PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 17 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 7 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Dan Yi menemui Nyonya Seo  kalau punya ide untuk blog menggunakan format salindia.  Nyonya Seo yang baru saja berbicara dengan Hae Rin binggung apa yang dimaksud dengan salindia. Dan Yi memberikan beberapa contohnya.
“Metode ini sedang sangat populer untuk menyampaikan berita karena banyak tampilan visualnya. Kurasa kita bisa pakai metode ini untuk mempromosikan buku kita.” Ucap Dan Yi memperlihatkan berkasnya.
“Kurasa ini sama dengan pratinjau. Pembaca bisa membacanya per halaman. Jadi, kita bisa unggah di media sosial..” ucap Hae Rin. Eun Ho melihat Dan Yi terus tersenyum bahagia.
“Ini ide yang bagus. Kita bisa pilih antara pakai foto atau gambar ilustrasi sesuai genre bukunya. Itu membuat penasaran.” kata Nyonya Seo
“Ide-idemu sungguh hebat, termasuk yang kau lakukan pada Pak Park.” Puji Hae Rin. Dan Yi mengucapkan terima kasih.
“Jadi, Apa kita unggah ini dengan rutin di laman media sosial kita?” tanya Nyonya Seo. Eun Ho pun setuju.
“Bu Seo... Pak Cha... Bolehkah aku yang bertanggung jawab mengunggah kontennya dengan rutin?” tanya Dan Yi
“Apa kau sanggup? Timmu selalu sibuk.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi mengaku bisa melakukannya selama diberi kesempatan.
“Jika kau bisa, kenapa tidak?” ucap Nyonya Seo. Dan Yi mengucapkan  Terima kasih jadi akan melakukan yang terbaik.
“Karena sudah kuberi izin, bagaimana jika kita ke kelab malam ini?” kata Nyonya Seo. Dan Yi bingung.
“Sudah Lupakan. Kurasa pakaianmu tak sesuai... Lain kali pakailah yang lebih bagus.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi pun tersenyum. 


Tuan Kim pergi ke pantry lalu menerima pesan dipapan [PAK BONG MAKAN SIANG DENGAN PENYAIR CHOI HYEONG-SU PUKUL 12.00] wajahnya terlihat sangat marah. Ia akhirnya pergi ke menemui Tuan Bong dengan marah mengaku Tadinya akan lebih baik pada rekan kerjanya itu demi Nyonya Seo. Nyonya Seo yang mendengarnya terdiam.
“Apa Kau ajak Choi Hyeong-su makan siang? Kenapa kau ajak dia makan siang? Kita tak akan terbitkan karyanya.” Ucap Tuan Kim
“Mungkin bukan puisinya, tapi kita bisa terbitkan prosanya... Tidak! Kita tak bisa menerbitkan prosanya!” kata Tuan Bong yakin
“Belum setahun dia dipecat dari majalah!” kata. Tuan Kim. Tuan Bong menjelaskan itu karena majalahnya untuk bidang mode.
“Terserah. Ajak dia ke kafe buku kita dan bicaralah di sana.” Kata Tuan Kim
“Aku ajak dia datang jauh-jauh, Apa hanya untuk segelas kopi?” kata Tuan Bong arah
“Kita bukan badan amal! Kita juga harus hasilkan uang!” tegas Tuan Kim. Tuan Bong makin marah karena Tuan Kim yang  hanya peduli soal uang.
“Apa kau selalu membicarakan uang untuk menekankan bahwa kau presdir?” sindir Tuan Kim. Semua pegawai hanya diam mendengar keduanya adu mulut bahkan Ji Yool ketakutan bersembunyi mendekati Park Hoon.
“Benar. Aku memang gelisah tiap mendekati hari gajian karena aku presdirnya. Bagaimana gaji karyawan? Uang tidak tumbuh!” tegas Tuan Kim. Eun Ho hanya mendengar dan Nyonya Bong menatap dari kejauhan.
“Bukan itu maksudku. Kau juga tak akan memulai bisnis ini jika uang bisa tumbuh dari pohon! Perusahaan kita menerbitkan lima buku terlaris. Apakah itu terasa buruk jika gunakan uangnya traktir penulis yang melarat?” ucap Tuan Bong
Tuan Kim setuju, menyuruh Tuan Bong agar trakti  makanan Korea sederhana dan Jangan yang mahal menurutnya ada batasnya. Tuan Bong menegaskan tak akan menggunakan uang Tuan Kim dan tak akan pakai kartu perusahaan jadi akan bayar dengan uangnya sendiri.
“Aku akan membelikan dia daging Korea.” Ucap Tuan Bong lalu membuang kartu kredit dan pergi. Eun Ho akhirnya mendekati Tuan im.
“Wahh... Aku tak percaya dia manajer tim.” Keluh Tuan Kim.Tuan Bong berteriak kalau Tuan Bong yang merekrutnya.
“Apa kau Pikir menjadi presdir adalah segalanya? Ini sebabnya orang memanggilmu wiraniaga. Bisakah kita sedikit lebih manusiawi? Pikirkanlah! Apa yang kita lakukan di sini? Kita membuat buku! Seharusnya kita tak hidup seperti binatang.” Teriak Tuan Bong
“Apa? "Binatang"? Astaga, aku tak percaya kau bilang begitu.” Balas Tuan Kim. Eun Ho menahan Tuan Kim agar akan bicara dengannya. Tuan Kim berteriak kala belum selesai bicara. 


Eun Ho akhirnya mengejar Tuan Bong sampai ke depan lift, Tuan Bong meminta maaf karena seharusnya tak membuat keributan di depan para staf. Eun Ho tahu Tuan Bong yang mau ke tempat tinggal Pak Choi dan memperbolehkan memakai kartu kreditnya.
“Aku tak mau menggunakan kartu perusahaan... Terima kasih.” Ucap Tuan Bong
“Kau harus bicara dengannya soal penerbitan prosanya. Kita bisa melakukannya bersama.” Ucap Eun Ho menyakinkan.
“Jae-min baru saja bilang dia tak akan melakukannya.” Kata Tuan Bong. Eun Ho mengatakan akan meyakinkannya dan Tim Editorial akan bantu.
“Apa kita tak akan menerbitkan buku puisi?” tanya Tuan Bong. Eun Ho menegaskan Buku puisi tak menguntungkan.
“Itu memungkinkan jika kita tak merugi. Karya sastra bukan spesialisasi kita.” Jelas Eun Ho
“Industri ini sekarat. Mereka berals"Kita tak punya cukup dana." "Buku ini tak menjual." "Tampaknya buku ini tak akan laris." Kalau begini terus, puisi akan mati. Puisi akan menghilang di dunia ini.” Ucap Tuan Bong sedih
“Aku akan bergabung setelah rapat... Aku juga sudah Lama tak bicara dengan Pak Choi... Jadi, mari nanti minum bersama” kata Eun Ho. Tuan Bong menganguk setuju dan mengucapkan terima kasih atas kartunya.



Tuan Bong mencoba menelp Tuan Choi tapi ponselnya tak aktif, akhirnya mengirimkan pesan suara.
“Pak Choi, ini aku. Kenapa tak jawab telepon? Apa kau lupa rencana kita? Temui aku di restoran barbeku. Apa kau tahu yang di sebelah pasar di perempatan lingkunganmu? Temui aku di sana. Kutraktir daging sapi Korea hari ini. Segera hubungi aku begitu kau terima pesan ini.” Ucap Tuan Bong
Tuan Bong sampai ke restoran lebih dulu memesan  Dua porsi daging iga, karena sedang menunggu temannya jadi meminta agar memesan bir lebih dulu. Ia pun mencoba menghubungi Tuan Choi sambil mengumpat marah pada Tuan Kim.

Dan Yi membereskan pantry, teringat kembali yang dikatakan saat di restoran “Aku janda cerai... Sebenarnya, aku juga punya anak. Usianya 12 tahun. Dan usiaku 37 tahun. Mungkin hanya "satu atau dua tahun" lebih tua.” Seo Joon yang shock sampai cekukan.
“Ini sudah berakhir... Itu momen terakhir kami.” Kata Dan Yi lalu mematikan ponselnya karena tak mau berharap di telp dari Seo Joon.
Seo Joon termenung duduk di ruang tunggu, wajahnya pun kebingungan yang akan dikatakan pada Dan Yi. Saat itu perawat memanggil  Pihak keluarga Nyonya Ji In-gyeong. Seo Joon pun bergegas masuk ruangan.
Dan Yi memilih untuk menyibukan diri karena  Jika ditelepon pun tak akan menjawabnya. 

Eun Ho sibuk membeli bahan makanan di supermarket, seperti sangat lengkap. Sementara Tuan Bong berjalan di sekitar lingkungan rumah sambil menelp karena Tuan Choi yang tak menjawab. Saat itu Eun Ho mengeluarkan semua barang dari dalam mobil. Tuan Kim pun memanggilnya.
“Bagaimana Pak Choi?”tanya Eun Ho. Tuan Bong mengaku tak tahu karena Tuan Choi tak menjawab telpnya dan sudah menunggudi restoran jadi mungkin ada di rumah.
“Aku mau mengantar ini.” Kata Eun Ho, Tuan Bong tak percaya Eun Ho membawa banyak bahan makanan.
“Aku tadi beli di perjalanan.”akui Eun Ho, Tuan Bong pun memuji sikap Eun Ho yang baik hati. 

Mereka pun akan menaiki tangga ke rumah atap membawa bahan makanan. Seorang bibi melihat keduanya tahu kalau pasti mau menemui penulis yang tinggal di atap. Keduanya mengangguk.
“Aku merasa tak enak sebab dia selalu menulis seharian di rumahnya. Ternyata Dia masih punya teman yang mampir. Selain itu sudah tiga bulan dia menunggak sewa, tapi aku belum bisa menagihnya. Aku juga bawakan kimchi dan nasi.” Ucap Si Bibi
“Kau baik sekali.” puji Tuan Bong. Si bibi pun mengajak mereka naik ke atas bersama. 

Tuan Bong mengetuk pintu rumah memanggil Tuan Choi tapi tak ada sahutan. Eun Ho juga memanggil Tuan Choi tapi tak ada sahutan, berpikir kalau Tuan Choi ada diluar jadi meninggalkan didepan rumah saja.
“Bagaimana dengan daging babinya?” ucap Tuan Bong. Si bibi pikir tak masalah karena udaranya dingin.
“Tapi apa kau mau kubukakan pintunya?” kata Si bibi menawarkan diri.
Akhirnya Si bibi masuk lebih dulu setelah pintu terbuka lalu memanggil Tuan Choi. Wajahnya kaget, saat itu Tuan Bong dan Eun Ho masuk wajahnya mereka pun tak kalah shocknya. 

Tuan Kim ada di dalam ruangan, Tuan Bong menelp dengan menahan sedih, Ambulance pun sudah datang di rumah Tuan Choi. Eun Ho pun mengurus semuanya. Tuan Kim menerima Tuan Bong meminta maaf menurutnya makan bersama dengan Tuan Choi adalah pengeluaran bisnis.
“Aku sudah bicara dengan Eun-ho. Diskusikanlah soal penerbitan karya prosanya. “ kata Tuan Kim
“Jae-min... Pak Choi... Dia sudah meninggal... Dia tergeletak dan tak bernapas... Andai aku traktir dia saat terakhir bertemu. Aku merasa bersalah soal itu. Andai aku datang lebih cepat...”ucap Tuan Bong tak berhenti menangis karena menyesal.
Eun Ho pun menepuk pundak Tuan Bong agar tabah, Tuan Kim yang mendengarnya terdiam seperti sangat shock. 


Flash Back
Tuan Choi yang makan dengan Tuan Bong merasa  tak ada gunanya menulis puisi bagus, karena Tidak ada yang membacanya. Ia pikir  Puisinya  gratis karena Semuanya ada di internet. Ia menceritakan  Ada bedebah yang mengunggah seluruh buku puisinya.
“Aku akan kaya jika bisa dapat 100 won per puisi.” Keluh Tuan Choi saat bertemu dengan Tuan Bong. Tuan Choi menulis puisi disela-sela pekerjaan.
“Choi Hyeong Soo, Terkadang, dia sadar bahwa dia menulis puisi yang tak menarik, tapi terus melakukannya. Puisi terus bergejolak di hatinya tiap hari dan dia harus menuliskannya di kertas, Itulah dirinya dan begitu caranya jalani kehidupan. Namun, dalam sekejap, dunia kehilangan seseorang yang baik.”
Tuan Bong, Tuan Kim dan Eun Ho mengantar Tuan Choi ke tempat peristirahat terakhirnya. Dua seniornya terlihat sangat terpukul dengan kejadian yang membuat shock. 

Nyonya Seo menatap bangku Tuan Bong yang kosong, Dan Yi mendatangi meja Nyonya Seo memberitahu kalau sudah  menerapkan format salindia pada lima buku yang baru rilis jadi meminta agar bisa melihatnya. Tuan Kim datang melihat kursi Tuan Bong yang kosong
“Sudah berapa lama?” tanya Tuan Kim melihat bangku Tuan Bong yang kosong. Pegawainya menjawab Empat hari.
“Apa Kau Sudah menghubunginya?” tanya Tuan Bong pada Nyonya Seo. Nyonya Seo mengaku belum.
“Cobalah... Jika bukan kau, lalu siapa lagi?” kata Tuan Bong, Nyonya Seo hanya diam saja lalu memuji Dan Yi sudah melakukan Pekerjaan yang bagus. Park Hoon melihat dua seniornya meminta Ji Yool agar tak banyak komentar juga. 

Hae Rin memberikan berkas ke meja Ji Yool memberitahu kalau Beberapa penyair kirim tulisannya jadi meminta agar melihat apakah ada yang bagus dan menunggu laporanya.  Ji Yool bertanya  Bagaimana cara membuatnya.  Hae Rin menegaskan tak akan mengajari Ji Yoolcara melakukan tugasny.
“Itu karena kau tampak tak bersemangat melakukannya.” Ucap Hae Rin sinis
“Bagaimana kau tahu, aku bersemangat atau tidak soal mempelajari pekerjaan?  Kurasa bisa diproses.” Kata Ji Yool
“ Jika kau mau belajar, maka kau akan mencari dan mempelajari laporan-laporan staf senior, alih-alih bertanya padaku!”ucap Hae Rin marah
“Baiklah... Di mana laporan-laporan itu...” tanya Ji Yool, Hae Rin melirik sinis akhirnya Ji Yool ketakutan menutupi wajahnya dengan buku.
Dan Yi melihat Ji Yool kena marah akhirnya menuliskan note. Ji Yool membaca “Ada di perpustakaan kantor. Ikuti aku” Akhirnya Ji Yool pun pergi ke perpustakaan. 


Dan Yi memperlihatkan dua kotak surat pembaca, Ji Yool pikir Ini mudah dengan hanya memasukkan nama penulis, ringkasan, alasan untuk tak menerbitkan dan alasan menerbitkan Lalu  harus mengabari mereka penolakannya.
“ Tapi Failnya banyak.. Apa Kau bisa kerjakan semua? Aku bisa bantu.” Kata Dan Yi bersemangat.
“Sebagai karyawan kontrak, kau sungguh berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lebih.” Kata Ji Yool 
“Semua yang kupelajari pasti berguna suatu hari nanti. Jadi Aku akan baca setengahnya. Aku penasaran dengan karya penulis pemula.” Kata Dan Yi
“Sungguh? Jika bisa, aku sangat berterima kasih.” Ucap Ji Yool bahagia membaca surat pembaca. 

Hae Rin terlihat marah meminum segelas air lalu menceritakan karya Penulis Seo waktu tenggatnya kemarin dan itu tanggal yang baru setelah diundur tiga kali tapi penulis belum kirim apa pun bahkan belum menelepon. Eun Ho mendengar dengan wajah serius.
“Apa aku harus meneleponnya?” tanya Hae Rin, Eun Ho melarang karena lebih baik tunggu saja.
“Apa kau tahu yang dia tulis di Twitter? Dia menulis tiga kata. "Aku sedang..." Maaf yang itu. "Aku sedang bosan." Kenapa dia bosan? Kenapa tak menulis saja? Bagaimana dia bisa bosan? Kenapa tak cepat menulis saat tenggat waktunya dua hari yang lalu?” keluh Hae Rin marah
“Di studio itu bisa membosankan.” Kata Eun Ho membela. Hae Rin mengeluh Eun Ho sebagai penulis jadi memihaknya?
“Dia mengekspresikan kesulitan... Dia tak bisa merengek, karena responsnya pasti sama... Jadi penulis bukan paksaan. Itu pilihan kami. Jadi, kau tak bisa merengek pada siapa pun... Itulah alasan dia menulisnya.”jelas Eun Ho
“Penulis memang menyebalkan.” Ucap Hae Rin kesal. Eun Ho meminta Hae Rin agar membiarkan saja karena ia juga seorang penulis.
“Meleset tenggat waktu itu beban bagi penulis.” Jelas Eun Ho. Hae Rin bisa sedikit tenang.
“Kau makan malamlah nanti bersamaku.” Kata Hae Rin, Eun Ho menolak karena ada rencana.
“Kau akan makan malam bersamaku... Aku telah menghipnotismu.” Ucap Hae Rin menjentikan jarinya didepan wajah Eun Ho.
Eun Ho menegaskan kalau ada rencana. Hae Rin menyakinkan kalau Eun Ho  akan makan malam bersamanya. 



Seo Joon menelp toko bunga, seperti bergegas kalau ingin membeli bung karena akan tiba sekitar 30 menit lagi jadi meminta agar disiapkan lebih dulu. Sementara Eun Ho seperti sedang siaran radio dengan nama acara “Buku di Luar Halaman Cha Eun-ho” dengan memperkenalkan  bintang tamu hari ini.
“Seperti kataku pekan lalu, sudah hadir master novel thriller, Yoo Myeong-suk bersama kita.” Ucap Eun Ho menyapa Nyonya Yoo lebih dulu.  Nyonya Yoo pun menyapa para pendengar.
“Kau akhirnya hadir di acara kami. Kami sudah menunggu” kata Eun Ho, Nyonya Yoo pun mengucapkan terima kasih untuk sambutan hangatnya.
“Dunia sudah banyak berubah. Dulu penulis hanya perlu menulis buku di rumah. Kini, kami harus menghadiri acara pembacaan dan tanda tangan buku.”kata Nyonya Yoo
“Kita bisa mulai dan membahas bukumu.” Kata Eun Ho pada Nyonya Yoo. 

Seo Joon pergi ke toko bunga melihat buket bung berpikir kalau itu pesanannya. Hae Rin yang sedang melihat bunga lainya mengaku kalau itu bungapesanannya. Seo Joon melihat kalau buket bunga  ampuran lisianthus ungu dan eukaliptus. Hae Rin mengaku memesan itu juga.
“Dia adalah Ji Seo Joon!” guuma Hae Rin melihat wajah Seo Joon yang pernah dilihat dalam tabnya.
“Apa kau yang menelepon? Aku baru akan membuatnya.” Kata pegawai toko bunga.
“ Kau bisa ambillah punyaku... Aku bisa menunggu punyaku... Jadi Kau berutang padaku sekarang.” Ucap Hae Rin
“Aku tak mau berutang pada orang asing.”komentar Seo Joon.
“Kita bisa saja sering bertemu dan Kau bisa membalasnya nanti.” ucap He Rin. Seo Joon pun setuju lalu bergegas pergi.
Hae Rin pun meminta untuk membatalkan pesanan bunganya karena mereka akan menemui orang yang sama, lalu meminta maaf dan pergi. 


Eun Ho sudah ada direstoran dengan Nyonya Yoo kalau sudah membawa hadiah yaitu membelikan satu set cream wajah.  Nyonya Yoo pikir tak perlu. Tapi Eun Ho meminta agar Nyonya Yoo agar memakainya dan akan membelikan lagi kalau sudah habis.
“Apa kau suka makanan yang kali terakhir? Kau tampak suka.” Ucap Eun Ho
“Aku tak percaya kau masih ingat.” Kata Nyonya Yoo, akhirnya Eun Ho memesan Set B dua porsi.
“Tidak, tapi untuk empat orang.” Kata Nyonya Yoo. Eun Ho bertanya apakah ada orang lain akan bergabung. Nyonya Yoo pikir Eun Ho akan tahu siapa orangnya. Akhirnya Eun Ho memesan Set B empat porsi. 

Hae Rin berjalan dibelakang Seo Joon yang membawa buket bunga, Seo Joon merasakan Hae Rin berjalan dibelakangnya berpikir kalau sedang mengikutinya. Hae Rin marah dianggap sedang mengikuti Seo Joon.
“Apa Kau pikir aku orang mesum?” ucap Hae Rin marah. Seo Joon mengaku bukan seperti itu.
“Ya, aku pikir begitu... Tapi Kau salah.” Kata Hae Rin kesal, Seo Joon merasa tak pikir begitu.
“Kau berutang dan buat kesalahan... Kau berutang dua hal... Dasar konyol.” Kata Hae Rin berjalan pergi. Seo Joon heran melihat Hae Rin. 

Hae Rin akhirnya menaiki tangga ke lantai dua, Seo Joon mengikutinya. Hae Rin sempat melirik sinis, Seo Joon terlihat binggung. Tapi akhirnya Hae Rin menaiki tangga lebih dulu sambil tersenyum bahagia. Eun Ho melihat Hae Rin terlihat kaget.
Hae Rin pun menyapa Nyonya Yoo lebih dulu, Nyonya Yoo mengaku Aku baik-baik saja. Eun Ho tak percaya kalau Hae Rin sebagai tamu Nyonya Yoo. Hae Rin mengejek sudah mengatakan akan makan malam bersama. Eun Ho pun bertanya Siapa tamu satu lagi

“Hei... Kemari, Seo Joon” kata Nyonya Yoo. Eun Ho terlihat kaget melihat Seo Joo yang datang.
“Kita bertemu di sini dan bertemu di toko bunga saat datang kesini” ucap Hae Rin menyapa
“Selamat atas bukumu.” Ucap Seo Joon memberikan buket bunga. Nyonya Yoo terlihat bahagia karena itu bunga yang disukainya.
Seo Joon akhirnya duduk bertanya manuskripnya dan meminta izin agar dilihatnya. Hae Rin dan Eun Ho menahan tangan Seo Joon kalau tak boleh melihatnya. Eun Ho melarang karena Seo Joon  bisa bernasib sial bahkan bekerja untuk penerbit lain.
“Nyonya Yoo.. Kurasa mereka tak mau kerja denganku. Bahkan tak boleh kusentuh.” Sindir Seo Joo.
“Astaga...Apa Kau akan bekerja dengan kami? Kau bisa mengintipnya...” kata Hae Rin luluh. Eun Ho langsun melarangnya.
“Kurasa kalian saling mengenal Maka akan mudah mendiskusikannya. Aku ingin Seo Jun mendesain sampul bukuku.” Kata Nyonya Yoo
“Aku belum memutuskannya. Aku mau lihat cara mereka perlakukanku dulu.” Kata Seo Joon.
“Kalian bersikap Baik-baiklah padanya. Dia desainer yang sempurna untuk bukuku.” Kata Nyonya Yoo
“Kau berutang padaku, jadi Kau juga harus membayar kesalahanmu. Kenapa tak gabung saja?” kata Hae Rin
“Aku juga belum memutuskan, jadi Aku harus membaca naskahnya dulu.”tegas Eun Ho dengan harga dirinya. 


Ketiganya mengantar Nyonya Yoo sampai naik mobil. Eun Ho bertanya Hae Rin akan naik apa. Hae Rin mengaku rumahnya dekat jadi bisa jalan kaki lalu pamit pulang lebih dulu.
“Kau Bisa bawa naskahnya besok? Pak Kim harus mengeceknya.” Pesan Hae Rin akhirnya berjalan pergi.
Seo Joon mengajak pulang bersama karena mereka tetangga dan juga ingin bertemu Dan Yi. Eun Ho ingin tahu alasanya karena mengira Seo Joon  tak mau menemuinya. Seo Joon pikir tak ada alasan untuk bertemu karena membawa hadiah untuknya.
“Aku tak mau kau menemuinya.” Ucap Eun Ho, Seo Joon tak percaya Eun Ho mengatakan sangat jelas sekali.
“Tujuanmu juga jelas.” Komentar Eun Ho, Seo Joon pikir Eun Ho yang  memulai, harus berhenti duluan.
“Hei, berhenti temui Dan Yi” ucap Eun Ho. Seo Joon pikir menolak juga.
“Kau terkejut setelah tahu tentang Dan Yi. “ejek Eun Ho. Seo Joon tahu yang dimaksud karena sebelumnya sudah menjatuhkan pisau, menyemburkan air dan tersedak.
“Itu semua hanya kebetulan.”tegas Seo Joon. Eun Ho  pikir tak akan cukup.
“Alam bawah sadarmu berikan efek tiga kali lipat Keseluruhan tubuhmu menolak Dan Yi” kata Eun Ho lalu masuk ke dalam mobil. 


Seo Joon langsung duduk disamping Eun Ho, ingin menumpang karena Dan Yi yang tak menjawab teleponnya, Eun Ho pikir  Mungkin diblokir nomornya. Seo Joon mengaku akan menanyakan sendiri. Eun Ho mengaku tahu umur Seo Joon itu 29 tahun. Seo Joon pikir tak ada yang salah.
“Aku tiga tahun lebih tua darimu.” Kata Eun Ho, Seo Joon pikir umur tak penting.
“Aku akan menemui wanita yang kau perlakukan sebagai kakak. Saat aku menjatuhkan pisau, aku lupa soal umurnya.” Tegas Seo Joon. 

Eun Ho sampai depan rumah berharap dalam hati kalau Dan Yi  tak ada di rumah. Seo Joon akhirnya menuruni mobil. Eun Ho pikir lebih baik mengabaikan kecerdasan, rasionalitas, kesadaran,  dan etikanya jadi  Seharusnya tak membiarkan Seo Joon untuk ikut.
“Aku sungguh menyesal... Kau bisa memberikan ini pada Dan Yi. Dan bilang padanya aku tunggu di sini.” Ucap Seo Joon memberikan tasnya. 

Dan Yi melihat Eun Ho pulang bertanya apakah sudah mendapat naskah Bu Yu Myeong-suk. Eun Ho langsung menyembunyikan tas dibelakang badanya. Dan Yi pikir kalau itu Naskah yang disembunyikan agar bisa melihatnya. Eun Ho mengaku bukan karena  Naskahnya adan di mobil.
“Naskah tak akan seberat ini.” Ucap Eun Ho. Dan Yi ingin tahu apa itu. Eun Ho mengaku kalau itu miliknya.
“Aku mau lihat.” Kata Dan Yi. Eun Ho melarang. Dan Yi menolak. Dan Yi makin penasaran. Eun Ho pun akhirnya masuk ke dalam kamar. 

Eun Ho dengan wajah kesal memasukan tas dari Seo Joon menyuruh agar menunggu semalaman karena Dan Yi tak akan keluar. Suara hati Eun Ho kembali datang memperingatkaan kalau sikapnya itu tak benar karena tahu Dan Y juga sangat menyukai Seo Joon
“Jadi.. Kau mau aku bagaimana?” tanya Eun Ho, Suara hatinya menegaskan  Cinta bukan soal memiliki.
“Kau tak bisa memilikinya hanya karena ingin, jadi Hentikan.” Kata suara hatinya.
“Aku sudah menyesali hidupku setelah melepaskannya. Seharusnya dulu aku tak melepaskannya. Aku tak akan menyesal lagi.” Kata Eun Ho
“Aku juga tahu itu. Setelah dia bilang menyukainya, Dan Yi terus menatap ponselnya. Dia menunggu Ji Seo Joon menelepon.” Cerita Suara hati Eun Ho. 


Dan Yi sudah ada didapur mengajak makan buah karena Eun Ho yang belum makan malam. Seo Joon memberikan sebuah boneka, Dan Yi bertanya dari mana mendapatkanya.  Eun Ho memberitahu kalau itu dari Seo Joon. Dan Yi kaget dan binggung.
“Kau Keluarlah. Dia menunggumu.” Ucap Eun Ho kembali mengalah lagi.
“Sungguh? Di mana kau bertemu dia?” tanya Dan Yi. Eun Ho pikir Dan Yi   bisa tanya padanya.
“Hei. Aku tak tampak lusuh, 'kan Untung aku belum menghapus riasanku. Hei.. dimana cermin?” kata Dan Yi terlihat gugup lalu pamit keluar dari rumah. 

Dan Yi penuh semangat pergi menemui Seo Joon yang sudah menunggu. Keduanya terlihat sangat bahagia setelah terjadi kesalahpahaman kemarin. Dan Yi pun seperti senang Seo Joon datang bahkan memberikan bunga. Eun Ho hanya bisa menatap sedih melihat Dan Yi yang dekat kembali dengan pria setelah merelakan pergi bersama Dong Min.
Bersambung ke episode 8

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar