PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 19 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Hye Ja akan naik ke lantai atas, berpikir kalau ini  satu-satunya cara lalu meminta maaf pada ayah dan Ibunya serta untuk kakaknya. Dibawah, Joon Ha sedang minum soju seperti untuk menenangkan diri.
“Terimakasih untuk semua waktu selama ini... Ini saatnya pergi.” kata Hye Ja akan menaiki pagar tapi sepatunya malah jatuh dan mengenai kepala Joon Ha.
Joon Ha berteriak marah sambil mengumpat, Hye Ja panik langsung bersembunyi dan menutup mulutnya.  Joon Ha bisa melihat kalau seorang nenek yang akan melompa dari atas apartement.
“Nenek... Kau tidak akan mati dari sana. Meskipun kau jatuh dari sana, kau tidak akan mati. Kau hanya akan mematahkan pinggulmu dan tulang belakangmu, Lalu dirawat dirumah sakit selamanya. Dan keluargamu akan semakin menderita merawatmu selama hidup mereka.” Ucap Joon Ha
“Oleh karena itu kau harus hidup. Tetaplah hidup. Tetap hidup sampai kau bisa. Itulah bagaimana kau bisa membuat keluargamu tidak terlalu menderita.” Kata Joon Ha. Hye Ja seperti tersadar dengan ucapan Joon Ha. 

Akhirnya Hye Ja pulang ke rumah panik karena tak menemukan suratnya diatas meja sudah tak ada. Ia membuka kamar kakaknya berpikir kalau Young Soo yang mengambilnya, tapi Young Soo tertidur pulas setelah makan ramyun. Nyonya Kim akhirnya keluar dari kamar. Hye Ja buru-buru bersembunyi.
“Bagaimana jika ibu melihatnya? Ah... Benar, melihat kepribadian Ibu, dia akan mencariku jika dia melihat suratnya. Lalu apakah itu... Kemana suratnya pergi? Apakah aku jadi pikun karena aku tua?” gumam Hye Ja binggung melihat ibunya sedang masak didapur. 
“Astaga, aku menua semalaman ini, tetapi semua perubahan usia masih terjadi sekarang. Coba Lihat rambutku... Dulu aku terlihat luar biasa.” Gumam Hye Ja menatap wajahnya di cermin lalu membaringkan kepala diatas meja.

Saat Hye Ja mendengar suara ibunya yang mengetuk pintu brtanya apakah sudah bangun. Hye Ja hanya diam saja.  Nyonya Kim pikir akan turun hujan karena masih terlihat gelap lalu mengeluh karena Pergelangan tangannya sangat sakit dan ingin benar-benar ingin menutup salon untuk hari ini dan masuk ke kolam air panas di pemandian.
“Kau suka pergi ke pemandian. Apa kau mendengarnya” ucap Nyonya Kim. Hye Ja hanya diam saja.
“Aku ingin tahu apakah musim gugur akan menghilang dalam waktu dekat. Aku merasa seperti musim panas kemarin, tapi benar-benar terasa dingin.”  Aku meninggalkan sarapanmu di depan pintu.” Kata Nyonya Kim. Hye Ja yang masih frustasi hanya diam dikamar. 

Kim Hee Won berteriak memanggil Joon Ha dari depan pintu. Joon Ha hanya diam di dalam rumah terlihat masih sangat frustasi dengan kehilangan neneknya. Hee Won memastikan kalau Joon Ha ada didalam rumah.
“Ayoo... Buka pintunya, Aku akan memberimu bubur yang ku bawa lalu pergi.” kata Hee Won khawatir.
“Apa Dia tidak di rumah?” tanya seorang nenek yang datang dengan dua temanya.
“Aku tidak yakin, tapi dia tidak menjawab.” Ucap Hee Won.
“Masalahnya, neneknya meninggal tiba-tiba.” Kata Nenek lainya. Hee Won  mengaku sudah tahu.
“Dia sudah mengetahuinya... Pria muda yang tinggal disini tidak memiliki keluarga. Dia mungkin tidak memiliki apapun untuk dimakan, jadi aku membawakannya makanan.” Ucap si nenek
“Aku pergi hiking di musim semi dan memnawa beberapa mugwort. Ini adalah mugwort yang dikukus dengan tepung. Dan aku membuat ini dengan prem yang aku beli ketika aku pergi ke Gwangyang. Aku menjadikannya acar. dan aku bumbui dengan gochujang. Itu memuaskan nafsu makanmu seperti yang lain tidak bisa melakukannya. Kau bisa makan dengan mudah semangkuk nasi dengan ini dan air sendirian.” Jelas si nenek panjang lebar.
Hee Won hanya menganguk mengerti, Nenek lain kembali memberitahu kembali kalau nenek Joon Ha meninggal tiba-tiba. Hee Won pikir kalau sudah mengatakan sebelumnya. Nenek lain mengeluh karena Hee Won sudah mengetahuinya. Hee Won kembali mengedor pintu. 


Nyonya Kim melihat mangkuk nasi yang masih utuh didepan kamar, akhirnya membawa kembali ke atas meja. Tuan Kim sedih melihat anaknya yang tidak makan lagi. Young Soo merasa Nasinya sangat panas dan lebih suka nasi dingin, ingin menukar nasi dengan ibunya.
“Ibu, aku tidak ingin nasi panas. Aku hanya ingin menggali nasi dingin.”ucap Young Soo
“Jangan terlalu cerewet. Kau makan saja, oke?” kata Nyonya Kim sinis dan mengancam kalau akan mengambilnya. Young Soo mengerti.
“Mari kita buka pintunya. Mari kita membukanya dan bawa  dia ke rumah sakit atau apapun. Kita tidak bisa meninggalkannya seperti itu.” Kata Tuan kim
“Apa Kau pikir itu mudah? Apa Kau pikir dia tidak keluar karena tidak bisa membuka pintunya? Kau bahkan tidak pernah mencoba untuk mengerti bagaimana orang lain mungkin merasakan.” Ucap Nyonya Kim. Suaminya pun tak bisa berkata-kata lagi. 


Young Soo sengaja bermain games didepan pintu sambil mengejek kalau Hye Ja kau pergi kesana dan mati, lalu mengaku kalau  Bermain game ini sendirian tidak seru jadi  butuh seseorang melihatnya bermain, seperti berharap agar adiknya  keluar kamar. Tapi Hye Ja tak keluar.
“Aku membawa beberapa pangsit kimchi Kau suka pangsit ini. Kau harus memakannya sebelum dingin. Dan beritahu aku jika ada sesuatu yang ingin kau makan.” Ucap Nyonya Kim lalu pergi.
“Kau tidak usah keluar, tapi kau harus makan sesuatu. Kau butuh makan untuk hidup.” Kata Young Soo akan makan pangsit untuk adiknya, tapi menahanya karena tak ingin ibunya berpikir Hye Ja sudah memakanya. 

Di sebuah gudang
Joon Ha seperti melampiaskan rasa sedihnya dengan bekerja, membungkus kardus lalu menariknya dengan trolly besar dan menumpuknya. Saat akan mengangkat kardus, Joon Ha akan terjatuh karena tubuhnya yang lemas. Seniornya datang menolong meminta agar Joon Ha lebih fokus.
“Ini sebabnya aku bilang untuk istirahat... Kau harus pulang ke rumah.” Ucap seniornya. Joon Ha hanya diam saja.
Saat jam makan, seniornya memanggil untuk makan ramyung bersama. Joon Ha yang kehilangan semangat hidupnya hanya bersandar dibawah tangga karena tak ingin makan. 

Hye Ja terbangun karena tertidur diatas mejar riasnya, lalu kaget karena sudah jam tiga pagi. Ia pikir biasanya baru bisa tidur jam 3 pagi jadi tidak pernah bangun secepat ini.
“Kudengar orang tua bangun lebih cepat pada pagi hari.” Ucap Hye Ja sedih akhirnya perlahan-lahan keluar dari kamar. 

Hye Ja pergi ke kedai bar yang sepi, pemilik terlihat tertidur. Hye Ja pun bertanya apakah sudah tutup. Si pemilik mengaku belum dan bertanya apa yang ingin dimakan. Hye Ja memesan semangkuk udon. Pemilik pun menyuruh Hye Ja agar duduk untuk menunggu.
Saat Joon Ha datang memesan Sebotol Soju. Hye Ja panik menutupi wajahnya. Si pemilik mengeluh karena Joon Ha minum soju lagi lalu bertanya apakah sudah makan. Hye Ja melihat Joon Ha dari kejauhan seperti kehilangan semangat hidup.
“Makanlah sesuatu ketika kau minum, mengerti? Astaga, wajahmu menjadi sangat kurus. Aku tidak tahan melihatmu seperti itu.” Ucap Pemilik pada Joon Ha dengan membawakan soju dan cemilan.
“Baiklah, ini udonmu... Silahkan Nikmatilah... Kau tidak tinggal disekitar sini, benarkan?” ucap Pemilik pada Hye Ja. Hye Ja mengaku tak tinggal disana.
“Oh, anakmu pasti tinggal di sekitar sini... Aku mengerti.” Kata pemilik. Hye Ja hanya diam saja, terlihat gugup. Si pemilik pikir kalau  Setiap orang punya cerita lalu bergegas pergi karena  Airnya mendidih.

Hye Ja menatap Joon Ha yang minum soju tanpa makan apapun. Joon Ha pun tak mengenali Hye Ja yang sudah berubah menjadi nenek-nenek pun terus minum. Akhirnya Hye Ja tak tahan mendekati Joon Ha yang terus minum.,
“Apa yang mengganggumu? Kenapa kau minum sangat banyak? Apapun itu, Aku rasa kau berada dalam masalah yang dalam dibandingkan aku. Aku menjadi tua dalam semalam, demi kebaikan. Setelah beritahuku untuk tidak membunuh diriku, kenapa kau terlihat sangat depresi?” gumam Hye Ja sedih akhirnya datang mendekati Joon Ha dan langsung memukulnya.
“Siapa kau memberitahuku untuk hidup? Siapa yang memberikanmu hak? Kau pikir kau siapa? Apa yang sangat mengganggumu? Apa ini?” teriak Hye Ja marah. Joon Ha hanya bisa melonggo binggung. 

Nyonya Kim melihat piring di depan kamar yang masih utuh, akhirnya ingin kembali membungkusnya, tapi emosinya tak bisa ditahan membuatnya menjatuhkan semua pangsit. Ia mencoba cara agar bisa masuk ke dalam kamar Hye Ja mengunakan pisau, Hye Ja sedih tertidur dikamarnya.
“Kenapa kau tidak makan pangsit? Kenapa? Apa Kau akan mati untuk pangsit-pangsit itu!  Kau bahkan bilang Choi Min Sik di "Oldboy" tidak akan menjadi sangat marah jika diberikan Pangsit Kimchi bukannya yang dipanggang. Kau tidak akan keberatan dikurung jika kau bisa mendapatkan pangsit kimchi. Kenapa kau tidak memakannya sekarang?” teriak Nyonya Kim marah
“Aku tidak menginginkannya.” Ucap Hye Ja dengan wajah tanpa gairah.
“Apa Kau hanya makan jika menginginkan makanan? Kau tidak bisa menipu perutmu. Apa Kau tahu berapa lama semenjak kau terakhir makan? Apa yang kau pikirkan?”teriak Nyonya Kim
“Aku ingin mati... Dalam kondisi ini, bahkan tidak mengejutkan jika aku mati besok.” Kata Hye Ja.
“Keluarlah... Kubilang, keluar!” teriak Nyonya Kim seperti ingin memberikan peringatan pada anaknya.


Tapi Nyonya Kim mulai memotong rambut Hye Ja berkomentar kalau anaknya beruntung karena bisa mewarnai rambutmy gratis selama sisa hidupnya. Hye Ja pikir kalau ibunya cemburu maka jadinya tua. Nyonya Kim pikir dirinya sudah tau dan akan mewarnai rambut Hye Ja.
“Karena aku bekerja sangat keras, kau pikir aku masih muda.” Keluh Nyonya Kim.
“Aku selalu bertanya-tanya ketika melihat wanita tua datang kemari. "Bagaimana wanita itu terlihat saat masih muda? Dan bagaimana aku akan terlihat ketika aku tua?" Ternyata Inilah rupaku.”ucap Hye Ja
“Astaga, kau memiliki banyak sekali rambut. Aku perlu lebih banyak pewarna. Tunggu sebentar. Aku akan mengambilkannya.” Kata Nyonya Kim bergegas pergi, tapi ternyata ia tak bisa menahan tangis dan menangis sendirian agar anaknya tak mendengarkanya.

“Seorang anak yang menjadi tua sebelum ibunya. Seorang ibu yang mewarnai rambut milik anaknya yang tua. Ini mimpi buruk. Aku tidak bisa membiarkan keluargaku hidup dengan aku yang tua untuk sisa hidup mereka. Kim Hye Ja yang berusia 25 tahun sudah pergi sekarang.” Gumam Hye Ja memilih baju dimasukan ke dalam koper.
“Apakah ada koper yang lebih besar? T-shirt... Ini mungkin berguna juga. Tas anyaman jerami untuk musim panas... Apa aku akan pergi berlibur? Meskipun aku sudah tua, aku masih seperti anak-anak... Apa yang kau lakukan sekarang, Hye Ja?” gumam Hye Ja selesai memilih baju ke dalam koper.

 [Seoul Express Bus Terminal]
Hye Ja akhirnya pergi hanya membawa tas kecil mengantri di loket tiket, Petugas bertanya akan pergi kemana. Hye Ja terlihat binggung akhirnya berkata akan pergi ke pantai. Petugas bertanya ingin ke pantai mana. Hye Ja melihat tujuanya Yeosu.
“Apa kau ingin naik bus berikutnya dalam satu jam? Semuanya 14.8 dollar.” Ucap Petugas.
Hye Ja ingin akan mengambil uang dalam dompet lalu terdiam melihat foto wajah dirinya saat masih 25 tahun, wajahnya pun terlihat sangat sedih. Pegawai pun menyadarkan Hye Ja apakah akan membeli tiketnya. Hye Ja pun memberikan uang untuk membeli tiket.  

Hye Ja menunggu bus, Dua orang wanita mendekatinya bertanya bagaimana caranya bisa sampai di Sinchon. Hye Ja mengetahuinya kalau  Sinchon di line nomor dua, Naik kereta bawah tanah dan transit satu kali. Si wanita mengucapkan terimakasih.
“Tapi kau tidak terlihat baik. Apa kau baik-baik saja?” ucap si wanita khawatir. Hye Ja tak percaya kalau bisa terlihat di wajahnya.
“Ya, sangat terlihat.. Apa sesuatu tidak adil terjadi padamu akhir-akhir ini?” ucap si wanita. Hye Ja membenarkan.
“Kami mempelajari hal-hal ini. Kami bisa melihat energi buruk di sekitarmu bahkan dari kejauhan. Kami ingin menolongmu.” Kata si wanita menyakinkan.
“Bagaimana kau bisa menolongku?” tanya Hye Ja lalu terdengar suara perutnya lapar.
“Bagi mereka yang sudah melalui banyak... Kita tahu beberapa orang, siapa yang akan membantu mereka dalam melalui banyak hal. Jika kau pergi dengan kami.... Kukira kau belum makan.” Ucap si wanita. Hye Ja ingin menyangkal tapi perutnya terus berbunyi. 


Mereka pun makan di sebuah restoran sup, Hye Ja makan dengan lahap karena sudah beberapa hati tak makan. Si wanta berkomenta untuk seseorang yang sudah melalui banyak hal,merasa Hye Ja. memiliki nafsu makan yang baik.
“Tidak satupun yang salah terjadi pada keluarga sampai sekarang.”kata Hye Ja lalu meminta bibi agar mendapatkan lebih banyak lauk.
“Tapi jika aku memikirkan keluargaku, dan memiliki pemikiran kedua.” Cerita Hye Ja.
“Kakekkku meninggal beberapa bulan lalu. Aku ditipu, dan dipecat dari pekerjaanku. Aku bahkan jatuh sakit karena penyakit yang tidak dikenal. Apa Kau ingat?”ucap si wanita rambut panjang.
“Tentu saja... Tapi setelah kau melakulan ritual leluhur, kau segera sembuh dan segalanya berjalan dengan baik.” Kata Wanita rambut pendek. Hye Ja memikirkan tentang Ritual leluhur.
“Ya. Ada pepatah yang bilang bahwa nenek moyang kita akan membantu kita. Kita harus menghormati leluhur  untuk memberikan keberuntungan untuk diri kita dan keluarga kita.” Ucap si rambut panjang menyakinkan.

“Apa maksudmu jika aku melakukan itu, semuanya akan diurus? Lalu akankah aku kembali menjadi aku ketika aku masih 25 tahun?” kata Hye Ja mulai bersemangat. Dua wanita terlihat binggung.
“Kuberitahu kebenarannya, aku berusia 25 tahun.” Akui Hye Ja. Keduanya hanya bisa melonggo lalu mencoba menahan tawa.
“Aku memiliki jam yang bisa membuatku kembali ke masa lalu. Itu cerita yang panjang, kita lewati saja... Bagaimanapun, aku 25 tahun. Tapi tiba-tiba aku menjadi tua. Apakah ritual leluhur dapat mengurus masalahku?” ucap Hye Ja
“Kapan kau berusia 25 tahun?” tanya si wanita. Hye Ja berpikir sekitar dua bulan lalu.
“Aku tiba-tiba menjadi wanita tua. Sampai sekarang, aku mengalami penuaan sedikit demi sedikit, tapi serius, ketika aku berubah menjadi setua ini, apa kau tahu betapa terkejutnya aku?” cerita Hye Ja.
Keduanya sambil menahan tawa mengaku kaget. Hye Ja pun bertanya  Apa tempat untuk ritual leluhur jauh. Keduanya panik berpikir kalau Hye Ja akan pergi. Hye Ja menganguk. Kedua wanita mengaku  itu sangat jauh bahkan memakan waktu 3 jam untuk sampai disana.
“Aku punya banyak waktu luang.” Ucap Hye Ja bergegas mengambil minum. Dua wanita pun bergegas pergi meminta  tagihannya makanan.
“Tapi Kemana mereka pergi? Mereka bilang melakukan ritual leluhur akan menyelesaikan segalanya.... Ah... Tasku!” kata Hye Ja binggung lalu mencoba mencari di terminal tapi tak menemukanya. 


Hye Ja akhirnya pergi ke kantor polisi menceritakan tas kecil yang sebesar kardus, terbuat dari kain. Dan warnanya sama dengan warna baju polisi Dan itu ditutupi dengan polkadot putih. Polisi mengerti, mengetik  ini warna biru dan ditutupi dengan polkadot putih.
“Jika kita menemukannya, Kita akan menghubungi dirumah sekarang juga. Kau bisa pulang dan menunggu. Dimana kau tinggal?” ucap Polisi. Hye Ja binggung tempat tinggalnya.
“Ya. Beritahu aku alamatmu.” Kata Polisi. Hye Ja mengaku  tidak memilikinya. Polisi terlihat binggung.
“Aku tidak memiliki rumah.” Ucap Hye Ja. Polisi berpikir Hye Ja yang sudah nenek-nenek pasti melupakan alamatnya. 
“Tidak Aku Tidak punya rumah untuk diingat. Bagaimana bisa aku mengingatnya saat aku tidak memiliki rumah? Kuberitahu kau, Aku tidak memiliki rumah. Itu maksudku.” Akui Hye Ja.
“Lalu dimana kau tinggal sampai sekarang?” tanya Polisi. Hye Ja mengaku Dijalan dan tidur di jalan.
“Kau tahu, itu seperti tunawisma tidur di jalanan.”ucap Hye Ja. Polisi pun meminta Hye Ja untuk scan sidik jarinya.
“Jika kita bisa scan sidik jarimu, kita bisa menemukan alamatmu sekarang juga.” Kata Polisi. Hye Ja panik lalu berpura-pura merasakan perutnya sakit. 


Hye Ja keluar dari toilet melihat polisi wanita yang menunggunya, lalu mengeluh kalau sudah memberitahu  baik-baik saja tapi polisi masih berdiri didepan toilet, lalu menunjuk ke arah lain. Hye Ja dengan cepat kabur dari kantor polisi, sampai Polwan melonggo binggung.
***
Hye Ja berjalan di trotoar, berpikir Sebelum orangtuanya menemukan dirinya maka harus pergi sejauh apapun yang bisa dilakukan.  Ia bahkan tidak memiliki tas dan benar-benar hancur. Sebuah bus pun berhenti, Hye Ja memberikan senyuman manis pada sopir bus, tapi pintu langsung tertutup
“Aku tersenyum padanya sangat baik. Kenapa dia tidak bisa membiarkanku masuk?” keluh Hye Ja akhirnya memberhentikan sebuah taksi.
“Aku harus pergi ke laut, tapi aku tidak punya uang.” Ucap Hye Ja,  semua taksi menolaknya dan pergi begitu saja.
“Yahh.. Memang Benar. tidak setespun minyak diproduksi di negeri ini. Siapa yang akan membiarkanku naik gratis?” ucap Hye Ja sedih
“Nenek... Kemana tujuanmu?” ucap Seorang supir taksi. Hye Ja mengaku  tidak punya uang.
“Aigoo. Aku juga tidak punya uang. Jadi Kemana tujuanmu?” tanya supir taksi. Hye Ja mengaku akan pergi ke pantai.
“Ayo Masuk. Aku akan memberikanmu tumpangan.”kata Supir. Hye Ja terlihat sangat bahagia lalu masuk ke dalam taksi. 


Hye Ja melihat nama supir taksiKim Byeong Seop seperti ingin membalas budi nanti. Tuan Kim mengaku sudah menyalakan penghangat kursi mobil dan bertanya apakah terasa hangat. Hye Ja menganguk merasa hangat.
“Jika ibuku masih hidup, dia seumuran denganmu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja ingin tahu berapa umur ibunya.
“Ketika orang-orang bertanya pada ibuku berapa umurnya di rumah sakit, dia menjawab Kelas 7-5 pada usia itu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja berpikir itu maksudnya usia 75.
“Kau bilang dia meninggal. Kapan itu?” ucap Hye Ja. Tuan Kim ingat  sudah Lima tahun lalu.
“Lalu 75 ditambah 5 adalah.... Apa maksudnya aku terlihat seperti berumur 80 tahun?” ucap Hye Ja terlihat kaget.
“Oh, astaga... Kau bahkan lucu, seperti ibuku.”god Tuan Kim. Hye Ja tak bisa terima karena dianggap candaan.
“Aku hanya bilang kau mengingatkanku pada ibuku. Dia menderita sepanjang hidupnya sebelum meninggal. Astaga, dia sangat tidak beruntung. Dia sedang dalam perjalanan dari pedesaan untuk melihat rumah baruku dan menghilang hari itu.” Cerita Tuan Kim
“Lalu Aku menemukannya di penampungan 6 bulan kemudian. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia terlihat seperti setengah mati. Dia meninggal di rumah sakit setelah itu. Aku bahkan tidak pergi menjemputnya untuk menghasilkan uang dan itulah yang paling aku sesali dalam hidupku.” Ucap Tuan Kim sedih. Hye Ja hanya bisa diam saja. 


Hye Ja tertidur setelah mendengarkan cerita Tuan Kim, lalu seseorang membangukanya. Ia mengeluh  kalau tidak ingin sarapan apapun. Si pria melihat Hye Ja tertidur sangat pulas dan meminta agar bangun.  Hye Ja mengeluh kalau mengantuk setelah makan akhirnya terbangun.
“Kenapa aku di kantor polisi lagi?” keluh Hye Ja tersadar melihat polisi yang membangunkanya.
“Sopir itu bilang kau sepertinya hilang, dan membawamu kesini.” Ucap Polisi. Hye Ja mengeluh kalau tak hilang. Tapi polisi menarik Hye Ja ke dalam kantor polisi. Tuan Kim pun seperti merasa senang bisa membuat Hye Ja menemukan keluarganya. 


 Hye Ja akhirnya duduk kembali di kantor polisi. Polisi kembali meminta agar memberikan tangannya agar bisa scan sidik jari karena hanya sebentar. Hye Ja tetap enggan memberikanya. Polisi lain datang mengeluh si nenek yang  kau benar-benar keras kepala seperti begal.
“Aku telah membuat semua jenis orang berbicara dalam 30 tahun sebagai polisi, tapi aku tidak pernah bertemu dengan seseorang sepertimu.” Puji polisi sambil mengangkat jempolnya.
Hye Ja pun ikut mengangkat jempolnya polisi lain bergegas menempelkan pada mesin sidik jari. Hye Ja terlihat kaget ternyata dibodohi, Polisi pun mengucapkan terimakasih pada Hye Ja yang sudah membantu.
“Bagaimana bisa polisi membodohi warga sipil yang tidak bersalah seperti ini?” keluh Hye Jae marah.
“Nenek, ini adalah dunia yang baru, dan kita bisa mencari alamatmu secepatnya saat kita punya sidik jarimu. Jadi Tunggulah sebentar.” Ucap Polisi
“Kuberitahu kau, Aku tidak ingin kau mencarinya!” kata Hye Ja lalu pandangan melihat Joon Ha masuk dengan polisi lain. 
Hye Ja bertanya-tanya kenapa Joon Ha ada di kantor polisi, dan berpikir Joon Ha untuk mewawancarai seseorang. Joon Ha duduk dengan polisi lainya, Sang polisi mengaku mendengar semuanya dari kantor polisi lain dan tahu mengalami banyak kerugian baru-baru ini.
“Aku ingin mengirimkan ini.” Ucap Joon Ha membawakan sebuah berkas. Polisi melihat surat “Permintaan komplai”
“Aku mengerti...Sulit menerima hukuman karena membuat tuduhan palsu... Kudengar itu Ayahmu... Kelihatannya alih-alih menghukumnya,Apa kau hanya ingin memberinya masalah? Apa ini tentang uang?” ucap Polisi.  Joon Ha hanya diam saja. 

Hye Ja terlihat kesal,  Polisi meminta Hye Ja mencoba lagi karena tidak bisa mencari sidik jarinya. Hye Ja menolak mengaku benar-benar tidak punya rumah. Polisi menjelaskan akhir-akhir ini ada banyak wanita tua ... yang kabur dari rumah untuk tidak mengganggu keluarga mereka. disiini.
“Dia tinggal di lingkunganku.” Ucap Joon Ha mengenal wajah Hye Ja yang berubah menjadi nenek. Hye Ja panik langsung memalingka wajahnya.
“Apa kau yakin?” tanya polisi. Joon Ho membenarkan alamtanya diJagok-2 dong. Akhirnya polisi meminta Joon Ha mendekat.
“Nenek.. Apa kau tahu dia?” ucap polisi, Hye Ja menyangkalnya.  Tapi Joon Ha yakin nenek itu tinggal di Jagok-2 dong. Hye Ja terus mengelak.
“Kau memukul kepalaku di bar makanan ringan terakhir kali. Kau bertanya apa yang sangat menggangguku.” Kata Joon Ha. Hye Ja pun hanya bisa terdiam.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar