PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 06 Januari 2018

Sinopsis Black Knight Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Soo Ho mencium Hae Ra lebih dalam, keduanya larut dalam perasaan cinta yang mengebu. Keduanya saling menatap, dan Soo Ho seperti mengucapkan kalimat untuk keduanya kalinya seperti saat di pameran “Aku mencintaimu.” Lalu keduanya kembali berciuman.
Hae Ra dan Soo Ho tertidur disofa, terlihat Hae Ra sangat lelah tertidur pulang dengan bantalan tangan Soo Ho. Soo Ho sempat terbangun lalu memberikan kecupan di kepala Hae Ra dan mengaku kalau senang.

Beberapa jenis buah-buahan diatas meja, Ji Hoon dan Sharon seperti sudah mabuk dan larut dalam nyanyian tahun 60an. Keduanya menyanyi bersama seperti saling sahut-sahutan
“Kemana waktu mengalir? Aku belum tahu. Tolong tinggalahl bersamaku Jangan tinggalkan aku, aku masih mencintaimu”
Gon melihat keduanya hanya bisa terdiam seperti tak mengenal lagu tahun lama. 

Hae Ra terbangun dari tidurnya, perlahan turun dari sofa dan menarik selimut untuk Soo Ho, sebelum pergi ia memberikan kecupan di pipi Soo Ho lalu bergegas pergi ke kamarnya. Soo Ho yang memejamkan matanya tersenyum seperti mengetahui Hae Ra memberikan kecupan.
“Aku terkejut masih ada tempat seperti ini di Seoul.” Ungkap Gon berjalan berkeliling di rumah Sharon.
“Kau pasti mabuk, Berapa kali kau akan mengulanginya?” keluh Sharon
“Bagaimana kau bisa membuat pakaian pria dan wanita?” tanya Gon penasaran.
“Kau juga menanyakan itu, Itu semua Karena aku jenius. Ditambah lagi aku punya banyak waktu.” Kata Sharon bangga
“Kalau begitu buatkan jas untukku juga.” Ucap Gon. Sharon pikir bisa  melihat saja nanti lalu menyuruh Jin Hoon bangun dengan kakinya. Ji Hoon yang tertidur setelah mabuk mengeluh meminta waktu 5 menit lagi.
“Kurasa dia bukan peminum yang buruk.” Keluh Sharon kesal
“Bagaimana kau mengenal Choi Ji Hoon?” tanya Gon. Sharon menjawab Dari Jung Hae Ra. Gon kaget mendengar kalau Jung Hae Ra
“Dia adalah pacar dari seseorang yang kukenal “ kata Sharon
“Aku punya teman bernama Jung Hae Ra. Dia bekerja di biro perjalanan.” Kata Gon. Sharon bertanya Apa Gon mengenal Hae Ra
“Ji Hoon... Apa Pacar Hae Ra?” kata Gon menatap Ji Hoon yang tertidur. 


Hae Ra terlihat gugup meminum kopi didepan Soo Ho, begitu juga sebaliknya. Bibi Lee bertanya kapan Hae Ra pulang tadi malam, Hae Ra menjawab Sekitar jam 1:30 pagi sementera Soo Ho menjawab 1:45 pagi, lalu keduanya langsung tersipu malu.
“Apa sesuatu yang baik terjadi?” tanya Bibi Lee penasaran. Keduanya langsung menjawab tidak dan kembali tersenyum. 

Sharon menjahit bagian kancing baju, seperti segenap hati membuatnya. Sementara Hae Ra sudah selesai berganti pakaian, Soo Ho memangil Hae Ra untuk pergi bersama karena akan memberikan tumpangan. Hae Ra segera memoles bibirnya dengan lipstik dan keluar dari kamarnya.
“Jangan marah pada direktur utama. Jangan emosi.” Pesan Soo Ho. Hae Ra menganguk mengerti.
“Mereka memujimu pada pertemuan itu, yang berarti mereka sangat memikirkanmu.” Kata Soo Ho
“Benar. Aku akan menerima telepon dengan ceria.” Kata Hae Ra penuh semangat
“Kau bisa bersumpah pada pelanggan yang kasar.” Saran Soo Ho. Hae Ra pikir sangat pandai dalam hal itu.

Soo Ho mengantar Hae Ra sampai depan gedung, Hae Ra pun mengucapkan terimakasih dengan menatap Soo Ho. Soo Ho bertanya apakah Ada yang ingin dikatakan padanya. Hae Ra mengatakan “Semoga harimu menyenangkan.” Soo Ho meminta Selain itu. Hae Ra mengelengkan kepala. Soo Ho memberikan kecupan di pipi Hae Ra.
“Aku mencintaimu. Semoga harimu menyenangkan.” Kata Soo Ho. Hae Ra tersenyum lalu menuruni mobil. Soo Ho menatap Hae Ra terlihat seperti sangat khawatir. 

Soo Ho masuk ke ruangan, pegawainya datang mengyapa Soo Ho dengan memberikan secangkir kopi diatas meja sama seperti saat malam hari menaruh permen, seperti ingin melayani.
“Aku akan membuat kopi sendiri yang sesuai seleraku. Jangan lakukan ini mulai sekarang.” Ucap Soo Ho. Pegawainya bertanya Kenapa tidak boleh.
“Aku tidak ingin menjadi bos seperti itu.” Kata Soo Ho rendah hati.
“Aku membuatkanmu kopi ini sebagai ucapan terima kasih karena menyelamatkanku tempo hari.” Kata Si pegawai
“Jangan khawatir tentang hal itu dan Terima kasih.” Kata Soo Ho akhirnya menerima kopi dari pegawainya.
“Omong-omong, apa kau dengar? Apa Ingat Yoon Dal Hong yang mengkhianati kita dengan hak permukaan? Putranya mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan. Dia jadi gila.” Cerita si pegawai.
“Seberapa parah anaknya terluka?” tanya Soo Ho khawatir.
“Dia dalam keadaan koma. Itu tidak akan terjadi jika dia bekerja sama dengan kita.” Pikir si pegawai merasa kalau itu karma.
Soo Ho meminta agar Jangan bilang begitu. Si pegawai mengaku kalau hanya kesal. Soo Ho pikir pegawainya itu harus pergi dan bekerjalah. Si pegawai pun keluar dari ruangan. 


Ji Hoon dan Gon pergi ke pemandian umum bersama dengan beredam di air hangat. Ji Hoon merasakan nikmat, merasa kalau Minuman semalam pasti yang terbaik karena tidak pusing dan suka datang ke pemandian di musim dingin.
“Dulu aku bermain seperti ini.” Kata Ji Hoon sengaja menutup hidunya dan menyelam dalam bak pemandian.
“Kau adalah seorang jaksa, kan?” ucap Gon dan Ji Hoon langsung melonggo kaget.
“Kurasa Hae Ra belum memberi tahu Pak Moon. Kulihat kau masih jadi pelatihnya.” Kata Gon sinis
“aku tak yakin apa yang sedang kau bicarakan.” Ungkap Ji  Hoon berusaha untuk mengelak
“Hae Ra, aku, dan pacarku teman sejak kecil. Aku tahu betul tentang apa yang terjadi. Itulah mengapa kau tahu tentang hukum dengan baik.” Kata Gon seperti mengancam
“Semuanya beres, dan masalahnya terpecahkan. Aku tidak dituntut atau dikirim ke penjara. Hal seperti itu tak akan terjadi.” Tegas Ji Hoon
“Aku akan merahasiakannya. Jangan khawatir. Kau tak pantas menjadi informan jika Pak Moon merendahkanmu. Jadi Ayo kita minum sup pereda mabuk nanti.” Kata Gon. Ji Hoon pikir dirinya tidak akan terintimidasi.


Ji Hoon menceritakan tidak punya pilihan karena tersandung dalam hidupnya. Gon ingin tahu Bagaimana bisa Ji Hon memilih berpura-pura menjadi jaksa. Ji Hoon sambil makan sup pereda mabuk menceritakan Orang tuanya tinggal di Sillim-dong yaitu orang berkumpul dan belajar untuk ujian pengacara.
“Aku melihat dan mendengar banyak hal sejak masih muda.” Jelas Ji Hoon
“Bagaimana dengan Hae Ra? Bagaimana bisa kau membodohinya?” tanya Gon sinis. Ji Hoon mengeluh mendengarnya.
“Awalnya aku tak  bermaksud membodohinya.” Tegas Ji Hoon.  Gon tahu kalau Ji Hoon tidak melakukannya.
“Aku mencari beberapa dokumen di kantor distrik. Lalu Aku melihat seorang wanita setengah baya menangis. Aku membantunya dengan sepengetahuanku. Lalu dia tiba-tiba pergi Dan dia bilang  "Terima kasih banyak, Pak Jaksa." Setelah itu Aku pergi ke agen perjalanan... untuk membuat reservasi perjalanan nenekku Lalu Aku bertemu wanita itu lagi.” Cerita Ji Hoon
“Dia pasti bilang, "Apa yang membawamu kemari, Pak Jaksa?"” kata Gon. Ji Hoon membenarkan.
“Hae Ra membantuku mengatur pemesanan. Dia baik dan cantik. Aku lah yang memintanya jadi pacarku. Kulihat dia gadis yang kesepian, jadi aku terus berpura-pura sebagai jaksa.” Ungkap Ji Hoon. Gon mengejek kalau Ini memilukan.
“Kau bisa menceritakan pada Pak Moon tentang hal ini. Setiap orang membuat kesalahan setidaknya sekali dalam hidup mereka. Menyukai dia bukan dosa, kan?” ungkap Ji Hoon
“Membodohi dia adalah dosa.” Tegas  Gon. Ji Hoon pun meminta agar Ji Hoon Katakan saja apa yang diinginkan darinya. 



“Pak Moon dalam masalah karena perubahan pemilik tanah. Dia pasti mencari cara lain.” Ucap Gon seperti ingin memberikan perintah lagi.
Soo Ho sedang termenung di ruanganya, Sek Han datang terburu-buru mengatakan kalau Ketua Park mengirim orang ke pemandian lagi dan akan pergi. Soo Ho bertanya pada Sek Han apakah mendengar kabar tentang putra Pak Yoon. Sek Han menganguk.
“Kirimkan bunga padanya, Sertakan sebuah pesan yang mengatakan, "Semoga dia segera sembuh" Ini adalah etika bisnis.” Ucap Soo Ho
“Apa kau penasaran dengan alternatif itu?” tanya Ji Hoon. Soo Ho melihat papan petanya “Toko Buku, Tempat Pemandian”dengan rumah Tuan Yoon yang tak bisa didapatkan.
“Akan lebih baik jika lebih spesifik.” Pesan Gon. Soo Ho seperti memikirkan cara agar bisa melestarikan bangunan di Seoul. 

 Tuan Han dan pegawainya melonggo kaget melihat ada demo didepan pemandian sambil berteriak “Moon Soo Ho, keluar!”
“Pembangunan kembali adalah cara untuk hidup. Moon Soo Ho sedang menghentikan pembangunan kembali.” Ucap ketua demo dan anggota lainya berteriak  Moon Soo Ho, keluar. Sementara di dalam pemandian, Nenek seperti terpaksa menyerahkan suratnya.
“Kau membuat pilihan yang baik. Kalian harus hidup lebih nyaman sekarang.” Ucap Tuan Park seperti membuat Si nenek menjual gedungnya. 
“Aku meninggalkan pesan untukmu karena kau tidak akan mengangkat telponku. Ini adalah sepotong kue agar kau menemukan tempatnya jika aku memerintahkan anak-anakku. Jangan membuat hal menjadi sulit. Hanya makan siang dengan anak pengantar surat kabar yang telah menjadi kaya. Mari kita makan siang yang mewah.”
Baek Hee menerima pesan Tuan Park dengan berdandan serta tak lupa menyemprotkan parfum. Keduanya duduk di meja panjang untuk makasn siang.
“Baru-baru ini makan siang dengan palbochae sedang tren.” Komentar Baek Hee melihat menu makanan diatas meja
“Seo Rin selalu mengajakku ke restoran Cina. Berkat dia, aku bisa makan palbochae untuk pertama kalinya dalam hidup. Ini menjadi hidangan hidupku.” Cerita Tuan Park
“Aku menemukan barang terakhir yang lucu. Bisakah aku juga melihat barang lain?” kata Baek Hee seperti sengaja mengalihkanya.
“Seo Rin tidak mati, kan? Aku yakin... Kau masih berhubungan dengannya.” Kata Tuan Park mencari tahu
“Lebih baik kau tidak bertemu dengan cinta pertamamu lagi.” Kata Baek Hee. Tuan Park bisa tahu kalau Seo Rin masih hidup.
Sharon mencoba kemeja pria yang dibuatnya, dengan terlihat sangat keberasan di tubuhnya, tapi wajahnya terlihat bahagia.
“Dia sudah tua sekali. Dia ingin dikenang sebagai gadis cantik.” Ungkap Baek Hee.
“Apa pekerjaan suaminya?” tanya Tuan Park. Baek Hee menjawab Tidak ada yang akan menikahi anak nakal gila itu.
“Jadi Dia masih lajang.” Kata Tuan Park seperti tak percaya mendengarnya. 



Jung Hae Ra menelp Sharon, tapi Sharon seperti tak mengubrisnya karena  sedang sibuk dengan kemeja yang baru dibuatnya. Seung Hoo mengeluh Sharon yang tidak menjawab teleponnya, lalu memberikan ponselnya pada Sharon untuk mengangkatnya.
“Bisakah aku mengunjungimu bersama rekan kerjaku hari ini? Ini tentang pekerjaan.” Kata Hae Ra, Sharon langsung menolaknya.
“Bagaimana kalau kita makan siang, di tempat temanku, toko Young Mi? Aku akan mengambil...” kata Hae Ra membujuk dan Sharon tetap menolaknya lalu menutup telpnya.
“Ada apa dengannya? Aku jadi ingin memaki gara-gara dia.” Keluh Hae Ra kesal 

Seung Hoo yang mendengarnya mengeluh Sharon yang Tidak sopan dan tidak baik. Sharon mengalihkan dengan meminta pendapat Seung Ho tentang kemeja yang dibuatnya, Seun Hoo seperti tak peduli dengan wajah cemberut.
“Coba Lihatlah... Aku menghabiskan sepanjang malam membuat ini.” Kata Sharon kesal
“Sepertinya untuk pria. Itu jelek.” Kata Seung Hoo kesal
“Ini bukan untukku. Ini untuk pria.” Tegas Sharon. Seung Hoon ingin tahu siapa
“Apakah itu untuk model yang kemarin?” tanya Seung Hoon kesal., Sharon mengatakan tidak
“Seseorang yang ingin kuberi panas tubuhku.” Ucap Sharon penuh rencana. Saat itu Ji Hoon datang menemui Sharon. 

Baek Hee masuk ke ruangan bawah tanah mengatakan tak ingin mainan seperti yang dberikan sebelumnya dan ingin tahu apakah punya sesuatu yang lebih menarik, Tuan Park mengeluh kalau dianggap dengan mainan, karena Itu tak enak didengar.
“Apa kau punya barang seperti potret, doa, atau surat?” ucap Baek Hee ingin mencari tulisan Jeom Bok
“Kau pasti mencari harta karun.” Komentar Tuan Park. Baek Hee melihat guci merasa kalau barang itu terlalu umum.
“Hei.. Hati-hati... Itu berharga 100.000 dollar.” Ucap Tuan Park panik

“Kau tidak memiliki apa yang kucari. Aku hanya akan mengambil beberapa mainan saja. Akan kubayar dengan uang tunai sekarang juga.” Kata Baek Hee.
“Apa kau yakin tidak tertarik dengan ini? Jika kau berpura-pura agar dapat harga murah, sebaiknya hentikan. Aku akan memberikannya secara gratis. Aku sudah sering melakukan ini.” Ungkap Tuan Park sengaja membuka koper yang sebelum diperlihatkanya.
“Kau memberiku itu karena harganya murah.” Keluh Baek Hee seolah-olah tak peduli
“Cincin ini ditemukan di perut ikan ekor kuning yang tertangkap di musim dingin.” Kata Tuan Park meperlihatkan cincin yang terlihat usang.
Baek Hee teringat dengan ucapan Sharon saat menanyakan tentang cincin yang dicurinya “Aku sudah bilang. Aku kehilangan saat aku melompat menuruni tebing.”. Lalu Baek Hee mengulang ucapan Tuan Park kalau cincin itu keluar...dari perut ikan ekor kuning di musim dingin.
“Ini adalah cincin keberuntungan, jadi aku membayar cukup banyak untuk ini.” Kata Tuan Park memberikan cincinya
“Terimakasih untuk hadiah ini.”kata Baek Hee menerima cincin ditanganya.
“Aku memberimu hadiah keberuntungan, jadi biarkan aku bertemu dengan Seo Rin sekali saja.” Pinta Tuan Park. Baek Hee mengaku kalau akan berbicara dengannya.

Semua tim melakukan rapat, Sek Han menjelaskan Pemilik bangunan tidak turut serta dalam pembangunan kembali dan Begitu pembangunan kembali dimulai, maka mereka akan memiliki keuntungan yang jauh lebih sedikit.
“Mereka menyebutnya pembangunan kembali, Tapi agak seperti keseragaman kota.” Kata Sek Han.
“Apa kau memeriksa salinan daftar tempat-tempat ini?” tanya Soo Ho
“Ya, dalam kasus jalan ke-28, pemilik memiliki bangunan. Hal ini berbeda di jalan ke-32. Hak atas permukaannya akan segera berakhir.” Jelas Sek Han
“Temui pemilik bangunan dan penyewa.” Perintah Soo Ho. Sek Han menganguk mengerti
“Kita harus mengelilingi daerah ini, agar kontraknya akan dibatalkan.” Jelas Soo Ho pada peta Toko Buku, Tempat Pemandian dengan tanda merah sebagai penghalang mereka.
“Oh, pemilik jalan ke-32 juga memiliki bangunan bank di persimpangan.” Jelas Sek Han. Pegawai lain juga menunjuk kalau ada Tempat lainya.
“Siapa pemiliknya?” tanya Soo Ho. Pegawai memberitahu kalau Seorang wanita tua bernama Choi Seo Rin. Soo Ho meminta pegawainya agar menemui pemiliknya. 


Sharon sedang menyetrika kemeja yang baru juga dijahitnya,  Seung Hoo masuk ke dalam ruangan membawa tabnya dengan memperlihat sebuah foto dari SNS, Sharon kaget melihat foto dirinya yang menjadi pria dengan caption  (Pria tampan yang 100 tahun lebih tua dari kita.) lalu melihat foto Young Mi yang ada didepan fotonya. 

Sharon akhirnya datang ke toko. Young Mi bangga karena kalau Sharon akan datang jika mengiriminya fotonya. Ketua Tim bertanya Foto apa itu. Young Mi pikir Sharon datang karena berpikir k terlihat seperti pria itu. Sharon mengomel pada Young Mi yang menaruhnya di didepan toko.
“Kenapa kau marah?” keluh Young Mi, Ketua Tim pikir Young Mi salah dengan ucapanya.
“Dia cantik sekali, jadi akan mara kalau mendengar dia terlihat seperti laki-laki. Kau pasti kesal. Aku minta maaf.” Ucap Ketua Tim.
“Aku minta maaf... Temanku agak lamban. Dia sudah seperti itu sejak muda. Jangan marah dan duduklah di sini. Haruskah aku membersihkannya sekali lagi?” ucap Hae Ra mengajak Ji Hee agar memberishkan sofa. Sharon terlihat hanya diam saja. 

“Pertama-tama, kita perlu pakaian yang memukau di Paris dan London. Jadi kita akan pergi ke sana dengan tangan kosong, kenakan gaun yang memukau, ambil gambarnya, berkeliling, lepaskan, dan pulang ke rumah tanpa bagasi.” ucap Hae Ra  mengebu-gebu menjelaskan.
“Naluri bisnisku mengatakan ini akan berkembang.” Komentar Young Mi
“ Apa pendapatmu tentang meluncurkan merekmu?” tanya Hae Ra
“Aku tidak mau Dan turunkan gambar itu.” Kata Sharon sinis
“Tidakkah menurutmu bakatmu terbuang? Kau sangat jenius.” Kata Hae Ra membuju
“Itulah yang kukatakan. Kau memiliki gaya yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan desainer biasa.” Ungkap ketua Tim membantu.
“Pakaian yang kau rancang untuk Hae Ra begitu unik. Itu yang terbaik.” Puji Ji Hee.
Seung Hoo mengangkat tangan mengatakan  kalau yang merancang semua itu, Sharon melirik sinis. Seung Hoo mengakui Sharon adalah seorang jenius Tapi tidak pernah bekerja keras dan itu karena... punya banyak properti real estate. Semua terlihat kaget mendengarnya.
“Bagaimanapun, Kuharap dia tidak menyia-nyiakan bakatnya lagi. Saat bisnis ini berkembang, Kau akan menjadi perancang ternama dunia. Jadi Bayangkan itu.” Ucap Hae Ra membunjuk. Sharon mencoba membayangkan. 


Di dalam rumahnya sudah banyak wartawan yang datang, dengan bertanya “Sudah berapa lama kau mendesain baju?” Sharon dengan gaya glamornya mengatakan kalau hanya bisa mengatakan sudah lama jadi Anggap saja dirinya adalah seorang desainer baru. Saat itu Soo Ho datang membawakan bunga memberikan Selamat.
“Apa kau juga mengakui bakatku? Kutunjukkan pada dunia agar diakui olehmu, dan terlepas dari bahaya.” Ucap Sharon. Soo Ho pun beranjak pergi.
Saat itu beberapa nenek masuk memanggil Sharon dengan pangggil “Unnie”. Mereka mengaku sebagai asistennya sejak berusia 16 tahun Tapi Sharon masih terlihat sama bahkan setelah 60 tahun. Sharon terlihat panik mendengarnya.
“Ada alasan mengapa dia membuka dan menutup tokonya dari waktu ke waktu, tidak pernah membuat pelanggan tetap, tinggal di bawah radar. Sharon tidak pernah tumbuh tua, dan dia juga tidak akan mati. Dia adalah monster.” Ucap Nenek Lainya. Sharon makin panik dan menutupi wajahnya tak ingin di foto. 


Sharon akhirnya jadi berita di koran dengan judul  (Sharon Perancang Baru, Nama asli, Choi Seo Rin, 250 tahun) Sementara Hae Ra tetap mengajak Sharon agar mengajak melakukan bersama dan bisa membawa beberapa referensi desain hari ini.
“Jual gambar itu padaku.” Ucap Sharon seperti tak peduli
“Oh, jika kau memutuskan untuk berbisnis dengan kami, maka Aku akan memberikannya padamu sebagai hadiah.” Kata Young Mi
Saat itu Sharon yang marah sengaja menyenggol foto dan menyiram dengan kopi. Young Mi marah meminta agar memanggil polisi dan melaporkanya karena membuat kerusakan bisnis dan properti.
“Kau bisa Bungkus dan kirimkan dan Akan kubayar foto itu.” Ucap Sharon lalu keluar dari toko.
“Dia gila... Aku perlu ambil garam... Aku perlu memercikkan garam di tempat ini.” Ucap Young Mi lalu bergegas mencari garam
“Ada apa dengannya? Apakah dia pencari perhatian?” kata ketua Tim panik
“Sepertinya dia membutuhkan cinta dan perhatian Dan beberapa perawatan.” Kata pegawai Young Mi. Ji Hee pikir mereka lebih baik tinggalkan Sharon saja karena mengerikan. 



Hae Ra menunggu di cafe dan Soo Ho akhirnya datang menemuinya. Hae Ra bertanya Apa  meminta bertemu saat Soo Ho sibuk. Soo Ho membenarkan.  Hae Ra heran mendengarnya menyuruh Soo Ho pergi saja kalau memang sibuk. Soo Ho setuju akan pergi tapi malah pindah tempat duduk disamping Hae Ra.
“Aku senang kau menelepon... Aku perlu penyembuhan.” Ungkap Soo Ho
“Aku datang karena aku membutuhkan keberanian.” Kata Hae Ra. Soo Ho bertanya Apa yang bisa dilakukan untuk Hae Ra.
“Saat kau bekerja,jika pekerjaan tak berjalan lancar, Haruskah aku segera berhenti, atau terus berjalan?” tanya Hae Ra.
“Dalam hal ini, LAKUKAN... Namamu adalah jawabannya... Hae Ra, yang berarti "melakukannya".” Kata Soo Ho. Hae Ra pikir itu sangat bertiapangan dan ingin Soo Ho Lebih spesifik lagi.
“Di mata seorang pengusaha, bagaimana menurutmu penampilan Sharon Tailor?” kata Hae Ra
“Apakah ini untuk bisnis rental pakaian?” tanya Soo Ho. Hae Ra menjelaskan kalau ingin seperti itu.
“Dia terlalu unik Tapi gayanya tidak mudah menyerah. Dia juga tidak terlihat biasa-biasa saja. Yang kau butuhkan adalah bakat Sharon Tailor.” Kata Soo Ho. Hae Ra pikir benar.
“Jika kau merasa cukup percaya diri untuk menghiburnya dan melatihnya maka Kau bisa mencobanya.” Saran Soo Ho. 


Sharon terlihat hanya bisa menatap kosong dan makan-makanan yang manis, mengaku sudah banyak dipuji, tapi masih merasa tertekan jadi butuh sesuatu yang lebih manis dan mengajak Seung Hoo untuk makan kue. Seung Hoo menolak meminta Sharon melepaskan tanganya.
“Aku akan berhenti... Aku tidak ingin bekerja untuk majikan yang kasar.” Ucap Seung Hoo kesal
“Kau bisa berhenti setelah kita makan kue.” Kata Sharon menarik Seung Hoo dengan mata melotot
“Hentikan mengucapkannya seperti nenek.” Keluh Seung Hoo akhirnya terpaksa mengikuti Sharon. 

Soo Hoo pikir Jika Hae Ra ingin menggunakan bakat seseorang untuk bisnisnya maka harus siap untuk melakukan sesuatu yang besar demi mereka. Ia menegaskan kalau Salah satu alasan mengapa dirinya beruntung karena bekerja keras.
“Tapi tidak semua orang mendapatkannya bahkan jika mereka berusaha keras Dan beberapa tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja keras.” Pikir Hae Ra
“Meski begitu, kau harus mencobanya. Sekalipun tidak berhasil, kau harus bekerja keras.” Kata Soo Ho
“Begitukah caramu menjalani hidup?” tanya Hae Ra. Soo Ho membenarkan.
“Soo Ho, kau sudah besar sekarang.” Ejek Hae Ra seperti layaknya seorang nuna.
“Aku tidak keberatan kau berbicara denganku seperti itu, tapi jangan lakukan itu di depan umum.”pinta Soo Ho dengan tawanya
“Tapi kenapa? Mengapa kau mengkhawatirkan orang lain?” ucap Hae Ra.
Soo Ho terdiam mengingat kalau itu ucapanya saat Hae Ra menginap dikastilnya “Kita bersenang-senang hari itu. Mengapa kau mengkhawatirkan orang lain?” Hae Ra dan Soo Ho hanya bisa tertawa lalu saling high five seperti sangat bahagia. 



“Becky... Mungkin suatu hari nanti, kita mungkin menjadi badut di dunia ini. Apakah tidak mungkin bagi kita menjadi tua bersama orang yang kita cintai?” ucap Sharon yang kembali menjahit dengan kain putih dengan bagian depan rumah yang tak pernah berubah. 

Ji Hoon datang menemui Soo Ho memberikan hadiah kalau itu adalah kemeja yang dibuat dengan katun terbaik. Soo Ho menanyakan alasan Ji Hoon memberikan kemeja itu padanya. Ji Hoon mengaku kalau itu karena Soo Ho yang mengijinkan karyawannya dilatih olehnya. Soo Ho pun mengucapkan  berterima kasih.
“Tidak, aku yang harus berterima kasih. Aku akan bekerja keras di masa depan.” Kata Ji Hoon lalu melihat Soo Ho yang menerima kemeja darinya.
Flash Back
Sharon memberikan kemeja yang dibuatnya pada Ji Hoon. Lalu Ji Hoon bertanya Apa yang akan terjadi saat Pak Moon memakai kemeja itu. Sharon berharap mereka akan tinggal di bawah atap yang sama.
Ji Hoon menatap Soo Ho seperti sangat berharap itu terjadi karena akan kembali bersama Hae Ra. 

Direktur datang merasa sudah lama tidak melihat Hae Ra. Ketua Tim memberitahu kalau Hae Ra bekerja di luar. Direktur bertanya apakah Apakah Hae Ra melakukan wawancara dengan perusahaan lain speerti curiga.
“Direktur utama. Hae Ra mencintai perusahaan ini.” Ucap Ji Hee membela. Direktur tanpa banyak bicara pun keluar dari ruangan. Ketua Tim dan Ji Hee mengeluh dengan sikap Direktur Utama. 

Hae Ra berjalan dengan beberapa barang, berbicara di telp kalau sedang dalam perjalanan. Soo Ho menyakikan Hae Ra kalau bisa melakukannya. Hae Ra memberitahu harus kembali bekerja Setelah mampir ke penjahit itu jadi meminta agar Soo Ho Jangan menunggunya dan tidur saja duluan. Soo Ho mengerti dan mengucapkan Sampai jumpa.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar