PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 25 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 10 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 
Eun Ho masuk kamar merasakan telpnya bergetar pada jasnya lalu mengangkat telp dari Hae Rin. Hae Rin sedang mabuk tak percaya kalau Eun Ho menjawab. Eun Ho hanya bisa terdiam. Hae Rin mengaku tak percaya Eun Ho yang menjawab teleponnya.
“Dasar bedebah... Kurasa kau menjawab teleponku karena kau telah mencampakkanku dan menegaskan bahwa aku hanya rekan kerja. Aku sangat bodoh.” Keluh Hae Rin sambil menahan tangis.
Saat itu Seo Joon sedang mengajak jalan Geum Bi melihat Hae Rin yang minum sendiria sambil menelp, lalu menahan senyum.
“Kau tak pernah menjawab teleponku Dan kau tak pernah membalas pesan yang kukirim setelah kerja. Dasar bedebah.. Namun... Kini kau menjawab teleponku. Astaga, aku tercengang. Sungguh.”kata Hae Rin
“Kau benar... Aku seorang bedebah, 'kan? Kau di mana?” tanya Eun Ho
“Tidak akan kuberi tahu. Jika kau kemari dan berusaha menghiburku, aku akan membunuhmu dan dipenjara.” Kata Hae Rin 
“Apa Kau minum? Apa Kau ditemani?” tanya Eun Ho. Hae Rin mengaku berharap seperti itu.
“Dulu ada orang yang selalu menemaniku. Saat aku diputuskan, selalu ada pria yang menenangkanku.” Ucap Hae Rin
“Kini kau harus cari pria baru. Aku tak bisa menghiburmu lagi karena telah mengecewakanmu. Aku mencemaskanmu. Tapi beberapa hari ini kau pasti tak apa. Aku tak di kantor. Dan kau pasti bekerja dengan baik di kantor. Dan besok, keadaanmu akan baik-baik saja saat datang ke kantor.” Kata Eun Ho.
Hae Rin sada kalau diluar restoran, Seo Joon sedang menatapnya sambil menangis.  Ia menegasakan kalau Tidak ada orang kantor yang tahu  dicampakkan, bahkan Pekerjaannya selesai dengan baik jadi sangat dipastikan absen Eun Ho tak pengaruhi orang lain.
“Aku wanita sehebat itu. Kau akan menyesal telah menolakku! Sampai jumpa!” ucap Hae Rin panik langsung menutup wajahnya karena malu.



Seo Joon akhirnya menelp Hae Rin kalau bertanya apakah bisa melihatnya.  Hae Rin pikir pasti bisa melihatnya. Seo Joon pikir Hae Rin tahu  tak bisa ke masuk karena sedang membawa anjing lalu bertanya apakah membutuhkan teman.
“Jika kau butuh, aku bawa pulang anjingku dan kembali.” ucap Seo Joon baik hati.
“Tidak usah. Kau tahu kita ada rapat besok, 'kan?” ucap Hae Rin. Seo Joon pasti tahu.
“Tapi kenapa di sini? Kenapa menangis di lingkunganku?”tanya Seo Joon.
“Apa orang tak boleh menangis di lingkungan ini jika tak tinggal di sini? Apa kau pemilik seluruh lingkungan ini?” ucap Hae Rin marah. 
Seo Joon mengaku tidak juga. Hae Rin pun menutup telp dan akan bertemu besok. Seo Joon mengirimkan pesan “Aku tak tahu ada apa, tapi jangan menangis. Telepon aku jika mau mengobrol.” Hae Rin melihat Seo Joon seperti memberikan kekuatan padanya. 


Dan Yi masuk ke dalam kamar melihat kalung yang diberikan Eun Ho sebagai pernyataan cintanya, lalu terdiam. Akhirnya masuk ke dalam kamar Eun Ho yang sedang tertidur, lalu menatapnya dengan wajah sedih. 

Dan Yi memberikan buku kalau sudah selesai menempelkan stiker di buku Semestamu. Tuan Kim pun mengucapkan Terima kasih lalu bertanya apakah penjualannya hari ini. Dan Yi mengatakan  gudang sudah kirim ke toko buku setelah cek final.Tuan Kim menganguk mengerti membaca bagian biogarafi
[PENULIS KANG GYEONG-JU, DARI 1998 SAMPAI 2006, AHLI FISIKA DI NATIONAL INSTITUTE OF STANDARDS AND TECHNOLOGY AMERIKA]
“Aku tak percaya Hae-rin menempelkan stiker di bukunya. Dia pasti sangat kesal.” Komentar Nyonya Go melihat buku yang ditempel dengan stiker.
Buku dibagikan pada semua tim,  Tuan Bong berkomentar kalau buku seperti baru walaupun ada stiker didalamnya. Eun Ho tak banyak bicara. Hae Rin tak bisa menahan amarah lagi lalu menyuruh Ji Yool untuk ikut denganya. Ji Yool terlihat ketakutan.
“Dan Yi, kau punya obat? Apa kau punya obat penenang atau apa pun yang bisa membuatku tenang?” ucap Ji Yool panik
“Aku yakin dia tak akan membunuhmu.” Kata Dan Yi menenangkan. 


“Aku bersyukur, karena aku adalah rekan senior Hae-rin.” Komentar Tuan Bong lalu tak sengaja tanganya terkena kertas.
“Ada yang punya salep? Atau Punya plester luka?” ucap Tuan Bong panik melihat tanganya yang berdarah.
“Yang benar saja, itu hanya luka kecil.” Keluh Nyonya Seo. Tuan Bong menunjukan kalau tanganya berdarah.
“Kau Isap saja, maka akan berhenti.” Komentar Nyonya Seo seperti sudah tak peduli.
“Aku punya satu, Pak Bong.” Kata Dan Yi memberikan plester. Tuan Bong mengeluh kalau Lukanya lumayan dalam. Nyonya Seo mengejek agar menghubungi ambulans.
“ Pasti tanganmu sering terluka. Kita sering menyentuh kertas, ini sering terjadi jadi Minta saja padaku. Aku selalu punya persediaan. Tumitku juga sering lecet.” Kata Dan Yi bangga. Tuan Bong pun mengucapkan Terima kasih. Eun Ho menatap Dan Yi seperti terlihat bahagia karena sikap Dan Yi yang baik. 

Ji Yool tertunduk ketakutan di ruang rapat. Hae Rin melepaskan kancing jaketnya seperti akan marah lagi tapi hanya dikibaskan lalu meminta agar Ji Yool mendengarkan baik-baik ucapanya kalau  Orang tuaku punya resto pangsit. Ji Yool terlihat binggung.
“Orang tuaku menjual pangsit. Itu sudah 20 tahun, tapi masih saja ada pangsit yang terlalu matang. Dan Pangsit itu tak pernah disajikan ke pelanggan Tapi diberikan padaku. Kenapa?” ucap Hae Rin
“ Karena itu aturan utamanya, untuk selalu memberikan produk yang bagus dan layak disajikan. Buku ini... Aku bekerja selama satu tahun, bahkan pada akhir pekan demi menerbitkannya. Tapi sekarang akan dijual dengan kondisi buruk, Tiap bukunya ditempeli stiker.” Kata Hae Rin marah
Eun Ho masuk ruangan memberitahu Hae Rin untuk bersiaplah rapat dengan Seo Joon. Hae Rin bisa menahan amarahnya akhirnya keluar dari ruangan. Ji Yool seperti bisa bernafas lega karena Eun Ho bisa menyelamatkanya. Eun Ho pun menyuruh Ji Yool duduk. 


“Maaf, Pak Cha.” Ucap Ji Yool tertunduk seduh. Eun Ho  tahu kalau Ji Yool pasti merasa ini tak adil. Ji Yool mengaku sedikit karena  Tiap orang bisa berbuat kesalahan.
“Kau benar... Semua editor melakukan typo... Tidak ada buku yang sempurna soal itu... Namun, semua editor merasa malu atas itu. Mereka tak merasa itu tak adil. Jadi Baca dan rangkumlah buku yang ada di daftar. Waktumu satu pekan.” Kata Eun Ho.
Ji Yool melonggo melihatnya, List REKOMENDASI BUKU dari Eun Ho salah satunya ARTI MENJADI EDITOR DASAR-DASAR PENYUNTINGAN. Eun Ho pikir Ji Yool mungkin  akan tahu sulitnya pekerjaan di perusahan penerbitan.
“Tapi banyak yang melamar kemari tiap tahun karena mereka suka buku. Mereka hanya mau menerbitkan buku yang bagus. Ji-yul, banyak pelamar yang rela lakukan apa pun demi berada di posisimu. Jika tak peduli soal buku, maka belajarlah.” Pesan Eun Ho. 
Ji Yool melihat buku dibagian belakang sesuai dengan perintah Eun Ho sebelunya.
Flash Back
“Halaman hak cipta ada di belakang. Banyak nama tertulis di situ. Mereka para penyusun bukunya. Selama satu atau dua tahun. Terkadang, bahkan lebih lama.” Ucap Eu Ho. Ji Yool melihat buku dari Penulis Kang,
“Banyak nama yang tak disertakan. Mereka semua melakukan yang terbaik untuk menerbitkan satu buku. Tapi para pembaca akan kecewa saat membuka bukunya. Karena penerbit salah menulis biografi penulisnya. Kau harus memikirkannya.” Pesan Eun Ho.
“Tanyakan pada dirimu, alasan kau bekerja dan melamar pekerjaan ini.” Kata Eun Ho


Ji Yool terdiam mengingatyerdengar teriakan Tuan Bong yang duduk samping . Tuan Bong mengeluh karena masih ada Typo padahal  Ini revisi kelimanya dan malah lebih banyak. Nyonya Seo mengingatkan kalau waktu tenggatnya satu pekan lagi.
“Berhenti memburu-buru... Akan kubaca sekali lagi... Wahh..Sungguh menjemukan.” Keluh Tuan Bong kembali menatap layak komputer.
Ji Yool melihat Song Il dengan pegawai lainya sedang membahas kertas yang mana untuk sampul buku Bu Yoo, dengan kertas  snow white atau art paper. Song Il pikir kertas Snow white cocok untuk buku Nyonya Yoo. karena kertasnya simpel.
“Namun, art paper yang berwarna pilihan tepat untuk menarik pembaca muda. Bagaimana kalau Mont Blanc?” kata Pegawai lain. Ji Yool melihat Dan Yi berbicara dengan Nyonya Seo.
“Saat mengumpulkan artikel daring, aku menemukan blog-blog bagus.” Ucap Dan Yi. Nyonya Seo memujinya. Ji Yool hanya diam karena semua seperti sangat bersemangat. 


Sementara disisi lain, Tuan Kim memikirkan yang akan mereka lakukan karena kesalahan Hae Rin. Eun Ho pikir mereka harus memberikan hadiah, saat menjual bukunya, dan buat cetakan kedua. Tuan Kim pikir memberikan hadiah itu cukup mahal.
“Astaga, masih banyak yang harus dikerjakan.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Go pun memikirka yang akan dilakukan.
“Kau tahu Hae-rin sering ke Perpustakaan Nasional. Dia sudah meneliti tiap bagian dan merevisi naskahnya. Kita akan cetak baru lagi dan mengirimnya ke Hae-rin dan Profesor Kang.” Kata Nyonya Go yakin
“Baik. Bicarakan dengan pemilik toko buku daringnya.” Ucap Tuan Kim pada Eun Ho. 


Park Hoon dan Tim pemasaran pergi ke toko buku lalu melihat tumpukan buku mereka tak disusun dibagian atas. Park Hoon pun mencoba membuat buku bisa terlihat. Saat itu pegawai dari toko buku datang, wajahnya terlihat marah.
“Pak Park, aku mencarimu... Kami sedang... aku agak kecewa padamu. Buku kami ditempatkan di belakang. Ini buku yang sedang gencar kami promosikan. Bisakah kau pajang buku kami di sini?” ucap Tim pemasaran
“Kau selalu bilang hal yang sama.” Keluh Tuan Park. Tim pemasaran mengaku  Buku-buku itu seperti anak-anaknya.
“Tapi, yang ini seperti anak kesayanganku. Kami mohon, Pak Park.” Rengek Tim pemasaran. Akhirnya Tuan Park pun menyusun buku dibagian atas. Keduanya langsung memuji Tuan Park yang memang tampan 

Ji Yool terlihat sangat serius mencari keyword “SIKAP YANG HARUS DIMILIKI EDITOR BUKU” saat itu  Seo Joon masuk kantor, lalu bertanya pada salah seorang pegawai kalau  ingin bertemu Nona Song Hae-rin. Si wanita pun menunjuk ruangan Hae Rin yang ada di ujung sana.
Song Il melihat pria tampan langsung menyapanya, Seo Joon ingin memberitahu tapi Hae Rin lebih dulu menyapa Seo Joon yang datang dengan wajah bersemangat.  Nyonya Seo terlihat tak percaya Seo Joon dan juga pegawai lainya.
“Halo. Aku yang akan mendesain sampul buku Bu Yu. Aku Ji Seo Joo. Semoga kita bisa bekerja sama.” Ucap Seo Joon. Semua terlihat senang kecuali Eun Ho.
“Ini sogokanku.” Kata Seo Joon memberikan kopi. Song Il memuji Seo Joon  tampan dan baik.
“Di mana meja Dan-i?” tanya Seo Joon. Hae Rin kaget karena Seo Joon yang mengenal  Dan Yi lalu melihat sedang tak ada diruangan.
Semua langsung berbisik tak percaya kalau Seo Joon mengenal Dan Yi. Hae Rin pun menunjuk meja Dan Yi yang kosong. Seo Joon pun sengaja menaruh segelas kopi untuk Dan Yi. Semue memuji Seo Joon yang keren sekali. Eun Ho terlihat gelisah karena Seo Joon terang-terangan memberikan perhatian pada Dan Yi. 


Dan Yi sedang bertemu dengan seseorang mengaku  sungguh terkejut mendengarnya mundur. Pria itu pikir Dan Yi  tampak bersemangat. Jadi, mengira  akan terus bekerja. Dan Yi mengaku juga suka dengan pekerjaannya.
“Aku belum pernah menggelar konser buku. Bagaimana prosesnya itu?” tanya si pria. Dan Yi memberika proposal.
“Buka perspektifmu.” Kata Dan Yi. Si pria merasa  Tampaknya biayanya mahal. Dan Yi memberitahu kalau Sebenarnya tempatnya gratis. 

Eun Ho, Hae Rin dan Seo Joon melakukan rapat. Eun Ho memberitahu kalau poin menjual dari buku baru Nyonya Yoo adalah narasi yang menarik dan cerdas seperti karya klasik Makanya mereka perluas target pembacanya ke generasi muda.
“Kami mau desain bukunya menyatukan elemen-elemen tersebut. Jadi, sampulnya sensual...” kata Hae Rin yang langsung disela oleh Seo Joon.
“Aku tak suka ide itu.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengeluh karena  belum selesai bicara.
“Kata-katamu sudah cukup menggambarkan. Kau mau ilustrasi sensual, tapi tetap hangat dan bersahabat. Apa aku benar? Coba Lihat.. Ini jelek dan membosankan.” Kata Seo Joon melihat design yang dibuat Hae Rin. 

Saat itu Dan Yi akhirnya kembali ke kantor, semua mulai bergosip tak percaya kalau Dan Yi dekat dengan designer buku terkenal. Park Hoon memberitahu kalau Seo Joon yang membelikan kopi khusus. Dan Yi terkejut dan mencari sosok Seo Joon.
“Dia sedang rapat dengan Nona Song dan Pak Cha. Apa Kau kenal dia? Dia sangat tampan. Bahkan Dia khusus membelikan kopimu dan menaruhnya di mejamu.” Ucap  Park Hoon mengoda.
“Yah.... Dia sangat tampan.” Kata Dan Yi. Pegawai lain mengeluh karena sudah menduga yang dikatakan Dan Yi.
“Wanita hanya peduli dengan penampilan, karena Kudengar dia itu aneh.” Ucap Si pria. Dan Yi merasa itu tak munkin. Park Hoon ingin tahu darimana.
“Temanku bekerja di Wolmyeong. Lima menit sebelum rapat dengannya, semua orang melakukan meditasi. Kenapa? Karena dia suka membuat kesal semua orang di tim mana pun. Kau Tebaklah julukannya di sana... Tuan Sombong.” Ucap Si pegawai. Dan Yi kaget mengetahui Seo Joon yang dianggap  "Tuan Sombong"
“Siapa peduli jika dia setampan itu?” ucap Si pegawai. Dan Yi merasa Seo Joon tak seperti itu.



Hae Rin memberitahu Seo Joon kalau mereka serius dalam menggarap buku. Seo Joon menegaskan kalau Kerja seharusnya menyenangkan menurutnay Hae Rin bisa Silakan cek. Delapan dari sepuluh novel di toko buku desain sampulnya seperti yang dibuat Hae Rin dan menurutnya  Membosankan.
“Lalu desain menyenangkan seperti apa yang kau maksud?” tanya Eun Ho.
“Kupikir bisa menggunakan lukisan Oriental.” Kata Seo Joon. Eun Ho dan Hae Rin terlihat kaget.
“Pak Ji... Apa kau sudah membaca proposalku?” ucap Hae Rin
“Kau pasti berpikir lukisan Oriental tak modern dan terlalu kuno.” Kata Seo Joon. Hae Rin menegaskan sedang bicara dari sudut pandang yang umum.
“Ah... Begitu... Bukankah seharusnya Gyeoroo ambil risiko?” kata Seo Joon. Hae Rin ingin kembali bicara tapi ditahan oleh Eun Ho. 
“Tunggu... Kau tahu ini rapat pertama kita, 'kan? Kau seharusnya bertukar pikiran. Jadi Kurangi berdebat dan lebih banyak berdiskusi.” Kata Eun Ho
“Walau sudah baca proposalmu, menurutku lukisan Oriental cocok. Kurasa itu jauh lebih baik daripada sampul buku pada umumnya. Sampul adalah wajah suatu buku. Kurasa juga lebih baik membuat buku Bu Yu tampak klasik daripada bersahabat.” Kata Seo Joon.
“Ya, karakter buku memang penting, tapi kenapa harus lukisan Oriental? Dia bukan penulis muda, sampul bergaya kuno...” ucap Hae Rin dengan nada tinggi.
“Aku tak paham kenapa kau menganggap lukisan Oriental sangat kuno. Bagaimana jika lukisan Barat?” kata Seo Joon. Hae Rin terlihat makin marah..

“Aku mengerti maksudmu, tapi Bu Yu tak mungkin memintaku jika dia ingin desain yang umum. Seharusnya kau tak mengontrakku. Kurasa kau tak begitu mengenalku. Aku pengambil risiko, bukan pengecut.” Tegas Seo Joon.


Hae Rin marah karena dianggap Pengecut. Eun Ho memperingatkan Hae Rin agar bisa menahan emosi. Hae Rin melampiaskan amarah dengan meremas kertas mengakusudah mendengar ucapan Seo Joon dengan jelas, jadi lebih baik akhiri rapat pertama ini.
“Melanjutkannya hanya membuang-buang waktu. Aku akan menghubungimu setelah kau lakukan penelitian soal lukisan Oriental yang modern atau apa pun itu yang tadi kau katakan.” Ucap Hae Rin marah akan keluar ruangan.
“Pak Cha, kurasa aku butuh waktu untuk memutuskan desain sampul. Desainer baru kita benar-benar orang aneh. Kau harus dengar betapa kasarnya dia. Aku hampir meledak di rapat pertama.” Kata Hae Rin menyindir.  Eun Ho mengaku bisa mengingatnya.
“Apa dia satu-satunya editor yang bekerja di sini?” tanya Seo Joon sambil menyindir. Eun Ho mengaku punya banyak editor.
“Yang ini sepertinya mudah marah. Bagaimana bisa bekerja sama? Aku tak sempat menunjukkan penemuanku.” Keluh Seo Joon lalu memperlihatkan proposalnya. Eun Ho tak percaya kalau Ini lukisan Oriental. 


Di luar ruangan
Tim pemasaran yakin kalau Hae Rin  akan keluar dengan penampilan lelah dan kantung mata. Dan Yi merasa kalau Seo Joon bukan pria seperti itu. Park Hoon menoda Dan Yi itu pasti cemburu. Dan Yi mengeluh dianggap cemburu dengan dan sangat kekanak-kanakan tapi hanya iri saja. 


Eun Ho seperti tak percaya kalauApa ini lukisan Oriental. Seo Joon memberitahu kalau itu gaya kontemporer., karean Karya seniman Korea yang sedang naik daun. Eun Ho pikir kalau itu bagus, Hae Rin tak bisa menahan diri akan melihat gambar Seo Joon lalu memuji sungguh bagus.
“Kau cepat berubah pikiran.” Ejek Eun Ho, Seo Joon pun bisa tersenyum bahagia.
“Ini bagus sekali... Tapi bukan berarti proposalku salah. Aku hanya setuju denganmu karena yang kau bawa lebih bagus. Kenapa tak dari awal kau perlihatkan? Maka aku akan langsung setuju. Jadi... Apa Ada sampel lainnya?” kata Hae Rin penuh semangat.
Seo Joon mengeluarkan dari tasnya, Hae Rin pikir bisa melihat nanti dan bisa membahas yang ada didepanya karena sangat suka dengan salah satu design yang sempurna untuk buku Bu Yu.


Akhirnya Seo Joon selesai rapat wajahnya terlihat tersenyum bahagia lalu melihat Dan Yi memangilnya meminta agar mendekat. Dan Yi terlihat senang lalu menghampirinya. Seo Joon tahu kalau Sebentar lagi Dan Yi selesai kerja.
“Apa kau mau makan malam?” tanya Seo Joon, saat itu Eun Ho memanggil Seo Joon.
“Kita makan malam bersama untuk rayakan rapat pertama. Bersama Nona Song.”ucap Eun Ho. Hae Rin kaget karena Eun Ho tiba-tiba ingin  Makan bersama. Eun Ho mengaku sudah merencanakannya.
“Katamu kita bertemu di rapat selanjutya?” kata Seo Joon.
“Makanya aku kini mengajakmu untuk makan malam bersama.” Ucap Eun Ho. Seo Joon ingin memberitahu kalau ada acara tapi Dan Yi lebih dulu menyela.
“Tidak masalah.” Kata Dan Yi. Hae Ri mengajak mereka  semua makan bersama saja mengajak Dan Yi untuk bergabung. 


Mereka masuk ke sebuah restoran. Hae Rin melihata Tempatnya sungguh cantik dan Suasananya nyaman. Eun Ho terlihat kesal. Mereka pun duduk disebuah meja. Hae Ri mengaku tak tahu Seo Joon tinggal di daerah ini pula.
“Apa Restoran ini hanya punya satu meja?”tanya Hae Rin. Seo Joon membenarkan.
“Lalu Mana pemiliknya? Aku tak lihat menunya.”tanya Eun Ho.
“Aku yang memasak hari ini. Jadi Kusewa restoran ini seharian.” Kata Seo Joon.
Dan Yi terlihatk kaget, Seo Joon pikir sudah mengatakan pada Dan Yi  ikut kelas memasak di restoran jadi akan memasak untuk mengulas pelajaran dan menyajikan makanan pada temannya.  Ia tahu Dan Yi yang  suka makanan dengan kaldu hangat Makanya suka udon juga.
“Hidangan hari ini...” kata Seo Joon menaruh diatas meja. Dan Y terlihat tak percaya kala “nabe” yang Tampaknya lezat.
“Ya. Aku tahu kau akan menyukainya.”ucap Seo Joon. Hae Rin terlihat tak percaya kalau mereka akan minum sake juga
“Ya, aku menyiapkannya karena Dan-i suka ini. Dan Ini untuk lauknya.” Kata Seo Joon membawakan menu lainya. 


Eun Ho dengan wajah cemberut bertanya apakah punya bir. Seo Joon menyuruh agar mengambil sendiri. Eun Ho akhirnya mengambil sendiri. Hae Rin bertanya mereka berdua punya hubungan apa dan menduga sedang berpacaran. Eun Ho dan Seo Joon langsung mengatakan tidak.
“Kenapa dia bicara begitu?” keluh Eun Ho. Tapi Seo Joon mengaku Belum.
“Aku hanya menyukai Dan Yi” akui Seo Joon. Hae Rin mengartikan  orang yang dikirimi pesan saat hari bersalju itu adalah Dan Yi.
“Benar... Saat itu Dan-i sedang sibuk mengerjakan naskah Bu Yu. Aku sedang bersama Nona Song saat turun salju. Kami mengirim pesan hari itu. Kau tak membalas pesanku. Orang yang dia kirimi pesan...” kata Seo Joon lalu teringat sesuatu. Eun Ho terlihat kesal membuka botol bir.

“Bagaimana dengan orang yang kau kirimi pesan itu?” tanya Seo Joon. Eun Ho hanya terdiam.  
“Dia tak menyukaiku.” Akui Hae Rin. Seo Joon merasa punya firasat. Saat rapat.. Hae Rin bertanya apa itu.
“Apakah karena emosimu Atau kau mudah marah karena dicampakkan?” kata Seo Joon mengoda. Hae Rin menatap sinis tapi Seo Joon mengaku hanya bercanda.
Dan Yi menatap Eun Ho mengingat perkataan sebelumnya “Aku tak tahu sejak kapan, aku menyukaimu. Musim semi sampai panas. Musim panas sampai gugur. Musim gugur sampai dingin. Apa Kau tahu kapan musim berganti? Apa kau Tahu tepatnya kapan musim dingin berakhir dan musim semi dimulai? Aku tak tahu kapan tepatnya perasaanku padamu mulai tumbuh.”


“Kenapa ada pria yang menolakmu, Nona Song?  Aku suka emosi berapi-apimu.” Kata Seo Joon
“Tepat sekali. Itu poinku... Itulah daya tarikku.” Ucap Hae Rin. Eun Ho hanya diam saja.
“Lupakan pria itu.” Saran Seo Joon. Hae Rin mengaku  sudah membuangnya di tempat sampah yaitu Tempat selayaknya.
“Kenapa dibuang di lingkunganku?” ejek Seo Joon lalu tanganya tiba-tiba teriris pisau.
Hae Rin panik langsung menghampirinya,  Seo Joon mengaku baik-baik saja karena hanya luka kecil. Hae Rin akan membeli plester luka. Seo Joon pikir tak perlu karena lukanya tak dalam.
Seo Joon menatap Dan Yi hanya diam saja padahal sebelumnya memberikan pada Tuan Bong plester karena selalu punya persediaan Dan Yi tetap diam saja tak bergerak saat melihat Seo Joon terluka.
“Dan Yi... tak mengambil plester luka dari tasnya.”gumam Eun Ho tersenyum bahagia melihat sikap Dan Yi.
“Ini hidangan keduaku.”kata Seo Joon yaitu ayam bumbu. Hae Rin melihat  Kelihatannya lezat.
Akhirnya mereka mulai makan, Eun Ho dengan senyuman makan buatan Seo Joon lalu komentar kalau rasanya asin. Tapi Hae Rin dan Dan Yi merasa kalau enak. Seo Joon pun makin banggan, Seo Joon seperti tak peduli terus tersenyum. 

Hae Rin mengaku menikmati makan malamnya saat keluar dari restoran. Eun Ho pikir mereka aka jumpa di rapat selanjutnya. Seo Joon pun akan mengantar Dan Yi. Hae Rin mengoda Eun Ho akan mengantarnya. Eun Ho menolak karena ia yangakan menganta Hae Rin ke pemberhentian taksi.
Eun Ho dan Dan Yi pun berpisah jalan, Eun Ho berjalan dengan Hae Rin dan Dan Yi dengan Seo Joon. Dan Yi menatap ke arah belakang seperti tak bisa membiarkan Eun Ho pergi, lalu Eun Ho pun bergantian menatap Dan Yi yang pergi dengan Seo Joon. 

Seo Joon pikir Kenapa tak beri tahu saja pada Hae Rin kalau Dan Yi tinggal bersama Pak Cha, karena pasti mengingat saat Hae Rin datang ke rumahnya sambil mabuk dan menurutnya Dan Yi pasti terasa sulit.
“Ya, benar, tapi jika bilang kami tinggal bersama, maka kami juga harus memberi tahu kalau sudah lama kenal. Itu akan membuat tak nyaman. Lagi pula, Eun- ho adalah penyeliaku. Aku bisa memahami itu juga.” Ucap Dan Yi lalu memberikan sebuah plester.
“Aku bawa di tasku, tapi tadi aku lupa.” Kata Dan Yi lalu bergumam kalau  Sesungguhnya, memikirkan Eun-ho jadi tak memberikannya.
“Lukanya kecil, aku baik-baik saja.. Tapi Terima kasih.” Kata Seo Joon.

Eun Ho sudah menunggu dirumah melihat Dan Yi pulang dengan senyuman mengoda bertanya apakah Dan Yi senang dengan kencannya. Eun Ho mengeluh Dan Yi itu bersikap sarkastis, karena mereka tak berjalan selama itu.
“Apa Kau mencoba memberi alasan? Kurasa kau memikirkanku.” Ejek Eun Ho
“Kau suruh aku hubungan dengan Seo Joo. Katamu aku tak perlu pedulikan perasaanmu dan lakukan semauku. Jadi, apa kau sedih melakukannya?” ucap Dan Yi
“Siapa bilang aku sedih? Jika kau memang memikirkanku, biarkanlah. Kapan pun kau melihatku, ingatlah ini, "Cha Eun-ho menyukaiku."” Kata Eun Ho mengoda. Dan Yi meminta agar Eun Ho Berhenti karena bersikap  tak tahu malu.
“Kenapa tak berikan plester? Saat Ji Seo-jun terluka, kau punya plester di tasmu.” Kata Eun Ho. Dan Yi mengaku lupa. ada satu di tasnya.
“Itu Mustahil.” Kata Eun Ho. Dan Yi mengaku itu benar kalau hanya lupa.
Eun Ho hanya bisa tersenyum, Dan Yi heran melihat Eun Ho yang tersenyum. Eun Ho menegaskan Dan Yi pasti kalau  Selalu ada hari seperti ini yaitu Saat Dan Yi sulit menahan diri. Dan Yi heran bertanya apa yang tak bisa ditahan.
“Ada hari-hari saat aku berpikir, "Harus kutahan, Aku harus menahan diri." Jadi, apa yang kau tahan? Apa yang kau...” kata Eun Ho langsung mencium bibi Dan Yi.
Dan Yi terdiam. Eun Ho pikir kalau Dan Yi menahan diri untuk tak menciumnya.  Dan Yi hanya diam saja.
Bersambung ke episode 11

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar