PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 19 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Hye Ja akhirnya masuk mobil polisi dengan Joon Ha, lalu berusaha kabur untuk membuka pintu. Joon Ho memberitahu kalau  tidak bisa membuka pintu belakang mobil polisi dan harus dibuka dari luar. Hye  Ja akhirnya mencoba keluar dari depan, tapi polis bisa menahanya.
“Apa Kau balas dendam padaku karena memukul kepalamu?” ucap Hye Ja marah
“Wah... Cantiknya... Kau tinggal di lingkungan ini, benarkan?” kata Polisi, Hye Ja mengak kalau pertamanya datang ke tempat ini. Saat itu tiba-tiba Young Soo datang sambil menangis dan panik.
“Ahjussi, tolong bantu aku menemukan nenekku... Nenekku menghilang. Dia pendek, dan matanya ... Oh, dia terlihat seperti mata wanita ini. Rambutnya putih semua.” Ucap Young Soo lalu tersadar melihat Hye Ja duduk kursi belakang berpikir adiknya sudah mewarnainya. 

Akhirnya mobil polisi pergi, Hye Ja terpaksa turun dari mobil.  Young Soo mengulurkan tanganya mengucapakan terimakasih pada Joon Ha, tapi Joon Ha memilih untuk pergi meninggalkan keduanya.  Young Soo pun menahan amarah mengeluh kalau Semua pria tampan sangat menjengkelkan.
“Hei, kau mengambil celana dalamku... Kau melakukannya, benarkan?”Jerit Young Soo marah.
“Itu udara yang sejuk dan sangat nyaman di musim panas.” Ucap Hye Ja
“Penjelasan singkat itu memberiku keberuntungan.”keluh Young Soo
“Yah... Seolah-olah seperti itu!  Tapi kalau memang Terbukti  tetap tidak berguna. Aku kehilangan tasku, jadi kau tidak akan pernah menemukannya Jadi Aku akan membelikanmu satu yang baru nanti. Bagaimana bisa kau mengambil uang dari adikmu sesaat setelah dia kembali?” keluh Hye Ja melihat Young Soo mengulurkan tanganya.
Hye Ja akhirnya duduk merasa  sangat lelah berjalan-jalan sepanjang hari. Young Soo akhirnya berjongkok agar bisa mengendongnya. Hye Ja pikir kakaknya sudah gila.
“Kau bilang lelah karena berjalan-jalan seharian. Aku akan membawamu pulang.” Ucap Young Soo. 
Akhirnya Young Soo mengendong adiknya dan masuk ke dalam rumah lewat jendela sambil mengejek kalau itu alasan adiknya yang tidak tumbuh tinggi. Hye Ja memastikan kalu ayah dan ibunya tidak tahu.
“Kenapa kau kabur jika kau mengkhawatirkan mereka? Apakah kau pikir mereka akan bebas dari kekhawatiran dan tidur nyenyak  jika kau kabur dari rumah?” kata Young Soo marah
“Otakmu mungkin tidak berkembang dengan baik seperti tinggi badanmu. Itulah sebabnya kau menulis surat kekanak-kanakan ini. Surat yang bodoh.” Ucap Young Soo memperlihatkan surat ditanganya.
“Apa Kau satu-satunya yang mengambil itu?.Aku tidak bisa menemukannya dimanapun, jadi kembalikan” kata Hye Ja. Young Soo menolak.
“Jika kau tidak melakukan apa yang kukatakan, maka akan kuberikan surat ini kepada Ibu dan Ayah. Mengerti?” ucap Young Soo. Hye Ja meminta agar Young Soo mengembalikan.
“Astaga. Aku lapar karena sudah berjalan-jalan seharian ini. Hey, pergi dan buatkan aku semangkuk Ramyeon.” Ucap Young Soo
“Terserah. Aku lelah karena aku sudah keluar sepanjang hari. Aku ingin tidur.” Kata Hye Ja akan keluar kamar. Young Soo mengancam dengan surat Hye Ja akan memberikan pada orang tuanya. 



Akhirnya Hye Ja membuatkan ramyun untuk kakaknya, sambil mengeluh nasibnya yang sial. Young Soo sambil membaca komik menceritakan  tidak akan memakannya jika Hye Ja memecahkan kuning telurnya. Hye Ja mengeluh agar kakanya makan saja yang dibuatnya.
“Kecuali kau ingin melihatku meledakkan sesuatu yang lain.” Keluh Hye Ja. Young Soo akan memanggil ibunya. Akhirnya Hye Ja menuruti perintah kakaknya.
“Kupastikan kuning telurnya tetap utuh... Kau lihat kuning telurnya, kan Ini akan sangat enak.. Makanlah.” Kata Hye ja. 

Young Soo menyalakan komputernya, masuk ke siaran  (Prince Younng Soo TV) lalu saat itu penonton  sudah masuk ruanganya.  Young Soo dengan gaya menyapa penontonya.
“Heatstroke menjanjikan 1,000 bintang untuk misi ini.. Selesaikan ramyeon ini dalam satu menit. Kau bisa melihatnya panas sekali, bukan? Ini benar-benar panas.” Ucap Young Soo memasang timer 1 menit.
Hye Ja melihat dari kejauhan, Young Soo pun akhirnya mulai makan, tapi mulutnya seperti terasa terbakar, beberapa comment muncul (Ini akan menjadi sangat menghibur... Aku bertaruh semua uangku bahwa dia akan segera mengeluarkan dari mulutnya.)
Young Soo terusa merasa Panas lalu tersadar kalau Heatstroke meninggalkan ruangan, wajahnya pun sangat marah. Hye Ja seperti kasihan dengan kakaknya. 

Nyonya Seo akan memberikan makan untuk anaknya, tapi Hye Ja akhirnya keluar dari kamar lalu meminta agar semua duduk diruang tengah. Keduanya binggung, Hye Ja yang sudah menjadi tua memberikan hormat pada kedua orang tuanya walaupun dengkulnya terasa sakit.
“Aku hanya akan duduk dengan nyaman karena lututku buruk sekarang. Aku meminta maaf untuk segalanya, Ibu dan Ayah. Aku tidak pernah melakukan sesuatu yang baik untuk kalian berdua, dan aku sudah berumur semalam seperti ini di atas itu dan berakhir dengan menyakiti hatimu.” Ucap Hye Ja.
“Aku ingin menjadi Pembaca berita, Jadi kita bisa melunasi hutang kita, mendapatkan mobil baru untuk Ayah, dan membangun gedung dua lantai jadi ibu bisa pindahkan salonnya kesana. Tapi seperti yang kau lihat, Aku berakhir seperti ini, jadi aku tidak bisa menepati janjiku.” Kata Hye Ja. Kedua orang tuanya hanya bisa terdiam.
“Sebagai gantinya, Aku bisa melakukan cuci baju, memasak, dan bersih-bersih. Aku bisa membantu pekerjaan rumah. Maksudku, setidaknya aku masih bisa bergerak,  Dan Juga, Ibu... Bisakah kau ke rumah sakit bersamaku sekarang?” ucap Hye Ja.
Young Soo menatap binggung dengan sikap adiknya. Nyonya Kim pikir kalau Hye Ja sakit. Hye Ja pikir Setidaknya perlu tahu berapa umurnya. 


Mereka pun pergi ke rumah sakit, keduanya duduk menunggu.  Hye Ja memastikan kalau mereka tidak akan tertangkap, Nyonya Kim menceritakan Bibinya tinggal di pedesaan, bahkan tidak bisa datang ke ruma sakit ini.
“Dia hampir 80 tahun. Apakah aku terlihat setua itu?” ucap Hye Ja sedih. Nyonya Kim menatap wajah Hye Ja lalu berpikir terlihat tua. Hye Ja mengeluh kalau Nyonya Kim itu benar-benar ibunya. Akhirnya nama Jeon Hye Rim di panggil.
“Apakah tidak ada nona Jeon Hye Rim?” ucap perawat. Hye Ja binggung. Akhirnya Nyonya Kim membenarkan kalau nakanya Jeon Hye Rim.
“Apa Nama bibimu adalah Jeon Hye Rim? Setiap orang memiliki nama yang bagus kecuali aku. Aku juga memiliki nama terburuk. Siapa yang menamai putri mereka "Hye Ja"?” keluh Hye Ja dan Nyonya Kim langsung memukulnya. 

Dokter memberitahu kalau Usia biologis Hye Ja jauh lebih muda dari usia yang sebenarnya. Hye Ja ingin tahu berapa umurnya,  Dokter melhat dikatakan dari rekam medis bahwa Anda berusia 78 tahun dan yakin kalau  Informasi ini benar. Hye Ja terlihat marah dianggap setua itu.
“Tapi usia biologismu hanya 65 tahun berdasarkan hasil pemeriksaan. Selamat.” Ucap Dokter bahagia. Hye Ja makin marah. Nyonya Kim meminta agar tenang pada Hye Ja.
“Aku kira Anda mengharapkannya lebih rendah dari itu, kan?” komentar Dokter. Hye Ja ingin tahu apakah ada yang lainya.
“Hatinya sangat sehat.. Seperti hati seorang pemuda.” Ucap Dokter. Hye Ja ingin tahu Berapa tahun
“Saya katakan 55... Apakah kau seorang bayi jika berusia 55 tahun adalah seorang pria muda? Apa kau molekul sel atau apa?” kata Dokter
Hye Ja makin marah mencengkram kerah dokter, Nyonya Kim mengajak pergi sambil mengeluh dengan sikap anaknya padahal dokter mengatakan masih muda. Hye Ja ingin masuk lagi, Nyonya Kim melarangnya karenaakan kembali meraih kerahnya.
“Tidak, aku punya pertanyaan untuknya. Aku serius.” Ucap Hye Ja menyakinkan.
“Apa Kau tidak akan meraih kerahnya?” tanya Nyonya Kim, Hye Ja menyakinkan kalau Tidak akan melakukanya.
“Dokter, bagaimana dengan monopause?” tanya Hye Ja dari depan pintu. Nyonya Kim yang malu mengajak anaknya pergi. 



Hye Ja sudah berdiri di depan tangga meminta Young Soo agar mencatat semuanya dengan akurat. Young Soo yang masih mengantuk mengeluh Hye Ja yang tiba-tiba ingin olahraga. Hye Ja mengaku perlu tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan.
Young Soo mulai aba-aba, Hye Ja menaiki tangga pelahan dengan sedikit bunyi dilututnya. Young Soo pun dengan mudah melompat menaiki tangga,  Hye Ja pun meminta agar menuliskan catatan sudah kehabisan nafas dan Lututnya terus membuat suara gemerincing.
Young Soo menuliskan catatan “Sesak nafas setelah 5 langkah dan Lutut berdenting setelah 10 langkah”  Mereka pun pergi ke stadion, Hye Ja memberitahu akan lari jadi meminta Youn Soo mengukur berapa detik waktunya.
Tapi baru beberapa langkah, Hye Ja kembali mengaku tidak bisa lari. Young Soo pun memberikan catatan “Berlari: tidak bisa melakukannya” 

Hye Ja menyanyi karaoke, Young Soo menuliskan catatan  (Nada tinggi 3 oktaf di dalam "Good Day" – IU) Hye Ja akhirnya meminta agar Young Soo menuliskan tidak bisa melakukannya. 

Di sebuah toko
Hee Man melihat Joon Ha yang mengunakan setelah jas memuji kala semuanya tampak hebat kalau dipakai Joon Ha dan memutuskan akan membelinya.  Mereka pergi ke sebuah counter jam, Hye Ja menyuruh Joon Ha mengambilnya karena sudah dapat pekerjaan baru.
“Kau sudah membelikanku jas.”ucap Joon Ha menolak.
“Saat kau memakai jas, kau juga perlu arloji... Coba lihat .. Bagaimana dengan ini? Tapi kupikir yang pertama adalah yang terbaik.” Ucap Hee Man.
Joon Ha melihat jam tangan teringat dengan Hye Ja yang mabuk mengatakan “Ini bukan keputusan yang mudah untukku, tapi Aku akan memberikan kesempatan untuk merubah banyak hal. Kesempatan untuk memutar kembali waktu.” Lalu menangis seelum pergi meninggalkanya. 


Joon Ha dan Hee Man akhirnya minum di atas bukit.  Hee Man menceritakan Ketika merkea mendaki bukit hanya berpikir daerah itu koto Tapi ternyaat pemandangan diatas sangat luar biasa. Joon Han mengaku seluruh hidupnya sudah banyak berpindah-pindah.
“Jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya terikat pada satu daerah. Untuk berada di suatu area, bahkan untuk seseorang? Tapi Aku menjadi terikat dengan area ini. Seseorang yang mengenalku tinggal di dekatnya. Dan itu sangat cukup untuk membuatku nyaman. Aku tidak pernah merasakannya sebelum aku pindah kesini.” Ucap Joon Ha
“Bergembiralah, bocah. Lihatlah pemandangan yang menakjubkan ini...Masa depan cerah menantimu. Ayo minum.” Kata Hee Man memberikan semangat. Joon Ha pun hanya bisa terdiam. 
Hye Ja menyapu dan menjemur handuk, Nyonya Kim melihat Hye Ja yang sudah berkerja. Hye Ja menyapanya mengaku  bangun pagi sekali hari ini dan tidak bisa tidur lagi. Nyonya Kim pun mengucapkan terimakasih.
Tuan Kim akan menonton Tv mendengar Hye Ja yang merasakan punggungnya sakit. Hye Ja keluar dari kamar mandi menceritakan kalau  tidak bisa mendapatkan busa shampoo tidak peduli berapa banyak memompa botol.
“Ternyata, itu kondisioner... Astaga. Aku tidak mempercayainya... Tapi ada satu hal yang baik. Jadi Tidak perlu waktu lama untuk mengeringkan rambutku. Aku memiliki rambut yang sedikit karena sudah tua.” Ucap Hye Ja sambil tersenyum.
“Mari kita keluar sebentar.” Kata Tuan Kim terlihat menatap kasihan.  Hye Ja bertanya Kemana akan pergi. 


Hye Ja mencoba kacamata plus, terlihat bahagia karena bias melihat. Pegawai bertanya apakah membuat pusing. Hye Ja mengaku Tidak sama sekali, karena bahkan tidak bisa membaca tulisan kecil sebelumnya, lalu meminta izin ayahna bisa mendapat bingkai yang lain
“Itu akan membuatku terlihat tua.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim binggung meminta agar Hye Ja memberitahu pegawai yang lain. Hye Ja pun memilih bingkai yang cocok dengan wajahnya.

Keduanya pun menunggu kacamata, Hye Ja pun bertanya pada ayahnya apakah merasa sedih. Tuan Kim terlihat binggung. Hye Ja mnegaku tidak berpikir memakai kacamata. Tuan Kim pikir  seharusnya membuat Hye Je terlihat cerda.
“Kau benar... Tapi Apa aku orang asing untukmu? Kau tidak bicara padaku atau tertawa denganku lagi. Bahkan Aku orang asing untuk diriku sendiri. Aku terkejut setiap pagi ketika melihat cermin. Seharusnya aku lebih baik padamu.” Akui Hye Ja.
“Tapi aku telah memutuskan untuk menerima ini. Aku harus melalui ini untuk kembali sesuatu yang berharga untukku. Kupikir itu tidak sepadan.” Akui Hye Ja.
“Kau bilang "Sesuatu yang berharga"? Apa itu?” tanya Hye Ja. Tuan Kim menjawab itu Rahasia. Saat itu pegawai memberitahu kalau Kacamata Hye Ja sudah siap.


Keduanya duduk bersama, Hye Ja bertanya apakah ayahnya tidak mengendarai taxinya lagi. Tuan Kim mengatakan sdudah bekerja sebagai petugas kebersihan sekarang.  Hye Ja bertanya alasan ayahnya  yang tidak bisa menunggu sampai kakinya pulih. Tuan Kim mengaku baik-baik saja.
“Itulah mengapa aku bekerja.”kata Tuan Kim. Hye Ja seperti tak yakin kalau Tuan Kim yang baik-baik saja.
“Kau harus melanjutkan untuk bertemu doktermu.” Ucap Hye Ja memohon. Tuan Kim pun setuju  dengan menahan rasa sedihnya. 

Joon Ha masuk minimarket seperti ingin pamit pada manager toko. Sang manager mengaku bahagia dapat pekerjaan baru dan meminta agar mampir nanti dan menyuruh untuk minum sebelum pergi. Sang Eun berdiri depn kasir.
Seorang masuk ke dalam toko, dengan helm. Sang Eun pikir Hyun Joo baru operasi plastik. Hyun Joo mengeluh kalau melakukannya tak ada alasan menutupi wajahnya, lalu memberitahu kalau akan mampir ke tempat Hye Ja. Joon Ha langsung terdiam mendengar nama Hye Ja disebut.
“Kenapa kau kesana? Dia sedang liburan... Apa Kau ingin melihat Young Soo?” ejek Sang Eun. Hyun Joo mengeluh kesal.
“Apakah kau serius percaya dia baru saja melakukan perjalanan seperti itu? Tanpa berkata apapun pada kita? Sesuatu terasa tidak benar. Aku yakin sesuatu terjadi.” Kata Hyun Joo yakin. Joon Ha terus mendengarnya. 


Hyun Joo mencoba mengintip dari depan salon, sementara Hye Ja sedang sibuk membuka masakan didapur. Nyonya Kim kaget melihatnya karena pasti lelah. Hye Ja mengaku baik-baik saja lalu meminta ibunya agar mencicipi kimhci jigae buatanya.
“Apakah rasanya enak?” tanya Hye Ja. Nyonya Kim mengaku rasanya enak.
“Sepertinya aku sudah menjadi koki yang lebih baik seiring bertambahnya usia. Aku tidak pernah membuatnya, tapi masih terasa enak.” Ucap Hye Ja lalu memanggil kakaknya dengan panggilan nama agar segera makan.
“Aku kakakmu.... Kau panggil "Hey, Yeong Soo"?” kata Young Soo akan memukul tapi melihat wajah Hye Ja sudah tau, akhirnya menurunkan tanganya.
“Hormatku kepada para tetua menyelamatkanmu.” Ucap Young Soo. Hye Ja pun sangat bersyukur. Nyonya Kim meminta Young Soo si bocah nakal agar menghentikanya. Saat itu Tuan Kim pun pulang ke rumah, Hye Ja terlihat sangat bahagia. 

Menu makanan lengkap ada diatas meja, Hye Ja dengan senyuman bertanya pada ibunya apakah terasa enak karena ibunya bilang sangat menyukainya. Hye Ja pun tersenyum bahagai mendengarnya dengan bangga seharusnya menjadi koki.
“Kau harus masukkan daging babi ke dalam Kimchi jjigae, bukan kue ikan.” Keluh Young Soo
“Rasanya sangat enak. Jangan memakannya jika kau tidak menyukainya.” Kata Hye Ja. Young Soo mengaku akan memakannya.
“Bisakah kau ambilkan air?” kata Tuan Kim. Hye Ja bergegas akan mengambilkanya dan meminta untuk makan pelan-pelan.
“Ayah, kau harus banyak makan agar kakimu cepat pulih dan Juga, jangan lupa minum obat setelah makan.” Ucap Hye Ja.
“Aku ada shift malam hari ini.” Kata Tuan Kim. Nyonya Kim merasa sudah lupa dan mengak merasa sedikit lelah jadi akan pergi tidur duluan. Hye Ja terus saja tersenyum. 

Tuan Kim akan pergi berkerja. Hye Ja memanggil ayahnya  memberikan makana karena mungkin akan lapar pada malam hari. Tuan Kim dengan tatapan sedih menyuruh anaknya agar pergi tidur. Hye Ja memberikan semangat ayahnya dengan senyuman manis. 

Hye Ja masuk ke salon ibunya, Nyonya Kim panik tapi Hye Ja akan memegang pelanggan. Tiga orang nenek sudah ada disalon bertanyaapakah nenek itu adalah anaknya. Hye Ja binggung. Si nenek bertanya apakah Hye Ja adalah anak dari Ibu Lee. Hye Ja mengaku bukan tapi bibinya.
“Aku tahu itu. Kalian terlihat sama... Ada perasaan yang akrab dari kalian berdua... Apa kau berkunjung?” komentar Nenek.
“Aku baru saja tiba dan mampir saja” ucap Hye Ja. Nyonya Lee terlihat khawatir.
“Dimana kau tinggal?” si nenek. Nenek lain mengeluh menanyakan hal itu
“Aku tinggal di Brazil.” Kata Hye Ja cepat, Nenek langsung berkomentar kalau datang dari jauh.

Saat itu seorang wanita masuk salon bertanya apakah harus menunggu lama. Nyonya Lee mengeleng menyuruh agar duduk. Si wanita memminta agar melakukan perm dan ingin tahuBerapa harganya, Nyonya Kim menjawab 20 dollar.
“Tetangga disini hanya membayar 15 dollar. Bagaimana dengan 15 dollar?” ucap si wanita.
“Aku hampir tidak bisa membeli bahan.” Kata Nyonya Kim, Si wanita merengek dan Hye Ja menatap sinis.
“Kau seharusnya tidak melakukan bisnis seperti itu di lingkungan kecil seperti ini.” Ucap Si wanta.
“Lalu pergilah ke lingkungan itu dan lakukan untuk 15 dolar. Jika kau bahkan tidak bisa membeli bahan, apakah salon kecantikan murah lainnya kekurangan atau apa? Itu tidak masuk akal. Apakah menurutmu perm hanya dilakukan dengan bahan kimia rambut?” ucap Hye Ja berani menyindir
“Dengan batang rambut besar, kau bisa menggulung rambutmu dalam waktu singkat. Tapi tahukah kau seberapa sakit pergelangan tanganm ketika kau menggunakan batang rambut kecil?” kata Hye Ja. Tiga orang nenek terdiam.
“Dan semua orang meminta perm yang tidak akan longgar. Bagaimana mungkin sebuah perm tidak mengendur Jika itu mungkin, setiap salon rambut akan gulung tikar. Bahkan ayam yang masuk ke mulutmu harganya 20 dolar belakangan ini. Selama proses perm berlangsung, seseorang harus berdiri dan melakukan ini dengan tangannya. Kau tidak bisa bilang 20 dollar mahal.” Ucap Hye Ja
Si wanita mengeluh kalau ini hanya salon dilingkungan kecil. Hye Ja menegaskan ini cara mereka melakukan bisnis, Jika  tidak suka, pergi ke salon lain an lakukan untuk 15 dolar. Si wanita akhirnya pergi, Hye Ja terlihat bersalah dan ibunya hanya diam saja.
“Astaga, kau memiliki suara yang keras dan jelas.... Wah.. Kau Benar-benar sesuatu.” Puji tiga nenek yang melihatnya.
“Kau pasti hidup enak dengan suaramu itu.” Puji nenek lain. Hye Ja pikir itu benar karena ingin menjadi pembaca berita.
“Aku tahu itu. Suaramu itu sama sekali bukan suara biasa. Kau adalah pembicara yang fasih berbicara.” Puji Nenek kedua. Nyonya Lee pun terlihat senang dengan anaknya. 



Young Soo keluar dari rumah karena perlu mendapatkan matahari. Hyun Joo bergegas kabur dengan helmnya. Young Soo menyindir Hyun Joo yang  akan pergi, lalu meminta agar bawakan beberapa pangsit goreng saat datang besok. Hyun Joo menghentikan langkahnya.
“Aku bisa makan pangsit dingin atau sisa juga.” Ucap Young Soo. Hyun Joo menatap dengan helmnya.
“Kenapa kau terkejut? Apa kau mengenakan helm itu berharap aku tidak akan mengenalimu? Kemarilah... Bagaimana bisa aku tidak mengenalimu? Jangan lupa pangsit goreng.” Ucap Young Soo lalu masuk rumah.
Hyun Joo melepaskan helm, mengumpat marah karena pecundang itu tahu itu adalah miliknya. 

Saat itu Young So masuk rumah, sementara Hye Ja dan ibunya sedang asik makan bimbimbap. Young Soo tiba-tiba berteriak kalau kakinya tiba-tiba kram meminta agar menarik kakinya. Hye Ja menurut perintah kakaknya, ternyata Young Soo hanya mengerjainya.
Nyonya Lee hanya bisa terdiam melihat tingkah anaknya. Young Soo memberitahu kalau Hyun Joo mampir dan berpkir datang untuk melihat apa yang dilakukan adiknya.
“Dia tidak akan percaya kau tiba-tiba melakukan perjalanan. Itu konyol.” Ucap Young Soo
“Kalau begitu jelaskan padanya agar tidak terdengar konyol.” Kata Nyonya Kim. Hye Ja mengatakan akan membeirtahu.
“Aku akan beritahu dia.” Kata Hye Ja yakin. 

Sang Eun memastikan kalau Hyun Joo bilang Hye Ja mungkin tidak melakukan perjalanan. Hyun Joo pun mengajak agar memeriksa  apakah itu benar atau tidak. Sang Eun mengerti kalau Hyun Joo ingin bertanya kemana Hye Ja pergi. Hyun Joo mengeluh kalau bukan seperti itu.
“Aku akan melakukan permintaan... Kau bisa berpura-pura pergi ke kamar mandi dan pergi ke kamar Hye Ja. Dia mungkin terkurung di sana atau sesuatu.” Ucap Hyun Joo
“Kenapa dia dikurung?” tanya Sang Eun. Hyu Joo mengaku  hanya mengatakan, segala sesuatu mungkin terjadi.
Hye Ja memanggilnya, Hyun Joo dan Sang Eun binggung ada seorang nenek yang memanggilnya tapi tak memperdulikanya. Hyun Joo mulai menyusun rencana akan mengalihkan perhatian keluarganya, lalu tersadar dengan tatapan Hye Ja. 

Ketiganya duduk di depan rumah, Hye Ja menceritakan semuanya jadi dirinya yang tua seperti sekarang yang menurutnya itu juga konyol.  Keduanya langsung menangis memeluk Hye Ja seperti tak percaya yang terjadi pada temanya. 

Ketiganya akhirnya tertawa bersama di dalam kamar. Sang Eun mengak berpikir Hye Ja melakukan sesuatu yang mengerikan dan mencukur kepalanya lalu terjebak dikamarnya. Hyun Joo seperti masih canggung melihat wajah Hye Ja yang sudah tua.
“Bisakah kalian duduk dengan nyaman? Aku sudah menjelaskan semuanya  Apakah kau akan membuat aku tidak nyaman juga?” ucap Hye Ja melihat temanya duduk dengan sopan.
“Aku tahu, tapi aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa.” Kata Hyun Joo merasa tak nyaman.
“Yah, aku bahkan tidak bisa menerima ini.” Kata Hye Ja. Sang Eun pikir  tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya.  Akhirnya keduanya pun duduk dengan santai.
“Akan lebih baik jika aku malah mencukur kepalaku. Aku bisa menumbuhkan rambutku.” Kata Hye Ja sedih
“Apa rambutmu berhenti tumbuh saat kau tua?” kata Sang Eun sedih. Hyun Joo pikir itu konyol lalu menuangkan bir untuk Hye Ja.
“Itu gerakan paling sopan yang pernah aku lihat darimu.” Keluh Hye Ja sambil tertawa. 
“Ini aneh. Aku tidak bisa tidak bersikap seperti ini. Maaf.” Kata Hyun Joo.
“Hei. kudengar teman sejati seharusnya tidak merasa menyesal kepada yang lain tentang segalanya. Kita adalah teman.” Ucap Sang Eun akhirnya mereka cheers, tapi keduanya membalikan badan saat minum dengan sikap sopan.
“Yah, aku tidak pernah diperlakukan seperti ini dalam hidupku. Ini Tidak terlalu buruk... Kau harus datang siang hari nanti. Aku hampir tidak bisa bangun setelah matahari terbenam. Aku pikir benar-benar tua.” Ucap Hye Ja.
Sang Eun tiba-tiba mulai menangis. Hye Ja mengeluh karena Sang Eun  menangis karena selalu seperti ini 24 jam sehari bahkan bangun lebih cepat di pagi hari jadi meminta temanya Berhenti bereaksi berlebihan. Hyun Joo mengaku tidak pernah membayangkan itu adalah Hye Ja yang wanita tua bicarakan.
“Apa Mereka bicara tentangku?” ucap Hye Ja kaget.
“Mereka bilang wanita tua berada di salon kecantikan... dan dia benar-benar bersemangat. Apa yang kau lakukan?” kata Hyun Joo
“Mereka terus bertanya tentangku jadi aku berbohong sedikit. Sebenarnya, itu bahkan tidak bohong. Aku mungkin telah menjadi pembawa berita selama waktu yang aku lewatkan.” Kata Hye Ja.
“Apa Kau berbohong bahwa kau dulu menjadi pembawa berita? Mereka terus memujiku bahwa aku memiliki suara yang bagus. Mereka juga bertanya tentang anakku. Apa yang aku ketahui tentang mengasuh anak? Jadi aku bilang aku punya putra dan cucu, tapi aku berbohong dan mengatakan mereka tinggal di Brasil.” Cerita Hye Ja.
Mereka ingin tahu apakah para nenek itu percaya. Hye Ja pikir  Begitulah lingkungan ini kalau Orang akan percaya apapun yang dikatakan. Tapi merasa harus bilang, apa yang terjadi padanya adalah kisah yang paling sulit dipercaya dari semuanya.
Sang Eun kembali menangis,  Hye Ja mengeluh Sang Eun yang  terus menangis dan membuatay benar-benar mengganggu hari ini. Keduanya seperti tertawa bahagia didalam kamar. 



Hye Ja akan membuka salon, tiba-tiba seorang nenek sudah menunggu didepan rumah. Hye Ja dengan gugup ingin memberitahu ibunya, lalu menganti ucapanya kalau bosnya masih di tempat tidur. Si nenek mengak datang bukan untuk melihat Nyonya Lee.
“Aku pergi ke toko perhiasan berharap untuk menjual ini, tetapi pemiliknya memberiku uang 10 dolar dan menyuruhku pergi.” kata si nenek memperlihatkan gelang emas.
“10 dolar? Ini terlihat cukup mahal.” Kata Hye Ja melihatnya.
“Mungkin dia tidak menganggapku serius karena aku berpakaian lusuh. Jadi aku hanya ingin tahu apa kau bisa ikut denganku.” Ucap  si nenek. Hye Ja binggung.
“Aku tahu banyak yang harus ditanyakan... Tapi dari apa yang aku lihat kemarin, aku tahu kau sangat fasih.” Kata Si nenek
“Tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap dan bertemu denganmu di sini.” Kata Hye Ja. 

Hye Ja berjalan sama dengan si nenek.  Joon Ha berjalan dengan setelan jas, Si nenek pikir Hye Ja mendapat pekerjaan lalu berkomentar Joon Ha  terlihat gagah dan memastikan kalau sudah menemukan pekerjaan, Joon Ha hanya diam saja.
“Aku tinggal dengan wanita yang memiliki salon rambut di sana... Happy Beauty Salon.” Ucap Hye Ja. Joon Ha menatapnya.
“Ya, Kau ingat aku, kan? Aku yakin kau melakukannya. Kau pasti ingin bertanya tentang Kim Hye Ja. Kau melakukannya, kan?” gumam Hye Ja berharap. Tapi Joon Ha hanya membungkuk pamit pergi. 

Hye Ja bertemu dengan dua temanya mengumpat Joon Ha memang berandal karena tidak mengenalinya hanya karena sudah terlihat tua sedikit padahal mereka berbagi banyak kenangan bersama dan berpikir kalau Joon Ha ingin menghapus semua kenangan tempat ini.
“Apa sekarang dia sudah pindah? Kau lihat, Aku menyebutkan salon ibuku kepadanya, dan dia tidak bertanya tentangku sama sekali. Kenapa itu membuatku sedih? Kita tidak mendekati titik bahwa aku harus minum dan menangis sekarang. Apakah ini berarti Aku sangat menyukainya?” ucap Hye Ja menangis.
“Sial. Ini sangat tidak adil... Aku bahkan tidak dapat berkencan dengannya sekarang... Aku tidak bisa mengatakan bahwa kau tidak menyukainya. Tidak adil!” kata Hye Ja sambil menyanyi.
“Mengapa dia bernyanyi setiap kali dia mabuk? Menyebalkan sekali.” keluh Hyun Joo. 


Saat itu dirumah, Young Soo melakukan lagi siaran dengan memakan semua telur ke dalam mulutnya dan akhirnya menerima 1000 bintang. Tuan Kim kembali berkerja. Nyonya Lee duduk di dalam kamarnya terlihat sedih karena anaknya yang sudah berubah menjadi tua dengan kacamata bacanya.
Hye Ja yang mabuk menari-nari didalam restoran cina. Joon Ha seperti baru pulang dari tempat kerjanya. Hye Ja seperti masih muda terlihat menari penuh semangat.

Bersambung ke episode 4

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar