PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 24 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Dan Yi pergi berbelanja dengan banyak barang ditanganya, lalu tak sengaja melihat sebuah baju abu-abu ditanganya. Sementara Eun Ho pergi ke sebuah toko perhiasan, pegawai bertanya apakah berencana melamar seseorang. Eun Ho mengaku tidak.
“Astaga, bukankah kau Cha Eun-ho? Aku sangat suka buku-bukumu. Aku sudah lama jadi penggemarmu. Serial “Orang-Orang”terbarumu adalah favoritku!” kata Si pegawai penuh semangat. Eun Ho pun hanya bisa tersenyum.
“Aku mau membeli kalung.” Ucap Eun Ho, Si pegawai pun akhirnya memperlihatkan 3 model kalung. 

Dan Yi membayar baju yang sudah dibeli meminta agar tak perlu dibungkus karena akan langsung saja untuk adiknya. Eun Ho menelp  memberitahu sedang di mall. Dan Yi mengaku kalau ada di mall juga bertanya keberadaanya sambil mencari-cari.
“Ada apa? Kenapa menyuruhku ke sana?” ucap Dan Yi binggung melihat Eun Ho ada di dalam toko perhiasan. Eun Ho melambaikan tangan mengajak Eun Ho mendekat.
“Mana yang paling kau suka?” tanya Eun Ho meminta memilih. Dan Yi bertanya untuk siapa. Eun Ho menjawab itu Bukan urusan Dan Yi.
“Aku harus tahu agar rekomendasiku tepat, Tidak semua wanita punya selera yang sama.”
“Tapi mereka pasti suka barang yang cantik... Akan kuberi tahu tentang dia. Wajahnya mungil, mata indah, hidung dan bibirnya sangat pas dengan wajah mungilnya. Dia orang yang teliti. Lehernya panjang dan mata besar. Dia selalu ingin tahu dan mudah menangis. Dia cenderung berani dan jujur jika berhubungan dengan hal kesukaannya.” Kata Eun Ho menatap Dan Yi
“ Kesimpulannya, dia cantik dan baik.” Ucap Dan Yi. Eun Ho heran Dan Yi yang menyimpulannya seperti itu.
“Pria hanya peduli akan dua hal itu.” Ucap Dan Yi. Eun Ho mengaku  juga suka tubuh bagus. Dan Yi mengeluh mendengarnya.
“Jadi, yang mana yang kau suka?” tanya Eun Ho, Beberapa pegawai saling berbisik dari kejauhan.
Dan Yi pun memilih kalung dengan kalung seperti tanda silang dan bertanya balik pada Eun Ho.  Eun Ho meminta agar mencobanya, menyuruh Dan Yi angkat rambut sebentar. Dan Yi terlihat binggung hanya diam saja. Akhirnya Eun Ho memakaikan kalung di leher Dan Yi.
“Cantik....  Itu Bagus dipakai olehmu...” puji Eun Ho lalu ingi melepaskanya. Dan Yi menjauh.
“Jangan bergerak.”kata Eun Ho lalu melepaskan dari leher Dan Yi. Wajah Dan Yi seperti kecewa.
“Apa Kau akan ke kantor?” tanya Eun Ho, Dan Yi membenarkan dan hanya diam saja.
“Aku akan ke sekolah untuk mengajar. Kau akan pergi, 'kan?” ucap Eun Ho melihat Dan Yi hanya saja.
Dan Yi pun akhirnya pamit pergi walaupun dengan wajah gugup, lalu memikirkan sikap Eun Ho yang tak seperti biasanya padahal  bilang tak menyukainya. Ia berpikir kalau mencoba mengejeknya dengan sikap itu.
Akhirnya Dan Yi sampai di meja menaruh sesuatu, Hae Rin sedang foto kopi bertanya bisakan pinjam stapler. Dan Yi memberikan, Hae Rin pun melihat baju diatas meja Dan Yi seperti tak curiga.
Hae Rin sudah membuat surat [KONTRAK DESAIN BUKU.] Seo Joon menerima pesan Hae Rin “ Pak Ji, mohon teken kontrak hari ini Aku akan ke tempat tinggalmu.” 

Hae Rin datang ke pantry meminta Dan Yi memberikan gelas untuk minum. Dan Yi memberikanya lalu memperlihatkan toko yang berisi soju dan juga mie instan dibawa meja. Hae Rin terlihat bahagia mengucapkan  Terima kasih dan memuji Dan Yi memang yang terbaik.
Eun Ho mengirimkan pesan “Hae-rin, jangan minum di ruang kerja lagi. Lain kali akan kucatat.” Hae Rin mengeluh memperlihatkan pesan Eun Ho kalau  memang sangat teliti dan mengingatkan
“Saat kau mengerjakan naskah Bu Yu, bagaimana keadaan di rumah Pak Cha?” ucap Hae Rin penuh semangat. Dan Yi binggung maksud dari  Keadaan rumahnya
“Apa ada orang lain di sana?” tanya Hae Rin. Dan yi mengaku  Tidak ada.
“Apa Hanya kau dan Pak Cha?” tanya Hae Rin memastikan. Dan Yi mengaku tak ada.
“Dasar Eun-ho... Ini sudah kuduga.” Kata Hae Rin terihat bahagi. Dan Yi pun hanya bisa terdiam. 


Di depan tumpukan kardus buku PENERBIT GYEOROO, satu persatu Ji Yool menempelkan stiker pada bagian biografi. Tapi  beberapa kali terlihat miring dan akhirnya mencoba lagi, lalu Ia mengeluh karena merasa lapar.  
Dan Yi masuk lift, saat itu Park Hoon berteriak memanggilnya agar menahan pintu lift. Dan Yi pun bisa menahanya. Park Hoon memuji Dan Yi sebagai Rekan kerja  yang paling berbakat dan juga punya refleks bagai dewa.
“Apa Kau akan pulang?” tanya Dan Yi. Park Hoon mengaku tidak karena  memilih untuk lembur.
“Kami juga punya kolega yang suka mengacau.” Ucap Park Hoon. Dan Yi mengaku ingin pergi menemui Ji Yool juga.
“Cara pikir kolega memang mirip... Tapi Aku tak mau kau ke sana.” Kata Park Hoon. Dan Yi binggung dan ingin tahu alasanya.
“Karena aku yang akan ke sana.” Kata Park Hoon seperti tak ingin digangung. Dan Yi pikir makin banyak yang membantu maka makin baik.
“Kau mungkin andal dalam pekerjaanmu, tapi kau tak pandai membaca petunjuk... Ji Yool di sana sendirian, dan aku akan menemaninya. Jadi Pikirmu akan bagaimana? Ji Yook itu lajang, aku juga. Kami berdua bisa berakhir bersama bagai keajaiban.” Ucap Park Hoon
“Tapi Kau tak akan sanggup selesai sebelum tengah malam.” Komentar Dan Yi yang tak bisa membaca maksud Park Hoon
“Bu Go meninggalkan sesuatu di mejamu. Apa Kau sudah lihat?” tanya Park Hoon. Dan Yi panik brtanya kapan.
“Apa Kau belum lihat? Kau harus melihatnya.” Ucap Park Hoon. Dan Yi semakin panik akhirnya Park Hoon keluar lift lalu memberitahu kalau yang dikatakan hanya bohong dan bercanda. 



Ji Yool menumpuk kardus buku yang sudah selesai, tak sengaja menjatuhkan tasnya. Ia menjerit panik melihat tas kesayanganya, berpikir lecet dan Pasti sakit, lalu minta maaf. Ia mengumpat marah pada Hae Rin karena Seharusnya mengecek sendiri.
“Di mana Ji-yul? Ji-yul, di mana kau?” teriak Park Hoon datang dengan tergesah-gesah dengan nafas tak teratur. Ji Yool terlihat berkaca-kca melihat Park Hoon yang datang.
“Jangan terlalu tersentuh.” Ucap Park Hoon dengan bangga. Ji Yool  meliat tas berisi makanan yang dibawa Park Hoon.
“Aku sangat kelaparan... Wah.. Ini dari restoran favoritku... Aku tak sabar memakannya” ucap Ji Yool melihat isi tas yang dibawa Park Hoon.
“Apa aku tak terlihat bagimu?” keluh Park Hoon. Ji Yool mengaku bisa melihatnya dengan jelas.
“Hoon, kau penyelamatku... Terima kasih!” kata Ji Yool memeluknya. Park Hoon kaget tapi bisa tersenyum bahagia memberitahu kalau  membeli sushi juga. 


Seo Joon datang ke restoran tempat Hae Rin yang sudah menunggu. Hae Rin melihat buku yang dibawa Seo Joon adalah buku yang disunting. Seo Joon pikir membaca buku terkadang menunjukkan karakter editornya dans sedang mempelajari partnernya.
“Menurutmu aku bagaimana?” tanya Hae Rin penasaran. Seo Joon melihat Hae Rin Keras kepala, tapi fleksibel.
“Mudah berterus terang... Maksudku bukunya... Aku yakin kau juga begitu.” Komentar Seo Joon.
“Kau pintar membaca orang. Seperti yang sudah kita bicarakan, ini kontrak untuk tiga buku, termasuk tulisan Bu Yoo, Dua lagi adalah pilihanmu.” Ucap Hae Rin menunjuk surat kontrak untuk design buku.
“Aku punya satu persyaratan.” Ucap Seo Joon. Hae Rin mempersilahkan mengatakanya.
“Aku tak nyaman bekerja dengan orang lain. Aku ingin bekerja terpisah dari tim desainmu.” Kata Seo Joon. Hae Rin memperbolehkan sambil mencatatnya.
“Aku juga tak suka jika orang membawa buku lain dan bilang mereka suka desainnya. Itu hanya menyiratkan agar aku mengusulkan ide yang mirip.” Ucap Seo Joon. Hae Rin mengerti.
“Apa kau sungguh mendengarkanku? Jawabanmu tampak terlalu mudah.” Kata Seo Joon melihat Hae Rin hanya mencatat dan mengiyakan.
“Aku tak begitu memikirkannya, jadi Aku terima begitu saja. Aku suka orang yang spesifik, walaupun pemilih. Ini tentang membuat buku yang bagus, 'kan?” Akui Hae Rin lalu mengeluarkan sesuatu.
“Sebenarnya ada kontrak yang lain...  Yang ini untuk tiga buku, sementara yang ini untuk lima buku. Kenapa tak kerjakan lima buku? Aku janji akan kerja keras.” Ucap Hae Rin.
“Apa kau suka membuat buku?” goda Seo Joon. Hae Rin mengaku sangat menyukainya.
“Aku juga suka. Jadi Berikan kontraknya kalau begitu.” Ucap Seo Joon. Hae Rin tak percaya kalau Seo Joon bisa cepat setuju  untuk lima buku
“Ya. Ternyata editornya dan aku punya visi yang sama.” Kata Seo Joon. Hae Rin lalu berpikir kalau  sepuluh buku saja. Seo Joon mengejek kalau  Itu harus ditolak. Hae Rin tersenyum berusaha merayu dengan nada bercanda. 



Dan Yi menaiki bus menatap keluar jendela dengan wajah kebingungan lalu teringat dengan kata-kata Eun Ho sebelumnya, ketika melihat bulan bersama Eun Ho mengatakan “Aku hanya butuh kau juga. Seseorang yang sangat mengenalku.”
Saat Dan Yi memegang dada Eun Ho dan mendorongnya sampai ke lantai. Eun Ho menegaskan dirinya memang seorang pria dan Sebenarnya, pria yang hebat. Ketika ia mengatakan tak memiliki siapapun Eun Ho terlihat marah.
“Kau bicara apa? Kau punya aku.... Kau terus bilang tak punya tujuan.. Hentikan itu... Aku rumahmu.. Aku selalu ada untukmu.” Ucap Eun Ho marah. 

Eun Ho menelp diatas meja sudah ada sebuket bunga dan juga kotak perhiasan yang baru saja dibeli. Ia bertanya kapan Dan Yi akan pulang. Dan Yi balik bertanya kenapa Eun Ho menanyakan hal itu. Eun Ho mengaku Hanya ingin tahu.
“Aku masih di kantor.”kata Dan Yi berbohong.  Eun Ho mengerti lalu menutup telpnya. Dan Yi pun bertanya-tanya kenapa Eun Ho menayakan hal itu. 

Seo Joon dan Hae Rin akhrinya keluar dari restoran. Seo Joon bertanya apakah Hae Rin akan kembali ke kantor, Hae Rin mengaku tidak tapi  akan ke tempat Pak Cha karena tinggal di sekitar sini. Seo Joon mengajak pergi bersama karena tinggal di area ini juga.
“Apa Kau tahu tempat tinggal Pak Cha?” kata Hae Rin kaget. Seo Joon pikir seperti itu. 

Dan Yi berjalan pulang dengan wajah tertunduk teringat kembali saat Eun Ho memasangkan kalung untuknya. Ia kebingungan dengan sikapnya nanti ada Eun Ho, saat itu Hae Rin dan Seo Joon sampai didepan rumah Eun Ho. Dan Yi buru-buru bersembunyi dibelakang mobil.
Hae Rin pamit pada Seo Joon lalu menekan bel rumah. Didalam rumah Eun Ho menata bunga dan juga hadiah dalam kamar Dan Yi, wajahnya terlihat penuh semangat dan bahagia.  Seo Joon melihat Dan Yi bersembunyi dibelakang mobil. Dan Yi langsung memperingatkan Seo Joon agar diam. 

Eun Ho mendengar bunyi bel rumah berpikir Dan Yi yang datang wajahnya terlihat sangat bahagia, Tapi ternyata Hae Rin yang datag. Hae Rin datang dengan wajah bahagia. Eun Ho mengeluh padahal sudah memberitahu sebelumnya.
“Kubilang jangan kemari saat mabuk... Jangan membuatku mengulangnya.” Keluh Eun Ho
“Tidak ada orang di rumahmu. Kau berbohong soal teman serumahmu. Lagi pula, aku tak minum hari ini.” Kata Hae Rin. Akhirnya Eun Ho pun mengajak Hae Rin masuk rumah. 

Seo Joon pun menemui Dan Yi yang bersembunyi lalu bertanya  Apa orang kantor tahu Dan Yi tinggal bersama Eun Ho. Dan Yi mengaku tak ada yang tahu.  Seo Joon memberitahu kalau sudah tanda tangan  kontrak Gyeoroo hari ini karena  Dan Yi yang  menyuruhnya.
“Kita akan sering kerja sama.” Ucap Dan Yi. Seo Joon pun bertanya apakah Dan Yi sudah makan malam dan mengajak untuk makan malam. Dan Yi pun setuju mendengarnya.
“Omong-omong... Apa kau tak menerima pesanku?” ucap Seo Joon. Dan Yi terlihat gugup
“Itu... Aku sangat sibuk dan lupa membalasnya.” Akui Dan Yi
“Kau tak tahu berapa kali aku mengecek ponsel, menunggu jawabanmu.” Keluh Seo Joon. Dan Yi tak ingin membahasanya mengajak Seo Joon pergi saja. 


Hae Rin masuk rumah dengan penuh semangat memberikan lemabran berkas sebagai Kejutan dan meminta Eun Ho menebaknya. Eun Ho hanya bisa terdiam. Hae Rin memberitahu Seo Joon sudah tanda tangan kontrak.
“Aku harus dihargai untuk ini... Dia akan mengerjakan lima buku.” Ucap Hae Rin bangga. Eun Ho memujinya itu bagus tapi tatapan dingin.
“Ada apa? Apa Tak senang aku kemari? Ji Seo Joon tinggal di sekitar sini... Jadi setelah menyelesaikan surat kontrak.. “ ucap Hae Rin dan Seo Joon memotong ucapanya.
“Hae-rin... Kau lupa bukumu... Kau meninggalkan karangan Pascal Quignard di sini. Jadi  Ambilah selagi ada dirumahku” ucap Seo Joon. Hae Rin binggung kapan meninggalkan buku itu.
“Cek di rak kedua... Di sebelah buku “Admonitions on Governing the People” kata Eun Ho pergi ke dapur untuk membuat teh.


Hae Rin masuk ke dalam rak buku mengumpat kesal pada Eun Ho yang bodoh,  karena Masih tak tahu sengaja menaruhnya agar Eun Ho bisa membaca pesanya. Ia melihat surat yang ditinggalkanya masih ada ditempat semula, lalu mencari buku yang di katakan Eun Ho.
Saat itu sebuah surat dengan amplop merah jatuh, Eun Ho terdiam melihat Hae Rin akhirnya melihat surat yang jatuh. Hae Rin kaget melihat isi surat yang dituliskan Eun Ho.
“Hae-rin, aku sudah membaca semua suratmu untukku.”
“Apa kau tahu perasaanku padamu? Tapi dia tetap berlagak tak tahu.” Gumam Hae Rin kaget
“Banyak hal yang kupikirkan, Harus kujelaskan hubungan kita? Haruskah aku menjaga jarak darimu? Aku juga mempertanyakan apa itu satu-satunya cara untukmu. Sekeras apa pun kupikir, kurasa bukan itu jawabannya. Perasaanmu padaku itu indah dan berharga Jadi, aku tak mau salah menyikapinya.”
Eun Ho menuliskan surat balasa dengan semua surat yang Hae Rin tuliskan sampai di nomor 13
“ Wanita yang kukenal tiga tahun adalah wanita yang bersemangat, disiplin, dan cantik. Itu sebabnya kau akan menemukan pria yang lebih baik dariku. Orang yang menganggapmu, Orang yang buat kau tersenyum. Orang yang membahagiakanmu.”
 Setidaknya, orang yang tak akan pura-pura tak tahu tentang perasaanmu. Aku tak mau menjadi salah satu kekasihmu dalam ingatanmu. Aku lebih baik menjadi kolegamu Dan aku akan menunggu.”
“Aku akan menunggu sampai kau bertemu kekasih yang baik. Menunggu di sampingmu, sebagai kolega baik. Terima kasih untuk segalanya Dan telah menyukaiku.”


Eun Ho akhirnya berdiri membawakan secangkir teh ke depan ruang kerjanya. Hae Rin hanya bisa menangis lalu membalikan badan mencoba untuk tersenyum memberitahu kalau belum pernah punya kekasih sejak bekerja di Gyeoroo Jadi, artinya belum pernah diputuskan oleh pria siapapun.
“Itu semua bohong... Aku mengaku Bertengkar dengan kekasihku dan diputuskan jadi memintamu untuk mentraktir dan mengantarku pulang, karena hanya saat itu kau memperhatikanku.” Akui Hae Rin
“Dasar Sial.. Kali ini aku benar-benar dicampakkan seorang pria.” Keluh Hae Rin mencoba agar tetap tersenyum.
“Makanya kau harus belajar memilih pria yang lebih baik.” Ucap Eun Ho, Hae Rin tak habis pikir dengan sikap Eun Ho.
“Kau tak bisa menolakku semanis ini... Ini lebih buruk.” Keluh Dan Yi. Eun Ho pikir mereka Sebaiknya lewatkan minum tehnya saja.
“Kau harus Pegang janjimu... Kau menuulis akan menunggu hingga aku mendapatkan kekasih. Prosesku masih panjang sampai aku bisa melupakanmu.” Tegas Hae Rin .
Saat itu Eun Ho melihat telpnya berdering dan itu dari “GAPYONG” wajahnya terlihat sedikit gundah. 


Di cafe  CAMELLIA
Dan Yi hanya menganduk mie dalam mangkuk dengan tatapan binggung. Seo Joon bertanya apakah Dan Yi memikirkan sesuatu karena Hari ini terlihat berbeda. Dan Yi mengelak mengaku hanya sedang tak selera Seo Joon tahu kalau Ada yang dipikirkan.
“Ceritakanlah. Aku pendengar yang baik.... Aku serius... Kau Nanti menyesal jika tak cerita... Ayo Ceritakanlah untuk meringankan bebanmu... Apa soal pekerjaan?” ucap Seo Joon menyakinkan melihat Hae Rin terlihat ragu.
“Bukan... Ini Bukan soal pekerjaan.. Aku punya sebuah buku... Buku yang sudah lama.” Cerita Dan Yi
“Apa judulnya?” tanya Seo Joon. Dan Yi menyebut dalam hati kalau Judulnya “Cha Eun Ho”
Sementara Eun Ho dengan wajah tegang mengemudikan mobilnya menuju Gapyong, Kyoonggi-Do sambil berbicara pada sesorang di telp kalau sedang di perjalanan.


“Bukunya sangat bagus, kapan pun aku merasa sedih, senang, atau hampa, maka aku membacanya. Aku akan mengingat kutipan dari situ karena sering membacanya. Tapi belakangan ini buku itu terasa agak aneh.” Cerita Dan Yi
“Apa Terjadi secara Tiba-tiba?” tanya Seo Joon. Dan Yi pikir seperti itu.
“Walau aku membaca kalimat yang pernah kutandai, aku tak tahu kenapa aku menandainya. Padahal itu buku yang telah kubaca berulang kali, tapi aku terus melihat kalimat-kalimat baru.” Cerita Dan Yi
Ia mengingat saat Eun Ho mengatakan “Kau sebenarnya cukup manis, Da Yi .. Dan cantik... Aku mencintaimu, Dan Yi” seperti Eun Ho benar-benar mengungkapkan perasaanya.
“Aku menyadari bahwa banyak kalimat yang terlewat. Rasanya seperti aku membaca buku baru.” Akui Dan Yi
“Apakah mungkin karena si pembaca berubah perasaannya?” komentar Seo Joon. Dan Yi seperti tak menyadarinya.
“Begitulah buku yang bagus... Jika kau membaca ulang buku sama saat berumur sepuluh tahun, rasanya akan berbeda karena kita sudah berubah. Buku milikmu tak berubah. Tapi Aku yakin kaulah yang berubah. Hati pembacanya sudah berubah.” Ucap Seo Joon. Dan Yi hanya bisa diam saja. 


Eun Ho akhirnya sampai di Gapyong, menaiki tangga rumah dengan wajah panik. Seorang pria menyambutnya melihat Eun Ho yang datang. Eun Ho ingin tahu keadaannya. Si pria memberitahu kalau  Baru saja tidur Tapi lukanya karena jatuh cukup parah dengan wajah sedih.
Eun Ho akhirnya masuk kamar melihat seorang pria yang tertidur dengan kaki dan tangga yang diikat, wajahnya pun terlihat ada bekas luka. Ia mencoba melepaskan tali yang teringat tapi rasa sedihnya tak bisa ditahan, air matanya pun mengalir dengan deras melihat sosok pria tua terbaring.
Bersambung ke episode 10

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar