PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 10 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Eun Ho dan Dan Yi pergi keluar rumah, seperti sedang kencan menikmati live musik, makan di restoran dengan iringan piano. Mereka pun bermain di arcade dengan Eun Ho menang bermain dart. Malam harinya, Eun Ho mengajak Dan Yi ke tempat temanya yang pintar bermain musik jazz. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan.  
“Aku mau membelikanmu hadiah dengan gaji pertamaku. Kau mau apa?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku belum tahu dan akan memikirkanya. Dan Yi meminta Eun Ho agar memikirkan barang yang bagus.
“Apa Kau ingat pernah membelikanku jaket empuk dengan gaji pertamamu?” ucap Eun Ho. Dan Yi menganguk.
“Kenapa kau membelikan itu?” tanya Eun Ho. Dan Yi pikir sudah jelas alasanya.
“Saat itu musim dingin dan udaranya dingin... Aku yakin orang lain pun merasa begitu karena musim dingin.” Ucap Dan Yi
“Kenapa aku?” tanya Eun Ho, Dan Yi bertanya balik apakah Eun Ho ada masalah dengan itu. Eun Ho mengaku tak masalah.
“Maksudku kau harus memikirkannya.” Kata Eun Ho, Dan Yi merasa tak ada yang harus dipikirkan
“Saat itu musim dingin,dan kupikir kau bisa memakainya, menutupi seragammu.” Kata Dan Yi. Eun Ho enggan membahasnya berpikir Dan Yi memang bodoh.
“Kenapa kau? Terkadang kau bertingkah gila.” Ucap Dan Yi santai. Eun Ho mengaku dirinya gila dengan wajah kesa.
“Dasar gila... Apa Kau mabuk? Apa Kau tak ke sana malam ini? Tempat yang kau kunjungi saat mabuk. Siapa gadis itu?.. Kukira.. dia Hae-rin.” Ejek Dan Yi 



Eun Ho tak ingin membahasnya, mengaku kalau Dan Yitak tahu siapa orangnya. Dan Yi pikir Eun Ho  sungguh rumit. Eun Ho membenarkan kalau dirinya orang yang rumit dan gila. Dan Yi mengeluh kalau Eun Ho yang mengajak bertengkar padahal Hari ini menyenangkan tapi malah merusaknya.
“Kau yang merusaknya.” Ucap Eun Ho marah. Dan Yi tersenyum lalu mengenggam tangan Eun Ho dengan senyuman
“Kenapa kau memegang tanganku?” kata Eun Ho dengan wajah cemberut.
“Dari tadi memang kupegang.” Ucap Dan Yi, Eun Ho membenarkan lalu keduanya kembali berjalan sambil bergandengan tangan.
“Itu Tampaknya lezat. Ayo kita makan.” Kata Dan Yi melihat truk makanan.
“Ayo, pergi saja. Nanti aku gemuk.” Kata Eun Ho menolak, Dan Yi pikir Eun Ho yang harus agak gemuk karena terlalu kurus. Eun Ho berhasil menarik Dan Yi untuk pergi 

Pagi hari
Ji Yool berdiri didepan Hae Rin dengan menahan amarah,  Song Il menuliskan “Si landak marah lagi. Itu karena bayi kangurunya.” Eun Ho dan Tuan Bong kaget sampai terbangun dari tempat duduknya karena Hae Rin yang membanting berkas dimeja beberapa kali. Park Hoon mengintip dari belakang rak buku.
“Ji Yool... Siapa yang pakai koreksi dengan tinta berbeda untuk menyunting naskah?” ucap Hae Rin marah
“Kukira itu akan lebih baik untuk hapus dan sunting kesalahannya.” Kata Ji Yool.  Hae Rin pikir Ji Yool sedang bercanda.
“Apa kau tahu tugasmu? Kau pikir masuk akal jika editor tak paham aturan dasar sunting naskah?” ucap Hae Rin marah. Ji Yool hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Ya, kau seharusnya menyesal.” Ucap Tuan Bong dan Eun Ho akhirnya turun tangan melihat berkas yang dibuat Ji Yool.
“Astaga, ini..... Ini bagus dan jelas.” Kata Tuan Bong, Eun Ho akhirnya memberikan buku agar Ji Yool bisa  belajar menyunting naskah.
Hae Rin langsung menatap sinis, Tuan Bong masih memuji Ji Yool itu punya potensi. Saat itu kurir datang menganti kursi kerja Ji Yool dengan kursi bos. Semua hanya bisa melonggo, Ji Yool mengaku Ibunya pikir di harus pakai kursi yang nyaman karena selalu lembur saat menyunting naskah.
“Apakah tak boleh?” tanya Ji Yool.  Hae Rin tak bisa berkata-kata dengan tingkah juniornya.
“Apa ada aturan yang melarang kita membawa kursi sendiri?” tanya Tuan Bong. Eun Ho pikir tak ada. Tuan Bong pun berpikir akan mencoba duduk di kursi Ji Yool. 



Hae Rin yang kesal memilih mengajak Dan Yi untuk rapat. Dan Yi memperlihatkan berkasnya kalau sudah  memikirkan beberapa frasa  pada akhir pekan. Hae Rin melihat isinya kalau punya Dan Yi sangat mirip dengannya.
“Bukunya sangat menarik jadi Kuharap bukunya laris.” Kata Dan Yi. Hae Rin bertanya apakah Dan Yi ada lagi idenya.
“Kurasa kita harus keluarkan, Deklarasi Putih dari daftar cerita pendek.” Ucap Dan Yi
“Aku juga ingin mengeluarkannya Tapi penulis mau mempertahankannya.” Kata Hae Rin
“Itu sangat berbeda dengan cerita yang lain. Jadi, kurasa akan lebih baik untuk memperluas jalan ceritanya dan membuatnya menjadi cerita singkat.” Ucap Dan Yi
Hae Rin pikir itu bagus, karena Waktunya tak banyak hingga penerbitan jadi mencoba yakinkan penulisnya. Keduanya ada diruangan terlihat sangat akrab dan tersenyum bahagia.

Nyonya Goo melihat Hae Rin dan Dan Yi diruang rapat dengan senyuman bahagia terlihat sinis. Dan Yi datang menemui Nyonya Goo diruangan karena memanggilnya.  Nyonya Goo bertanya apakah Dan Yi sudah rapat dengan Nona Song
“Sudah. Banyak tambahan yang harus kami teliti lagi.” Kata Dan Yi penuh semangat tapi Nyonya Goo menatap sinis Dan Yi
“Aku sudah bilang... Aku minta kau fokus pada tugas utamamu... Kau bawa Ini, ke penatu dan Ini, ke kantor pos.” Ucap Nyonya Goo memberikan dua tasnya. Dan Yi pun tak bisa menolak. 

Dan Yi pergi membawa dua tas ke kantor pos mengirimkan barang dan juga ke laundry.  Ia pun bergegas mengerjakan sebagai pegawai pembantu yang membantu semua pekerjaan dan menerima telp dari Nyonya Goo yang selalu menyuruhnya. Saat membereskan buku-buku di rak.
“Dan Yi.. Kau bukan lagi pengacau. Kau intelektual... Jangan menyakiti orang. Tidak boleh... Tahan amarahmu.” Ucap Dan Yi lalu mengeluh kalau ini  bukan intelektual apanya saat merasakan ponselnya berdering.
Tapi ternyata bukan Nyonya Goo yang menelp tapi Hae Rin yang mengirimkan pesan “Aku harus keluar kantor. Materi tambahan kukirim lewat surel. Bacalah dan akan kita diskusikan besok.” Dan Yi dengan senyuman pun akan membalas akan membacanya. Setelah itu baru Nyonya Goo menelpnya. 


Dan Yi melihat beberapa bungkus untuk buku. Hae Rin pikir bungkus warna coklat cocok untuk bungkusnya, Dan Yi setuju karena terlihat simpel dan rapi Serta memberi kesan cerdas dan berpikir  Jenis font pulpen juga sepertinya pilihan terbaik. Hae Rin pikir kalau  Kedengarannya bagus.
“Aku mencari beberapa seniman kaligrafi. Bagaimana font ini?” ucap Dan Yi memberikan contohnya.
Saat itu sebuah surat dari mesin fax , dari penulis Park Jeong Sik [PEMBERITAHUAN PENGHENTIAN KONTRAK] semua seperti belum begitu peduli.

Saat makan siang semua berusaha memikirkan tentang makan siang. Dan Yi yang menerima surat fax memberikan pada Eun Ho. Eun Ho akhirnya mengajak Dan Yi membawa tas dan karen akan pergi ke Gangneung. Hae Rin pun bergegas pergi. Tuan Bong tak percaya kalau terjadi lagi.
“Dia mulai lagi. Pemberitahuan penghentian kontrak.” Ucap Tim pemasaran.
“Kenapa dia lakukan ini lagi? Dasar berengsek... Apa Dia sudah gila?” jerit Nyonya Seo kesal
“Kenapa? Ada apa? Kita akan makan siang, 'kan?” kata Tuan Kim melihat pegawainya frustasi.
“Ini bukan soal makan siang.” Kata tim pemasaran, Tuan Kim menjerit kesal sampai akhirnya Nyonya Goo melihat surat penulis Park
“Mungkin dia tak suka pemasaran kita.” Ucap Nyonya Goo sinis. Tim pemasaran pikir kalau ini sudah terjadi beberapa kali.
“Aku tak paham... Kontrak tak bisa berakhir dengan kembalikan deposit. Bagaimana waktu dan usaha kita? Bagaimana dengan kerja keras Hae-rin?” ucap Tuan Bong marah.
“Ada yang bisa jelaskan apa yang terjadi?” kata Park Hoon tak mengerti sebagai pegawai baru.
“Soal buku yang Hae-rin dan Dan Yi kerjakan. Penulisnya tak mau menerbitkannya. Dia mau menghentikan kontraknya lewat faksimile. Ini sudah kali ketiga.” Jelas Nyonya Seo. Ji Yool hanya bisa melonggo. 

Dan Yi pun pergi dengan Eun Ho dan Hae Ri menaiki mobil  menuju Gangneung. Dan Yi bertanya apakah Apa penerbitan terhenti jika penulisnya akhiri kontrak, apakah mereka tak bisa menerbitkannya. Eun Ho menjelaskan  Tidak semudah itu, karena mereka sudah memberikan dana juga.
“Kita tak bisa meminta si penulis untuk kembalikan Dan kita tak bisa membatalkan tepat sebelum peluncuran.” Ucap Hae Rin penuh amarah
“Maka, kita harus mengubah pikirannya.” Kata Dan Yi menyakinkan. 

Mereka sampai ke sebuah rumah, Eun Ho seperti memastikan kalau  ini tempatnya. Hae Rin penuh amarah kalau akan membunuhnya,  karena sudah mcurahkan tiga tahun demi buku ini. Eun Ho dan Dan Yi hanya bisa diam saja melihat taring dan tanduk Hae Rin keluar.
“Apakah menjadi penulis sebegitu pentingnya? Lalu kerja kerasku? Sebaiknya kau bersiap karena aku akan beri dia pelajaran.” Ucap Hae Rin penuh semangat.
“Haruskah kita hentikan dia?”kata Dan Yi. Eun Ho pikir tak ada alasan karena akan masuk juga.
“Apa mereka akan memperburuk situasi?” ucap Dan Yi mencoba menahan keduanya. 

Tapi Eun Ho dan Hae Rin berteriak mengedor pintu,  meminta Tuan Park Buka pintunya agar bisa bicara. Hae Rin menegaskan kalau menghindari merka bukanlah solusi. Eun Ho menegaskan kalau tak boleh kabur dan bersembunyi semaunya
“Asal tahu saja, hari ini kau akan kena batunya... Cepat Buka!” teriak Hae Rin marah. Dan Yi pun menarik keduanya agar menjauh.
“Pak Park.... Kami datang dari Seoul untuk menemuimu.” Ucap Dan Yi penuh dengan nada ramah.
“Hei... Tidak ada orang... Dia pergi satu jam lalu... Penulis muda itu, 'kan?” teriak kakek datang melihat mereka.
“Astaga. Bagus... Apa Kau ingat aku? Aku datang tahun lalu dan tahun sebelumnya. Jadi Kapan Pak Park akan kembali?” ucap Hae Rin dengan sikap ramah. Si kakek mengaku tak tahu.
“Aku sudah tahu. Mobilnya tak ada.” Kata Eun Ho, Hae Rin pun bertanya apa ada ruangan kosong. Dan Yi ingin mendekat tapi Eun Ho menahan agar membiarkan Hae Rin berbicara dengan kakek. 


Mereka pun foto didepan rumah Tuan Park beberapa kali dan mengirimkan pesan “Pak Park, kami datang satu jam lalu dari Seoul.... "Pak Park, kami sayang kau."  Dengan memberikan tanda hati.
“Ini Kang-Dan-i penanggung jawab pemasaran... Dia penggemar beratmu.” Tulis Hae Rin setelah mengirimkan foto Dan Yi, lalu mengambil gambar Eun Ho.
“Ini Kepala Editor kemari. Kami jauh-jauh kemari untuk makan jjajangmyeon. Kami cemas kau mungkin kembali, saat kami makan sashimi.” Tulis Hae Ri memperlihatkan mereka makan siang dengan jajangmyun didepan rumah.
“Pak Park, tak ada ruangan kosong. Jadi, kami menunggu di luar, kedinginan.” Tulis Hae Rin memperlihatkan foto mereka duduk kedinginan di depan api unggun.
Kakek memberitahu kalau Ada ruangan kosong yang bisa dipakai untuk menunggu tapi malah menunggu di luar. Hae Rin meminta kakek itu agar Jangan beri tahu soal ruangannya dan harus beri tahu Tuan park akalu menunggu diluar seharian.
“Pak Park, Provinsi Gangwon sangat dingin. Kau pasti sangat kesepian di sini.” Tulis Hae Rin mengirimkan pesan kembali.
“Aku penasaran... Apa semua penulis gila seperti ini Atau hanya dia?” ucap Dan Yi tanpa sadar kalau Tuan Park datang.
Eun Ho panik mengaku tidak seperti itu, Hae Rin pun mengikuti Tuan Park akan masuk rumah meminta maaf. Dan Yi hanya bisa melonggo melihatnya. Tuan Park seperti sangat marah akhirnya masuk ke dalam rumah. 


Mereka pun bermalam dalam mobil, saat pagi Tuan Park pergi dengan mobilnya. Eun Ho tak bisa mengejarnya hanya bisa menatap mobil yang semakin menjauh. Mereka pun pergi ke cafe untuk mencari kehangatan. Dan Yi bertanya apakah tuan Park Masih belum dibalas.
“Kuberi tahu dia kita menunggu di sini.” Ucap Eun Ho lalu melihat ponselnya berdering, semua tegang.
“Ini Pak Kim.” ucap Eun Ho lalu keluar dari cafe sambil mengeluarkan rokoknya. 

“Kami bertemu dengannya tapi belum sempat bicara.” Ucap Eun Ho berbicara dengan Tuan Kim dan tak sengaja melihat Tuan Park datang. Keduanya saling bertatapan, Dan Yi ingin mengejar tapi Hae Rin menahanya karena Tuan Park akan pergi.
“Kurasa dia gugup karena waktu perilisannya makin dekat. Aku juga pernah begitu.. Aku suda melakukan terbaik saat menulis, tapi memikirkan akan dibaca banyak orang membuatku panik... Dia bilang begitu.” Ucap Eun Ho. Tuan Park hanya diam saja.
“Dia tak yakin cukup bertalenta untuk akhiri ceritanya.. Tidak ada yang namanya orang genius. Pak Park akan tahu itu juga. Tiap penulis berjuang dengan tulisannya tiap hari. Apa yang terjadi pada ceritanya jika mereka tak melihat dunia? Bagi penulis, tulisannya seperti bayinya.” Kata Eun Ho sambil menatap ke arah Tuan Park.

Tuan Kim yang ada di Seoul binggung, menurutnya Cukup soal Pak Park karena membicarakan penjualan merekan dan ingin tahu apakah Eun Ho melihat lihat penjualan bulan ini. Eun Ho memberitahu kalau Tuan Park ada bersamanya dan merasa kalau sudah siap sekarang.

Akhirnya mereka berdiri di pinggir pantai, Tuan Park mengaku kalau itu memang yang dirasakan, sama seperti yang Eun Ho katakan.  Menurutnya Seiring mendekatnya perilisan, novelnya tampak seperti sampah. Ia pun  akhirnya bisa menenangkan diri, tapi setelah menerima materi promosi membuatnya lebih gugup.
"Buku yang kuhadiahkan pada diriku." Itu konsepnya, 'kan? Aku khawatir kekecewaannya jadi berlipat.” Ucap Tuan Park
“Pak Park, bolehkah aku sangat jujur padamu? Bukumu tak akan laris di pasaran.” Ucap Eun Ho, Tuan Park kaget mendengarnya.
“Saat ini orang tak banyak baca buku... Kecuali laris, bukumu takkan terjual lebih dari 3.000 kopi. Artinya 3.000 orang akan mentertawakannya dan 3.000 orang akan bilang itu sampah.” Kata Eun Ho. Tuan Park seperti baru tahu kalau 3.000 orang
“Kurasa aku bisa menulis apa pun yang kumau dan mendapat malu. Lalu aku akan lupa dan dilupakan. Kurasa aku bisa melakukannya.” Kata Tuan Park mulai yakin
“Tapi kami tetap terpikat dengan tulisanmu. Jadi, kami berusaha menjualnya. Semoga bisa buat cetakan kedua dan lebih banyak orang membacanya. Tulisanmu bagus.” Kata Eun Ho memuji. Tuan Park pun mengucapkan  Terima kasih.
“Aku harus minta maaf pada Nona Song. Dia menolongku tiap aku bimbang... Dan dia juga... Nona Kang Dan Yi..  Kata-katanya membuatku tenang kemarin.” Kata Tuan Park melihat Dan Yi dan Hae Rin sedang bermain ombak. Eun Ho kaget karena Tuan Park bisa mengenal Dan Yi. 



Flash Back
Saat Eun Ho dan Hae Rin tidur, Dan Yi turun dari mobil perlahan mengetuk pintu rumah. Tuan Park yang bimbang, sedang minum bir seperti enggan bertemu dengan orang lain. Dan Yi mulai bicara tahu kalau Tuan Park di dalam jadi meminta agar mendengarkan ucapanya saja.
“Aku sudah menghabiskan 11 tahun menjadi ibu rumah tangga. Untuk membesarkan anak, maka aku hiatus bekerja. Aku baru mulai bekerja lagi bulan lalu setelah tujuh tahun tak pernah berkerja.”cerita Dan Yi
“Sebelum aku bergabung penerbit ini, kukira bisa lakukan yang terbaik jika ada yang merekrutku. Namun, saat aku akhirnya dapat pekerjaan, tiba-tiba aku merasa takut. Aku tak tahu apa bisa kerja dengan baik. Bagaimana jika tak bisa? Aku merasa cemas.”akui Dan Yi. Tuan Park terus mendengarkan.
“Tapi, pikiran itu menghilang begitu aku melakukannya. Saat aku mulai lakukan pekerjaanku, ketakutan itu menghilang. Yang tersisa hanya tekadku untuk menjadi lebih baik dan Sekarang aku menikmati pekerjaanku. Aku bahkan menjadi penanggung jawab pemasaran bukumu.” Aku... sangat ingin bekerja dengan baik Cerita Dan Yi bangga. Saat itu juga Tuan Park membuka pintu.
“Bukumu sungguh bagus. Aku ingin bukumu terbit agar bisa dibaca banyak orang.” Ucap Dan Yi tersenyum bahagia.
“Kenapa kau suka bukunya? Jelaskan dengan konkret.” Kata Tuan Park ingin merasa yakin. 


Tuan Park menceritakan Dan Yi  Tidak hanya satu kali tapi membaca berulang kali, bahkan ingat sebagian frasa yang disukai, maka itu alasanya  potong rambut pagi ini dan kembali dengan pikiran jernih. Eun Ho pun tersenyum melihat Dan Yi bisa mengubah hati Tuan Park. 

Eun Ho mengemudikan mobilnya, menatap kaca spion senyumanya tak bisa ditutupi karena Dan Yi dan Hae Rin saling bersandar tidur bersama karena semalaman menunggu Tuan Park.  Akhirnya Hae Ri memperlihatka buku yang sudah dibungkus seperti hadiah.
“Kemarin ini belum ada.” Ucap Hae Rin bahagia. Dan Yi pun ikut senang karena Itu buku yang diterbitkan Hae Rin
“Aku menangis saat buku baru dirilis... Tunggu. Kita tak bisa biarkan hari ini lewat begitu saja.” Ucap Hae Rin. Dan Yi pikir Hae Rin ingin foto bersama tapi Hae Rin malah mengeluarkan dua bir.
“Dari mana kau dapat itu?Apa Kau menyimpannya di dalam laci?” kata Dan Yi tak percaya
“Ini rahasia yang orang tak tahu.” Kata Eun Ho tersenyum bahagia. 


Eun Ho tersenyum melihat foto Hae Rin dan Dan Yi dengan tulisan “Akhirnya, buku kita diterbitkan. Segera!” Na Kyung melihat Eun Ho datang, Eun Ho mengeluh karena Na Kyung pergi setelah menyuruh pegawai menjaga toko. Na Kyung bertanya apakah Eun Ho sudah lama menunggu.
“Kau Berikan saja tasnya.” Kata Eun Ho. Na Kyung pun memberikan tas belanja untuk mantan pacarnya.
“Kau kemari untuk dapat barang gratis, 'kan?” ucap Na Kyung dan berpikir Apa ini cocok jika dipakai Dan Yi.
“Tasnya cantik. Dia bagus pakai apa pun” ucap Eun Ho yakin dengan senyuman bahagia.
“Kau selalu sibuk saat kita berpacaran, tapi kau kemari saat tahu tasnya sudah ada.” Keluh Na Kyung. Eun Ho memang sengaja ingin datang.
“Begitukah? Apa Kau memang mau kemari? Apa Dan-i paham jika kau bilang begitu? Apa Dia akan berpikir kau sungguh sedang di area ini?.. Hei.. Kau Berhentilah bertele-tele dan jujurlah padanya.” Ucap Na Kyung.
Eun Ho malah balik bertanya soal apa,  Na Kyung menegaskan kalau ini tentang Eun Ho yang menyukai Dan Yi. Eun Ho hanya bisa terdiam. 

Dan Yi dan Hae Rin akhirnya minum bersama, Dan Yi pikir saat Hae Rin  bekerja, tampak menyukai pekerjaannya. Hae Rin pikir Dan Yi  juga bekerja dengan keras lalu mengakui kalau  Kegagalan dalam hubungan membuatnya gila kerja.
“Itu aneh. Menurutku kau cantik.... Kau bisa dapatkan pria mana pun yang kau suka.”komentar Dan Yi
“Pria yang kusuka tak menyukaiku... Tepatnya.. Dia tak tahu aku menyukainya.” Kata  Hae Rin. 

Na Kyung menyinggung Eun Ho yang tak jawab menurutnya kalau sangat mencintai Dan Yi dan ucapanya itu tak ada yang salah.  Eun Ho pun mengakuinya kalau mungkin memang menyukai Dan Yi.
“Pria yang kusukai bilang begini padaku suatu hari. Kapan pun dia minum, dia selalu ingin melihat orang ini. Jadi, kapan pun dia minum, maka dia ke rumah wanita itu.” Cerita Hae Rin.
Dan Yi terdiam teringat saat bertanya pada Eun H kemana semalam saat mabuk. Eun Ho mengaku Ke rumah wanita yang disuka, lalu menduga-duga kalau Hae Rin itu menyukai Eun Ho.
“Jadi Itu sebabnya kapan pun aku mabuk, aku pergi ke rumahnya. "Aku juga pergi ke rumah pria yang kusuka saat aku mabuk." Itu alasanku. Tapi dia tak tahu perasaanku padanya.” Akui Hae Rin. Dan Yi pun hanya bisa diam saja. 

“Saat Dan Yi tersenyum, aku bahagia. Saat Dan Yi menangis, hatiku sangat hancur. Saat dia kesulitan, aku pun begitu. Aku rindu saat dia tak ada. Jika itu cinta, maka aku cinta dia.” Akui Eun Ho
“Kau harus memberitahunya kalau begitu.” Komentar Na Kyung
“Tapi aku tak tahu, aku menyukainya sebagai teman atau sebagai pribadi dirinya... Aku tak tahu... Aku ingin tahu perasaanku.” Ucap Eun Ho
Na Kyung pikir Eun Ho terlalu berhati-hati menurutnya Cha Eun-ho yang disukanya itu lebih tak sabaran daripada yang dikenalnya. Eun Ho mengaku kalau meamng berhati-hati bahkan akan sangat berhati-hati hingga orang mengira dirinya ragu-ragu.
“Aku ingin memastikan 100 kali lagi tentang perasaanku padanya dan seberapa kuat perasaannya padaku. Aku juga ingin menunggu hingga perasaanku dibalas olehnya. Dia tak bisa bisa kupacari atau kuputuskan seenaknya. Bagiku, Dan Yi sangatlah penting.” ucap Eun Ho. 


Dan Yi berjalan pulang mengingat kembali pengakuan dari Eun Ho tentang Hae Rin. “Dia ke rumahku saat mabuk untuk bicarakan pekerjaan dan pacarnya.” Lalu menduga-duga kalau Hae Rin menyukai Eun Ho dan Saat Eun-ho minum, akan pergi ke rumah seseorang karena menyukai orang lain.
Hae Rin berdiri didepan rumah Eun Ho lalu meneka bel rumahnya, Eun Ho melihat dari interkom akhirnya membuka pintu. Dan Yi melihat dari kejauhan keduanya bicara. Eun Ho mengeluh Hae Rin yang minum lagi. Hae Rin tak peduli memilih untuk masuk rumah.

Dan Yi pun memilih untuk pergi dan duduk di halte meras  tak punya tempat lain. Saat itu Seo Joon turun dari bus menyapa Nona Daun Bawang bertanya apa yang sedang dilakukan. Dan Yi terlihat bahagia melihat Seo Joon seperti memiliki teman saat Eun Ho sedang bersama Hae Rin.
Bersambung ke episode 6

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar