[Episode
15: Keajaiban Bom]
Shi Kyung
duduk dikamar kembali memanggil ayahnya, bertanya Apa yang akan Ayah lakukan
jika jadi dirinya, karena benar-benar tidak tahu dan tidak punya banyak waktu.
“Kenapa
aku berdiri dengan tidak melakukan apapun? Ini sangat membuatku frustrasi.
Tolong bantu aku.” Ucap Shi Kyung memegang bingkai ayahnya.
“Bernard...
Temuilah Bom.” Kata Shi Young masuk ke dalam kamar kakaknya.
Kepala
Perawat melihat Direktur Park melihat masih ada di dalam ruangan lalu
memberikan berkas, Tentang piknik musim semi Hospice dan itu adalah hasil jajak
pendapat dari pasien dan wali pasien serta membahas tentang relawan.
“Mereka
ingin belajar tentang terapi seni dan terapi musik. Jung Won bersertifikat
dalam terapi seni. Adiknya bersertifikat dalam terapi musik.” Ucap Kepala
perawat bersemangat
“Kepala
perawat. Mari kita bicarakan ini lain kali saja.” Kata Direktur Park dengan
wajah seperti gelisah. Kepala Perawat pun menganguk mengerti.
Shi Kyung
berlari dan sampai didepan kamar Bom, lalu mendengar ibunya sedang berbicara
dengan ibunya. Nyonya Oh mengaku senang mendengar ibu Bom yang datang. Bom mengaku sudah meminta bantuannya
dan merasa harus pergi dengan ibunya.
“Kemudian,
Shi Kyung akan merasa sedikit lebih baik. Shi Kyung dan orang-orang di sini... Aku
ingin mereka semua mengingatku seperti itu. Berdiri di sana dan tersenyum
dengan ibuku. Pemakaman orang hidup hari ini sangat menyenangkan. Aku bisa
tertawa bersama semua orang. Dan aku bisa mengucapkan selamat tinggal.”ungkap
Bom berkaca-kaca. Nyonya Oh mengerti
“Aku
yakin mereka semua juga menyukainya” kata Nyonya Oh
“Aku juga
ingin menjalani sisa hidupku seperti itu. Menangis, membenci, sakit hati, dan
yang lainnya... Aku sudah melakukan semuanya. Tapi tubuhku berubah. Aku
kehilangan kesadaranku. Aku tidak berpikir itu aku. Penyakit ini... penyakit
ini... Alih-alih terlihat sakit..., aku hanya ingin terlihat seperti saat aku
masih menjadi diriku dulu. Untuk Shi Kyung...” ucap Bom
Shi Kyung
mendengar ucapan Bom merasa kalau pertunjukan harus terus berlanjut jadi mereka
harus lanjutkan pertunjukan karena it yang diinginkan penonton akhirnya
berjalan pergi meninggalkan rumah sakit.
Bom
datang bersama ibunya meminta agar terus tersenyum, Ibu Bom menganguk mengerti
mencoba tersenyum lebar. Bom akan pamit dengan Nenek berpesan agar harus tetap
sehat bahkan setelah pergi ke Seoul serta terus belajar menulis juga lalu
memeluk Nenek Kim.
“Kenapa
kau pergi? Kau harus tinggal di sini bersama kami. Nenek akan menusuk jarimu
saat kau sakit. Nenek akan membuatkan makanan yang lezat. Jangan pergi.” Ucap
Nenek Kim. Bom tetap akan pergi.
“Terima
kasih.” Ucap Bom pada Ibu Shi Kyung. Nyonya Oh berpesan agar Bom Hati-hati
dijalan dan Jaga dirinya juga. Bibi Oh sedih mengucapkan Selamat tinggal. Bom tak
lupa mengucapkan Terima kasih.
“Kau..
Pergi saja. Kita sudah mengucapkan selamat tinggal kemarin.” Kata Shi Young tak
bisa menahan rasa sedihnya.
“Shi
Young, kau harus memanggil Bernard dengan "Oppa" sekarang.” Pesan
Bom. Shi Young dengan kesal merasa Bom tak perlu melupakan.
“Kirimi
aku video sebagai bukti, mengerti?” tegas Bom. Shi Kyung hanya menatap Bom yang
akan pergi.
“Aku akan
berpamitan dengan Shi Kyung di luar. Pintu depan adalah tempat rahasia kami.”
Kata Bom pada Shi Kyung
“Tolong
kirimkan kabar terbaru tentang Bom.” Pinta Nyonya Oh pada Ibu Bom. Ibu Bom
menganguk mengerti dengan anaknya yang terus meminta agar tetap tersenyum.
“Terima
kasih telah menjaga Bom selama ini.” Ucap Ibu Bom berusaha untuk tersenyum.
Shi Kyung
dan Bom duduk didepan rumah, Bom pikir Begitu kembali ke Seoul, mungkin tidak bisa menghubungim Shi Kyung jadi
meminta agar mengirimi kabar terbaru tentang Keluarga, teman, dan Hospice. Shi
Kyung pikir akan mengirimkan kabar dengan telepati pada Bom.
“Baiklah,
kita sudah banyak berlatih.” Piki Bom. Shi Kyung pun mencoba sekarang dengan
mengangkat tanganya seperti melakukan telepati.
“Tebak
siapa yang kupikirkan sekarang.” Kata Shi Kyung. Bom pikir Itu terlalu mudah.
“Aku
berada tepat di depanmu. Siapa lagi yang akan kau pikirkan? Tentu saja aku.”
Ejek Bom. Shi Kyung mengeluh kalau Bong Gu itu curang.
“Ini
semua berkat Bernard dan telepati hebatnya.” Kata Bom. Shi Kyung mengejek kalau
Duk Boon adalah nama nenekknya ("Berkat dirimu")
“Itu
leluconku... Jangan meniruku.” Kata Bom, Ibu Bom menungu didepan mobil
memberitahu kalau mereka bisa terjebak macet.
Bom
akhirnya pamit pergi, Shi Kyung pun berpesan agar Bom sampai dengan selamat di
Seoul. Keduanya berpesan dengan Bom akan masuk ek dalam mobil, Shi Kyung hanya
menatap akhirnya berlari menarik Bom dan memeluknya dengan erat.
“Jangan
lupa dengan apa yang kau katakan. Ucap Shi Kyung lalu menyuruh Bom pergi
karena Ibunya sudah menunggu lalu melepaskan Bom pergi.
Bom duduk
dibangku belakang mengucapkan terimakasih pada ibunya karena sudah datang Dan
sudah mau tersenyum karena pasti sangat sedih jika harus pergi sendiri. Ibu Bom
seperti menahan rasa sedihnya duduk dibelakang kemudi.
“Aku
sangat membenci Ibu saat berada di sini. Aku hanya berpikir kalau Ibu tidak
memahamiku. Kurasa aku juga tidak memahami Ibu. Maafkan aku. Aku selalu
berpikir, "Aku ingin mati, aku ingin mati." Aku datang ke sini dan
bertemu orang yang baik.” Ungkap Bom terlihat senang
“Itu
adalah waktu yang singkat. Waktu yang sangat singkat... Meski begitu, aku
senang. Jadi, kau harus melupakan semua kesulitan yang aku alami, Ibu. Habiskan
waktu Ibu dengan orang baik..” kata Bom dan dihentikan oleh Ibunya.
“Cukup...
Ibu mengerti. Kau tidak ingin pergi ke tempat lain, 'kan?” kata Ibu Bom sambil
mengusap air matanya. Bom pikir tidak.
“Tapi
Bisakah kita mampir ke satu tempat lagi?” ucap Bom seperti teringat sesuatu.
Bom pergi
ke pohon besar yang selama ini menemaninya ketika ayahnya pergi, ia menatap
lalu berdiri didepan pohon dengan menatap cincin pemberian Shi Kyung. Ia hanya
bisa menangis melihat cincin yang diberikan Shi Kyung saat sebelum melakukan
perayaan kematian.
Ga Ram
membonceng Shi Young bertanya Apa yang Shi Kyung lakukan setelah sekolah
akhir-akhir ini karena belum pernah melihatnya di Hospice. Shi Young hanya
bersandar di punggung Ga Ram dengan erat, Ga ram pikir Shi Young mengantuk
“Kau
tidur seperti ini saat pertama kali aku memberimu tumpangan, Apa kau ingat?”
ucap Ga Ram. Shi Young memanggil Park Ga Ram dengan suara bergetar.
“Apa Kau
menangis?” kata Ga Ram menghentikan sepedanya. Shi Young meminta Ga Ram terus
berjalan saja.
“Apa yang
harus kita lakukan sekarang? Ini tentang Nenek dan Shi Kyung, hatiku sangat
sakit.Tapi, aku bahkan tidak bisa menunjukkannya. Aku merasa seperti tercekik.”
Ucap Shi Young menangis di punggung Ga Ram.
“Kau
belum pernah mendengar kabar dari Bom, bukan?” ucap Ga Ram menenangkan.
“Hal yang
paling kutakutkan adalah bahwa kita mungkin mendengar kabar dari Bom. Shi Kyung
juga begitu, tapi dia pura-pura tampak baik-baik saja. Aku merasa sangat
kasihan padanya. Apa yang harus kulakukan?” ungkap Shi Young seperti menahan
rasa sedih saat ada dirumah.
“Menangislah
jika perlu. Menangislah sebanyak yang kau inginkan.”kata Ga Ram membiarkan Shi
Young menangis di punggungnya.
Ga Ram
tahu kalau ini sulit untuk Shi Young
juga, tapi butuh bantuannya. Shi Young
melihat video Tae Min karenan Neneknya juga penggemarnya dan bertanya Ada apa
dengan dia. Ga Ram menceritakan kalau Tae Min adalah pemilik Hospice ini.
“Kepemilikan
dengan nama yang berbeda. Kami sudah mencari tahu, dan dia adalah pemilik
sebenarnya. Aku tidak tahu kenapa, tapi dia ingin merubah bangunan ini.” Ucap
Ga Ram. Shi Young binggung maksudny akan Merubah bangunan
“Artinya
Hospice akan ditutup.” Jelas Ga Ram. Shi Young makin kaget mendengarnya.
“Dia terkenal
karena melakukan banyak pekerjaan amal, jadi apa alasannya?” pikir Shi Young
“Aku juga
tidak tahu itu... Kupikir itu terjadi begitu saja.” Kata Ga Ram. Shi Kyung pun
bertanya Apa yang harus mereka lakukan. Ga Ram juga tak tahu.
“Kita
tidak bisa berbuat apa-apa.” Pikir Ga Ram. Shi Young pikir ada sesuatu yang
bisa dilakukan dan merasa kalau mereka berbicara dengan Shi Kyung tentang hal
itu
“Dia
tidak akan duduk diam jika dia tahu Hospice akan ditutup. Dan juga, dia agak
aneh, jadi dia mungkin memikirkan sesuatu.” Kata Shi Young yakin. Ga Ram merasa
tak yakin kalau mereka harus memberitahu Shi Kyung tentang ini.
“Entahlah.
Tapi Tetap saja, kita tidak bisa diam dan tidak berbuat apa-apa.” Ucap Shi
Young yakin.
Bibi Oh
pikir baru mulai bekerja, dan ini sudah musim semi menurutnya Istirahat musim
semi pendek. Shi Young bertanya pada ibunya
Apa Hospice baik-baik saja akhir-akhir ini. Nyonya Oh balik bertanya
apakah anaknya menanyakan hal itu karena tahu sesuatu.
“Tidak...
bukan begitu.” Ucap Shi Young. Nyonya Oh malah makin ingin tahu apakah ada
sesuatu yang terjadi. Shi Young mengaku Tidak ada yang terjadi.
“Direktur
akhir-akhir ini tampak aneh, jadi pasti ada yang tidak beres.” Kata Nyonya Oh
khawatir lalu melihat Shi Kyung akhirnya pulang.
“Kemana
saja kau? Kau tidak menjawab teleponmu.” Kata Nyonya Oh memarahi anaknya. Shi
Kyung mengaku baru saja keluar mencari udara segar.
“Nenek,
kau sudah mengkonsumsi vitamin yang Bom berikan pada Nenek, 'kan?” kata Shi
Kyung melihat botol vitamin.
“Apa yang
diberikan Bom padaku? Siapa itu Bom?” kata Nenek Kim yang sudah terkena
demensa. Shi Young dan yang lainya hanya bisa menatap sedih.
“Paling
tidak Nenek harus meminumnya.” Ucap Shi Kyung lalu memakan vitamin dari Bim.
“Nenek
harus makan nasi terlebih dahulu.” Kata Nyonya Oh. Shi Young memberitahu
kakaknya kalau Ga Ram ingin bicara. Shi Kyung bertanya kenapa ingin bicara
dengannya.
Saat itu
telp Shi Kyung berdering dan melihat di layar ponsel ada telp dari ibu Bom. Shi
Young meminta agar kakaknya bisa menemui Ga Ram untuk mencari tahu. Nenek Kim
heran melihat Shi Kyung hanya diam saja padahal Ponselnya berdering.
Akhirnya
Shi Kyung mengangkat telp dari Ibu Bom dan hanya terdengar suara tangisan.
Semua pun tahu kalau pasti sesuatu yang buruk terjadi, Nenek Kim binggung
mencari darimana suara tangisan.
“Putri...ku...
Bom....” ucap Ibu Bom, Semua hanya bisa menahan tangis mengetahui kalau Bom
pasti sudah tiada. Akhirnya Shi Kyung masuk ke dalam kamar dan jatuh lemas di
depan lemarinya.
“Ayah....
Aku ingin menangis... Tapi Air mataku tidak mau menetes. Aku sangat mengantuk.”
Gumam Shi Kyung akhirnya berbaring di lantai kamarnya.
Anak-anak
sedang membersihkan bagian depan Hospice, seorang pria turun dari mobil dengan
pria lainya. Mereka pun bisa mengenal kalau pria itu selebriti. Si pria dengan
rambut blonde, menjelaskan Untuk saat ini, didepan mereka adalah Hospice, tapi
begitu merenovasinya, dan merasakan Udaranya sangat bagus.
“Astaga!
Anda sudah datang... Anda datang jauh-jauh kesini.” Ucap Direktur Park menyapa
Tae Min. Tae Min bertanya siapa pria itu
“Aku
direktur Hospice ini, Park Young Geun. Seharusnya aku menemui Anda lebih dulu
untuk menyapa.” Kata Direktur Park. Tae Min baru tahu kalau Direktur Park ada
di Hospice.
“Aku
sangat menghormati orang seperti Anda.” Ungkap Tae Min.
“Karena
Anda di sini, mari kita masuk dan minum teh.” Ucap Direktur Park setelah
berjabat tangan. Tae Min pikir tak perlu.
“Aku
sedang ada tamu hari ini, dan aku sangat sibuk. Anda pasti sangat sibuk. Jangan
khawatirkan aku.” Kata Tae Min.
“Tetap
saja, banyak hal yang ingin kubicarakan dengan Anda.” Ucap Direktur Park.
Tae Min
seperti tak peduli berjalan pergi dengan membahas kalau akan membangun sebuah
hotel, beberapa murid melihat Tae Min datang bukan untuk kegiatan amal. Saat
itu seorang wanita melihat Tae Min yang berjalan seperti mengenal sudah lama.
Shi Young
melihat bibinya apa yang sedang dilakukan didepan kamar kakaknya. Bibi Oh
meminta Shi Young tak berisik. Nyonya Oh menanyakan keadaan Shi Kyung apakah
masih tidur. Bibi Oh khawatir karena Shi Young yang sudah tidur sejak tengah malam tadi.
“Bu, apa
Shi Kyung melakukan itu lagi? Apakah Hanya tidur?” ucap Shi Young
“Kita
harus membangunkannya dan menyuruhnya ke sekolah.” Kata Nyonya Oh lalu
berteriak memanggil Shi Kyung untuk bangun.
Ketiga
masuk kamar dan dikagetkan dengan melihat Shi Kyung tertidur sambil meringkuk
tanpa mengunakan selimut. Mereka hanya bisa menatap sedih melihat keadaan Shi
Kyung.
Shi Kyung
bergegas keluar kamar karena terlambat, lalu melihat sosok wanita berambut
panjang di dalam rumah dan mengajak Bong Gu pergi bersama tapi seperti wajah
Bom menghilang begitu saja. Shi Kyung terbangun dari tidurnya dan terlihat
sangat kaget.
“Lee Shi
Kyung, Apa kau baik-baik saja?” ucap Guru Park kasihan melihat Shi Kyung
“Aku...harus
pergi ke ruang UKS.” Kata Shi Kyung berjalan pergi keluar dari ruang kelas. Shi
Young menatap sedih kakaknya yang sangat frustasi.
Bibi Oh
bercerita kalau tidak tahu bagaimana cara membantunya karena yang dilakukan Shi
Kyung hanyalah tidur di rumah jadi
merasa sangat kasihan padanya. Wakepsek bertany Apa anak-anak yang lain tahu
kalau Bom sudah meninggal
“Tidak,
aku belum memberi tahu mereka. Karena Shi Kyung... Aku tidak tahu bagaimana
atau kapan harus menceritakan kepada yang lain.” Ucap Guru Park. Guru BP hanya
diam saja menatap jendela seperti ikut merasa sedih dan Joo Yeon ternyat
mendengar pembicaraan para guru, langsung menangis mengetahui kalau Bom sudah
meninggal.
Joo Yeon
berjalan masuk kedalam kelas dan langsung menangis histeris dengan berjongkok
karena lemas. Semua teman-temanya terlihat bingung, bertanya Apa yang terjadi.
Joo Yeon sambil menangis hanya mengatakan kalau ini tentang Bom.
Merka
ingin tahu Ada apa dengan Bom, Joo Yeon terus saja menangis. Shi Young melihat
Joo Yeon menangis karena sudah tahu pasti tentang Bom yang sudah meninggal.
Semua temanya pun merasa sedih termasuk Yong Gi.
Shi Kyung
masuk ke dalam kelas dan langsung berbaring diatas meja kerjanya, Shi Young
sedang belajar dengan Ga Ram terlihat sedih, teman yang lain pun hanya bisa
diam sampai akhirnya Yong Gi berteriak memanggil Shi Kyung “Anak Gila”
“Pulanglah
jika kau mau tidur.” Teriak Yong Gi. Shi Kyung hanya diam saja. Yong Gi makin
marah karan Shi Kyung yang mengabaikannya
“Pulang dan
tidurlah. Aku tidak tahan melihatmu.” Teriak Yong Gi. Joo Yeon pun marah
berteriak pada Yong Gi.
“Ada apa
denganmu? Saat ini, dia..” ucap Joo Yeon tak bisa melanjutkan. Yong Gi bertanya
Saat ini, apa?..
“Saat
ini, Shi Kyung mengalami masa sulit. Kau tahu itu, jadi apa masalahmu?” kata
Joo Yeon. Yong Gi pikir ini hanya lelucon.
“Apa dia
harus membuatnya begitu jelas?” ucap Yong Gi marah. Joo Yoeon heran dengan
sikap Yong Gi.
“Kau
tidak bisa memberikan kata-kata motivasi. Apa kau harus mengatakan hal-hal
seperti itu?” kata Joo Yeon membela
“Apa itu
sulit baginya? Apa dia satu-satunya yang menghadapi kesulitan di dunia ini?”
teriak Yong Gi. Joo Yeon berteriak sambil melotota
“Lee Shi
Kyung, kau mau kemana?” tanya Shi Young melihat kakaknya membereskan buku ke
dalam tas lalu keluar dari kelas.
“Dia
menyuruhku pergi, jadi Aku akan pergi.” Ucap Shi Kyung tak peduli. Yong Gi
berkomentar itu Ide bagus, bahkan menurutnya Jika Shi Kyung akan seperti ini,
maka lebih baik pindah sekolah saja.
Saat itu
Tae Min datang ke Hospice dengan banyak fans yang sudah tua menyapanya, bahkan
ingin berjabat tangan. Tae Min dengan senyuman berjabat tangan dengan pasien
tapi setelah itu memanggil Hong Shik untuk memberikan tissue basah.
Seorang
nenek pun senang karena bisa
menyentuh dan memegang tangan tae Min
bahkana tidak akan mencuci tangannya. Sementara pada anak-anak murid lainya
hanya melihat Tae Min dengan tatapan muak, karena akan mengubah rumah sakit
jadi hotel. Tae Min pun pergi ke arah belakang rumah sakit.
Ga Ram
berada didepan rumah bertanya apakah tak masalah mengatakannya pada Shi Kyung.
Shi Young pikir merkea harus
melakukannya karena tidak bisa begitu
saja meninggalkan Shi Kyung seperti itu dengan kakaknya tidur setiap hari
seperti zombie.
“Kehidupan
macam apa itu? Kita perlu memotivasinya apapun caranya.” Pikir Shi Young
“Jika
kita tidak melakukan apa-apa, maka Hospice akan lenyap. Lee Shi Kyung, coba
pikirkan solusinya.” Ucap Shi Young pada kakaknya
“Aku
tidah tahu.” Kata Shi Kyung seperti tak peduli. Shi Young kesal menegaskan
kalau Hospice akan lenyap
“Tentu
saja, aku tahu ini adalah permintaan yang sulit untukmu. Namun, aku harus
melakukan sesuatu, jadi aku melakukan ini.” Kata Ga Ram
Shi Young
menyuruh temanya untuk pergi. Shi Young mengulang kalau Hospice akan lenyap dan Shi Kyung harus tahu
kalau artinya Jae Woong Ajusshi, Kyung
Ae Ajummha, Nenek Bong Sook, Sung Joon Oppa Dan juga Bom. Shi Kyung mengangkat
kepala mendengar nama Bom.
“Tempat
peristirahatan terakhir mereka akan lenyap.” Ucap Shi Young. Shi Kyung pikir
lalu kenapa.
“Apa yang
kau ingin aku lakukan? Apa aku semacam pemecah masalah? Apa yang bisa
kulakukan?” teriak Shi Kyung marah
“Lakukan
apapun. Lakukan sesuatu meski sulit! Itulah dirimu.” Ucap Shi Young pada kakaknya.
“Siapa
aku? Aku? Aku bukan siapa-siapa... Jadi, keluarlah. Keluar!” kata Shi Kyung
terlihat sangat marah mendorong keduanya agar keluar dari kamarnya. Nyonya Oh
dan Bibi Oh melihat dari depan pintu pun hanya bisa diam.
Nenek Oh
menusukan jarum pada tangan Shi Kyung sambil bertanya Makanan apa yang di makan
sehingga membuatnya seperti ini. Shi Kyung seperti tak merasakan sakit, lalu
memberitahu neneknya kalau Ada yang
macet, dan tidak mau turun jadi meminta agar menusuk lagi.
“Tunggu
sebentar... Biarkan aku mencoba menepuk punggungmu.” Ucap Nenek Kim. Shi Kyung
melihat gantungan kunci di tas neneknya.
“Apa Bom
baik-baik saja?.. Bom memberikan itu padaku. Kenapa aku tidak melihat Bom
akhir-akhir ini?” ucap Nenek Kim. Shi
Kyung terdiam melihat neneknya mengetahui Bom tapi lupa kalau Bom sudah
meninggal.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar