu soal putranya, kan? Apa yang akan kau lakukan?” kata Kepala Perawat
Shi Kyung
datang ke tempat reparasi komputer dengan membaca CD dari ayahnya. Si pemilik
pikir harus mencoba apakah bisa diperbaiki atau tidak. Shi Kyung meminta agar
di mengirimkan videonya lewat email
kalau bisa diperbaiki. Si pemilik pun menyetujuinya.
Shi Kyung
heran ibunya mengajak bertemu di cafe bersama adiknya juga. Nyonya Oh
mengatakan ingin membahas soal nenek dengan anak-anaknya, kalau ingin memberi
tahu nenek mengenai ayah dan ingin tahu pendapat kedua anaknya.
“Ibu
bilang Memberi tahu nenek? Tidak.. Aku
menentang.”ucap Shi Young dengan tegas. Nyonya Oh ingin tahu alasanya.
“Ibu...
Apa Ibu tak lihat nenek belakangan ini? Setiap hari dia hanya memikirkan tamasya
bersama ayah. Apa Ibu ingin bercerita soal ayah dengan kondisi nenek seperti
itu? Ibu, apa tak terlalu kejam?” ucap Shi Young marah. Nyonya Oh kaget
mendengar sikap anaknya.
“Kalau nenek
tahu ayah sudah meninggal, maka nenek akan pingsan. Apa harus berbuat seperti
itu untuk menghibur diri ibu?” kata Shi Young marah
“Kau bilang
Untuk menghibur diri ibu? Sudahlah. Mana mungkin kau paham perasaan ibu? Jadi Shi
Kyung, kau bagaimana?” ucap Nyonya Oh
“Aku tak
tahu.” Kata Shi Kyung binggung. Nyonya Oh heran anaknya malah menjawab tak
tahu.
“Aku tak
tahu, jadi aku harus bilang apa? Beri aku waktu beberapa hari.” Kata Shi Kyung
“Tak ada
waktu. Ayah kalian akan diberangkatkan beberapa hari lagi.” Jelas Ibunya.
Keduanya seperti tak bisa memberikan jawaban.
Nyonya Oh
pikir Tak semestinya membahas ini dengan anaknya karena Hari ini iakan memberi
tahu nenek. Shi Young heran ibunya yang memutuskan begitu saja. Nyonya Oh pikir
tak ada yang dibisa dilakukan, karena Setiap hari nenek menyiapkan makanan
untuk pergi tamasya bersama putranya yang takkan kembali.
“Apa Ibu
harus diam saja melihat itu? Benar, seperti katamu, ibu tersiksa melihatnya
Jadi Ibu akan memberi tahu nenek.” Tegas Nyonya Oh
“Lalu
kenapa repot bertanya pada kami?” keluh Shi Young
“Makanya
tadi ibu bilang menyesalinya.” Balas Nyonya Oh
“Ibu
selalu memaksakan kehendak... Selalu!” teriak Shi Yong marah lalu keluar dari
cafe.
“Ibu...Tak
bisakah pertimbangkan sehari lagi? Hanya satu hari.” Pinta Shi Kyung pada
ibunya. Nyonya Oh seperti bisa sedikit bernafas lega.
Shi Kyung
menerima telp dari pemilik reparasi komputer kalau Cdnya Berhasil diperbaiki
tapi Hanya bisa 30 detik dan Bagian lainnya rusak parah karena Sulit
diperbaiki. Ia pikir Sementara kirim
dulu yang berhasil diperbaiki. Shi Kyung akhirnya menonton video dari
ponselnya.
“Perang
saudara semakin gawat, ayah tak tahu kapan bisa pulang. Tapi setelah ayah
pulang, kita pergi tamasya keluarga. Ibu, Nyonya Kim Duk Boon. Istri, Oh Jung
Won. Putra, Shi Kyung.. Putri, Shi Young... Semua bersama.”
“Ayah
ingin pergi tamasya keluarga seperti nenek. Ini misi yang mustahil.” Pikir Shi
Kyung setelah menonton video ayahnya.
Nenek Kim
masuk kamar bertanya apakah sudah tidur. Shi Kyung langung menyembunyikan
ponselnya kalau belum tidur. Nenek Kim
bertanya apakah sudah selesai berkemas. Shi Kyung binggung neneknya malah menanyakan
Berkemas.
“Kurasa
kau sibuk berkemas untuk perjalananmu sendiri. Jadi Kami yang akan berkemas.”
Kata Nenek Kim
“Apa
Nenek salah mengira aku dengan ayah?” gumam Shi Kyung
“Akan
kukemaskan kebutuhanmu bersama istrimu. Shi Yoon, tak perlu khawatir.” Kata
Nenek Kim lalu keluar kamar.
“Mungkin
ada jalan keluar... Bom.. Apa Kau tahu yang kupikirkan? Aku takkan tinggal
diam. Aku akan mencobanya... Lihat aku” ucap Shi Kyung penuh semangat.
Nyonya Oh
dan Shi Young berada di luar ruangan kaget kalau Shi Kyung ingin pergi tamasya
menurutnya hanya Omong kosong. Shi Kyung pikir adiknya sudah lihat video yang
dikirim, kalau Ayah ingin pergi tamasya keluarga, seperti halnya nenek.
“Jadi
kita harus pergi tamasya, mengabulkan keinginan mereka berdua.” Jelas Shi
Kyung.
“Lee Shi
Kyung... Nenek tak ingin pergi bersama kita. Tapi Nenek ingin pergi bersama ayah
12 tahun yang lalu.” Ucap Nyonya Oh
“Maksudku
juga itu. Bagaimana caranya tamasya bersama ayah kalau ayah tak ada di sini?”
ucap Shi Young.
“Aku bisa
menjadi ayah.” Ucap Shi Kyung. Shi Young pikir
kakaknya kalau benar-benar gila dan bukan tak masuk akal.
“Nenek
tadi menemuiku, lalu di memangil "Shi Yoon." Dia bilang begitu. Saat
dengar itu, maka aku mendapat ide. Aku bisa jadi ayah 12 tahun yang lalu.” Ucap
Shi Young
“Kau tak
bisa jadi ayah hanya karena mirip. Sikapmu berbeda dari ayah.” Kata Nyonya Oh
Shi Kyung
ingin tahu apa bedanya, Shi Young pikir kalau itu Ini sebabnya takkan berhasil
karena Shi Kyung tak ingat pada ayah. Shi Kyung pikir man mungkin bisa minta orang
yang ingat untuk mengajarinya.
“Jangan
konyol. Cepat masuk.” Ucap Nyonya Oh akhirnya masuk lebih dulu ke dalam rumah.
“Hei... Sampah,
apa pendapatmu?” tanya Shi Kyung pada adiknya.
“Aku tak
suka kau meniru ayah. Aku lebih tak suka nenek menderita. Aku ingin mencobanya.”
Kata Shi Young. Shi Kyung terlihat bahagia mendengarnya.
“Tidak,
entah bagaimana kenangan itu kembali. Ayo Ceritakan lagi kenangan seperti itu.”
Kata Shi Kyung.
“Ayah
pandai bermain gitar. Saat libur dari RS, seharian ayah bermain bersama kita. Ayah
selalu merekam kita bermain.” Cerita Shi Young
“Ayah
sangat hangat. Pandai bermain gitar. Merekam kita.” Ucap Shi Kyung mencoba
mengingatnya.
“Apa aku
harus memanggilmu ayah kalau pergi tamasya?” kata Shi Young, Shi Kyung membenarkan
Ia
meminta adiknya agar bisa berlatih, saat memanggil "Shi Young" maka
adiknya harus menjawab, "Ya, ayah." Shi Young terlihat kesal
mendorong kaki kakaknya, Shi Kyung merasa kalau adiknya tak bisa diajak. Saat
itu Ga Ram datang dengan nafas terengah-engah bertanya Apa yang sangat
mendesak.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar