PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 27 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Young Soo akhirnya bangun langsung menatap komputernya ingin tahu apa yang dikatakan para penontonya, kalau hampir membuatnya selama 48 jam, tetapi gagal karena mereka terus berbicara kepadanya.
“Apa yang salah dengan sudut kamera? Aku yakin sudah menyesuaikannya ke arah ini tadi malam.” Ucap Young Soo menatap layar komputernya.
“Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa. Kamera baru saja bergerak sendiri... Wahh.. Seharusnya Aku bisa mengumpulkan banyak bintang. Aku bertanya-tanya berapa banyak yang aku terima.” Kata Young Soo melihat jumlah bintang
 “Satu, sepuluh, seratus, seribu ...” ucap Young Soo memastikan jumlah bintang 11.250 seperti tak percaya dan terus mengulang menghitungnya.
“Apa Sepuluh ribu? 11.250 bintang?” jerit Young Soo tak percaya lalu mengucapkan terimakasih dan ingin tahu Siapa yang mengirimikan semua bintangny.
Young Soo pun ingin tahu apa yang terjadi dengan melihat seorang komentar kalau ada Seorang nenek. Young Soo binggung tapi berpikir kalau itu pasti Hye Ja. Akhirnya Ia mencoba melihat siaran ulangnya tadi malam. 

Hye Ja ada didepan camera mengaku  benar-benar berumur 25 tahun, Penonton merasa tak percaya karena Hye Ja yang terlihat sangat tua. Hye Ja mengaku kalau ia menjadi tua terjadi dalam sekejap sambil mengumpat marah.
“Sekarang kau menghabiskan waktu menonton pertunjukan orang tidak berharga ini, tapi, tiba-tiba, kau akan berakhir seperti aku. Aku juga tidak tahu, Bahwa aku tiba-tiba menjadi begitu tua.” Akui Hye Ja.
Penonton berkomentar kalau tak suka dengan wanita tua yang bau,  Hye Ja mengomel kalau benar-benar benci pecundang seperti pria itu juga. Akhirnya Hye Ja banyak mendapatkan bintang 100 bintang, Hye Ja memintaa gar mereka berhenti untuk pengiriman bintang.
“Berhenti mengirim mereka. Belikan minuman untuk ibumu dengan uang itu. Berhenti mengirim mereka. Kenapa kau tidak mendengarkan? Aku bilang berhenti!” jerit Hye Ja kesal.
Young Soo menonton siara ulang Hye Ja seperti terharu meneteskan air mata dan bahagia karena menerima banyak bintang. 


 Hye Ja mengajak ibunya pergi belanja di mall. Nyonya Lee melihat penggorengan. Hye ja mengeluh ibunya lebih baik  mendapatkan sesuatu yang daripada persediaan dapur. Nyonya Lee mengaku ingin penggorengan baru dan itu sudah cukup.
“Jangan menyesalinya nanti.” kata Hye Ja. Nyonya Lee pun  akan membayar ini dan mendapatkan sertifikat hadiah jadi meminta Hye Ja menunggu.
Hye Ja menganguk mengerti, lalu tiba-tiba ada suara sirine seperti kebakaran terjadi. Semua pengunjung Mall pun berlari, Hye Ja kebingungan akhirnya masuk ke dalam lift dan terdesak sampai ke depan pintu.
Lift berbunyi, tanda terlalu banyak orang. Hye Ja ada didepan pintu ditatap sinis. Semua anak muda seperti tak peduli dengan seorang nenek, Akhirnya Hye Ja pun terpaksa keluar dari lift. Nyonya Lee berlari dengan wajah panik sampai dilobby terdiam melihat Hye Ja ada depanya.
Terdengar suara dari speaker “Ini pengumuman... Alarm berbunyi karena kesalahan. Kami mohon maaf atas keprihatinan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.”  Semua pengunjun mengeluh dan tak terlihat khawatir,
“kau pasti takut.. Apakah kau baik-baik saja?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku baik-baik saja. Keduanya pun akhirnya berpelukan. 


Hye Ja berjalan melewati minimarket, seorang pria mengenalinya kalau Hye Ja  terlihat seperti wanita yang suaranya didengar yaitu "Telur untuk dijual". Hye Ja membenakan kalau suara penjual telur miliknya. Si pria memberitahu kalau temanya menceritakan hal itu.
“Pak Choi bercerita banyak tentang kau. Dia bilang kau tinggal di salon rambut di jalan, jadi aku bermaksud mengunjungimu.” Ucap Si Paman. Hye Ja sudah tahu dan kenapa ingin bertemu.
“Kau memiliki suara yang mengharukan. Tema kami untuk kuartal ini adalah makanan buatan ibu. Aku mendapat karyawan wanita muda untuk merekamnya, tetapi itu tidak baik. Jika kau baik-baik saja dengan itu, aku ingin kau merekam promosi penjualan kami.” Ucap si pria
 “Tidak, aku tidak bisa... Bahkan terakhir kali, aku terus mengatakan aku tidak bisa melakukannya, tetapi pemilik truk telur tampak sangat menakutkan sehingga aku harus ..” kata Hye Ja menolak
“Aku akan membayarmu dengan baik.” Ucap Si pria. Hye Ja akhirnya mencoba membersihkan tengorokanya dan akhirnya mengajak masuk. Si pria terlihat kaget tapi akhirnya senang. 


Hye Ja berbicara di mic “Bulgogi diasinkan ini dijual seharga 12 dolar per 600g  di bagian daging segar kami saat ini. Makanan rumahan ibu selalu yang terbaik, kan?” Si pria terlihat bahagia mendengar suara Hye Ja yang sangat lembut.
“Apakah kau seorang artis sulih suara atau sesuatu? Kau sangat pandai dalam hal ini.” Kata Si pria bangga
“Aku pikir suaraku akan turun dengan pilek. Apakah itu baik-baik saja?” ucap Hye Ja. Si pria mengaku tak masalah.
“Kami mendapat tuna dan sashimi segar lusa. Akan lebih bagus jika kau bisa membantu kami lagi.” Ucap Si Pria
“Aku perlu memeriksa jadwalku, jadi aku tidak bisa mengkonfirmasi itu sekarang, Tapi aku akan mencoba menyesuaikannya.” Ucap Hye Ja.
“Oke, terima kasih... Jadi berapa banyak yang cukup untuk gaji mu? Berapa banyak yang kau pikirkan?” kata si pria.
“Bisakah kau membayarku dalam produk, bukan uang?” tanya Hye Ja memberikan penawaran. 

Hye Ja berjalan mendorong trolly dengan banyak barang, lalu membeli banyak sarung tangan karet karena Tangan ibunya selalu pecah-pecah. Ia lalu mencari pembalut ultra tipis dengan sayap. Seorang pegawai menghampiri Hye Ja.
“Kebanyakan wanita muda menggunakan ini. Putriku juga menggunakannya. Aku akan memberimu banyak sampel. Katakan cucumu untuk mencobanya.” Kata Si pegawai. Hye Ja menolak tapi Si pegawai merasa tak pelu
“Apakah kau ingin lebih banyak sampel Tidak apa-apa. Semoga harimu menyenangkan. Aku akan memberimu dua sampel lagi. Ambil yang ini ...” kata Pegawai.
Hye Ja akan pergi tapi melihat si nenek angkuh sedang berdiri didepan rak. Pegawai kembali menghampirinya dengan menyarankan Produk bagus karena tipis dan sangat menyerap dan si nenek yang langsing jadi akan baik-baik saja.
“Apa yang kau bicarakan? Mengapa aku membutuhkan ini?” kata si nenek angkuh.
“Ada apa dengannya? Aku hanya berusaha membantu.” Ucap si pegawai binggun.
Hye Ja melihat dari kejauhan akhirnya berjalan melihat Nenek angkuh akan membeli popok untuk orang dewasa tapi terlihat malu. 

Hye Ja baru saja selesai berbelanja, tak sengaja melihat mobil dari “Aula Pameran Hyoja”. Joon Ha pun membantu Hye Ja para nenek yang turun dari mobil. Hye Ja menatap Joon Ha, tapi Joon Ha tak peduli kembali masuk mobil dan pergi.
“Dia melihatku tetapi bahkan tidak menyapa. Dia perlu diajari cara menghormati orang tua.” Kata Hye Ja marah.
“Mengapa kami belum melihatmu di ruang pameran? Kemarin, seorang penyanyi datang dan bernyanyi untuk kami.” Kata salah satu nenek.
“Tempat itu tidak menyenangkan. Bahkan saat itu, aku hanya pergi ke sana untuk memeriksanya.” Ucap Hye Ja.
“Wanita Chanel atau apa pun namanya tidak datang hari ini juga. Tempat itu terasa kosong tanpa kalian.” Kata nenek lainnya.
“Wanita Chanel? Mengapa? Apakah dia sakit?” tanya Hye Ja panik. Si nenek tak tahu karena si Nenek itu selalu begitu sombong.
“Aku ingin tahu apa yang membuat dia kesal kali ini.” Kata si nenek. Hye Ja mengingat kalau bertemu si nenek di supermarket. 


Hye Ja berjalan pulang, tiba-tiba si pria tua datang ingin membantu. Hye Ja binggung karena pria itu datang dari arah rumahnya.  Si pria mengetahui Hye Ja tidak datang hari ini, jadi berpikir mungkin sakit. Hye Ja mengaku baik-baik saja, tetapi tiba-tiba mulai merasa sakit menetap sinis.
“Coba Lihat dia bermain keras untuk mendapatkannya. Dia membuatku gila...” kata si pria seperti makin gemas mengejar Hye Ja.  Young Soo datang memanggil Hye Ja dengan panggilan Nenek.
“Orang tua itu terus mengikutiku. Tolong, lakukan sesuatu.” Bisik Hye Ja.
“Apa yang akan kau lakukan untukku jika aku membuatnya pergi?” tanya Young Soo
“Aku akan melakukan apa pun yang kau minta, jadi lakukan sesuatu.” Kata Hye Ja 

Young Soo pun menghadang si pria mengajak untuk bicara,  saat itu si kakek membuka bajunya dan terlihat ada tatoo macan dilenganya. Young Soo terlihat ketakutan. Si kakek mengaku perlu mengobrol dengan Hye Ja jadi meminta untuk minggir.
“Yah, aku kakaknya ...emm... Maksudku, aku cucunya.” Ucap Young Soo. Si kakek kaget dan bersikap baik karena mengetahui Young Soo adalah cucu Hye Ja.
“Nenekku tidak menyukaimu, jadi silakan pergi.” kata Young Soo, Si kakek mengajak minum untuk merayunya.
“ Pak, tolong pergi.” kata Young Soo tak peduli., Si kakek menawarkan samgyeopsal.
“Aku tahu tempat samgyeopsal yang bagus... Ayo pergi.” kata Young Soo akhirnya luluh. 

Hye Ja pulang ke rumah dengan banyak barang. Nyonya Lee binggung berpikir Hye Ja merampok toko kelontong atau sesuatu. Hye Ja mengaku hanya mencatat penjualan supermarket dan mendapatkan banyak barang sebagai gantinya.
“Apa yang membuatnya begitu lama?” ucap Hye Ja binggung. Nyonya Lee bertanya apakah itu yang dimaksud Young Soo dan ingin tahu apa yang dilakukan anak sulungnya.
“Aku memintanya untuk melakukan sesuatu.” Akui Hye Ja. Nyonya Lee meminta agar mengatakan Young Soo untuk segera pulang.
“Yang dia lakukan adalah duduk di depan salon dan menguap sepanjang hari. Semua tetangga kami mengatakan asap briket batubara  mengubahnya menjadi idiot.” Kata Nyonya Lee.
Hye Ja meminta ibunya agar jangan membereskan barangnya akan melakukannya ketika kembali lalu bergegas pergi. 

Akhirnya Young Soo dan si kakek duduk di restoran daging babi. Young So memberitahu kalau Hye Ja mengaku sebagai neneknya tidak bisa berkencan denganmu karena punya sedikit situasi dan berada di kapal yang sama.
“Aku tidak pernah dalam situasi di mana aku bisa berkencan dengan seseorang. Dan 40 tahun berlalu seperti itu. Tapi masalahnya ... “ kata Si kakek. Young Soo menyela menyuruh si kakek membalik daging babi.
“Bagaimanapun, itulah situasimu. Nenekku memiliki alasan yang sah mengapa dia tidak bisa berkencan denganmu.” Kata Young Soo menolak
“Omong-omong, apakah samgyeopsal sudah cukup? Kita juga harus punya tulang rusuk.” Kata Si kakek kembali merayu. Young Soo setuju.
“Apakah kau benar-benar ingin berkencan dengan nenekku? Maka kau harus melewati beberapa tes.” Kata Young Soo. Si kakek pun menyetujuinya.
“Oke, kedengarannya bagus. Kemudian pesanlah hal kedua dari atas menu di sana. Kau membutuhkan penglihatan yang baik untuk mengenali nenekku, kan?” kata Young Soo.
Si kakek mencoba melihat papan, tapi matanya rabun dengan sama-sama membaca “Rib eye, 16 dolar per 100g” . Ia lalu memanggil pelayan  ingin memesan yang kedua dari atas menu yaitu rusuk dua porsi. Young Soo terlihat senang mendengarnya.
“Bingo! Kau mendapatkannya! kau mendapat jawaban yang benar!” kata Young Soo memuji. Hye Ja tiba-tiba datang dan langsung memukul Young Soo dengan wajah penuh amarah. 



Young Soo duduk dibawah dengan Hye Ja duduk ditempat tidurnya. Hye Ja mengeluh Young Soo yang bisa makan daging dalam situasi itu, bahkan akan makan tulang rusuk. Ia pikir Young Soo itu akan menjadi seperti Si kakek di masa depan. Young Soo terdiam melirik ke sisi komputernya.
“Young Soo, maukah kau menjawab aku?” kata Hye Ja. Young Soo terlihat binggung.
Tiba-tiba komentar masuk “ Apakah dia dimarahi nyata? Itu Persis seperti saat ibuku memarahiku.” Hye Ja tersadar kalau Young Soo sedang melakukan siaran Live dengan ponselnya dan langsung mematikanya. 

Hye Ja pikir Young Soo sudah gila karena menyiarkannya. Young Soo beralasan semua orang penasaran. Hye Ja heran merasa tak mungkin  ada orang yang ingin melihat Young Soo dimarahi. Young Soo menegaskan bukan itu tapi penontonya ingin tahu tentang Hye Ja.
“Aku? Mengapa? Apakah kau memberi tahu mereka tentang ku?” ucap Hye Ja binggung.
“Kau yang melakukannya.” Kata Young Soo lalu memperlihatkan video saat malam sebelumnya. 

Hye Ja mengaku berumur 25 tahun, sambil mengumpat kalau Ia menjadi tua terjadi dalam sekejap. Young Soo pikir Hye Ja memiliki bakat, Sementara Hye Ja terus berbicara dikamera kalau mereka sudah  menghabiskan waktu menonton pertunjukan pria tak berguna ini ...
“Apa itu?” tanya Hye Ja memelihat dilayar komputer.
“Mereka memberikan bintang untuk mendapatkan ku proyektor, untuk menonton pertandingan sepak bola.” Kata Young Soo. Hye Ja mengaku tak mengerti.
“Maksudku, monitor komputer ini terlalu kecil. Dan Juga, game luar negeri disiarkan larut malam. Aku tidak bisa menonton mereka di ruang tamu.” Kata Young Soo
“Kau harus Hapus video... Hapus dari setiap situs.” Pinta Hye Ja.
“Tidak! Apakah kau tahu berapa banyak pemirsa baru yang mendapatkannya? Kenapa kita tidak siaran bersama? Aku sudah punya beberapa ide.” Kata Young Soo penuh semangat.
“Young Soo, apakah ini menyenangkan?” kata Hye Ja sedih. Young Soo pikir kalau ini menyenangkan
“Hei! Apakah kau pikir aku lucu? Tidakkah kau merasa kasihan dengan adik perempuanmu yang menjadi tua? Apakah kau pikir itu lucu?” ucap Hye Ja.
“Tidak... Sekarang itu terjadi ... Maksudku... Jika kau sudah tua, menghasilkan uang, mungkin membuatmu merasa lebih baik.” Kata Young Soo
“Young Soo! kau tahu itu bodoh, kan?” ucap Hye Ja memegang wajah Young Soo untuk menatapnya. Young Soo membenarkan.
“Tapi bayangkan seseorang pergi ke tempat yang ramai  dan berteriak, "Kim Yeong Soo bodoh!" Maksudku, apa yang aku katakan adalah ... kau memintaku untuk siaran denganmu tidak berbeda dengan itu.” Jelas Hye Ja
“Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menjadi tua. Tetap saja, aku tidak mau beriklanlah untuk semua orang!” tegas Hye Ja. Young Soo pun mengerti. 



Nyonya Lee sedang menonton di salon lalu melihat Hye Ja masuk salon berpikir kalau membangunkannya karena memang menolak volume. Hye Ja bertanya apakah  sedang menonton pertandingan sepak bola. Nyonya Lee mengaku tidak benar-benar menontonnya.
“Hanya saja menopause membuatku tetap terjaga.” Ucap Nyonya Lee seperti sedang tidak mood.
“Ibu Bagaimana menopause? Apakah ini sulit?” tanya Hye Ja.
“Bahkan jika ini musim dingin dan kau hanya duduk diam, kau mendapatkan hot flashes. Kau bisa tiba-tiba pelupa juga. Tubuhmu terasa berat sepanjang waktu. Dan Juga, kau menjadi sangat mudah tersinggung.” Cerita Nyonya Lee
“Jadi Itu sebabnya kau seperti itu pada Ayah.” Komentar Hye Ja sedih
“Aku selalu seperti itu kepada ayahmu.” Akui Nyonya Lee. Hye Ja ingin tahu alasanya.
“Apakah kau tidak enak badan?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku Bukan itu.
“Aku hanya ingin tahu  seberapa buruk itu akan terjadi. Hari ini, Aku terkejut setiap pagi ketika bangun. Aku menjadi lebih buruk setiap hari. Kemarin aku berhasil sejauh itu. Tapi hari ini aku kehabisan nafas..” Ucap Hye Ja.
“Seberapa buruk aku akan mulai sekarang? Aku ingin tahu itu.. Aku mendengar orang tua bahkan kesulitan pergi ke kamar mandi. Jika aku menjadi tua secara bertahap, Apakah lebih mudah bagiku untuk menerimanya? Aku penasaran.” kata Hye Ja.
“Sepertinya kau akan kembali menjadi bayi. Kau bahkan tidak bisa berdiri, tanpa bantuan seseorang. Jika kau melihatnya seperti itu, maka itu sederhana. Kau akan kembali seperti dulu, kau tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain lagi.” Kata Nyonya Lee
“Tapi Bayi setidaknya lucu.” Keluh Hye Ja sedih saat masuk kamar. 



Nyonya Lee memanggil anaknya, lalu tersadar dengan memanggil Bibi. Hye Ja keluar dari kamar tergesah-gesah dan melihat si paman pemilik supermarket datang. Si paman mengatakan butuh bantuan dengan pengumuman hari ini. Hye Ja bertanya  Pengumuman apa. 

Di Supermarket 
Hye Ja mengaku tidak pandai dalam hal ini dan pembohong yang buruk. Tapi di tempat-tempat seperti ini, harus berpura-pura  bahkan pada produk buruk pun baik dan melihat “flatfish” ini tampak hebat. Paman memberitahu kalau ikan ikut diambil tempat yang tak biasa.
Akhirnya Ibu-ibu mulai berkumpul karena mendengar harga yang murah, tapi ikan terlihat sangat segar. Si bibi bertanya di mana belajar bicara. Hye Ja mengaku Dari tempat ipergi ke beberapa hari yang lalu dan bertanya apakah terlihat bagus. Si paman memuji.
 Hye Ja tiba-tiba mendengar suara dari kasir. Nenek Angkuh marah karena mereka tidak memiliki kantong plastik hitam. Pegawai memberitahu kalau hanya memiliki kantong sampah. Nenek angkuh meminta agar  membungkusnya dengan koran atau sesuatu saja. Pegawai mengaku tahu bisa. Akhirnya Nenek Angkuh mengatakan tidak membelinya.
“Astaga, wanita tua yang menjengkelkan.” Ucap si pegawai melihat Nenek Angkuh. Hye Ja melihatnya seperti kasihan karena nenek itu malu ingin membeli popok. 
Hye Ja makan dengan lahap di restoran cina. Hyun Joo baru pulang setelah mengantar langsung mengambil minum. Hye Ja pun menyapanya, Hyun Joo kaget melihat temanya bertanya kapan datang. Hye Ja menyindir Hyun Joo yang terlihat kaget.
“Apa kau masih belum terbiasa melihatku?” sindir Hye Ja. Hyun Joo mengaku bukan seperti itu.
“Aku baru saja mengirimkan pesanan grup. Itulah yang mengalihkan perhatianku.” Kata Hyun Joo mencari alasan.
“Ayahmu sepertinya tidak mengenaliku. Aku bahkan meminta chunjang sebagai tambahan nasi gorengku  seperti yang biasa ku lakukan untuk mengetes ingatannya.” Cerita Hye Ja.
“Dia sedikit terganggu akhir-akhir ini. Dia menjadi pelupa,  menjadi tua itu ...” kata Hyun Joo lalu terhenti tak ingin Hye Ja tersinggung lagi. 

Nyonya Angkuh masuk ke restoran, sempat bertatapan dengan Hye Ja tapi tak mengubrisnya. Hyun Joo pun melayaninya, Nyonya Angkuh memesan  jjajangmyeon. Tak lama, pesananay pun datang. Nyonya Angkuh mulai makan dan tiba-tiba terbatuk-batuk.
“Apakah kau ingin air? Atau sup jjamppong?” tanya Hyun Joo, Nyonya Angkuh menolak hanya mengambil tissue.
“Apa kau kenal dia?” tanya Hyun Joo, Hye Ja hanya diam saja. Nyonya Angkuh kembali tersedak. Hyun Joo pun dengan baik hati memberikan minum.
“Aku bilang, tidak apa-apa...Aku tidak ingin air.” Kata Nyonya Angkuh menjatuhkan minum, lalu menaruh uang diatas meja dan pergi.
“Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Apa Seharusnya aku tidak memberinya air?” kata Hyun Joo binggung.
“Kau tidak mengerti karena kau masih muda.” Ucap Hye Ja lalu pamit pergi.


Hyun Joo melihat ponsel Nyonya Angkuh yang tertinggal. Hye Ja pun mengambilnya karena bisa memberikannya padanya. Nyonya Angkuh berjalan dengan cepat, Hye Ja tak bisa mengikutinya mengeluh si Nyonya Angkuh itu pejalan kaki saat masih muda karena berjalan sangat cepat.
Hye Ja melihat si Nyonya Angkuh masuk ke Praha Motel lalu terlihat tak percaya temanya itu masuk ke motel. Tapi ia masih harus mengembalikan teleponnya, padahal tidak pernah masuk ke dalam sebuah motel ketika  masih muda, tapi karean sudah tua memberanikan masuk.
Saat itu Hye Ja terlihat  malu karena ada pasangan yang baru saja keluar motel. Seorang bibi pun datang menyapa Hye Ja.  Hye Ja terlihat bingung, Si bibi pikir Hye Ja ingin bertemu dengan wanita tua di kamar 203.  Hye Ja membenarkan kalau itu wanita tua yang cantik.
“Iya  yang kau maksud Lady Praha.. Apakah kau temannya?” kata si bibi
“ Aku perlu memberinya ponsel ini. Tapi Kenapa dia dipanggil Lady Praha?” tanya Hye  Ja.
“Wanita di kamar 203 adalah tamu jangka panjang di motel ini. Aku pikir sudah hampir satu tahun. Dahulu kala, aku mendengar dia pergi ke Praha  dengan suaminya bulan madu. Aku pikir dia cukup kaya. Dia melakukan perjalanan ke luar negeri  ketika semua orang bahkan tidak mampu membeli beras.” Cerita si bibi.
Hye Ja tak percaya kalau Nyonya Angkuh tinggal selama 1 tahun di motel. Saat itu Nyonya Angkuh turun seperti baru menyadari kalau ponselnya tertinggal. Hye Ja menatap Nyonya Angkuh lalu mengembalikan ponselnya. Nyonya Angkuh langsung mengambilnya dan bergegas kembali menaiki tangga. 


Tuan Park mengeluh kalau sempat berpikir bahwa harus melihat para orang tua itu sampai mereka menjadi 100 tahun menakutkan. Hee Won tak percaya kalau Tuan Park hanya mendapatkan lima orang. Tuan Park mengeluh kalau Hee Won bisa keluar dan mencoba sendiri.
“Mereka bahkan tidak bisa mendengar dengan baik, dan aku harus mengatakan hal yang sama kepada mereka puluhan kali. Begitu aku memberi tahu mereka, mereka langsung lupa. Ini Sangat menyebalkan. Aku lebih suka pergi menjual pakaian dalam di pasar atau sesuatu.” Keluh Tuan Park. Joon Ha masuk ruangan.
“Tuan Lee, kau datang dengan tangan kosong.” Komentar Tuan Park. Joon Ho terlihat binggung bertanya apakah tentang asuransinya. Tuan Park membenarkan.
“Apakah aku harus melakukan itu? Aku hanya bisa menjual lebih banyak produk.” Ucap Joon Ha santai
“Kapan kita akan menghasilkan cukup uang dengan menjual vitamin dan suplemen?” sindir Tuan Park
“Jangan khawatir tentang itu. Kinerja penjualanmu selalu terkemuka. Kau terus bekerja dengan baik.” Kata Hee Won
“Dan saat kau menjual produk, terkadang kau harus mempromosikan produk asuransi kami. Aku hanya mengatakan, maksudnya itu akan jauh lebih baik. Aku belum melihat Lady Chanel datang ke sini belakangan ini. Dia harus mengeluarkan uang untuk meningkatkan penjualan kami. Kau harus membawanya.” Ucap Tuan Park
“Apakah kau pikir dia anak kecil yang bisa ku bawa ke sini?” balas Joon Ha sinis
“Haruskah aku pergi dan membawanya? Sebagai gantinya, jika aku membawanya dan meningkatkan penjualan kami, kau sebaiknya tidak menghalangi ku. Apa kau setuju?” kata Tuan Park mengancam.
“Apakah kau masih kecanduan hal-hal seperti judi dan membuat taruhan?Apa kau membuat taruhan pada orang sekarang?” sindir Joon Ha.
“Mengapa? Apakah kau takut? Jika kau takut, pergi.” balas Tuan Park. Joon Ha tak menanggapinya memilih untuk pamit pulang pada Hee Won.
Hee Won pun dengan santai memuji kalau sudah bekerja bagus hari ini. Setelah Joon Ha keluar Ia memarahi Tuan Park yang bersikap  jahat padanya. Tuan Park melihat Joon Ha itu sangat arogan lalu mengumpat marah. Hee Won akhirnya memukul Tuan Park
“Kami berdua melakukan sesuatu yang tidak boleh dibanggakan. Apakah dia pikir berbeda atau apa?” sindir Tuan Park
“Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya? Dia bukan orang seperti kau atau aku... Kau dan aku sama...Mari kita lihat siapa yang bertahan lebih lama di sini.” Kata Hee Won. 



Hye Ja akhirnya pulang ke rumah, Tuan Kim melihat Hye Ja yang pulang  terlambat. Hye Ja mengaku pergi menemui Hyun Joo dalam perjalanan pulang lalu memberikan sesuatu pada kakaknya. Young Soo bertanya-tanya apa isinya.
“Ini sebuah proyektor! Sebuah proyektor! Apakah ini untukku? Apakah ini benar-benar untuk ku? Apa kau Serius?” jerit Young Soo tak percaya terlihat sangat bahagia.
“Datanglah ke kamarku nanti. Aku akan membuat kau menjadi bintang. Sampai jumpa lagi.” Kata Young Soo lalu masuk ke kamar.
“Seseorang terlihat sangat bahagia. Dari mana kau mendapatkan uang itu?” tanya Tuan Kim yang sedang mengunting kuku.
“Aku dibayar untuk bekerja di supermarket dan menabung.” Kata Hye Ja. Tuan Kim pikir Hye Ja harus menghabiskannya sendiri.
“Tidak ada yang ingin ku beli setelah menjadi tua.. Tapi Ayah... Kau harus lebih baik kepada Ibu. Aku mendengar wanita kehilangan kesabaran karena tidak mengalami menopause.” Cerita Hye Ja. Tuan Kim hanya diam.
“Dan Kau sendiri benar-benar pria yang membuat frustrasi, bahkan Ayah tidak pernah membalas ketika seseorang berbicara kepadamu. Aku terus bertambah pendek, tetapi kuku kaki ku terus bertambah.” Kata Hye Ja melihat kuku kakinya.
“Aku akan memotongnya untukmu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja menolak. Tuan Kim ingin memotong kuku anaknya karena bahkan tidak bisa melihat dengan baik.
“Aku bisa memakai kacamata yang kau beli untukku.” Kata Hye Ja tapi Tuan Kim tetap menarik kaki Hye Ja untuk memotong kuku kakinya. Hye Ja pun meminta maaf pada ayahnya. 


Di dalam kamar
Hye Ja seperti terpana melihat gambar besar yang ada di dinding seperti tak percaya kalau terlihat jauh lebih jelas daripada yang dikira. Young Soo pikirini luar biasa karena  Sepertinya berada di bioskop. Hye Ja bertanya apakah ini sulit untuk dinyalakan.
“Tidak. kau bahkan dapat menghubungkan ini dengan telepon mu. Jadi ke mana pun kau pergi dengan ponselmu dan barang ini akan menjadi bioskop. Luar biasa kan? Itu mengagumkan.” Kata Young Soo.
“Tolong aku.” Kata Hye Ja. Young Soo dengan siap membantu kakaknya apapun yang diminta. 

Nyonya Angkuh baru saja selesai menulis surat terdengar suara bel kamarnya, saat membuka pintu Hye Ja memberikan senyuman. Nyonya Angku bertanya apa yan dinginkan Hye Ja. Hye Ja mengaku  tidak akan lama.
“Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan, jadi pergi saja” kata Nyonya Angkuh lalu menutup pintunya.
“Dia menyuruhmu pergi.” keluh Young Soo yang ada dibelakang pintu. Hye Ja pikir Young Soo yang tidak pernah mendapatkan waktu yang tepat dan kembali menekan bel.
“Apa yang kau inginkan?” tanya si Nyonya Angkuh, akhirnya mereka melihat gambar kota Praha.
Nyonya Angkuh seperti terharu melihat kenangan yang pernah ditinggalinya. Hye Ja terlihat senang bisa membantu Nyonya Angkuh yang bisa sedikit bahagia. 


Young Soo menunggu diluar merasa mati kedinginan dan Hye Ja yang belum juga keluar motel. Saat itu Hyun Joo datang dengan motornya melihat Young Soo bertanya apa yang dilakukan didepan motel. Young Soo malah bertanya balik kenapa Hyun Joo datang ke motel. Hyun Joo menunjuk box makananya.
“Apa kau mengantar Di motel ini? Bagaimana mungkin seorang gadis masuk ke sana sendirian? Berikan padaku. Aku akan mengirimkannya.” Kata Young Soo
 “Aku bilang tidak apa-apa, karena Dia sudah sering memesan.” Ucap Hyun Joo
“Aku tidak peduli siapa itu. Aku tidak ingin kau masuk ke sana! Jangan kirim ke tempat-tempat seperti ini mulai sekarang. Jika ayahmu sibuk, kau bisa memanggilku.” Tegas Young Soo lalu mengantar box makanan.
“Apa yang terjadi padanya? Wah... Aku benci perasaan ini... Aigoo. Mengapa hatiku berdebar? Mengapa? Apakah itu terlihat keren bagimu? Dia bahkan memiliki ingus berlari dari hidungnya.” Keluh Hyun Joo kesal sendiri karena tiba-tiba merasa berdebar.

 “Mengapa kau memberikan pangsit gratis untuk dua mangkuk jjajangmyeon? Kau akan bangkrut.” Keluh Young Soo keluar dari motel
“Kenapa kau malah memakan itu?” balas Hyun Joo, Young Soo pun bertanya apakah Hye Ja selalu menaruh daun bawang di jjajangmyeon.
“Aku tidak bisa makan  bawang, jadi itu sebabnya aku selalu pergi ke restoranmu. Tapi aku melihat bawang di sana.” Kata Young Soo. Hyun Joo tak mengubrisnya masuk ke dalam moor.
“Bagaimana bisa tidak ada bawang di jjajangmyeon? Dasar Bodoh.”kata Hyun Joo sambil berbisik lalu pergi dengan motornya. 


Di dalam kamar
Nyonya Angkuh mengucapkan  Terima kasih, Hye Ja bertanya apakah Nyonya Angkuh itu  tidak takut tinggal di motel karena menurutnya  harus kembali ke rumah. Nyonya Angkuh menceritakan Setelah suami nya meninggal, dan putra satu-satunya pergi ke AS dan  rumah terasa sangat kosong.
“Jadi aku terus berpikir akan tinggal selama satu malam lagi di motel, tapi kenyataanya sudah lebih dari setahun. Itu kamar 203... Kamar yang aku dan suamiku tinggal  di Praha.” Cerita Nyonya Angkuh. Hye Ja mengerti kalau itu sebabnya.
“Aku hanya menceritakan kisah ini kepadamu dan Tuan Lee.” Akui Nyonya Angkuh. Hye Ja binggung lalu mengerti yang dimaksud adalah Joon Ha. “Kalian berdua harus sangat dekat.” Komentar Hye Ja. Nyonya Angkuh pikir  Orang yang kesepian biasanya mengenali orang yang kesepian lainnya.
“Tuan Lee juga orang yang kesepian. Dia ditinggalkan sendirian setelah neneknya meninggal. Dan masalah itu dengan ayahnya ...” kata Nyonya Angkuh.
Hye Ja mengingat saat ayah Joon Ha mengatakan “Ya, kami orang asing sekarang. Jadi mari kita bagi uang dan berpisah.” Wajahnya pun terlihat sedih.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar