Soo Ho
mencium Hae Ra lebih dalam, keduanya larut dalam perasaan cinta yang mengebu.
Keduanya saling menatap, dan Soo Ho seperti mengucapkan kalimat untuk keduanya
kalinya seperti saat di pameran “Aku mencintaimu.” Lalu keduanya kembali
berciuman.
Hae Ra dan
Soo Ho tertidur disofa, terlihat Hae Ra sangat lelah tertidur pulang dengan
bantalan tangan Soo Ho. Soo Ho sempat terbangun lalu memberikan kecupan di
kepala Hae Ra dan mengaku kalau senang.
Beberapa
jenis buah-buahan diatas meja, Ji Hoon dan Sharon seperti sudah mabuk dan larut
dalam nyanyian tahun 60an. Keduanya menyanyi bersama seperti saling
sahut-sahutan
“Kemana
waktu mengalir? Aku belum tahu. Tolong tinggalahl bersamaku Jangan tinggalkan
aku, aku masih mencintaimu”
Gon
melihat keduanya hanya bisa terdiam seperti tak mengenal lagu tahun lama.
Hae Ra
terbangun dari tidurnya, perlahan turun dari sofa dan menarik selimut untuk Soo
Ho, sebelum pergi ia memberikan kecupan di pipi Soo Ho lalu bergegas pergi ke
kamarnya. Soo Ho yang memejamkan matanya tersenyum seperti mengetahui Hae Ra
memberikan kecupan.
“Aku
terkejut masih ada tempat seperti ini di Seoul.” Ungkap Gon berjalan
berkeliling di rumah Sharon.
“Kau
pasti mabuk, Berapa kali kau akan mengulanginya?” keluh Sharon
“Bagaimana
kau bisa membuat pakaian pria dan wanita?” tanya Gon penasaran.
“Kau juga
menanyakan itu, Itu semua Karena aku jenius. Ditambah lagi aku punya banyak
waktu.” Kata Sharon bangga
“Kalau
begitu buatkan jas untukku juga.” Ucap Gon. Sharon pikir bisa melihat saja nanti lalu menyuruh Jin Hoon
bangun dengan kakinya. Ji Hoon yang tertidur setelah mabuk mengeluh meminta
waktu 5 menit lagi.
“Kurasa
dia bukan peminum yang buruk.” Keluh Sharon kesal
“Bagaimana
kau mengenal Choi Ji Hoon?” tanya Gon. Sharon menjawab Dari Jung Hae Ra. Gon
kaget mendengar kalau Jung Hae Ra
“Dia
adalah pacar dari seseorang yang kukenal “ kata Sharon
“Aku punya
teman bernama Jung Hae Ra. Dia bekerja di biro perjalanan.” Kata Gon. Sharon
bertanya Apa Gon mengenal Hae Ra
“Ji
Hoon... Apa Pacar Hae Ra?” kata Gon menatap Ji Hoon yang tertidur.
Hae Ra
terlihat gugup meminum kopi didepan Soo Ho, begitu juga sebaliknya. Bibi Lee
bertanya kapan Hae Ra pulang tadi malam, Hae Ra menjawab Sekitar jam 1:30 pagi
sementera Soo Ho menjawab 1:45 pagi, lalu keduanya langsung tersipu malu.
“Apa
sesuatu yang baik terjadi?” tanya Bibi Lee penasaran. Keduanya langsung
menjawab tidak dan kembali tersenyum.
Sharon
menjahit bagian kancing baju, seperti segenap hati membuatnya. Sementara Hae Ra
sudah selesai berganti pakaian, Soo Ho memangil Hae Ra untuk pergi bersama
karena akan memberikan tumpangan. Hae Ra segera memoles bibirnya dengan lipstik
dan keluar dari kamarnya.
“Jangan
marah pada direktur utama. Jangan emosi.” Pesan Soo Ho. Hae Ra menganguk
mengerti.
“Mereka
memujimu pada pertemuan itu, yang berarti mereka sangat memikirkanmu.” Kata Soo
Ho
“Benar.
Aku akan menerima telepon dengan ceria.” Kata Hae Ra penuh semangat
“Kau bisa
bersumpah pada pelanggan yang kasar.” Saran Soo Ho. Hae Ra pikir sangat pandai
dalam hal itu.
Soo Ho
mengantar Hae Ra sampai depan gedung, Hae Ra pun mengucapkan terimakasih dengan
menatap Soo Ho. Soo Ho bertanya apakah Ada yang ingin dikatakan padanya. Hae Ra
mengatakan “Semoga harimu menyenangkan.” Soo Ho meminta Selain itu. Hae Ra
mengelengkan kepala. Soo Ho memberikan kecupan di pipi Hae Ra.
“Aku
mencintaimu. Semoga harimu menyenangkan.” Kata Soo Ho. Hae Ra tersenyum lalu
menuruni mobil. Soo Ho menatap Hae Ra terlihat seperti sangat khawatir.
Soo Ho
masuk ke ruangan, pegawainya datang mengyapa Soo Ho dengan memberikan secangkir
kopi diatas meja sama seperti saat malam hari menaruh permen, seperti ingin
melayani.
“Aku akan
membuat kopi sendiri yang sesuai seleraku. Jangan lakukan ini mulai sekarang.”
Ucap Soo Ho. Pegawainya bertanya Kenapa tidak boleh.
“Aku
tidak ingin menjadi bos seperti itu.” Kata Soo Ho rendah hati.
“Aku
membuatkanmu kopi ini sebagai ucapan terima kasih karena menyelamatkanku tempo
hari.” Kata Si pegawai
“Jangan
khawatir tentang hal itu dan Terima kasih.” Kata Soo Ho akhirnya menerima kopi
dari pegawainya.
“Omong-omong,
apa kau dengar? Apa Ingat Yoon Dal Hong yang mengkhianati kita dengan hak
permukaan? Putranya mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan. Dia jadi gila.”
Cerita si pegawai.
“Seberapa
parah anaknya terluka?” tanya Soo Ho khawatir.
“Dia
dalam keadaan koma. Itu tidak akan terjadi jika dia bekerja sama dengan kita.”
Pikir si pegawai merasa kalau itu karma.
Soo Ho
meminta agar Jangan bilang begitu. Si pegawai mengaku kalau hanya kesal. Soo Ho
pikir pegawainya itu harus pergi dan bekerjalah. Si pegawai pun keluar dari
ruangan.
Ji Hoon
dan Gon pergi ke pemandian umum bersama dengan beredam di air hangat. Ji Hoon
merasakan nikmat, merasa kalau Minuman semalam pasti yang terbaik karena tidak
pusing dan suka datang ke pemandian di musim dingin.
“Dulu aku
bermain seperti ini.” Kata Ji Hoon sengaja menutup hidunya dan menyelam dalam
bak pemandian.
“Kau
adalah seorang jaksa, kan?” ucap Gon dan Ji Hoon langsung melonggo kaget.
“Kurasa Hae
Ra belum memberi tahu Pak Moon. Kulihat kau masih jadi pelatihnya.” Kata Gon
sinis
“aku tak
yakin apa yang sedang kau bicarakan.” Ungkap Ji
Hoon berusaha untuk mengelak
“Hae Ra,
aku, dan pacarku teman sejak kecil. Aku tahu betul tentang apa yang terjadi. Itulah
mengapa kau tahu tentang hukum dengan baik.” Kata Gon seperti mengancam
“Semuanya
beres, dan masalahnya terpecahkan. Aku tidak dituntut atau dikirim ke penjara. Hal
seperti itu tak akan terjadi.” Tegas Ji Hoon
“Aku akan
merahasiakannya. Jangan khawatir. Kau tak pantas menjadi informan jika Pak Moon
merendahkanmu. Jadi Ayo kita minum sup pereda mabuk nanti.” Kata Gon. Ji Hoon
pikir dirinya tidak akan terintimidasi.
Ji Hoon
menceritakan tidak punya pilihan karena tersandung dalam hidupnya. Gon ingin
tahu Bagaimana bisa Ji Hon memilih berpura-pura menjadi jaksa. Ji Hoon sambil
makan sup pereda mabuk menceritakan Orang tuanya tinggal di Sillim-dong yaitu orang
berkumpul dan belajar untuk ujian pengacara.
“Aku
melihat dan mendengar banyak hal sejak masih muda.” Jelas Ji Hoon
“Bagaimana
dengan Hae Ra? Bagaimana bisa kau membodohinya?” tanya Gon sinis. Ji Hoon
mengeluh mendengarnya.
“Awalnya
aku tak bermaksud membodohinya.” Tegas
Ji Hoon. Gon tahu kalau Ji Hoon tidak
melakukannya.
“Aku
mencari beberapa dokumen di kantor distrik. Lalu Aku melihat seorang wanita
setengah baya menangis. Aku membantunya dengan sepengetahuanku. Lalu dia
tiba-tiba pergi Dan dia bilang "Terima
kasih banyak, Pak Jaksa." Setelah itu Aku pergi ke agen perjalanan... untuk
membuat reservasi perjalanan nenekku Lalu Aku bertemu wanita itu lagi.” Cerita
Ji Hoon
“Dia
pasti bilang, "Apa yang membawamu kemari, Pak Jaksa?"” kata Gon. Ji
Hoon membenarkan.
“Hae Ra
membantuku mengatur pemesanan. Dia baik dan cantik. Aku lah yang memintanya
jadi pacarku. Kulihat dia gadis yang kesepian, jadi aku terus berpura-pura
sebagai jaksa.” Ungkap Ji Hoon. Gon mengejek kalau Ini memilukan.
“Kau bisa
menceritakan pada Pak Moon tentang hal ini. Setiap orang membuat kesalahan
setidaknya sekali dalam hidup mereka. Menyukai dia bukan dosa, kan?” ungkap Ji
Hoon
“Membodohi
dia adalah dosa.” Tegas Gon. Ji Hoon pun
meminta agar Ji Hoon Katakan saja apa yang diinginkan darinya.
“Pak Moon
dalam masalah karena perubahan pemilik tanah. Dia pasti mencari cara lain.”
Ucap Gon seperti ingin memberikan perintah lagi.
Soo Ho
sedang termenung di ruanganya, Sek Han datang terburu-buru mengatakan kalau Ketua
Park mengirim orang ke pemandian lagi dan akan pergi. Soo Ho bertanya pada Sek
Han apakah mendengar kabar tentang putra Pak Yoon. Sek Han menganguk.
“Kirimkan
bunga padanya, Sertakan sebuah pesan yang mengatakan, "Semoga dia segera
sembuh" Ini adalah etika bisnis.” Ucap Soo Ho
“Apa kau
penasaran dengan alternatif itu?” tanya Ji Hoon. Soo Ho melihat papan petanya
“Toko Buku, Tempat Pemandian”dengan rumah Tuan Yoon yang tak bisa didapatkan.
“Akan lebih
baik jika lebih spesifik.” Pesan Gon. Soo Ho seperti memikirkan cara agar bisa
melestarikan bangunan di Seoul.
Tuan Han dan pegawainya melonggo kaget melihat ada demo didepan pemandian sambil berteriak “Moon Soo Ho, keluar!”
“Pembangunan
kembali adalah cara untuk hidup. Moon Soo Ho sedang menghentikan pembangunan
kembali.” Ucap ketua demo dan anggota lainya berteriak Moon Soo Ho, keluar. Sementara di dalam
pemandian, Nenek seperti terpaksa menyerahkan suratnya.
“Kau
membuat pilihan yang baik. Kalian harus hidup lebih nyaman sekarang.” Ucap Tuan
Park seperti membuat Si nenek menjual gedungnya.
“Aku
meninggalkan pesan untukmu karena kau tidak akan mengangkat telponku. Ini
adalah sepotong kue agar kau menemukan tempatnya jika aku memerintahkan
anak-anakku. Jangan membuat hal menjadi sulit. Hanya makan siang dengan anak
pengantar surat kabar yang telah menjadi kaya. Mari kita makan siang yang
mewah.”
Baek Hee
menerima pesan Tuan Park dengan berdandan serta tak lupa menyemprotkan parfum.
Keduanya duduk di meja panjang untuk makasn siang.
“Baru-baru
ini makan siang dengan palbochae sedang tren.” Komentar Baek Hee melihat menu
makanan diatas meja
“Seo Rin
selalu mengajakku ke restoran Cina. Berkat dia, aku bisa makan palbochae untuk
pertama kalinya dalam hidup. Ini menjadi hidangan hidupku.” Cerita Tuan Park
“Aku
menemukan barang terakhir yang lucu. Bisakah aku juga melihat barang lain?”
kata Baek Hee seperti sengaja mengalihkanya.
“Seo Rin
tidak mati, kan? Aku yakin... Kau masih berhubungan dengannya.” Kata Tuan Park
mencari tahu
“Lebih
baik kau tidak bertemu dengan cinta pertamamu lagi.” Kata Baek Hee. Tuan Park
bisa tahu kalau Seo Rin masih hidup.
Sharon
mencoba kemeja pria yang dibuatnya, dengan terlihat sangat keberasan di
tubuhnya, tapi wajahnya terlihat bahagia.
“Dia
sudah tua sekali. Dia ingin dikenang sebagai gadis cantik.” Ungkap Baek Hee.
“Apa
pekerjaan suaminya?” tanya Tuan Park. Baek Hee menjawab Tidak ada yang akan
menikahi anak nakal gila itu.
“Jadi Dia
masih lajang.” Kata Tuan Park seperti tak percaya mendengarnya.
Jung Hae
Ra menelp Sharon, tapi Sharon seperti tak mengubrisnya karena sedang sibuk dengan kemeja yang baru
dibuatnya. Seung Hoo mengeluh Sharon yang tidak menjawab teleponnya, lalu
memberikan ponselnya pada Sharon untuk mengangkatnya.
“Bisakah
aku mengunjungimu bersama rekan kerjaku hari ini? Ini tentang pekerjaan.” Kata
Hae Ra, Sharon langsung menolaknya.
“Bagaimana
kalau kita makan siang, di tempat temanku, toko Young Mi? Aku akan mengambil...”
kata Hae Ra membujuk dan Sharon tetap menolaknya lalu menutup telpnya.
“Ada apa
dengannya? Aku jadi ingin memaki gara-gara dia.” Keluh Hae Ra kesal
Seung Hoo
yang mendengarnya mengeluh Sharon yang Tidak sopan dan tidak baik. Sharon
mengalihkan dengan meminta pendapat Seung Ho tentang kemeja yang dibuatnya,
Seun Hoo seperti tak peduli dengan wajah cemberut.
“Coba
Lihatlah... Aku menghabiskan sepanjang malam membuat ini.” Kata Sharon kesal
“Sepertinya
untuk pria. Itu jelek.” Kata Seung Hoo kesal
“Ini
bukan untukku. Ini untuk pria.” Tegas Sharon. Seung Hoon ingin tahu siapa
“Apakah
itu untuk model yang kemarin?” tanya Seung Hoon kesal., Sharon mengatakan tidak
“Seseorang
yang ingin kuberi panas tubuhku.” Ucap Sharon penuh rencana. Saat itu Ji Hoon
datang menemui Sharon.
Baek Hee
masuk ke ruangan bawah tanah mengatakan tak ingin mainan seperti yang dberikan sebelumnya
dan ingin tahu apakah punya sesuatu yang lebih menarik, Tuan Park mengeluh
kalau dianggap dengan mainan, karena Itu tak enak didengar.
“Apa kau
punya barang seperti potret, doa, atau surat?” ucap Baek Hee ingin mencari
tulisan Jeom Bok
“Kau
pasti mencari harta karun.” Komentar Tuan Park. Baek Hee melihat guci merasa
kalau barang itu terlalu umum.
“Hei..
Hati-hati... Itu berharga 100.000 dollar.” Ucap Tuan Park panik
“Kau tidak
memiliki apa yang kucari. Aku hanya akan mengambil beberapa mainan saja. Akan
kubayar dengan uang tunai sekarang juga.” Kata Baek Hee.
“Apa kau
yakin tidak tertarik dengan ini? Jika kau berpura-pura agar dapat harga murah,
sebaiknya hentikan. Aku akan memberikannya secara gratis. Aku sudah sering
melakukan ini.” Ungkap Tuan Park sengaja membuka koper yang sebelum
diperlihatkanya.
“Kau
memberiku itu karena harganya murah.” Keluh Baek Hee seolah-olah tak peduli
“Cincin
ini ditemukan di perut ikan ekor kuning yang tertangkap di musim dingin.” Kata
Tuan Park meperlihatkan cincin yang terlihat usang.
Baek Hee
teringat dengan ucapan Sharon saat menanyakan tentang cincin yang dicurinya “Aku
sudah bilang. Aku kehilangan saat aku melompat menuruni tebing.”. Lalu Baek Hee
mengulang ucapan Tuan Park kalau cincin itu keluar...dari perut ikan ekor
kuning di musim dingin.
“Ini
adalah cincin keberuntungan, jadi aku membayar cukup banyak untuk ini.” Kata
Tuan Park memberikan cincinya
“Terimakasih
untuk hadiah ini.”kata Baek Hee menerima cincin ditanganya.
“Aku memberimu
hadiah keberuntungan, jadi biarkan aku bertemu dengan Seo Rin sekali saja.” Pinta
Tuan Park. Baek Hee mengaku kalau akan berbicara dengannya.
Semua tim
melakukan rapat, Sek Han menjelaskan Pemilik bangunan tidak turut serta dalam
pembangunan kembali dan Begitu pembangunan kembali dimulai, maka mereka akan
memiliki keuntungan yang jauh lebih sedikit.
“Mereka menyebutnya
pembangunan kembali, Tapi agak seperti keseragaman kota.” Kata Sek Han.
“Apa kau
memeriksa salinan daftar tempat-tempat ini?” tanya Soo Ho
“Ya,
dalam kasus jalan ke-28, pemilik memiliki bangunan. Hal ini berbeda di jalan
ke-32. Hak atas permukaannya akan segera berakhir.” Jelas Sek Han
“Temui
pemilik bangunan dan penyewa.” Perintah Soo Ho. Sek Han menganguk mengerti
“Kita
harus mengelilingi daerah ini, agar kontraknya akan dibatalkan.” Jelas Soo Ho
pada peta Toko Buku, Tempat Pemandian dengan tanda merah sebagai penghalang
mereka.
“Oh,
pemilik jalan ke-32 juga memiliki bangunan bank di persimpangan.” Jelas Sek
Han. Pegawai lain juga menunjuk kalau ada Tempat lainya.
“Siapa
pemiliknya?” tanya Soo Ho. Pegawai memberitahu kalau Seorang wanita tua bernama
Choi Seo Rin. Soo Ho meminta pegawainya agar menemui pemiliknya.
Sharon
sedang menyetrika kemeja yang baru juga dijahitnya, Seung Hoo masuk ke dalam ruangan membawa
tabnya dengan memperlihat sebuah foto dari SNS, Sharon kaget melihat foto
dirinya yang menjadi pria dengan caption (Pria tampan yang 100 tahun lebih tua dari
kita.) lalu melihat foto Young Mi yang ada didepan fotonya.
Sharon
akhirnya datang ke toko. Young Mi bangga karena kalau Sharon akan datang jika mengiriminya
fotonya. Ketua Tim bertanya Foto apa itu. Young Mi pikir Sharon datang karena
berpikir k terlihat seperti pria itu. Sharon mengomel pada Young Mi yang
menaruhnya di didepan toko.
“Kenapa
kau marah?” keluh Young Mi, Ketua Tim pikir Young Mi salah dengan ucapanya.
“Dia
cantik sekali, jadi akan mara kalau mendengar dia terlihat seperti laki-laki. Kau
pasti kesal. Aku minta maaf.” Ucap Ketua Tim.
“Aku
minta maaf... Temanku agak lamban. Dia sudah seperti itu sejak muda. Jangan
marah dan duduklah di sini. Haruskah aku membersihkannya sekali lagi?” ucap Hae
Ra mengajak Ji Hee agar memberishkan sofa. Sharon terlihat hanya diam saja.
“Pertama-tama,
kita perlu pakaian yang memukau di Paris dan London. Jadi kita akan pergi ke
sana dengan tangan kosong, kenakan gaun yang memukau, ambil gambarnya,
berkeliling, lepaskan, dan pulang ke rumah tanpa bagasi.” ucap Hae Ra mengebu-gebu menjelaskan.
“Naluri
bisnisku mengatakan ini akan berkembang.” Komentar Young Mi
“ Apa
pendapatmu tentang meluncurkan merekmu?” tanya Hae Ra
“Aku
tidak mau Dan turunkan gambar itu.” Kata Sharon sinis
“Tidakkah
menurutmu bakatmu terbuang? Kau sangat jenius.” Kata Hae Ra membuju
“Itulah
yang kukatakan. Kau memiliki gaya yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan
desainer biasa.” Ungkap ketua Tim membantu.
“Pakaian
yang kau rancang untuk Hae Ra begitu unik. Itu yang terbaik.” Puji Ji Hee.
Seung Hoo
mengangkat tangan mengatakan kalau yang
merancang semua itu, Sharon melirik sinis. Seung Hoo mengakui Sharon adalah
seorang jenius Tapi tidak pernah bekerja keras dan itu karena... punya banyak
properti real estate. Semua terlihat kaget mendengarnya.
“Bagaimanapun,
Kuharap dia tidak menyia-nyiakan bakatnya lagi. Saat bisnis ini berkembang, Kau
akan menjadi perancang ternama dunia. Jadi Bayangkan itu.” Ucap Hae Ra
membunjuk. Sharon mencoba membayangkan.
Di dalam
rumahnya sudah banyak wartawan yang datang, dengan bertanya “Sudah berapa lama
kau mendesain baju?” Sharon dengan gaya glamornya mengatakan kalau hanya bisa
mengatakan sudah lama jadi Anggap saja dirinya adalah seorang desainer baru.
Saat itu Soo Ho datang membawakan bunga memberikan Selamat.
“Apa kau
juga mengakui bakatku? Kutunjukkan pada dunia agar diakui olehmu, dan terlepas
dari bahaya.” Ucap Sharon. Soo Ho pun beranjak pergi.
Saat itu
beberapa nenek masuk memanggil Sharon dengan pangggil “Unnie”. Mereka mengaku
sebagai asistennya sejak berusia 16 tahun Tapi Sharon masih terlihat sama
bahkan setelah 60 tahun. Sharon terlihat panik mendengarnya.
“Ada alasan
mengapa dia membuka dan menutup tokonya dari waktu ke waktu, tidak pernah
membuat pelanggan tetap, tinggal di bawah radar. Sharon tidak pernah tumbuh tua,
dan dia juga tidak akan mati. Dia adalah monster.” Ucap Nenek Lainya. Sharon
makin panik dan menutupi wajahnya tak ingin di foto.
Sharon
akhirnya jadi berita di koran dengan judul (Sharon Perancang Baru, Nama asli, Choi Seo
Rin, 250 tahun) Sementara Hae Ra tetap mengajak Sharon agar mengajak melakukan
bersama dan bisa membawa beberapa referensi desain hari ini.
“Jual
gambar itu padaku.” Ucap Sharon seperti tak peduli
“Oh, jika
kau memutuskan untuk berbisnis dengan kami, maka Aku akan memberikannya padamu
sebagai hadiah.” Kata Young Mi
Saat itu
Sharon yang marah sengaja menyenggol foto dan menyiram dengan kopi. Young Mi
marah meminta agar memanggil polisi dan melaporkanya karena membuat kerusakan
bisnis dan properti.
“Kau bisa
Bungkus dan kirimkan dan Akan kubayar foto itu.” Ucap Sharon lalu keluar dari
toko.
“Dia
gila... Aku perlu ambil garam... Aku perlu memercikkan garam di tempat ini.”
Ucap Young Mi lalu bergegas mencari garam
“Ada apa
dengannya? Apakah dia pencari perhatian?” kata ketua Tim panik
“Sepertinya
dia membutuhkan cinta dan perhatian Dan beberapa perawatan.” Kata pegawai Young
Mi. Ji Hee pikir mereka lebih baik tinggalkan Sharon saja karena mengerikan.
Hae Ra
menunggu di cafe dan Soo Ho akhirnya datang menemuinya. Hae Ra bertanya
Apa meminta bertemu saat Soo Ho sibuk.
Soo Ho membenarkan. Hae Ra heran
mendengarnya menyuruh Soo Ho pergi saja kalau memang sibuk. Soo Ho setuju akan
pergi tapi malah pindah tempat duduk disamping Hae Ra.
“Aku
senang kau menelepon... Aku perlu penyembuhan.” Ungkap Soo Ho
“Aku
datang karena aku membutuhkan keberanian.” Kata Hae Ra. Soo Ho bertanya Apa
yang bisa dilakukan untuk Hae Ra.
“Saat kau
bekerja,jika pekerjaan tak berjalan lancar, Haruskah aku segera berhenti, atau
terus berjalan?” tanya Hae Ra.
“Dalam
hal ini, LAKUKAN... Namamu adalah jawabannya... Hae Ra, yang berarti
"melakukannya".” Kata Soo Ho. Hae Ra pikir itu sangat bertiapangan
dan ingin Soo Ho Lebih spesifik lagi.
“Di mata
seorang pengusaha, bagaimana menurutmu penampilan Sharon Tailor?” kata Hae Ra
“Apakah ini
untuk bisnis rental pakaian?” tanya Soo Ho. Hae Ra menjelaskan kalau ingin
seperti itu.
“Dia
terlalu unik Tapi gayanya tidak mudah menyerah. Dia juga tidak terlihat
biasa-biasa saja. Yang kau butuhkan adalah bakat Sharon Tailor.” Kata Soo Ho.
Hae Ra pikir benar.
“Jika kau
merasa cukup percaya diri untuk menghiburnya dan melatihnya maka Kau bisa
mencobanya.” Saran Soo Ho.
Sharon
terlihat hanya bisa menatap kosong dan makan-makanan yang manis, mengaku sudah
banyak dipuji, tapi masih merasa tertekan jadi butuh sesuatu yang lebih manis
dan mengajak Seung Hoo untuk makan kue. Seung Hoo menolak meminta Sharon
melepaskan tanganya.
“Aku akan
berhenti... Aku tidak ingin bekerja untuk majikan yang kasar.” Ucap Seung Hoo
kesal
“Kau bisa
berhenti setelah kita makan kue.” Kata Sharon menarik Seung Hoo dengan mata
melotot
“Hentikan
mengucapkannya seperti nenek.” Keluh Seung Hoo akhirnya terpaksa mengikuti
Sharon.
Soo Hoo
pikir Jika Hae Ra ingin menggunakan bakat seseorang untuk bisnisnya maka harus
siap untuk melakukan sesuatu yang besar demi mereka. Ia menegaskan kalau Salah
satu alasan mengapa dirinya beruntung karena bekerja keras.
“Tapi
tidak semua orang mendapatkannya bahkan jika mereka berusaha keras Dan beberapa
tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja keras.” Pikir Hae Ra
“Meski
begitu, kau harus mencobanya. Sekalipun tidak berhasil, kau harus bekerja
keras.” Kata Soo Ho
“Begitukah
caramu menjalani hidup?” tanya Hae Ra. Soo Ho membenarkan.
“Soo Ho,
kau sudah besar sekarang.” Ejek Hae Ra seperti layaknya seorang nuna.
“Aku
tidak keberatan kau berbicara denganku seperti itu, tapi jangan lakukan itu di
depan umum.”pinta Soo Ho dengan tawanya
“Tapi
kenapa? Mengapa kau mengkhawatirkan orang lain?” ucap Hae Ra.
Soo Ho
terdiam mengingat kalau itu ucapanya saat Hae Ra menginap dikastilnya “Kita
bersenang-senang hari itu. Mengapa kau mengkhawatirkan orang lain?” Hae Ra dan
Soo Ho hanya bisa tertawa lalu saling high five seperti sangat bahagia.
“Becky...
Mungkin suatu hari nanti, kita mungkin menjadi badut di dunia ini. Apakah tidak
mungkin bagi kita menjadi tua bersama orang yang kita cintai?” ucap Sharon yang
kembali menjahit dengan kain putih dengan bagian depan rumah yang tak pernah
berubah.
Ji Hoon
datang menemui Soo Ho memberikan hadiah kalau itu adalah kemeja yang dibuat
dengan katun terbaik. Soo Ho menanyakan alasan Ji Hoon memberikan kemeja itu
padanya. Ji Hoon mengaku kalau itu karena Soo Ho yang mengijinkan karyawannya
dilatih olehnya. Soo Ho pun mengucapkan berterima
kasih.
“Tidak, aku
yang harus berterima kasih. Aku akan bekerja keras di masa depan.” Kata Ji Hoon
lalu melihat Soo Ho yang menerima kemeja darinya.
Flash Back
Sharon
memberikan kemeja yang dibuatnya pada Ji Hoon. Lalu Ji Hoon bertanya Apa yang
akan terjadi saat Pak Moon memakai kemeja itu. Sharon berharap mereka akan tinggal
di bawah atap yang sama.
Ji Hoon
menatap Soo Ho seperti sangat berharap itu terjadi karena akan kembali bersama
Hae Ra.
Direktur
datang merasa sudah lama tidak melihat Hae Ra. Ketua Tim memberitahu kalau Hae
Ra bekerja di luar. Direktur bertanya apakah Apakah Hae Ra melakukan wawancara
dengan perusahaan lain speerti curiga.
“Direktur
utama. Hae Ra mencintai perusahaan ini.” Ucap Ji Hee membela. Direktur tanpa
banyak bicara pun keluar dari ruangan. Ketua Tim dan Ji Hee mengeluh dengan
sikap Direktur Utama.
Hae Ra
berjalan dengan beberapa barang, berbicara di telp kalau sedang dalam
perjalanan. Soo Ho menyakikan Hae Ra kalau bisa melakukannya. Hae Ra
memberitahu harus kembali bekerja Setelah mampir ke penjahit itu jadi meminta
agar Soo Ho Jangan menunggunya dan tidur saja duluan. Soo Ho mengerti dan
mengucapkan Sampai jumpa.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar