PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 18 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dan Yi dengan dua seniornya akhirnya keluar dari club,  Nyonya Seo bertanya sekarang mau ke mana. Dan Yi mengaku mau pulang. Nyonya Seo mengajak untuk kembali minum karena ini hari Jumat. Seorang pria muda memuji ketiganya yang luar biasa.
“Kami mau minum lagi. Apa Kau mau ikut?” goda Nyonya Seo. Si pria meminta maaf karena bersama pacarnya. Si wanita menatap sinis pada tiga ahjumma lalu mengajak pergi.
“Apa itu? Aku harap semua pasangan di dunia akan putus.” Kata Nyonya Seo kesal
“Biarkan saja... Hubungan mereka tak akan lama.”kata Nyonya Go yakin. Nyonya Seo pun setuju.
“Aku akan pulang sekarang.” Kata Dan Yi berjalan pulang, Nyonya Go dan Nyonya Seo langsung menatap dingin. Dan Yi mengaku hanya bercanda.
“Tak akan seru jika kita semua bertingkah sama.”kata Dan Yi. Nyonya Seo pun bertanya kemana Nyonya Go akan pergi.
“Ke mana pun kita pergi, aku akan lakukan yang terbaik untuk membuat malam ini berguna bagi kalian berdua... Ayo.” Kata Nyonya Go, Keduanya pun mengikuti Nyonya Go.  


Keduanya masuk ke dalam rumah, Nyonya Go mengajak masuk meminta agar mereka Jangan terkejut. Dan Yi sempat  membantu Nyonya Go untuk melepaskan sepatu bootsnya. Nyonya Goo masuk rumah lebih dulu, Dan Yi dan Nyonya Seo melonggo melihat ruangan yang berantakan , banyak baju dan kardus diruang tengah.
“Apa Kau mau pindahan? Mungkin baru pindahan.” Ucap Nyonya Seo. Dan Yi pun juga berpikir Nyonya gao baru pindahan.
“Tempat ini luar biasa.” Ucap Nyonya Seo akhirnya duduk di ruangan tengah melihat ruangan yang luas.
“Sudah tiga tahun aku pindah Aku jadi orang yang minimalis,mengeluarkan beberapa furnitur. Jadi Tak ada tempat menaruh barang. Memang Apa salahnya? Lagi pula aku tinggal sendiri.” Kata Nyonya Go membawakan minuman untuk rekan kerjanya.
“Gelas pertama selalu habis.” Kata Nyonya Go, Nyonya Seo menanyakan makanan dan melihat banyak makanan diatas meja, tapi ada yang masih enak tapi tak tampak busuk.
Mereka pun akhirnya kembali minum wiski,Dan Yi seperti tak enak hati meminum habis. Nyonya Go berpikir kalau merasa tak nyaman, Dan Yi mengaku tak seperti itu lalu menghabiskan dan mengaku  merasa di rumah karena rasanya tak asing dan nyaman.
“Tentu saja dia tak nyaman... Ayolah, Bu Go. Tentu saja dia tak nyaman. Dia mungkin lebih nyaman jika kita bicara seperti teman.” Ucap Nyonya Seo.
“Silakan, Bu Seo. Kau bisa mulai.” Kata Nyonya Go. Nyonya Seo meminta memanggil Yoo Seon. Dan Yi pun ikut tertawa bahagia. 
“Aku senang-senang... Macan Gangnam..” akui Dan Yi. Nyonya Seo pikir masih terasa tak nyaman.
“Aku merasa dia akan galak pada kita pada hari Senin.” Goda Nyonya Seo. Nyonya Go mengaku tak suka mendendam.
“Dia benar. Yoo Seon tampak tak suka mendendam... Kau tak begitu buruk di luar pekerjaan. Tapi kau sungguh menyebalkan saat bekerja.” Kata Dan Yi 


“Yu-seon, kau sungguh kacau di luar pekerjaan. Rumahmu berantakan, hanya ada alkohol di rumah. Aku ingin bergaul denganmu lebih sering. Tiap Jumat ketiga dalam sebulan.” Ucap Nyonya Seo
Nyonya Go pun setuju lalu mengajak minum lagi, lalu ingin tahu alasan Nyonya Seo bercerai. Dan Yi mengeluh kalau Nyonya Go yang menanyakan hal itu lalu mengaku kalau agak penasaran juga. Nyonya Goo mengaku karena  itu sangat tiba-tiba.
“Kau sudah tahu dia anak kedua dari keluarga miskin. Katamu kau mengerti bahwa dia harus mengurus keluarga kakaknya yang masuk penjara. Katamu anak-anak kakaknya seperti anak sendiri. Bahkan diajak pergi. Tapi tiba-tiba bercerai. Itu sangat aneh.” Ucap Nyonya Go. Nyonya Seo hanya menahan sedihnya. 

Di pemancingan
Tuan Kim seperti ingin menanyakan hal yang sama, Tuan Bong mengaku tak tahu karena Nyonya Seo membawa surat cerai dan meminta agar menandatanganinya jadi melakukanya.
“Dia tak pernah memihakku.” Akui Nyonya Seo terlihat sangat sedih.
Flash Back
Nyonya Seo merangkul suaminya berjalan di toko pakaian, baru saja mengeluarkan banyak uang, tapi tetap terasa menyenangkan, dengan membeli sepatu untuk putra mereka dan baju renang untuk ibunya, lalu  melihat jaket yang ada di toko berpikir kakak iparnya akan bagus untuk dipakai.
“Berapa harganya?” tanya Nyonya Seo. Pegawai menjawab 190.000 won. Nyonya Seo melonggo karena lebih mahal dari dugaannya lalu pamit pergi.
“Ulang tahun saudaramu sebentar lagi.” Kata Nyonya Seo,Tuan Bong pikir tak penting karena ada di penjara.
“Aku mencemaskannya, tapi lebih cemas pada istri dan anak-anaknya. Kau harus memikirkan posisinya... Anggaplah aku di penjara. Bagaimana perasaanmu saat hari ulang tahunku?” ucap Nyonya Seo
“Kenapa cemaskan hal yang tak terjadi?” keluh Tuan Bong, Nyonya Seo melihat sepatu yang bagus disebuah toko.
Tuan Bong menyuruh Nyonya Seo agar membelinya, Nyonya Seo terus melihat model sepatunya yang bagus. Pemilik toko akhirnya keluar. Nyonya Seo memuji Koleksi sepatunya bagus-bagus dan bertanya Berapa harganya. Si pemilik  mengajak masuk karena lebih banyak sepatu di dalam.
Nyonya Seo pikir akan melihatnya, karena butuh sepatu baru dan bertanya apakah semuanya buatan tangan. Si pemilik yang sedang makan membenaran. Nyonya Seo melihat sebuah sepatu yang cantik sekali dan bertanya Berapa harganya. Si pemilik mengatakan akan memberi diskon jika membelinya.
“Apa Kau punya ukuran 240?” tanya Nyonya Seo lalu melihat sepatu yang lain juga bagus. Tuan Bong terlihat tak peduli sambil membaca buku.
“Jika suka, coba saja dulu... Berhenti memegang tiap sepatu.” Ucap si pemilik mulai marah. Nyonya Seo pikir tak tahu harganya.
“Yang biru 190.000 won kalau Yang hitam 220.000 won.” Kata si pemilik dengan nada tinggi. Nyonya Seo pikir harganya mahal,
“Saat ini sepatu buatan tangan harganya memang mahal. Kau terus memeganginya, tapi tak membeli.Ini Sungguh menyebalkan. Kau Pergi saja . Aku tak butuh kalian membelinya.” Ucap si pemilik marah
“Apa masalahmu?”kata Nyonya Seo ikut marah, Tuan Bong meminta agar Nyonya Seo membeli satu saja.
“Kenapa kau pikir aku menyebalkan? Apa salahnya menanyakan harga?” ucap Nyonya Seo marah.Tuan Bong menyuruh istrinya Beli sepasang. Yang pertama menurutnya bagus. Nyonya Seo menegaskan kalau tak akan membelinya. 


Akhirnya Nyonya Seo keluar dari toko mengeluh  sangat menyebalkan karena tak harus seperti itu. Tuan Bong pikir Mungkin pemilik tadi kesal karena tadi sedang makan dan yakin pasti dia harus menghadapi banyak orang aneh.
“Jujurlah. Kau tak akan membeli sepatunya Tapi kau terus menanyainya soal harga.” Ucap Tuan Bong
“Jadi Kau memihak siapa? Pihak mana yang kau pilih? Apa pemilik toko sepatu itu saudaramu? Apa dia putramu?” teriak Nyonya Seo marah. Tuan Bong panik.
“Orang asing itu menyebut istrimu menyebalkan. Tapi kau terus membaca kumpulan puisi itu. Apa aku orang asing bagimu? Kau seharusnya memihakku! Bukan dia yang seharusnya kau coba pahami! Tapi aku!”teriak Nyonya Seo. Tuan Bong panik banyak orang yang melihatnya.
“Apa aku orang asing? Akulah orang yang seharusnya kau coba pahami. Bukan dia!” teriak Nyonya Seo. Tuan Bong mengerti dan ingin memegang tangan istrinya. Tapi Nyonya Seo menghempaskanya.
** 


“Aku sungguh tak menganggap itu masalah besar. Namun, dia terus berteriak seperti orang gila di pusat perbelanjaan yang ramai. Orang-orang memandangi kami saat berjalan.” Tuan Bong yang duduk bersama dua temanya.
“Dia mungkin tak menganggap itu masalah besar. Dia selalu begitu. Tapi saat itu, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Aku sadar telah menyia-nyiakan hidupku. Aku mengira dia sebagai orang yang akan selalu memihakku.” Cerita Nyonya Seo
“Aku menjalani hidup, berpikir bahwa orang yang akan memihakku orang yang akan selalu ada untukku adalah suamiku, Bong Ji-hong. Apa gunanya dia jika tak tahu hal yang kupikirkan atau kurasakan?” akui Nyonya Seo
Nyonya Seo mengaku mau membeli sepatu karena punya penghasilan. Nyonya Go pun ingin tahu alasan Nyonya Seo  tak membeli sepatu dan terus menanyakan harga dahulu. Ia pikir Suaminya tak paham karena hampir diusir oleh pemilik toko.
“Jika dia suamiku, bukankah seharusnya dia berargumen dengan bedebah itu dan beri tahu agar tak merendahkan istrinya? Bukankah suami seharusnya begitu?” ucap Nyonya Seo sambil menangis. 


Tuan Bong menceritakan kalau Nyonya Seo yang  membawa surat gugatan cerai esok harinya dan ingin  menandatanganinya. Eun Ho dan Tuan Kim tak banyak komentar, Tuan Bong sadar  Selama bertahun-tahun pernikahan,  ini bukan satu-satunya kesalahannya pada Nyonya Seo.
“Makanya aku tanda tangani. Dia selalu kesulitan dalam pernikahan kami, apa lagi yang bisa kulakukan?” ucap kata Tuan Bong sedih. 

Sementara Nyonya Seo heran melihat dua rekanya yang ikut menangis. Dan Yi dan Nyonya Go merasa cerita itu sangat menyedihkan. Dan Yi mengaku  ingin bilang sesuatu. Dua seniornya mempersilahkan Dan Yi bicara. Dan Yi akhirnya mengaku kalau bercerai.
“Apa Kau pernah menikah?... Aku tak tahu.” Ucap Nyonya Seo dan Nyonya Go kaget.
“Kisahku bahkan lebih menyedihkan. Suamiku berselingkuh.” Akui Dan Yi. Nyonya Go langsung mengumpat marah.
“Bagaimana dia bisa menyelingkuhi orang yang sangat cantik?” kata Nyonya Go, Nyonya Seo juga tak percaya.
“Memikirkannya saja membuatku marah lagi.” Ucap Dan Yi. Nyonya Go ingin tahu Siapa si jalang itu
“Semuanya hanya masa lalu, tapi tiap kali aku mengingat itu lagi, aku merasa sangat sedih pada diriku yang dulu.” Ungkap Dan Yi yang mengingat menangis tersedu-sedu karena Dong Min meninggalkan rumah.
“Pernikahanku sudah berakhir dan menangisinya tak akan memperbaiki itu. Bahkan Tidak ada harapan. Untuk apa aku memohon dan terus bersamanya? Karena itu aku merasa sedih atas diriku yang dulu. Tapi semua sudah selesai. Aku tinggal menendangnya saja.” Ucap Dan Yi
“Kenapa tak kau tendang saja dia sekarang?” kata Nyonya Go. Dan Yi bertanya apakah mereka mau menemani. Nyonya Seo dengan semangat kalau akan pergi bersamanya.
“Tapi setidaknya kalian pernah merasakan pernikahan. Kau bahkan punya anak. Aku pun punya sesuatu untuk ditunjukkan.” Ucap Nyonya Go lalu pergi kekamarnya. Nyonya Seo berkomentar kalau Nyonya Go memang menggemaskan.
Nyonya Go keluar dari kamar memperlihatkan foto dengan pria mengunakan pakaian pernikahan. Keduanya melonggo berpikir Nyonya Goo itu pernah menikah, Nyonya Go mengaku belum pernah tapi hanya sempat berfoto. Dan Yi pikir Pengantin prianya meninggal
“Mungkin mereka putus.”kata Nyonya Seo yakin. Nyonya Go akhirnya duduk  kembali.
“Tanggal hari H sudah ada, tapi seseorang kabur.” Akui Nyonya Go,  Nyonya Seo mengumpat marah pada si pria.
“Tidak... tapi Aku...Aku takut pada mertuaku dan punya anak. Aku ingin sekolah lagi dan mengejar karier. Jadi, kurasa tetap melajang adalah pilihan terbaik. Kupikir aku akan bahagia jika hidup sendiri tanpa ada yang mengikatku.” Ucap Nyonya Go.
“Hidup glamor sendiri begini? Aku rasa ini bagus... Itulah kenapa... aku tinggal di tempat berantakan ini. Aku bangun sendirian pada pagi hari, meninggalkan rumah pun sendirian.” Cerita Nyonya Go.
“Saat sedih pun, aku sendirian. Saat sakit, aku pun sendirian... Aku selalu makan sendirian.. Aku harus melakukan segalanya sendiri. Aku sangat muak dengan itu. Kenapa aku kabur saat itu? Aku tak percaya ini! Aku akan lebih sukses.” Kata Nyonya Go menangis akhirnya mereka bertiga pun menangis bersama. 



Eun Ho pulang ke rumah memangil Dan Yi memastikan apakah sudah pulang, lalu melihat ke dalam kamar tak ada. Ia mencoba menelp tapi dikagetkan dengan Dan Yi tergeletak di dapur, dengan wajah panik mencoba menyadarkan akhirnya menelp 911.
Ia meminta agar ambulance datang, tapi Dan Yi terdengar mendengkur. Eun Ho hanya bisa menghela nafas karena bisa mencium bau alkohol, lalu memberitahu temanya pasti pingsan setelah minum dan meminta maaf. Akhirnya Eun Ho mengendong Dan Yi tertidur di kamar sambil menatapnya. 

Dan Yi keluar kamar sambil  merangak memanggil Eun Ho mengaku merasa akan mati lalu berbaring dilantai. Eun Ho mengeluh kalau itu tempat yang semalam dan mengejek sebagai yaitu Tempat membuat kehebohan. Dan Yi bingung. Eun Ho mengajak untuk
“Ayo sarapan.”ucap Eun Ho menaruh mangkuk diatas meja. Dan Yi mencoba untuk duduk merasa tak bisa makan apa pun.
“Ini. Minumlah teh madu dulu.” Kata Eun Ho, Dan Yi ingin tahu caranya pulang semalam
“Kau buka pintu dan masuk dan Kau pulang dengan selamat.” Cerita Eun Ho
“Minum dengan Bu Go hampir membunuhku... Dia membawa kami ke rumahnya...”cerita Dan Yi lalu panik. 

Flash Back
Nyonya Seo dan Nyony Go saling mengangap dirinya cantik saat dulu, sementara Dan Yi yang sudah tertidur. Nyonya Go mengaku  Anak-anak dari sekolah lain suka datang untuk melihatnya lalu memastikan apakah pria itu akan menikah.
“Tentu saja. Tidak mungkin dia masih merindukanmu. Dia pasti sudah menikah.” Ucap Nyonya Seo Tapi Nyonya Go pikir pria itu  tak akan menikah.
“Teman-teman...Cukup! Kalian berdua sungguh menyebalkan. Kalian bertingkah seperti dua jalang gila. Apa yang kalian lakukan, dua jalang menyedihkan? Sebagai orang baru, aku sudah memaklumi kalian, tapi sudah cukup. Aku sudah muak. Apa Kalian dengar? Aku sudah muak!”teriak Dan Yi marah lalu mengajak pulang. Nyonya Go dan Nyonya Seo yang melihatnya hanya bisa melonggo.
Dan Yi memukul kepalanya karena melakukan kesalahan. Eun Ho bertanya apakah Dan Yi mengumpat. Dan Yi membenarkan. Eun Ho pikir Dan Yi sudah  beralih ke dirinya  yang dulu dan memujinya, menurutnya hidup Dan Yi sudah kacau jadi  bisa bertingkahlah semaunya. 




Nyonya Seo datang ke pemancingan, Eun Ho mengirimkan pesan  Pak Bong di tempat pemancingan. Presdir Kim dan aku mengunjunginya. Kukirimkan alamatnya untuk berjaga-jaga.. Bu Seo,.. selamat berakhir pekan.”
Tuan Bong melihat Nyonya Seo yang datang hanya saling menatap. Tanpa banyak berkata-kata keduanya makan ramyun bersama,lalu meminum kopi tanpa banyak bicara, setelah itu Nyonya Seo pun akan pulang meminta Tuan Bong Kembalilah bekerja.
“Kau harus mencari nafkah... Pak Choi meninggal dan kita bercerai, tapi kau harus hidup. Kau harus mengurus keluarga saudaramu hingga dia bebas. Dan Kau juga punya putra untuk diurus. Sampai bertemu hari Senin di kantor.” Ucap Nyonya Seo lalu berjalan pulang. 

Eun Ho membawa naskah Nyonya Yoo ke dalam ruang kerjanya lalu berdoa lebih dulu, diatas meja sudah ada kamus mandarin.  Dan Yi pun mengetik naskah sementara Eun Ho membacakan naskah yang ditulis tangan Nyonya Yoo. Dan Yi dan Eun Ho terlihat sangat serius, bekerja menyelesaikan naskah.
Eun Ho yang kelelahan berbaring disofa, Dan Yi memberikan selimut, setelah itu membereskan meja. Keduanya makan bersama, Dan Yi membaca naskah sambil menguap. Eun Ho bertanya apakah lelah. Dan Yi mengelengkan kepala.
Dan Yi mulai mengetik, Eun Ho pun membacakan naskah disampingnya. Dan Yi tak bisa menahan kantuknya langsung menyandarkan kepala di bahu Eun Ho, saat itu Eun Ho terlihat gugup. 
Seo Joon menunggu didepan cafe sambil membaca buku. Hae Rin melihat Seo Joon yang datang lebih awal. Seo Joon pikir memang  mau membaca buku dulu. Hae Rin melihat buku yang dibacabuku terbitan Gyeoroo.
“Aku penasaran dengan karya terbarumu.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengaku sebagai editornya dengan wajah bangga.
“Bukunya Akan kubaca semuanya dan memberimu masukan.” Ucap Seo Jon. Hae Rin pun dengan senang hati menantikannya.


Dan Yi masih menyadarkan kepala dibahu Eun Ho, tangan Eun Ho meraba kepala Dan Yi sampai ke hidung seperti sangat mengangguminya sampai akhirnya ingin menciumnya, tapi pesan masuk ke dalam ponsel Dan Yi. Akhirnya Dan Yi pun berbangun dengan wajah panik merasa pasti tertidur.
“Dan Yi, aku sedang bersama Nona Song saat ini. Apa aku harus mendesain sampul buku Bu Yoo Myeong-suk? Akan kulakukan jika kau mau.” Tulis Seo Joon.
Dan Yi terdiam lalu menawakan buah, Eun Ho pikir boleh juga lalu menghela nafas panjang melihat Dan Yi akhirnya pergi. 

Seo Joon membaca pesan dari Dan Yi kalau harus melakukanya. Hae Rin pikir karena sudah membahas dari awal, mereka bisa bahas kontraknya juga, Seo Joon setuju akan memberikan tanda tangan. Hae Rin tak percaya mendengarnya.
“Kurasa aku harus mengerjakan proyek Bu Yu.” Kata Seo Joon.
“Saat kudengar akan turun salju hari ini, aku punya firasat baik tentang pertemuan kita.” Ucap Hae Rin. Seo Jon bertanya apakah akan turun saj.
“Prakiraan cuaca yang bilang begitu... Aku yakin Akan turun salju hari ini, Firasatku bilang begitu.” Kata Hae Rin lalu pelayan datang menanyakan pesanan mereka.

Dan Yi didapur terlihat panik merasa kalau tak tertidur tapi Matanya kelelahan jadi badanyak juga merasa kelelahan. Ia merasakan Eun Ho yang meraba wajahnya bahkan hampir menciumnya.
“Seperti biasanya, bahu Eun Ho bisa diandalkan dan nyaman. Itulah kenapa aku bisa langsung memejamkan mata. Tapi Tangan apa itu? Tangannya panas. Apakah itu mimpi? Apa aku sungguh tertidur?” gumam Dan Yi kebingungan.
Hae Rin dan Seo Joon menikmati es krim yang terasa sangat enak.  Lalu tiba-tiba turun salju. Wajah Hae Rin terlihat tak percaya melihat dugaan Saljunya turun. Sementara dirumah, Dan Yi melihat salju yang turun dari jendela lalu memanggil Eun Ho kalau di luar turun salju.
“Apa Mau minum teh di halaman?” ucap Dan Yi, Eun Ho pun setuju. 



Dan Yi melihat pemandangan yang Indah. Eun Ho pikir saljunya indah lalu teringat, saat itu Dan Yi teringat Eun Ho mengatakan “Bulannya terlalu indah.” Ketika malam hari.
“Kata "indah" mengingatkanku pada hari itu... Saat kau bilang bulannya indah. Kau juga mengunggah foto di media sosialmu.” Ucap Dan Yi
Saat itu di SNS, Eun Ho menuliskan status “Alih-alih "Aku mencintaimu", Sōseki Natsume bilang, "Bulannya indah." Itu malam yang mengingatkanku padanya.”
“Aku sudah meberi tahu tentang si penulis. Apa kau ingat?” uap Dan Yi. Eun Ho mengaku sudah memberitahunya.
“Apakah saat aku SMA? Saat penulis Sōseki Natsume masih menjadi guru, dia suruh muridnya menerjemahkan sebagai PR. Saat seorang murid menerjemahkan, "Aku mencintaimu" ke dalam bahasa Jepang, dia menerjemahkannya secara harfiah, "Aku mencintaimu."  Ucap Eun Ho
“Kau tahu apa yang dikatakan si penulis pada muridnya? Karena orang Jepang tak begitu suka mengucapkannya, katanya akan lebih baik menerjemahkannya menjadi, "Bulannya indah." Kata Eun Ho. Dan Yi tak percaya kalau Eun Ho mengingatnya.
“Itu sebabnya kubilang kepadamu, "Bulannya indah." Aku baru bilang lagi... Aku bilang padamu saljunya indah. Indah, 'kan?” kata Eun Ho blak-blakan.
Dan Yi terdiam menatap Eun Ho seperti tak percaya, salju mulai turun dengan deras. Eun Ho ingin membersihkan kepala Dan Yi dari salju tapi Dan Yi langsung menjauh seperti menghindar. Eun Ho mengejek kalau Dan Yi menatap dirinya seperti pria yang menarik, Dan Yi akhirnya membiarkan Eun Ho membersihkan kepalanya.
“Apa... kau... Apa kau... menyukaiku?” ucap Dan Yi, Eun Ho menatapnya.
Bersambung ke episode 9

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar