PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 17 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Seo Joon mengajak Dan Yi untuk berkencan karena sudah selesai bekerja menunggu di depan kantornya. Dan Yi menatap Eun Ho dengan wajah gugup, Hae Rin menatap keduanya yang terlihat sangat dekat, akhirnya berjlan mendekati Eun Ho memberitahu kalau sudah waktunya pulang.
“Apa kau bisa tunggu sebentar? Aku berkemas dulu.” Ucap Dan Yi pada Seo Joon lalu bergegas pergi.
Eun Ho menatap Dan Yi pergi meninggalkan buku yang ditinggalnya,  Hae Rin melihat keduanya berpikir Eun Ho yang bersikap dingin lagi. Eun Ho hanya diam saja seperti sedikit kecewa. 


Park Hoon dan Ji Yool serta pegawai lainya pamit untuk pulang kantor. Nyonya Seo juga akan pulang tapi pesan dari Tuan Bong masuk “Apa kau mau makan malam bersamaku?” Tuan Bong didepan meja kerjanya menatap mantan istri seperti berharap dibalas.  Nyonya Seo akhirnya mengambil jaket dan akan pulang
“Siapa mau ke kelab bersamaku?” teriak Nyonya Seo. Tuan Bong binggung.
“Dan Yi, Apa kau mau ikut aku ke kelab?” tanya Nyonya Seo, Dan Yi menolak karena ada urusan mendadak.
“Hae Rin, ayo ke kelab malam ini.” Ajak Nyonya Seo. Hae Rin pun tak bisa  karena Ibunyasedang kurang sehat.
“Pak Cha, ayo ke kelab.” Ucap Nyonya Seo pada Eun Ho, Eun Ho mengaku  masih ada pekerjaan.
“Aku punya banyak waktu.” Kata Tuan Bong, Nyonya Seo pun tak mengubrisnya. Tuan Bong pikir harus bekerja lagi jika punya banyak waktu lalu kembali ke meja kerjanya. 

Dan Yi pun pamit pulang lebih dulu, Eun Ho malah memanggilnya mengaku lupa kalau Song Yi menyerahkan order produksi jadi meminta agar mengoreksi bagian yang ditandai merah. Dan Yi marah memberi kode agar memberikan pada yang lain. Eun Ho tak peduli.
“Bukankah kau ditunggu? Aku saja jika ada yang menunggumu...” ucap Hae Rin ingin membantu tapi Eun Ho tetap Dan Yi yang melakukanya.
Dan Yi pun tak bisa menolak karena Eun Ho seniornya dikantor, Hae Rin bingung dengan sikap Eun Ho. 

Seo Joon masih tetap menungu didepan kantor, Park Hoon dan Ji Yool keluar dari gedung bersama. Ji Yool dengan wajah bahagia mengaku senang karena untuk sementara bebas dan Ibunya sangat terkejut karena Ini kali pertama bilang mencintai seseorang.
“Dia takut dan berhenti mencarikan kencan buta, tapi Ini hanya bertahan sebulan.” Kata Ji Yool
“Lalu, apa kau mau makan malam?” ajak Park Hoon dengan wajah sumringah.
“Aku mau menemui teman-temanku. Kami akan bersenang-senang di tempat populer.” Ucap Ji Yool lalu pamit pergi.
“Aku akan makan ramyeon sendirian.” Keluh Park Hoon lalu sempat menatap Seo Joon, tapi tak mengenal kalau didepanya adalah designer buku. 


Dan Yi akhirnya memberikan tugasnya dengan wajah cemberut pamit untuk pulang. Eun Ho menahan Dan Yi sambil agar memeriksa tugasnya lebih dulu, lalu bertanya apakah itu tadi yang menelp Seo Joon sambil memberikan buku yang tertinggal, Dan Yi membenarkan kalau Seo Joon mengajak makan malam.
“Kau sudah tahu. Kenapa menyuruhku bekerja lagi?” keluh Dan Yi kesal. Eun Ho pun hanya bisa diam saja.
“Di rumah tak ada makanan, Kau Makanlah di luar.” Ucap Dan Yi lalu meminta Eun Ho yang membawakan buku pertamanya. 

Dan Yi memoles bibirnya dengan lipstik seperti ingin siap-siap berkencan. Eun Ho datang dengan syal dan juga jas panjangnya lalu memberitahu kalau malam ini cukup dingin. Dan Yi seperti tak menyadarinya, lalu keduanya masuk ke dalam lift bersama.
Eun Ho melepaskan syalnya memberikan pada Dan Yi karena di luar dingin. Dan Yi pun mengambilnya mengucapkan terima kasih. Eun Ho tak bisa melihat Dan Yi hanya memegangnya akhirnya memakaikan di leher agar tak kedingingan. 

Seo Joon masih menunggu, Dan Yi langsung menghampirinya meminta maaf karena sudah membuatnya menunggu. Seo Joon pikir tak masalah. Eun Ho dengan sengaja berjalan diantara keduanya memperingatkan agar  Jangan pulang larut lalu berjalan pergi.
“Apa aku mau pergi sekarang?” tanya Seo Joon, Dan Yi menganguk setuju.
“Kau pasti kedinginan.” Kata Dan Yi sambil berjalan, Seo Joon mengaku baik-baik saja.
“Apa Kau tak lapar?” tanya Seo Joon, Dan Yi mengaku sangat lapar.
Seo Joon pun mengajak makan makanan enak.untuk Keduanya terlihat seperti pasangan yang sedang melakukan pendekatan. Eun Ho pun membalikan badan menatap keduanya dengan tatapan iri. 

Park Hoon sudah membuat ramyun dalam mangkuk dan mengambil gambar dari ponselnya, wajahnya bangga merasa harus membuka kedai ramyeon karena bentunknya terlalu bagus untuk dimakan. Saat itu terdengar suara bel. Park Hoon bertanya dari interkom siapa yang datang.
“Petugas kantor perumahan.” Ucap Seorang pria berjas. Park Hoon binggung tapi akhirnya membuka pintu.
Tapi saat itu seorang wanita dan pria masuk ke rumah, Park Hoon bingung dan meminta mereka membuka sepatunya sebelum masuk rumah.  Si wanita bertanya apakah Park Hoon pemilik tempat ini. Park Hoon mengaku sewa seharga 500.000 won per bulan.
“Apa ini Bukan milikmu? Kau penyewa bulanan?” tanya si wanita mengernyitkan dahi.
“Entah apa yang pemiliknya katakan, tapi aku tak mau pindah. Bahkan Sewaku masih ada beberapa bulan.” Kata Park Hoon bingung
“Kau Park Hoon yang bekerja di Penerbit Gyeoroo, 'kan? Aku ibu Ji Yool” ucap si wanita. Park Hoon mengerti tapi malah melotot tajam
“Apa Kau pikir bisa menerobos masuk dengan pria tinggi ini hanya karena kau ibu Ji Yool?” ucap Park Hoon marah
“Ini menarik. Kebanyakan pria takut saat kubilang aku ibu Ji Yool. Apa Kau punya saudara?” ucap Ibu Ji Yool.
“Aku punya Tiga kakak.” Kata Park Hoon, Ji Yool melonggo kaget.
“Orang tuamu melakukan apa?” ucap Ibu Ji Yool. Park Hoon menjawab kalau mereka sedang makan malam.
“Maksudku pekerjaan mereka!!” tegas Ibu Ji Yool. Park Hoon menjawab kalau Ayahnya wakil kepala sekolah SD dan ibunya ibu rumah tangga.
“Apa Kau dan Ji Yool berpacaran?” kata Ibu Ji Yool. Park Hoon membenarkan kalau mereka saling menyukai.
“Jika kau mengincar uang keluargaku...” ucap Ibu Ji Yool sinis. Park Hoon tak terima mendengar "Uang keluargamu"
“Aku tak peduli soal itu. Satu-satunya yang kupedulikan adalah dia, Oh Ji Yool. Aku mencintai dia secara tulus, Ibu!” ucap Park Hoon yang membuat Ibu Ji Yool dan Sek-nya ketakutan.
“Kenapa kau memanggilku "Ibu"? Putuskan hubunganmu dengan Ji Yool!” ucap Ibu Ji Yool
“Kurasa beginilah caramu menjauhkan semua pria yang dia kencani, tapi aku berbeda dari mereka. Jika kau terus begini, maka aku akan membawa Ji Yol dan kabur bersamanya.” Tegas Park Hoon mengancam. Ibu Ji Yool ketakutan.
“Jika itu terjadi, kau tak akan pernah bertemu Ji Yool lagi. Seumur hidupmu, sampai mati. Jadi... kumohon biarkan kami saling mencintai. Kumohon...” ucap Park Hoon menangis sambil berlutut lalu meminta agar mereka melepas sepatunya.



Eun Ho pulang ke rumah dengan wajah marah lalu mengambil air minum dan akan menelp Dan Yi,  saat itu seperti sosok dalam hatinya keluar memperingatkan kalau yang dilakukan tak benar, memperingatakn agar jangan telepon Dan Yi.
“Dan Yi sedang bersama Ji Seo Joon.  Itu memang mengganggu, tapi sikapmu seperti pecundang.” Ucap suara hati Eun Ho akhirnya Eun Ho akan mengirimkan pesan.
“Jangan kirim pesan juga. Kau mau tulis apa?” ucap suara hati Eun Ho, Eun Ho menjawab akan tanya kapan Dan Yi pulang.
“Jangan. Itu payah... Perbuatanmu di kantor tadi sudah cukup payah.” Ucap suara hati Eun Ho
“Apa Kau tahu Ji Seo-jun bilang apa kepadaku? Katanya dia menyukai Dan Yi” kata Eun Ho panik
“Bahkan bagiku, yang sangat cerdas, sensitif, dan rasional, ini seperti keadaan darurat.” Ucap Suara hati Eun Ho.
“Apa kau bahkan tahu perasaanku sekarangAku ingin mencari di seluruh Seoul dan membawa pulang Dan Yi” keluh Eun Ho
“Benar, aku paham perasaanmu. Tapi pada saat begini, jangan bertindak seperti pecundang. Itu tak benar.” Tegas Suara hati Eun Ho.
“Lalu aku harus apa?” tanya Eun Ho. Suara hati Eun Ho mengajak mereka untuk berpikir. Kedunya pun menaruh tangan di kepala untuk sama-sama berpikir. 



Dan Yi dan Seo Joon masuk ke sebuah toko buku,  Seo  Joon mangku  suka toko buku independen karena semua bukunya dipilih oleh pemiliknya, jadi, apa pun yang  dipilih  Dan Yi bagus. Dan Yi mengaku juga suka toko buku lokal independen lalu melihat sebuah buku ditanganya.
“Toko buku besar seperti pasaraya di mana buku dipamerkan, tapi tempat ini seperti ruang yang mengenalkan buku kepada pembaca. Di sini Menyenangkan” ucap Dan Yi lalu bergegas karena ada pesan adri Eun Ho.
Sementara Seo Joon melihat judul buku yang dipegang oleh Dan Yi [SENANDIKA YANG KUINGIN KAU DENGAR] 

Dan Yi membaca pesan dari Eun Ho sedikit menjauh “Dan Yi, sepertinya penanak nasinya rusak.... Tisu di mana?.. Dan Yi, sudah bayar tagihan listrik? Ada memo terlambat membayar... Dan Yi, pemurni airnya pasti rusak. Airnya tak keluar... Dan Yi, aku lapar.”
Dan Yi terlihat binggung, Seo Joon mengambil beberapa buku lalu mengajak Dan Yi makan malam sekarang. Dan Yi pun menganguk setuju 

Dan Yi makan steak memuji kalau rasanya enak. Seo Joon pun senang mendengarnya mengaku datang bersama ibunya, jadi hanya ia dan ibunya  jadi sengaja mencari restoran enak dan mengajak ke restoran.  Dan Yi pikir menyenangkan punya putra seperti Seo Joon.
“Aku dulu tak begini... Lalu Ibuku sakit saat aku SMA. Karena itu aku menjadi putra yang lebih perhatian dan peduli.” Cerita Seo Joon. Dan Yi mengerti.
“Lalu Ini hadiah...” kata Seo Joon memberikan buku yang tadi dilihat oleh Dan Yi. Dan Yi pun mengucapkan Terima kasih melihat buku “SENANDIKA YANG KUINGIN KAU DENGAR”
Dan Yi melihat ada tulisan Seo Joon didalamnya [2019, TOKO BUKU MOONLIGHT.. Aku ke kantor Dan Yi dan meneleponnya. Lalu kami ke toko buku ini, setelah itu makan malam. Kuharap dia suka restorannya.”
Seo Joon meminta Dan Yi agar menuliskan pendapatnya soal makanan. Dan Yi setuju dengan senyuman. Seo Joon memberikan Hadiah sebenarnya sebuah figura besar. Dan Yi sudah tahu isinya tak percaya kalau sudah selesai. Seo Joon mengangguk.
“Apa kau suka?” tanya Seo Joon. Dan Yi melihat gambar dirinya yang sedang meminum soju mengaku suka sekali. Seo Joon pun mengucap syukur menurutnya sangat bagus.
“Seo Joon... Menurutku aku harus katakan ini sekarang.” Kata Dan Yi, Seo Joon tak mengerti maksudnya.
“Kita hanya teman yang bertetangga, 'kan? Namun, aku terus memikirkan perkataanmu, Katamu ini kencan.” Kata Dan Yi
“Menurutku ini kencan. Kenapa? Apa Kau tak suka aku?” goda Seo Joon. Dan Yi mengaku bukan begitu...
“Begitu tahu lebih banyak tentang aku, mungkin ketertarikanmu akan hilang. Aku membicarakan soal usia dan masa laluku. Mungkin kau hanya satu atau dua tahun lebih tua dariku.” Kata Dan Yi ragu.
“Tak masalah meskipun lebih tua dari itu. Kenapa masa lalumu? Apa Kau punya catatan kriminal?” tanya Seo Joon. Dan Yi mengaku bukan itu.
“Sebagian orang berpikir hal ini lebih buruk dari punya catatan kriminal.”kata Dan Yi. Seo Joon terlihat makin penasaran.
“Aku janda cerai.” Akui Dan Yi, Seo Joon pun kaget mendengarnya. 


Dan Yi pulang ke rumah dengan wajah kesal menurunkan kaki Eun Ho yang sedang berbaring disofa lalu mengumpat kalau itu kono. Eun Ho binggung melihat Dan Yi pulang dengan wajah marah
“Zaman sekarang, menjadi janda cerai bukan suatu kekurangan. Kalu Ada masalah, orang pun bercerai.” Ucap Dan Yi
“Ada apa? Apa sesuatu terjadi?” tanya Eun Ho penasaran. Dan Yi mengaku sudah  memberi tahu Seo Joon kalau statusnya seorang  janda yang bercerai.
“Lalu memang kenapa?” ucap Eun Ho santai. Dan Yi melihat sikap Eun Ho berpikir kalau tak masalah,
“Tapi dia...”keluh Dan Yi, Eun Ho dengan senyuman bahagia ingin tahu reaksi Seo Joon. 

Di rumah
Seo Joon terlihat frustasi merasa menyesal karena menjatuhkan pada saat itu.
Flash Back
Dan Yi mengaku sebagai janda yang bercerai, saat itu garpu dan pisau Seo Joon terjatuh.  Seo Joon pun berusaha mengambilnya, pelayan pun datang membantu akan mengambilkan yang baru. Dan Yi melihat sikap Seo Joon shock, seperti menahan rasa kecewa.
“Dan Yi, jangan salah paham... Maksudku, tidak... Aku tak terkejut. Aku tak peduli kau janda cerai atau bukan.. Itu Tidak apa-apa... Tapi Belakangan ini pergelangan tanganku sakit.” Akui Seo Joon mencari alasan
“Apa Keduanya?” tanya Dan Yi. Seo Joon membenarkan dengan menjelaskan awalnya  yang kanan,
“tapi jika sering gunakan tetikus...Emm. Apa itu? Apa namanya? Sindrom lorong karpal... Ya, itu penyebab sakitnya.” Ucap Seo Joon gugup. Dan Yi pun mengerti
“Sebenarnya, aku juga punya anak... Usianya 12 tahun.”akui Dan Yi, Saat itu Seo Joon sedang minum langsung memuncratkan airnya. Dan Yi pun terkena semburan, Seo Joon pun memberikan tissue. 


Eun Ho yang mendengar cerita Dan Yi tersenyum berkomentar kalau Seo Joon tak baik. Dan Yi seperti tak yakin lalu memberitahu kalau ada lagi yang membuatnya kecewa.  Sementara dirumah, Seo Joon terihat sangat frustasi karena melakukan pada saat yang salah

Flash Back
Dan Yi membersihkan wajahnya, Seo Joon pun meminta maaf. Dan Yi pikir Seo Joon tampak sangat terkejut. Seo Joon mengelak kalau  sama sekali tak terkejut menurutnya tak masalah kalau punya anak, lalu tiba-tiba ia merasakan cekukan.
“Airnya masuk ke saluran yang salah... Aku sungguh tak apa-apa, Dan-i... Itu semua kebetulan... Aku memang mengidap sindrom lorong karpal, dan airnya masuk...” ucap Seo Joon mencoba nepuk dadanya.
“Dan usiaku 37 tahun. Kau pikir pasti Mungkin hanya "satu atau dua tahun" lebih tua. Jadi Berapa usiamu? Aku jauh lebih tua darimu, 'kan?” kata Dan Yi
“Aku.. Aku... Usiaku 29 tahun.” Akui Seo Joon yang terlihat sangat gugup. Dan Yi pun menyuruh Seo Joon agar minum karena cekukan. 


Seo Joon terlihat sangat frustasi berbicara dengan Geum Bi kalau berpikir harus mati saja. Geum Bi pun menjawab dengan gonggongan. Eun Ho yang mendengar cerita Dan Yi langsung mengumpat Seo Joon itu  pecundang dan menurutnya itu konyol.
“Lalu? Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Eun Ho menahan rasa bahagianya.
“Menurutmu Apa? Kami naik taksi bersama.” Ucap Dan Yi. Eun Ho tak percaya kalau Seo Joon yang tak mengantarnya pulang.
“Dia menawarkan, tapi kubilang tak perlu.” Kata Dan Yi kesal. Eun Ho memuji sikap Dan Yi menurutanya Dan Yi Jangan pergi bersamanya lagi.
“Dia mungkin tak akan meneleponku lagi, 'kan?” ucap Dan Yi sedih. Eun Ho heran melihat sikap Dan Yi lalu bertanya apakah merasa sedih.
“Maka seharusnya kau tak bilang, maka Kau bisa terus keluar bersamanya.” Ucap Eun Ho berpura-pura memarahinya.
“Tapi Aku harus bilang, karena Sepertinya dia menyukaiku.” Kata Dan Yi, Eun Ho merasa tak peduli dengan perasaan Seo Joon karena yang terpenting adalah Perasaan Dan Yi yang lebih penting.
“Katamu dia hanya teman dekat rumah.” Kata Eun Ho, Dan Yi mengaku terlihat senang.
“Itu... Dia mengajakku ke toko buku dan restoran bagus. Aku senang saat bersamanya.” Akui Dan Yi
Eun Ho langsung berkomentar Selera pria Dan Yi payah. Dan Yi pun mengakuinya, karena bisa melihat Dong Min lalu masuk ke kamarnya. Eun Ho melihat buku yang dibawa Dan Yi, dan membaca note yang dituliskan Seo Joon teringat yang dikatakan Dan Yi “Aku harus bilang. Sepertinya dia menyukaiku.” 



Dan Yi sudah berganti pakaian akan melihat Penanak nasi yang rusak. Eun Ho berlari ke dapur mengaku tak ada masalah,  Dan Yi ingin mencari Tissue. Eun Ho megaku sudah ketemu dan tagihan listriknya salah kirim. Dan Yi bertanya apakah Eun Ho sudah makan.
“Belum, aku sangat lapar.” Kata Eun Ho. Dan Yi menawarkan untuk memasakan mie. Eun Ho pun dengan senang hati.
“Dan Yi... Jangan terlalu memikirkan kejadian dengan Seo Joon.” ucap Eun Ho. Dan Yi pikir itu sudah usai dan merasa baik-baik saja.
“Aku juga bisa memahaminya... Maksudku, coba pikirkan... Anggap kau mulai menyukai seorang wanita. Tapi dia delapan tahun lebih tua, janda, dan punya anak... Bukankah kau akan mundur?” ucap Dan Yi
“Itu tak membuatku mundur dan semua tak menggangguku.” Kata Eun Ho yang menyukai Dan Yi merasa tak masalah.
“Apa Kau mau berkencan dengan janda cerai?!! Sadarlah.”keluh Dan Yi
“Bagaimana jika aku tetap suka?”ucap Eun Ho menatap Dan Yi, Dan Yi tetap menyuruh agar Eun Ho sadar sambl memukul keras.
“Berkat kau aku sadar... Dia terlalu naif untuk tahu perasaanku.” Kata Eun Ho kesal lalu meninggalkan dapur.
“Kau mau mi pedas atau sedang?” tanya Dan Yi, Eun Ho yang marah, tak mau makan. Eun Ho yang masuk kamar merasa kehidupan pribadi Dan Yi yang sangat rumit.



[RAPAT MINGGUAN]
Tim pemasaran memberitahu Kang Yeon Joon meenyelesaikan draf prosa yang pertama dan Hasilnya bagus karena  Tuan Kang bekerja keras membuatnya dan salinan finalnya akan siap pekan depan. Tuan Kim pikir mereka punya waktu sampai perilisannya.
“Apa Bisa percepat perilisannya?” tanya Tuan Kim. Eun Ho memberitahu kalau mereka  sengaja beri waktu lebih bagi Pak Kang.
“Kurasa tak perlu diubah agar dia bisa cek ulang semuanya.” Kata Eun ho
“Menurutku bukan ide buruk mempercepat perilisan jika bisa.” Ucap Nyonya Goo.
“Sebentar lagi musim semi. Kurasa itu akan laku. Hal sentimental begitu laku pada musim semi.” Kata Nyonya Seo
Saat itu seseorang membaca sebuah puisi “ Bersama angin musim semi.. Musim semi... Musim semi mengalir pada darahku seperti aliran air sungai.” Semua menatap kearah Tuan Bong yang sedang duduk di samping jendela terlihat sangat frustasi dan membaca puisi.
“Dia kambuh.” Kata Tim pemasaran. Park Hoon bertanya apa maksud perkataanya. Si pria mengaku kalau Tuan Bong sakit parah.
“Dia terus kambuh saat orang-orang mulai lupa.” Kata si pria. Ji Yool ingin tahu Tuan Bong yang terus membaca puisi itu sakit apa.
“Penyakit puisi. Perusahaan rugi karena dia menerbitkan puisi. dan Kali ini tak akan terjadi. “ucap si Pria seperti sudah biasa melihat sikap Tuan Bong. 



Tuan Bong membagikan berkas diatas meja agar semua bisa melihatnya, Tuan Kim langsung menyudahi rapat, mereka pun akan siap keluar dari ruang rapat.  Tuan Bong bertanya siapa yang butuh pemurni air, semua langsung pergi mengaku tak pemurni air.
“Hei, tunggu. Apa Kau tak butuh pemurni air?” ucapTuan Bong pada juniornya. Si pria megaku meminum air rebusan.
“Sekarang siapa yang melakukan itu? Bilang saja tak mau beli.” Keluh Tuan Bong dan tak sengaja bertatap muka dengan Nyonya Seo ingin menawarkan produk.
“Kami sudah punya pemurni air di rumah. Mantan suamiku terlalu menyayangi orang lain. Kami beli pemurni air Penyair Jeong Geum-seon, lalu toilet Penyair Yun Seok-yeong, kami bahkan beli kursi pijat Penulis Yu Min-su. Kami sudah punya itu semua.”ucap Nyonya Seo penuh penekanan lalu keluar ruangan.
“Mari percepat perilisan buku Nona Kang...Nona Song, lakukan cek ulang. Pak Bae, cek pengaturan pencetak.” Kata Eun Ho pada timnya. Keduanya menganguk mengerti lalu keluar dari ruangan.
“Hei, Eun-ho... Kita harus terbitkan koleksi puisi...Apa Kau kenal Penyair Choi Hyeong Soo? Dia menulis puisi tentang musim semi Dan itu luar biasa. Bernilai sastra, sangat bermakna.” Kata Tuan Bong menyakinkan.
Eun Ho tak menjawab malah memeluk Tuan Bong dengan erat, lalu berjalan pergi. Tuan Bong terlihat binggung dan berpikir kalau mereka  harus beri kesempatan pada penulis yang kurang dukungan, karena mereka ada  di bisnis yang sama jadi harus saling bantu. Tuan Kim mencoba menghindar dan masuk ke dalam ruangan.


Tuan Bong pikir tak ada yang salah dengan sikapnya, lalu merengek agar Tuan Kim membelinya karena punya banyak uang dengan meminta agar membayangkan betapa sulitnya keadaan Pak Park sekarang enurutnya Puisinya yang terakhir terbit tapi hanya terjual 240 eksemplar.
“Itu berarti dia hanya dibayar 240.000 won.” Ucap Tuan Bong merasa kasihan.
“Lalu kau Pikirmu berapa yang didapat perusahaan penerbit jika dia hanya dapat 240.000 won? Perusahaan akan merugi. Kita bahkan tak menerbitkan puisi.” Ucap Tuan Kim
“Jadi, kenapa tak bantu dia dan beli satu?” ucap Tuan Bong.  Tuan Kim mencoba berbicara untuk menyadarkan temanya.
“Ji-hong... Kau sudah bercerai dan apa kau masih melakukan ini? Kau sungguh harus bercermin. Aku paham kau ingin membantu orang yang kesulitan Tapi setidaknya kau harus masuk akal. Kau harus pikirkan orang-orang di sekitarmu dulu.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Seo mendengar dari depan pintu.
“Setiap kali kau cuti, kau selalu mengunjungi kakakmu di penjara atau mengajak anak kakakmu ke taman hiburan. Jika sudah menikah, kau harus pikirkan keluargamu dulu... Dasar berandal.” Ucap Tuan Kim marah
“Aku tahu. Aku memang bukan suami terbaik.” Kata Tuan Bong. Tuan Kim pikir begitu juga dengan masalah puisi ini.
“Kau tahu benar bahwa kita hanya akan merugi. Tapi setiap pergantian musim, kau selalu memohon untuk terbitkan koleksi puisi. Kau harus dewasa.” Tegas Tuan Kim.
Tuan Bong mengerti lalu keluar dari ruangan. Tuan Kim mengeluh Tuan Bong yang menaruh brosur diatas mejanya. Saat itu Tuan Bong melihat Nyonya Seo didepan pintu tak mengubrisnya. 




Nyonya Seo masuk ruangan memberikan berkas karena tak sempat selesaikan rapatnya jadi membuat laporan penjualan buku Sudut Terakhir yang pernah hanya terjual sepuluh eksemplar. Tuan Kim pikir ini  sudah terbit selama sebulan dan merasa tak akan membaik.
“Tapi aku tak mau menyerah dengan mudah. Aku memikirkan strategi penjualan baru.” Kata Nyonya Seo yakin agar Tuan Kim bisa melihat berkasnya. 
“Pak Kim... Itu yang mau kukatakan sebagai manajer Tim Pemasaran. Dan Kini, ada yang ingin kukatakan sebagai teman.” Ucap Nyonya Seo. Tuan Kim mempersilahkan.
“Apa Kau anggap Ji-hong lemah? Apa dia tampak lemah karena dia patah hati setelah kami bercerai? Apa penyitaan tagihan bulanan mantan suamiku merugikanmu? Kau tak perlu membeli pemurni air atau menerbitkan koleksi puisi. Tapi apa hakmu untuk menyuruhnya dewasa?” ucap Nyonya Seo marah. Tuan Kim pun hanya diam saja.
“Mungkin aku sudah berpisah dengan Ji-hong karena akhirnya aku muak dan lelah. Tapi aku masih tahu bahwa dia pria yang baik. Kami tak bercerai karena dia pria yang jahat. Aku bercerai karena hidup sebagai istrinya melelahkan. Tapi kau tak berhak... Kau tak berhak mengajari dia soal perceraian kami.” Ucap Nyonya Seo meluapkan amarahnya.
Tuan Kim hanya diam saja, Nyonya Seo akhirnya meminta maaf. Tuan Kim pikir tak masalah walaupun terlihat shock. 



Di pantry
Ji Yool tak percaya kalau Park Hoon bilang pada ibunya  akan kabur bersamanya. Park Hoon membenarkan dengan wajah bangga, Ji Yool menceritaka kalau Ibunya sangat kaget dan berkomentar tak pernah bertemu orang seperti Park Hoon.
“Benar. Ji Yool, ini pengalaman baru bagimu. Aku berbeda dengan semua pria yang pernah kau temui. Ibumu datang ke rumahku untuk mengancamku, tapi aku tak mundur.” Kata Park Hoon bangga
“Tapi kita tak berkencan.” Ucap Ji Yool, Park Hoon membenarkan hal itu.
“Silakan manfaatkan aku... Aku mengizinkanmu... Gunakan aku untuk mendapatkan kebebasanmu... Ibumu takut, berpikir aku sungguh akan kawin lari denganmu. Jadi, aku yakin, dia tak akan ganggu kehidupan pribadimu.” Ucap Park Hoon
Ji Yool pikir itu benar. Park Hoon meminta agar Ji Yool memberitahu Jika ibunya mengganggu lagi karena kalau melakukan ini maka akan menghilang bersamanya. Ji Yool tak percaya kalau Park Hoon  mau lakukan itu untuknya.
“Terima kasih.” Ucap Ji Yool yang langsung memeluknya, Park Hoon panik karena mereka ada di kantor. Tapi Ji Yool tak peduli terus memeluk Park Hoon sebanyak tiga kali.
“Mari berhenti.. Astaga, aku kaget saat kau memelukku... Kau memelukku tiga kali.” Ucap Park Hoon dengan senyuman sumringah. Ji Yool pun terlihat bahagia. 

 Park Hoon berjalan ke meja kerjanya sambil menari-nari bahagia. Temanya tak percaya melihat Park Hoon yang pandai menari lalu btanya apa yang membuatnya gembira. Park Hoon gugup hanya mengaku kalau kacang yang dimakanya itu enak sekali. Teman pun mengambil kacang yang ada ditangan Park Hoon.

Bersambung ke part 2


 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar