PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 13 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Joon Ha masuk ke bar snack melihat Hye Ja duduk sendirian bertanya apa ada yang terjadi karen sangat terkejut melihat Hye Ja langsung  pergi begitu saja. Hye Ja hanya diam saja sambil menangis. Joon Ha merasa kasihan bertanya apakah Hye Ja ingin dihibur atau membantunya saat seperti ini. Hye Ja menatapnya.
“Sekarang kau sedang melihatku.” Ucap  Joon Ho dan mengambil gelas soju dari tangan Hye Ja.
“Jika aku tak bisa melakukan apa pun untukmu, setidaknya biarkan aku minum denganmu” ucap Joon Ah mengambil gelas soju.
“Apa yang akan kau lakukan? Ada orang yang harus kau selamatkan... Kau harus menyelamatkannya dengan segala cara. Tapi... Tapi kau tidak bisa menyelamatkannya. Situasi yang sama berulang ribuan kali, tapi tidak ada cara untuk menyelamatkannya.” Cerita Hye Ja sedih
“Coba terus sampai kau berhasil.” Kata Joon Ah memberi saran
“Aku tidak bisa. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba, itu tidak mungkin.” Kata Hye Ja seperti patah semangat.
“Tapi, kau harus menyelamatkannya. Kau bilang dia orang yang harus  diselamatkan. Seseorang yang harus kau selamatkan dengan segala cara. Jika orang itu penting, kau harus mencoba satu juta kali dan menyelamatkannya.” Ucap Joon Ha menyakinkan.
“Terima kasih... Kurasa itulah yang ingin kudengar.” Kata Hye Ja lalu keluar dari bar. 



Hye Ja terus berusaha agar menyelamatkan ayahnya, Tuan Kim mengemudikan taksi tanpa ada perasaan apapun. Hye Ja mencoba menghindari dari tabrakan taksi walaupun beberapa kali jatuh terpelanting karena tertabrak mobil.
Ia tak mau menyerah mencoba mengayuh sepeda menghindari mobil dan mengejar taksi ayahnya. Tuan Kim melihat anaknya mengayuh sepeda binggung sampai akhirnya menyerem karena Hye Ja ada didepanya. Sebuah truk pun lewat, terjadi kecelakan tapi bukan ayahnya sebagai korban. 

Hye Ja akhirnya bangun dari tidurnya, dengan wajah panik memanggil ayahnya. Tuan Kim bersama dengan istri dan anaknya sedang ada di ruang makan untuk sarapan.
“Ayah.... Setelah ayah meninggalkan rumah, truk akan menabrakmu, jadi aku naik sepeda dan mencoba mengalihkan truk, tapi kau terus... Jadi aku naik sepeda lagi... dan mengikutimu, tapi aku tak bisa mengejarmu. Aku terus berusaha berulang kali dan berhasil menyelamatkanmu...” ucap Hye Ja sambil menangis.
Tuan Kim hanya melonggo begitu juga Nyonya Kim dan juga Young Soo.  Hye Ja bingung melihat kakinya yang terlihat pincang. Tuan Kim hanya diam. Hye Ja heran dengan tatapan keluarganya lalu melihat dicermian wajahnya yang berubah jadi tua.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Ibu dan Ayah, kalian berdua masih terlihat sama. Apa yang terjadi padaku? Bahkan Young Soo tampak sama juga.” Ucap Hye Ja kebingungan.
“Tolong tenang dan Minum airnya.” Kata Tuan Kim mencoba agar orang yang didepanya tenang.
“Jadi kau bilang... Aku ayahmu, kan? Apa Kau putriku?” kata Tuan Kim tak tahu mengenal wajah anaknya yang berubah tua.
“Ayah, Apa kau tak mengenaliku? Ibu...” kata Hye Ja menyakinkan. Tuan Nyonya Kim pun bertanya siapa namanya.
“Aku Kim Hye Ja.” Ucap Hye Ja. Young Soo menanyakan umurnya. Hye Ja kesal karena pasti tahu umurnya 25 tahun. Tuan Kim ingin menceritakan lebi lagi.
“Apa lagi yang ingin kau dengar? Apa yang ingin kau ketahui?  Aku memberikan uang untuk memperbaiki wastafelmu. Tapi malam itu, aku pulang mabuk dengan goresan di sini.” Ucap Hye Ja. Nyonya Kim melonggo.
“Dan kemarin, aku bilang ingin menyerah menjadi pewarta dan kau memarahiku... Lalu Young Soo. kau ingin makan semua Samgyeopsal sendirian, hingga menyegel pintumu dengan selotip lalu pingsan. Kami memanggil ambulans, dan masuk ke UGD. Apa Harus kukatakan lagi?” kata Hye Ja. Semua orang hanya diam saja.
“Ibu, Ayah, kalian belum bisa bilang aku adalah putri kalian?” ucap Hye Ja lalu teringat dengan Jam tangan.
“Kubilang aku takkan pernah menggunakannya lagi. Tapi untuk menyelamatkan ayah... Aigoo, apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan sekarang?” kata Hye Ja menjerit histeris. Nyonya Kim dan suaminya mencoba agar bisa menenangkan. 


Hye Ja akhirnya berlari masuk kamar,  mengambl jam karena bisa memutar waktu lagi. Ia yakin akan memutar waktu lagi jadi bisa memperbaiki semuanya, tapi waktu tak berputar.
“Kenapa ini? Kenapa tidak berhasil? Tidak boleh....  tidak boleh rusak!  Aku harus kembali.” ucap Hye Ja panik akhirnya keluar dari rumah karena jamnya tak berputar.
Saat ke tempat service jam, Hye Ja diberitahu kalau jamnya tidak bisa diperbaiki.Ia tak menyerah pergi ke toko lain, tapi hasilnya mengatakan  Jam tangan milik Hye Ja tidak lagi dibuat karena model kuno. Hye Ja berjalan dengan wajah tertutup karena malu.
Hye Ja akhirnya hanya bisa menangis di dalam kamar, Tuan Kim yang melihatnya ikut sedih. Joon Ha pergi ke Snack Bar, menatap meja yang biasa diduduki Hye Ja tapi tak ada orang. Akhirnya Joon Ha duduk sendiri memesan semangkuk udon.
“Hye Ja... Buka pintunya.” Ucap Nyonya Kim mengetuk pintu kamar anaknya. Hye Ja seperti sangat frustasi hanya bisa diam saja.
“Ibu, aku bisa membukanya dalam 10 detik.” Kata Young Soo. Nyonya Kim kembali memukul anaknya. Hye Ja hanya diam saja. 

“Ada makanan di atas meja. Keluar dan makan kapan pun kau mau.” Ucap Nyonya Kim. Hye Ja tetap diam saja.
Young Soo mengeluh karena tidak ada daging babi tumis pedas ketika makan. Nyonya Kim kembali memberikan pukulan untuk anaknya. Hye Ja seperti merasa hidupnya sudah pupus.
Saat itu Sang Eun dan Hyun Joo datang bertanya apakah Hye Ja ada di rumah. Nyonya Kim terlihat binggung, Hye Ja duduk diam dalam kamarnya. Sang Eun pikir Hye Ja akan menikah. Nyonya Kim pikir itu tidak masuk akal dan akhirnya keduanya pun pergi.
“Hyun Joo dan Sang Eun datang.” Ucap Nyonya Kim dari depan pintu. Hye Ja bertanya apa yang dikatakan ibunya. Nyonya Kim mengaku Tidak banyak.
“Katakan saja aku sedang dalam perjalanan. Mereka mungkin berpikir aku pergi menemui Bibi di Jerman.” Kata Hye Ja. Nyonya Kim mengerti. 

Joon Ha kembali ke bar kembali memesan udon wajahnya sedih karena tak melihat Hye Ja. Saat pesanan datang, Joon Ha bertanya pada pemiliknya apakah wanita yang datang dengannya sudah datang lagi. Si paman memastikan kalau yang dimaksud putri pemilik salon. Joon Ha membenarkan.
“Dia tidak datang... Dia mungkin di Jerman. Kudengar dia mengunjungi kerabatnya di sana Aku harap aku bisa pergi ke suatu tempat juga.” Ucap si pemilik kembali masuk dapur.
“Kenapa dia tidak bilang apa-apa padaku?”keluh Joon Ha berjalan keluar dari minimarket. 

Joon Ha pulang memangil ibunya lalu melihat ada sepasang sepatu didepan rumah. Wajahnya terlihat sangat marah karena ada seorang pria didepanya. Si pria menyuruh agar Joon Ha agar menyapa ayahnya dengan benar. Nenek Joon Ha pun menyapa cucunya yang baru pulang.
“Apa Dia datang ke sini tanpa sepengetahuanku?” kata Joon Ha marah . Nenek Joon Ha mengaku hanya memberinya makanan...
“Hei, kurasa malam ini kau bekerja.” Ucap Tuan Lee. Joon Ha mengusir ayahnya untuk pergi.
Nenek Joon Ha menyuruh agar tenang. Joon Ha menyuruh ayahnya agar segera keluar. Tuan Lee tak pecaya kalau anaknya marah dan menyuruh untuk mengambil nasi. Nenek Joon Ha akan mengambilkan, tapi Joon Ha yang marah melempar mangkuk nasi. Tuan Lee pun marah.
“Pergi, sebelum aku menuntut semua yang telah kau curi dari Nenek.” Ucap Joon Ha mencengkram baju ayahnya.
“Kau harus diberi pelajaran... Kau tidak bisa menuntut seseorang yang mencuri dari anggota keluarga. Apa Kau yakin bisa jadi reporter?” ejek Tuan Lee
“Joon Ha, pergilah.. Dia akan segera pergi.” ucap Nenek menarik Joon Ha untuk pergi. 


Joon Ha duduk lemas didepan rumah terlihat sangat marah. Tuan Lee terus makan dengan ibunya yang duduk didepanya. Setelah makan Tuan Lee meminta ibunya agar memberikan uang karena melihat mereka berdua tidak kelaparan.
Nenek Joon Ha mengelurkan uang dari saku celananya. Tuan Lee langsung merampas semua uang dari tangan ibunya. 
Saat itu polisi datang mengaku ada laporan penyerangan. Tuan Lee  binggung, saat itu Joon Ha sudah terluka dengan darah yang mengucur dari kepalanya.
 Tuan Lee dibawa ke kantor polisi terus mengelak kalau  tidak melakukan hal seperti itu, menuduh Joo Ha  berbohong mengaku Ayahnya jadi anaknya yang melakukannya sendiri. Polisi menyuruh Tuan Lee agar diam. Joon Ha memegang tangan neneknya agar bisa bertahan.
“Apa kau melakukannya sendiri?” tanya Polisi, Joon Ha mengaku tidak.  Tuan Lee langsung mengumpat marah ingin menghajarnya tapi dua polisi menahanya.
“Ibu, bicara dengan mereka!” ucap Tuan Lee meminta agar ibunya membela. Nenek Joon Ha hanya diam saja.
“Kau punya beberapa catatan mengesankan di sini. Perjudian, beberapa tuduhan penyerangan...” ucap Polisi. Tuan Lee tetap menyangkal semua tunduhan anaknya meminta agar segera melepaskanya.
“Dia meminta uang. Saat aku bilang tidak, dia menampar wajahku. Saat aku mencoba menghentikannya, dia mulai memukulku. Dia membenturkan kepalaku ke tembok.” Akui Joon Ha. Tuan Lee berteriak marah karena Joon Ha sudah gila.
“Itu semua bohong! Ibu! Gunakan detektor kebohongan atau sesuatu.” Teriak Tuan Kim. Tapi detektif menyuruh agar menempatkan Tuan Lee  dalam sel. Tuan Lee berteriak marah mencoba melawan.
“Kau harus datang lagi dan bersaksi lagi.” Ucap polisi, Joon Ha menganguk mengerti.
“Apa Kau pikir aku akan duduk kembali? Aku akan membalasmu!” teriak Tuan Kim. Joon Ha mencoba menahan neneknya agar membiarkan masuk penjara. 



Joon Ha mencuci tangan dengan bekas darah llau memastikan kalau selama bisa menjauhkan ayahnya maka tidak akan pernah membiarkan dia keluar, bahkan tak akan pernah. Nenek Joon Ha hanya diam saat makan bersama.
“Apa Kau pikir yang kulakukan salah?.” Ucap Joon Ha marah
“Dia pantas mendapatkannya. Dia bukan ayah yang baik Aku tidak pernah menganggap dia anakku.” Ucap Nenek Joon Ha. 

Esok pagi
Joon Ha masuk rumah melihat neneknya yang melewatkan makan lagi, tapi saat itu neneknya tak ada dikamar. Nenek Joon Ha datang, Joon Ha bertanya darimana neneknya.  Nenek Joon Ha mengatakan ingin mencari udara segar,jadi keluar sebentar.
“Dokter bilang kau bisa minum obat walaupun belum makan. Jadi ambil yang ini sebelum makan.” Ucap Joon Ha memberikan minum untuk neneknya. Nenek Joon Ha dengan wajah gugup meminum obatnya lalu tersedak.
Joon Ha menepuk pundak neneknya, memastikan baik-baik saja. Nenek Joon Ha tiba-tiba meminta maaf. Joon Ha mengeluh neneknya yang sering bilang begitu. Nenek Joon Ah mengaku sekarang baik-baik saja sekarang. Joon Ha pamit pergi meminta agar neneknya menyalakan pemanas di malam hari dan Jangan lupa obatnya.
“Nenek.... Berhenti merasa bersalah.”ucap Joon Ha lalu pamit prgi. Nenek Joon Ha sedih menatap cucunya. Joon Ha keluar rumah mengaku tidak akan lama.
Tuan Kim dan istrinya sedih melihat Hye Ja hanya diam dirumah dan wajahnya berubah menjadi nenek-nenek. Sementara Joon Ha pulang mengeluh neneknya yang tak menyalakan  pemanasnya di malam hari karena dingin. Ia pergi ke kamar neneknya, lalu terdiam seperti shock melihat neneknya hanya terbaring didalam kamar. 


Joon Ha hanya tertunduk diam di dalam rumah duka, Salah seorang pria memberikan penghormatan terakhir pada nenek Joon Ah, tak percaya kalau nenek Joon Ha  menjalani kehidupan yang keras jadi tak percaya kalau akan pergi.
“Bagaimana kau akan mengurus pemakamannya?” ucap Hee Won. Joon Ha hanya diam saja.
“Aku akan mengurusnya.”ucap Hee Won. Joon Ha pun mengucapkan  Terima kasih.
“Kau Tidak perlu berterima kasih padaku. Bertahanlah.” Ucap Hee Won lalu keluar dari rumah duka, sedih tak ada bunga didepan ruangan. Akhirnya ia menelp toko bunga
“Ini kamar nomor dua dari Rumah Sakit Gidok. Bisakah kau memberikan karangan bunga ke tempat ini? Tolong kirim yang besar.” Ucap Hee Won sedih melihat nasib nenek Joon Ha. 

Saat itu Tuan Lee masuk rumah duka berteriak histeris memanggil ibunya, lalu menangis memeluk papan nama ibunya. Joon Ha hanya diam seperti menahan amarah. Tuan Lee langsung menyerah Joon Ha kalau ibunya pergi selamanya karena anaknya.
“Itu salahmu, bodoh! Ibu meninggal karenamu. Dasar brengsek. Kau membunuh ibuku.” Ucap Tuan Lee terus menendang anaknya. Hee Won menahan Tuan Lee agar tak memukukul Joon Ha.
Joon Ha hanya diam saja, tapi matanya terlihat sangat marah dan penuh dendam.
“Lee Joon Ha.. Apa kau membesar-besarkan masalah ini? Apa luka-luka itu perbuatan sendiri? Nenekmu datang ke kantor polisi.” Ucap polisi datang.
“Sudah kubilang. Dia memang kurang ajar! Apa Kau ingin menjadi reporter? Aku akan menuntutmu karena membuat tuduhan palsu.” Teriak Tuan Lee. Hee Won meminta Tuan Lee agar berhenti membuat keributan.

Hye Ja memoles dirinya di cermin, setelah itu keluar kamar melihat nampan makan yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia lalu membuka pintu kamar orang tuanya, keduanya terlihat tidur dengan nyenyak. Ia pergi melihat kakaknya yang ada dikamar dengan panci bekas ramyun.

Ia akhirnya keluar keluar dari rumah dengan surat yang ditinggalkan dimeja makan. Hye Ja dengan wajah yang tua tapi tetap style masih muda berjalan menaiki tangga, sambil menangis berdiri ditepi gedung. Sementara dibawah, Joon Ha yang frutasi sedang minum soju dari botolnya.
Bersambung ke episode 3
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar