PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 24 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Hae Rin melihat salju yang turun di depan jendela cafe, Seo Joon terlihat ikut terpana meihat salju yang turun sangat indah sekali. Akhirnya keduanya tiba-tiba sama-sama mengeluarkan ponselnya, Seo Joon menuliskan pesan.
“Dan Yi, kau sibuk? Bisakah kita bertemu?” Tapi ponsel Dan Yi tertinggal di ruang kerja.
Hae Rin ingin menuliskan pesan juga untuk orang yang dicintainya “Eun-ho, salju turun. Apa Kau melihatnya?” tapi terlihat ragu untuk mengirimkan pesan. Eun Ho pun sudah tak ada diruangan.
“Salju membuatku terpikir seseorang.” Akui Seo Joon dengan senyuman bahagia. Hae Rin juga menganguk karena memikirkan Eun Ho.
Eun Ho dan Hae Rin sedang ada di luar rumah menikmati salju yang turun. Seo Joo menunggu pesan balasan Dan Yi tapi tak kunjung datang berpikir kalau sedang sibuk.  Hae Rin pun sedih karena Eun-ho tak membalas pesan lagi.
Dan Yi mengingat status di SNS Eun Ho “ Alih-alih "Aku mencintaimu", Sōseki Natsume bilang, "Bulannya indah." Itu malam yang mengingatkanku padanya.”  Ia membahas apakah Eun Ho mengingatnya kalau memberitahu  tentang si penulis. Eun Ho mengaku ingat.

“Itu sebabnya kubilang kepadamu, "Bulannya indah." Aku baru mengatakan lagi... Aku bilang padamu saljunya indah... Indah, 'kan?” ucap Eun Ho. Dan Yi terdiam menatap Eun Ho seperti merasakan sesuatu.
Eun Ho ingin membersihkan kepala Dan Yi dari salju tapi Dan Yi menghindar. Eun Ho mengejek Dan Yi berpikir tiba-tiba merasa tertarik denganya. Dan Yi akhirnya membiarkan kepalanya dibersihkan oleh Eun Ho, lalu teringat kejadian sebelumnya.
Flash Back
“Anggap kau mulai menyukai seorang wanita. Tapi dia delapan tahun lebih tua, janda, dan punya anak. Bukankah kau akan mundur?” ucap Dan Yi
“Itu tak membuatku mundur... Itu semua tak menggangguku.” Kata Eun Ho menatap Dan Yi dengan wajah serius
“Apa Kau mau berkencan dengan janda cerai? Hei... Sadarlah.” Keluh Dan Yi
“Bagaimana jika aku tetap suka?” kata Eun Ho menantang. Dan Yi memukul Eun Ho agar sadar  Eun Ho merasakan sakit mengaku Berkat Dan Yi dirinya terlalu sadar menurutnya wanita itu terlalu naif untuk tahu perasaannya. 


“Apa... kau... Apa kau... menyukaiku?” ucap Dan Yi menatap Eun Ho seperti tak percaya. Eun Ho terdiam seperti waktunya berhenti sejenak, akhirnya memilih untuk masuk rumah.
“Kenapa dia tak bilang tidak? Maksudku, dia seharusnya bilang tidak.” Keluh Dan Yi heran.
Eun Ho yang terlihat santai masuk ke rumah tiba-tiba kakinya terasa lema karena hampir ketahuan dan langsung ditolak. Dan Yi pun masih memikirkan dengan sikap Eun Ho padanya. 

Hae Rin dan Seo Joon akhirnya keluar dari cafe,  Hae Rin mengatakan  akan menghubungi saat kontraknya siap. Seo Joon dan Hae Rin berpisah jalan, tapi keduanya sama-sama menatap ponsel berharap-harap menunggu balasan pesan, lalu  melihat ada poster [SYAIR UNTUK MUSIK PAMERAN SENI]

Dan Yi masuk rumah  mengajak untuk bicara. Eun Ho seperti ingin menghindar. Dan Yi mengeluh Eun Ho yang  tak menjawab. Eun Ho malah balik bertanya Dan Yi yang tanyakan hal semacam itu. Dan Yi meminta aar Eun Ho mengatakan tidak.
“Ini Tidak benar, 'kan? Aku pasti salah paham, 'kan? Itu akan lebih mudah untuk kita berdua.” Ucap Dan Yi
“Jika itu membuatmu lebih tenang, silakan berpikir begitu.” Kata Eun Ho akan bergegas pergi.
“Apa Kau bercanda? Ayolah. Kita harus menyelesaikan itu hari ini.” Tegas Dan Yi
“Jawabanku tidak. Apa Sekarang beres?” tegas Eun Ho lalu bergegas masuk ruagan karena akan mulai membaca.

Eun Ho mulai membaca tulisan yang harus diketik tapi Dan Yi malah sibuk menjelajahi wajahnya dengan pensil saat melihat Eun Ho yang memegang pensil karena bisa merasakan kalau pensil itu seperti pernah berjalan di sekitar wajahnya.
Ia mencoba merasa apa yang menyentuh wajahnya saat tertidur di bahu Eun Ho, seperti Dan Yi tak tahu kalau Eun Ho menyentuh dengan jarinya. Eun Ho tersadar melihat Dan Yi yang menjelajahi wajahnya dengan penghapus.
“Kita Fokus. Oke? Aku bilang tidak berpikir yang lain” kata Eun Ho sambil memukul Dan Yi dengan pensilnya.
“Beraninya kau. Aku lebih tua.” Kata Dan Yi marah. Eun Ho merasa  bosan dengar itu dengan sengaja memanggilnya “Nuna”
“Ini aneh sekali. Saat aku menaruh kepalaku di bahumu selama beberapa menit, aku sungguh merasakan hal aneh... Aku merasakannya.” Kata Dan Yi
“Hal yang aneh? Seperti apa?” tanya Eun Ho. Dan Yi mengaku  Rasanya seperti tangan seseorang membelai wajahnya.
“Kau mendengkur... Apa Kau memikirkan hal-hal nakal?” ejek Eun Ho, Dan Yi menegaskan tak mendengkur.
“Aku tak pernah mendengkur, seumur hidupku... Aku yakin benar.” Tegas Dan Yi
“Kau mungkin langsung bisa baca saat kau dilahirkan.” Ejek Eun Ho, Dan Yi tak ingin membahasnya lagi menyuruh Eun Ho untuk membaca lagi. 


Eun Ho ingin mendekat karena melihat layar komputer tapi Dan Yi terlihat gugup langsung menjauh. Akhirnya Eun Ho mulai membaca kembali kalimat yang akan diketik lalu
“Aku hanya penasaran.... Apakah Kalau aku suka kau?” ucap Eun Ho, Dan Yi menegaskan kalau itu konyol.
“Apa yang konyol? Pria menyukai wanita.” Kata Eun Ho, Dan Yi menyuruh Eun Ho membaca lagi karena mereka harus kerja besok. Eun Ho ingin kembali bekerja tapi memilih untuk kembali bicara. 
“Tapi bukankah kau seharusnya senang jika aku punya perasaan padamu? Di mana bisa temukan pria sepertiku? Aku adaah pria idaman, tampan dan cerdas. Semua bukuku laris. Semua mengatakan padaku... Semua berkata aku genius, tapi rendah hati.” Kata Eun Ho bangga.
“Astaga, kau perlu dimarahi.” Ucap Dan Yi memukul keras punggung Eun Ho
“Dan Yi, kau harus memikirkannya. Jika kau menerimaku... Aku akan...” kata Eun Ho dan Dan Yi kembali memukulnya.
Eun Ho mengeluh karena sakit dan mencoba menghentikan dengan memegang dua tangan Dan Yi, Dan Yi mencoba melepaskan tapi Eun Ho memegang dengan erat. Eun Ho mengaku kalau akan bersikap baik pada Dan Yi, keduanya akhirnya saling menatap.
“Haruskah aku suka padamu? Apa aku harus menyukaimu saja? Jika ya, apa kau akan menyerah dan berpacaran denganku?” ucap Eun Ho,
Dan Yi mencoba melepaskan tanganya memperingatkan Eun Ho Jangan bersikap menyebalkan. Eun Ho memegang erat tangan Dan Yi agar tak terlepas.
“Kau sebenarnya cukup manis, Dan Yi... Dan cantik... Aku mencintaimu, Dan Yi” akui Eun Ho blak-blakan lalu memberikan senyuman manisnya.
Dan Yi menatap dalam Eun Ho langsung menyeruduk dengan kepalanya. Eun Ho melepaskan tangan Dan Yi memegang wajahnya yang terasa sakit. Dan Yi memperingatkan Eun Ho agar Berhenti berakting sambil mengeluh harus gunakan kekerasan untuk menyadarkannya. Eun Ho pun kembali membaca. 


Hae Rin menikmati lukisan yang ada didepanya, wajahnya terlihat sendu. Seo Joon pun melihat pameran lukisan sampai akhirnya sampai didepan lukisan dan tak sengaka bertemu kembali dengan Hae Rin yang berdiri disampingnya.
“Kukira kau ada kegiatan lain.” Ucap Hae Rin. Seo Joon pikir kalau Hae Rin seperti itu karena sudah berkirim pesan.
“Kurasa dia tak menjawab.” Kata Hae Rin. Seo Joon bertanya Kenapa datang sendirian. Hae Rin mengaku ingin bertanya seperti itu juga. Lalu keduanya pun tertawa. 

Dan Yi mengambil tumpukan surat yang masuk, lalu memilah-milah surat untuk Tuan Kim, Nyonya Go dan juga Eun Ho. Ia lalu tersadar sedang ada dikantor jadi harus memanggil Tuan Cha. Ia melihat surat dengan tulisan tangan, untuk Pak Kang Byung Jun.
“Apa Ini dari penggemarnya?” pikir Dan Yi. Nyonya Seo datang menghampiri Dan Yi menyapa sebagai teman yang sudah lama tak jumpa. Dan Yi pun menyapa Nyonya Seo dengan sopan.
“Hei, ayolah. Kita sudah memutuskan untuk berteman... Jangan seperti itu. Mari berteman. Hei, apa kabarmu tadi?” kata Nyonya Seo mencoba ikut menari-nari seperti yang dilakukan Dan Yi sebelumnya. 

Keduanya pun masuk lift sambil melompat-lompat,  Nyonya Seo tahu kalau Dan Yi  pasti sangat sibuk bertanya apakah sudah selesai mendigitalkan manuskrip, Dan Yi mengaku sudah. Nyonya Seo pun mengajak Dan Yi untuk pergi ke club lagi.
“Aku sudah berlatih agar tak kalah dengan Macan Gangnam.” Kata Nyonya Seo penuh semangat mengoyangkan kepala dan badanya. Dan Yi mencoba mengikutinya.
“Itu sangat seksi, Kawan... Akan aku lakukan tari kekuatan, hanya untukmu.” Kata Nyonya Seo bangga mereka menamakan tari kekuatan dengan Pose akhir yang bagus

Saat mereka membuat pose terakhir, pintu lift terbuka. Nyonya Go menatap sinis pada keduanya. Dan Yi menyapa Nyonya Go layaknya seperti kawan, tapi Nyonya Goo tetap diam dengan tatapan dingin. Akhirnya Dan Yi menyapa dengan sopan.
“Bagaimana kabarmu? Pak Cha dan aku sudah selesai mendigitalkan naskah Bu Yu. Mulai hari ini aku kembali ke kantor.” Kata Dan Yi
“Ini ulang tahun pertama bayi Pak Oh. Tolong carikan hadiah.” Perintah Nyonya Oh dingin.
“Hadiah apa yang bagus?” tanya Dan Yi. Nyonya Goo menyuruh Dan Yi untuk memikirkanya.
“Sesuatu yang mewah dan kreatif. Jangan tanya dan pikirkan saja.” Ucap Nyonya Go. Dan Yi mengerti dan akan mengurus nanti sore.
“Wanita sombong itu. Menjengkelkan sekali.” keluh Nyonya Seo setela Nyonya Go masuk ruangan. 


Buku “SEMESTAMU” dibawa oleh tim pemasaran, Hae Rin terlihat senang melihatnya. Si pria yakin Hae Rin pasti sangat bangga karena menurutnya Buku ini tampak hebat. Hae Rin sudah tak sabar melihat buku hasil karyanya.
“Aku sudah kirim satu untuk Profesor Kang, langsung dari gudang.” Kata Tim penasaran. Hae Rin pun mengucapakan terima kasih karena sudah menunggu.
“Aku selama ini cemas, tapi tampak sangat bagus.” Kata Hae Rin. Semue memberikan selamat dan memuji. Hae Rin mengucapkan Terima kasih.

Dan Yi membawakan buku pada Tuan Kim kalau terbitan baru  suda keluar. Tuan Kim langsung mencium buku “Semestamu” lalu meraskan seperti bau dari panas percetakan dan bisa menciumnya yaitu  bau penjualan terbaik. Dan Yi mengaku juga seperti itu.
“Kurasa buku ini akan sukses.” Kata Dan Yi. Tuan Kim memuji Dan Yi  sungguh paham.
“Kau mau bertaruh tentang jumlah penjualan?” kata Tuan Kim. Dan Yi pikir itu bagus dan meminta Tuan Kim menyebutkan angkanya dahulu.
“Kurasa akan terjual 5.000 eksemplar.” Ucap  Tuan Kim. Dan Yi pun mengusulkan  langsung membuat cetakan kedua.
“Bukunya bahkan belum masuk toko buku.” Goda Tuan Kim 

Dan Yi pun membawakan buku pada Nyonya Goo,  memberitahu kalau baru saja terima cetakan final “Semestamu” dan pamit pergi. Nyonya Goo membacanya lalu menahan Dan Yi, wajahnya terlihat tegang. Tuan Kim yang baru membaca bukupun terlihat kaget.
“Halo, Profesor. Kau dapat bukunya, 'kan? Hasilnya sangat baik, sesuai rencana. Bahkan tak perlu kubahas betapa sempurnanya tulisanmu. Dan aku senang kita tetap ingin memakai sampul keras. Tampak luar biasa dan klasik. Memikat...” ucap Hae Rin menelp dengan penuh semangat.
Dan Yi mendekat dengan wajah gugup karena Hae Rin sedang menelp. Hae Rin terlihat kaget lalu membawa bagian depan buku [PENULIS KANG GYEONG-JU DARI 1998 SAMPAI 2006, DIA NATIONAL INSTITUTE OF STANDARDS AND TECHNOLOGY AMERIKA]
“Ya, Aku baru memeriksa... Profesor.. Aku mengerti.” Kata Hae Rin terlihat panik lalu terdengar teriakan Tuan Kim yang panik 

“Hae-rin.... Kau belum kirim buku Profesor Kang, 'kan?” ucap Tuan Kim. Pegawai pemasaran mengatakan sudah mengiriminya satu langsung dari gudang.
“Kau penanggung jawabnya... Kenapa kirim buku tanpa periksa biografi penulis?” kata Nyonya Goo sinis.
Hae Rin langsung melirik sinis pada Ji Yool, seperti Ji Yool tak sadar kalau itu kesalahanya.
Flash Back
Hae Ri memberikan berkas biografi penulis buku “Semestamu” menyuruh Ji Yool untuk meakukan riset dan tambahkan detailnya. Ji Yool menganguk mengerti.
“Aku mengecek kembali semuanya pada biografi dari Nona Song, juga yang kutambahkan sebelum kukirim. Apa Ada yang salah?” ucap Ji Yool polos.

“Ji Yool, ada beberapa info penting hilang.” Kata Eun Ho. Ji Yool bertanya  Bagian mana?
“Di sini tertulis dia adalah NIST dari 1998 hingga 2006... Apa Dia adalah NIST? Bagaimana mungkin?” kata Eun Ho.
“Ini buku yang ditulis ahli fisika... Kenapa kata "ahli fisika," tak ada di biografi?” ucap Song Il
“Maaf. Seharusnya aku mengecek kembali biografinya sebelum mengirimkan perintah cetak.” Kata pria bagian pemasaran.  Hae Rin pun membungkuk meminta maaf mengaku kalau itu kesalahanya.
“Tentu saja salahmu... Kau kini asisten manajer tahun ketiga. Apa Kau tak lagi peduli tugas dasar? Kau pikir itu buang-buang waktu, 'kan? Apa Kini kau anggap remeh pekerjaan setelah merasa cukup belajar? Apa Kau mau berhenti?” ucap Nyonya Go. Hae Rin kembali meminta maaf.
“Kesalahan biografi penulis tak bisa diremehkan... Buat permintaan maaf tertulis.” Ucap Eun Ho. Hae Rin menganguk mengerti.
“Aku sungguh minta maaf. Akan kubereskan.” Kata Hae Rin sangat malu dimarahin didepan semua pegawai.
“Hae-rin, kau jarang buat kesalahan.” Keluh Nyonya Goo berjalan pergi dan juga Tuan Kim. 


Tuan Bong pikir mereka bisa tempel stiker saja. Eun Ho menegaskan harus cetak ulang karena Para profesor bisa sangat sensitif tentang biografi. Pegawai yang lain juga setuju,  Selain itu, Profesor Kang sangat cerewet.
“Saat aku siapkan kuliah penulisnya dua tahun lalu, stres karena menghadapinya membuat kepalaku botak sebagian.” Ucap Pegawai lain
“Lalu kurasa kita hanya bisa mencetak ulang? Maksudmu, semua, 5.000 eksemplar? Karena memakai sampul keras, akan sangat terlihat jika hanya mengganti satu halaman.” Ucap Pegawai lain kebingungan
“Tapi bukankah itu pemborosan?” komentar Nyonya Seo tapi yang lain berpikir ganti sampulnya saja.
Hae Rin tak bisa menahan amarahnya mengambil kotak soju pada lacinya, Dan Yi panik mencoba menutupinya karena Hae Rin langsung menghabiskanya.
“Menempelkan stiker harganya jauh lebih murah. Tapi tak akan tampak bagus. Jadi, kita harus...” kata Eun Ho lalu terdiam melihat Hae Rin yang minum soju saat waktu kerja.
“Ji.. Yool.... Kau Ke ruang rapat. Sekarang.” Ucap Hae Rin lalu berjalan lebih dulu. Ji Yool mengikuti dengan wajah ketakutan. Park Hoon ikut melihat dari kejauhan dengan wajah sedih memberikan semangat.
Nyonya Seo binggung melihat Hae Rin yang bisa minum soju, Tuan Bong pun binggung bertanya-tanya Kapan Hae Ri. mendapat soju ini?

Eun Ho akan membuka laci Hae Rin, Dan Yi menahanya agar Eun Ho tak membukanya. Eun Ho tetap menariknya dan semua tumpukan Soju ada didepanya akhirnya menyuruh Dan Yi untuk membuang semuanya. Dan Yi pun tak bisa menolaknya, menganguk mengerti.
“Kalian semua tak melihat semua itu. Paham? Jangan bilang apa pun pada Pak Kim dan Bu Go. Paham, 'kan?” kata Tuan Bong memperingatkan semuanya. Song Il pikir Ji Yool pasti sudah tamat nasibnya sekarang. 

Hae Rin menatap Ji Yool berdiri didepanya, lalu membuka jaketnya seperti sudah siap memberikan pelajaran, tapi ia melampiskan amarah dengan membanting jaketnya diatas meja. Ji Yool pun hanya bisa terdiam dan terlihat ketakutan.
“Singkat saja, Ji Yool.... Bagaimanapun kujelaskan, kau tak akan mengerti. Aku akan senang jika kau memberikan surat pengunduran diri dan pergi, tapi terserah padamu, karena ini hidupmu.”tegas Hae Rin
“Tapi Apa kau tahu, 5.000 eksemplar itu adalah tubuh dan darahku! Aku jelas tak bisa memusnahkannya. Semua stikernya harus sudah terpasang besok pagi.” Kata Hae Rin lalu keluar dari ruangan.
“Bisa tunjukkan caranya?” ucap Ji Yool menahan tangis. Hae Rin langsung menatap sinis.
“Aku akan cari tahu sendiri.” Kata Ji Yool akhirnya menangis memanggil ibunya karena sangat takut.


Hae-rin dari Penerbit Gyeoroo menelp percetakan  kalau ingin memesan stiker. Eun Ho mendengarnya mencoba menahanya, tapi Ha Rin yang marah terus berbicara ditelp kalau akan mengirimkan email tentang ukuran dan isinya.
“Apa Kau sungguh akan melakukan ini?” ucap Eun Ho. Hae Rin mengatakan bukan dia tapi Ji Yool yang akan melakukannya.
“Aku butuh setahun untuk membuat buku ini. Tak akan kubiarkan semuanya dihancurkan hanya karena kita tak tulis satu frasa. Aku tak bisa biarkan itu terjadi. Aku juga tak mau menempelkan stiker. Namun... aku tak bisa biarkan 5.000 eksemplar menjadi serpihan kertas.”Tegas Hae Rin menahan tangis.
“Seharusnya kita terbitkan 2.000 eksemplar saja. Seharusnya kita tak membuat sampul keras.” Komentar Tuan Bong
“Ji Yool.... Kau harus ke gudang dan bereskan.” Ucap Eun Ho, lalu memastikan pada Hae Rin stikernya akan dikirim ke gudang. Ji Yool dengan wajah tertunduk pergi dengan membawa tas kesayanganya. 


Seo Joon pergi ke rumah sakit, melihat Seorang ibu yang baru saja memandikan pasien memujinya tampak sangat cantik setelah mandi tapi malah sangat membenci ketika mandi. Seo Joon tersenyum bahagia melihat si ibu. Akhirnya duduk bersama dengan perawat.
“Apa wanita itu masih sangat merepotkan Ibu saat mandi?” ucap Seo Joon. Nyonya Ji mengaku hanya sedikit saja.
“Ibu harus berhenti melakukannya, karena Aku cemas... Ibu harus menjaga kesehatan. Apa Kau tak dengar perkataan dokter? Katanya ibu baik-baik saja. Tak ada yang bisa pulih total dari kanker.” Ucap Seo Joon khawatir.
“Berdiam diri memperburuk penyakit ibu. Ibu di sini bukan bekerja sosial. Bahkan Ibu di sini agar lebih baik. Ibu sangat bersyukur setiap kali datang ke sini... Berkat kau, ibu bisa hidup... Kau cuti dari sekolah untuk merawat ibu.” Kata Nyonya Ji. Seo Joon pikir itu hanya sepekan sekali saja.
“Omong-omong, kemarin turun salju... Apa Kau berkencan dengan wanita tinggi?” ucap Nyonya Ji. Seo Joon heran Nyonya Ji yang mengatakan itu.
“Tunjukkan fotonya... Kau janji akan tunjukkan fotonya.” Ucap Nyonya Ji penuh semangat.
“Kubawa fotonya lain kali... Tapi Alih-alih foto... Ini hadiah.” Kata Seo Joon memberikan sesuatu pada ibunya. Nyonya Ji terlihat sangat bahagia melihat sebuah kartus pos.
“Ini lukisan Ju Mi-hyeon... Lebih bagus dilihat langsung. Mari pergi bersama sebelum pamerannya berakhir.” Kata Seo Joon. Ibunya pun mengucapkan terimakasih.
“Dan Ini buku yang baru-baru ini kudesain, kurasa Ibu mungkin suka yang ini. Bagaimana menurut Ibu?” kata Seo Joon. Nyonya Ji pun mengucapakn terimakasih. 


Ji Yool sampai di percetakan, menatap sedih dalam taksi. Saat  itu supir taksi memberitahu Kartu kreditnya tak bisa dipakai. Ji Yool binggung lalu memberikan kartu yang lain. Sopir mencoba lagi, tapi kartunya tetap tak bisa.
Ji Yool akhirnya memberikan dua kartu yang lain , dan keduanya tak bisa. Wajah supir taksi terlihat menahan kesal. Ji Yool mengeluarkan semua uang dalam dompetnya lalu memberitahu kalau kurang 300 won. Sopir pun berbaik hati tak masalah. 

Ji Yool hanya bisa melonggo binggung dengan banyak tumpukan buku yang tinggi, lalu menyapa sebuah pegawai kalau memberitahu dari Penerbit Gyeoroo. Si pria tahu tentang Stiker lalu menujuk ke arah tumpukan kardus. Ji Yool pun melihat tumpukan kardus yang masih tersusun rapih.
“Aku bisa melakukan ini... Aku bisa melakukan ini. Ya, aku bisa.” Ucap Ji Yool memberikan semangat lalu membuka jaketnya.
“Permisi. Di mana tempat gantung mantelnya?” tanya Ji Yool. Si pegawai berpikir akan memegangnya saja lalu menaruh diatas tumpukan kardus. Ji Yool melihatnya akhirnya menaruh tas kesayangan.
“Tunggu di sini sebentar, Sayang... Jangan sampai terluka...” ucap Ji Yool pada tas kesayangan. S pegawai yang melihatnya hanya bisa melonggo. 

Ibu Ji Yool menelp anaknya, Ji Yool merengek pada ibunya berpikir untuk berhenti bekerja karena bahkan tak dibayar mahal jadi lebih baik  pulang saja meminta agar ibunya menuliskan surat pengunduran dirina.
“Astaga, tidak. Kau harus bekerja di sana setidaknya tiga bulan. Jika kau mau menikah, maka kau harus bekerja di sana setidaknya tiga bulan. Belakangan ini pria suka wanita bekerja. Kau bisa berfoto dengan rekan kerjamu pada pernikahanmu. Selain itu, kau tak mau calon mertuamu berpikir kau tak bekerja, lalu Berhentilah setelah menikah.” Jelas Ibu Ji Yool
“Ibu, bisakah setidaknya aktifkan kembali kartu kreditku? Aku tak punya cukup uang untuk pulang malam ini.” Kata Ji Yool merengek tapi ibunya sudah menutup telpnya. 

Eun Ho menerima telp lalu memberikan senyuman pada Dan Yi yang duduk diseberangnya. Dan Yi terlihat binggung. Eun Ho akhirnya berdiri memberitahu semua pegawai kalau mereka mendapat tambahan pesanan untuk dua buku. Semua pegawai langsung menjerit bahagia.
“Buku pertama adalah...” kata Eun Ho mengangkat satu buku. Tuan Bong bahagia karena itu buku hasil kerjanya yang menyunting buku itu.
“Ini pesanan tambahan keenam untuk buku itu... Apa kubilang? Sudah kubilang akan sukses.” Ucap Tuan Bong bangga
“Kau bercanda? Itu karena strategi pemasaran yang baik.” Keluh Nyonya Seo. Tuan Bong tak banyak komentar hanya memuji mereka semua yang sudah berkerja dengan baik.
“Dan buku lain...”KASTEL TERPENCIL DALAM CERMIN” ucap Eun Ho. Song Il menjerit bahagia karena itu buku miliknya.
“Tak kusangka bukuku dapat pesanan tambahan.” Kata Song Il. Semua pun memberikan selamat.
“Tapi bukan Song Il yang harus diberi selamat. Tepuk tangannya seharusnya untuk Bu Kang Dan-i dari Tim Pembantu. Permintaan pesanan buku ini melonjak setelah iklan format salindia Dan Yi dipublikasikan di situs media online.. Tim Pembantu kerjanya bagus.” Kata Eun Ho.
“Kerja bagus, Dan Yi.. Selamat!” puji Nyonya Seo memberikan tepuk tangan. Semua pun ikut memberikan selamat,
“Dia membawa keberuntungan... Kau yang terbaik.” Puji Tuan Bong. Tuan  Kim juga memberikan selamat dan Nyonya Gong bisa tersenyum melihatnya. Dan Yi tersenyum bahagia akhirnya berdiri membungkuk memberikan hormat. 


Dan Yi akhirnya pergi ke ruang rapat melihat iklan yang dibuatnya dar ponsel. Wajahnya langsung tersenyum bahagai seperti tak percaya melihatnya kalau semua bisa melakukanya dan banyak komentar positif
“Akhirnya aku melakukan sesuatu untuk perusahaan... Bagus...” kata Dan Yi menarikan tari kekuatan, saat itu Eun Ho melihat dari depan pintu.
“Bukankah kau harus membeli hadiah?” ejek Eun Ho. Dan Yi terlihat malu mengaku akan pergi.
Bersambung ke Part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar