PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 03 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 3 Part 2


PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Sebuah truk kargo pergi dari rumah Eun Ho, setelah itu Eun Ho menurunkan barang-barang dari mobilnya dan truk lain datang. Didalam rumah, Eun Ho sibuk menyiapkan selimut dan bantal dalam ruangan, lalu memasang lukisan dan juga tirai yang senada dengan dindingnya.
Ia juga membeli meja rias, bahkan kursi dan juga lampu baca diruangan, serta rak buku yang cocok dengan ruangan. Eun Ho keluar dari ruangan, Dan Yi baru pulang melihatnya berpikir Eun Ho yang baru saja lari di treadmill.
“Kau pasti belum makan malam, 'kan?” ucap Dan Yi dengan bangga membawa kotak makan lalu bergegas ke lantai atas untuk ganti baju.
“Hei... Apa Kau keluarkan barangku?.. Aku memintamu memberiku tiga bulan... Aku bahkan cari kontrakan hari ini.” Keluh Dan Yi marah, Eun Ho hanya diam saja sambil mengeluarkan kotak makan.
“Hei, Apa kau lupa siapa yang membantu mendapatkan warisanmu? Kau bertengkar dengan ayah tirimu setelah ibumu meninggal Dan ayahku... Ah... Sekarang setelah kupikirkan, ayahku kanker gara-gara kau... Dia meninggal karena susah payah menolongmu dapat warisan.” Ucap Dan Yi marah
“Ahh sudah Lupakan. Tak ada artinya. Jadi Ke mana kau membuang barangku? Dasar tak sopan.” Ucap Dan Yi tak bisa berhenti mengomel. Eun Ho hanya menunjuk ke ruangan olahraganya. 


Dan Yi membuka pintu kamar, hanya bisa melongggo melihat ruangan berubah dengan kasur yang besar, lukisan, meja rias, kursi baca, tirai yang senada. Wajah Dan Yi tersenyum bahagia melihatnya ternyata semua pindah ke ruangan kamar yang sebenarnya.
Akhirnya keduanya makan bersama, Dan Yi makan sup buatan Eun Ho sambil memujinya kalau sangat lezat. Eun Ho menyindir Dan Yi yang seharusnya berterima kasih, Dan Yi pun mengucapkan Terima kasih dengan senyuman bahagia.
“Apa Ayahmu kena kanker gara-gara aku?” tanya Eun Ho menyindiri.
“Aku tarik kembali perkatakan itu, Tadi aku marah, jadi aku asal bicara saja.” Kata Dan Yi malu.
“Kau dari mana? Aku pindahkan barangmu sendirian.” Kata Eun Ho
“Aku mencari kontrakan, tapi Omong-omong, ini sangat lezat... Wahh. Ini paling lezat! Apa Kau sungguh memasaknya?” ucap Dan Yi terus makan sup buatan Eun Ho
“Kau mencari kontrakan saat aku menata kamarmu.. Lalu Kau bawa makanan kotak saat aku masak sup kimchi.” Keluh Eun Ho
“Rasanya enak dengan sup kimchi dan Makanan kotak menjadi enak dicampur sup kimchi. Aku pergi ke banyak tempat hari ini, jadi aku sangat lapar dan Bisa kuhabiskan semua.” Kata Dan Yi penuh semangat.
“Dan Yi, Aku tak masalah kau tinggal di sini... Tinggal bersamamu menyenangkan.” Akui Eun Ho
“Hei... Wajahmu memerah saat bilang hal itu.” Goda Dan Yi, Eun Ho menyangkal mengaku wajahnya biasa saja.
“Wajahmu menjadi merah... Jika wajahmu memerah tiap kau mengatakan hal baik, bagaimana bisa kencan dengan wanita?” kata Dan Yi
“Kencan bukan soal kata-kata.” Tegas Eun Ho, Dan Yi makin mengoda kalau yang artinya adalah hubungan fisik. Wajah Eun Ho kembali memerah lalu berpura-pura kalau Sup kimchinya sangat pedas.
“Euh Ho... Terima kasih... Kehadiranmu saja memberiku percaya diri Tapi aku tetap membutuhkan tempat sendiri dan Tak bisa terus mengandalkanmu. Aku akan bergegas dan menabung, Tiga bulan mungkin tak cukup... Bagaimana jika enam bulan?” ucap Dan Yi meminta waktu.
Eun Ho tak ingin membahasnya kembali mengajak mereka untuk makan bersama. Dan Yi pun mengucapakan Terima kasih karena Rasanya sup buatan Eun Ho yang sungguh lezat.


Esok pagi
Nyonya Seo memberitahu kalau Besok pukul 14.00 ada rapat untuk mendiskusikan buku baru In Ho-won jadi meminta mereka Pikirkan judul uraiannya untuk iklan. Dan Yi penuh semangat mendengarnya melihat judul buku “PUCAT, KEKEJAMAN” dan mengingat kalau dulu sering menulis itu.
“Dan Yi... Ini bajuku untuk rapat. Tolong bawa ke penatu. Sebutkan saja namaku ke penatu di persimpangan jalan.” Ucap Nyonya Go saat memanggil Dan Yi ke ruanganya. Dan Yi melihat buku bersampul hitam diatas meja Nyonya Go.
“Bu Go... Aku mendengar tentang rapat yang akan menentukan judul uraian untuk buku baru In Ho-won. Aku ingin mengajukan ideku.” Ucap Dan Yi polos
“Dan Yi... Lakukan saja tugasmu.” Ucap Nyonya Go sinis, Dan Yi pun tak bisa berkata apapun.
“Dia bukan menolak. Aku bisa lakukan tugasku dan ajukan uraian. Kau bisa, Dan Yi” kata Dan Yi menyemangati dirinya saat keluar dari ruangan. 


Akhirnya Eun Ho memberikan buku “PUCAT, KEKEJAMAN” memastikan Dan Yi akan serius melakukanya karena Nyonya Go tak akan menerima idenya. Dan Yi yakin akan memberikan yang tak bisa ditolak oleh Nyonya Go dan akan menunjukkan kemampuannya.
“Kau tahu siapa aku... Aku Kang Dan-i. Aku pernah sukses di periklanan.” Ucap Dan Yi yakin
“Kau pasti sangat ingin kembali ke bidang itu.”komentar Eun Ho, Dan Yi membenarkan karena sangat bersemangat
“Jantungku berdegup kencang... Aku harus baca buku ini sekarang.” Ucap Dan Yi lalu berjalan pergi. Eun Ho pun hanya bisa tersenyum. 

Dan Yi membaca semua buku dan memberikan label yang penting,  saat itu Nyonya Seo meminta agar membawakan berkas ke Tim Dukungan Bisnis. Dan Yi pun pergi melakukan pekerjaanya.
Setelah selesai menuliskan poin “Novel thriller karya profesor psikologi. Judulnya, Pucat, Kekejaman menurutnya genrenya harus jelas. Sesampai dirumah, Eun Ho memberikan buah untuk Dan Yi dan juga minum. Dan Yi mengucapkan terimkasih dan tetep fokus membaca.

Pagi harinya
Dan Yi menemui Nyonya Go memberikan berkas tentang Judul iklan. Nyonya Goo membaca [LAHIRNYA THRILLER BARU THRILLER</i> TAHUN 2019! BUKU ERA INI! THRILLER MENEGANGKAN YANG MENGEJUTKAN!]
“Sudah lama aku tak melihat yang seperti ini... Semuanya kuno.” Komentar Nyonya Go membuang semua lembar kertas dilantai.
“Maaf. Nanti akan lebih baik...” kata Dan Yi tertunduk sedih
“Kau tak cocok menjadi pemasar. Desainnya seperti pada tahun '90-an. Dalam pemasaran, modernitas adalah kunci. Apa Kau tahu itu? Kenapa kau melakukan hal yang tak diminta dan diceramahi tanpa alasan? Kukira kau tahu itu karena kau tua, tapi kau sama tak pahamnya dengan para pemula. Jadi Keluarlah dan berhenti membuang waktuku... Sabar, Dan Yi” ucap Nyonya Go sinis. 

Dan Yi akhirnya pergi ke perpustakan mencari referensi tentang ERA BARU THRILLER, Noir yang intens.. lalu mulai mencatat semuanya dlam buku.

 “Novel yang akan membuat jantung berdebar musim dingin ini.  Pertarungan akal yang akan menghilang bagai fatamorgana.” Ucap Dan Yi terlihat bahagia bisa merangkai kata, tapi menurutnya terdengar aneh.


Dan Yi membuat teh di pantry melihat Hae Rin datang lalu menawarkanya, Hae Ri melihat berkas diatas meja lalu bertanya apakah itu judul untuk uraian buatan Dan Yi. Dan Yi mengaku  ingin memberikan ide dan membantu perusahan juga.
“Maukah kau melihatnya?” kata Dan Yi, Hae Rin seperti tak enak hati diminta tolong. Saat itu Dan Yi menerima tamu dari bagian service printer akhirnya pergi mengantarnya. Hae Rin pun melihatnya. 

Dan Yi akhirnya kembali dan tak melihat Hae Rin dipantry lalu melihat catatan yang dituliskan “TERDENGAR SEPERTI KAU MEMOHON ORANG UNTUK MEMBELI BUKUNYA” Ia mengeluh menurutnya tak ada yang  salah memohon, tapi menurutnya Hae Rin juga benar.
“Alih-alih dengan nada menjual, aku harus membuat pembaca menginginkannya sendiri.” Ucap Dan Yi
Setelah itu melihat lembaran lain dan Hae Rin menuliskan catatan lain  "Kau hanya menjelaskan isi bukunya." Lalu "Ini tak cerdas, Ini tak langsung memikat pembaca." Wajah Dan Yi tersenyum bahagia ada tanda bintang di judul yang paling belakang. 

“Kukira kau mengajar kelas hari ini.” Ucap Dan Yi santai melihat Eun Ho masuk ruangan.
“Panggil aku yang benar di kantor,. Bu Kang Dan Yi” kata Eun Ho,  Akhirnya Dan Yi memanggl Sopan Pak Cha.
“Bagaimana ini untuk judul uraian?” tanya Dan Yi memberikan tulisanya. Eun Ho melihat judul [PERTARUNGAN AKAL SENGIT YANG AKAN MEMBUATMU TAKJUB] 

Dan Yi mempersiapkan RAPAT STRATEGI PEMASARAN BUKU BARU PUKUL 14.00 dengan menyusun gelas dan map diatas meja. Para pekerja pun mulai masuk ruangan,  Ia memberikan draf final uraiannya pada Nyonya Goo. Nyonya Goo dengan wajah sinis mengambilnya.
Tuan Kim dkk pun akhirnya masuk ruangan dan akan mulai rapat. Dan Yi duduk di meja kerjanya memikirkan Apakah uraian yang baik itu?
Eun Ho membahas Uraian yang baik itu harus merefleksikan judul bukunya. Tuan Bong pikir Nuansa bukunya harus bertepatan dengan misterinya jadi harus memakainya sebagai tema. Nyonya Seo pikir itu bagus, tapi coba bicarakan itu dengan pembaca di toko buku.
“Siapa yang akan membelinya?” ucap Nyonya Seo, Pegawai lain setuju karena mereka harus membuat pembaca membeli bukunya dulu.
“Bu Go, ada pendapat?” tanya Tuan Kim. Nyonya Go mengaku  punya beberapa lalu memberikan lembaran kertasnya.
“Kau selalu andal, Ini Keren dan bagus... Ini membawa semangat dan membuat tertarik.” Ucap Tuan Kim melihatnya. Semua pegawai pun mengaku jadi penasaran setelah melihatnya.
Eun Ho dan Hae Rin melihat lembaran kertas hanya terdiam karena tahu itu milik Dan Yi. Hae Rin mengingat saat membaca "Pertarungan akal yang akan membuatmu takjub." Dan memberikan tanda bintang.
Eun Ho mengingat saat Dan Yi ingin tahu pendapat Eun Ho untuk judul uraian.  Ia ingat kalau itu milik Dan Yi tapi diakui oleh Nyonya Go. Tuan Kim berkomentar kalau  Cara lama terkadang berfungsi jadi tak tahu cara berpikir anak muda.
“Ini sebabnya dia digaji mahal. Daripada dibuat singkat, mungkin lebih baik pakai cara lama dengan beberapa kalimat. Serta mudah dimengerti. Ini membuatku penasaran.” ungkap Tuan Kim memuji Eun Ho dan Hae Rin hanya menatap ke arah Nyonya Goo. 

Akhirnya rapat pun selesai dan satu persatu keluar ruangan, Dan Yi seperti tak sabar menunggunya, Eun Ho terlihat acuh sampai begitu juga Nyonya Goo. Ia mendengarkan komentar kalau tdak sering uraian Bu Go terpilih daripada uraian Bu Seo.
"Pertarungan akal yang akan membuatmu takjub." Itu sebabnya dia jadi direktur Diksinya tak seperti biasanya.” Komentar Beberapa pegawai.
Dan Yi terdiam karena itu tulisannya tapi malah diakui oleh Nyonya Go, Hae Rin akan keluar dari ruangan, keduanya saling menatap tapi Hae Rin mencoba acuh dan Dan yi seperti merasa tersakiti karena Hae Rin tahu kalau gagasan itu miliknya.
“Apa ini sering terjadi? Ini uraianku... Kau tahu itu... Kau tahu arti bintang ini.” Ucap Dan Yi melihat lembar kertasnya.
“Aku tak paham yang kau bicarakan... Kurasa ini bukan salah satu salinan yang kau tunjukkan.” Kata Hae Rin.  Dan Yi akhirnya hanya bisa terdiam. 

Dan Yi akhirnya akan turun dari lift, tak sengaja bertemu dengan Hae Rin tapi keduanya hanya diam saja bahkan didalam lift. Dan Yi pun terlihat masih sangat kecewa. Hae Ri ingin bicara tapi seperti tak enak hati, akhirnya berani untuk bicara.
“Dan Yi, Ini tempat bekerja... Kuberi tahu saat hari pertamamu. Saat kami merekrut sepuluh orang, hanya satu yang bertahan setelah tiga tahun. Jika kau mau bertahan di sini, maka berhentilah berpikir ini tak adil.” Ucap Hae Rin
“Bukan hanya itu yang kupikirkan. Aku juga kecewa pada seseorang. Tanpa memihakku, atau mempermasalahkannya, hanya bilang, "Aku tahu yang kau rasakan." sudah cukup bagiku. Alih-alih menasihati atau menenangkanku, bersimpatilah denganku.” Ucap Dan Yi
“Kita semua manusia. "Aku tahu yang kau rasakan." Itu yang kuharapkan. Sampai jumpa besok, Bu Song.” Ungkap Dan Yi lalu keluar dari lift. Hae Rin pun hanya bisa diam. 



Dan Yi dan Eun Ho akhirnya minum bersama, Dan Yi tak percaya kalau beginilah cara orang bertahan mengambil ide pegawai kontrak. Dan Eun Ho pura-pura tak tahu. Eun Ho pikir sudah bilang akan sulit dan tak ada yang menyuruhnya.
“Kau memihak atasanmu” kelu Dan Yi. Eun Ho pikir Itu tak penting.
“Hanya karena idemu dipilih, tidak membuktikan kompetensimu.” Ucap Eun Ho
“Bukan itu yang kumau. Saat ini, aku hanya mau pegawai lain tahu itu ideku. "Dia bukan hanya orang yang bekerja rendahan. Dia bisa sukses jika diberi kesempatan." Sesuatu seperti itu Bahkan itu pun sulit dicapai.” Kata Dan Yi
“Kau mungkin butuh waktu lebih. Apa Kau bisa bertahan?” tanya Eun Ho
“Aku akan bertahan. Rasanya seperti aku memulai hal yang baru. Rasanya seperti aku rekrut baru. Apa Kau tahu apa yang sangat kusuka?” ucap Dan Yi memanggil nama Eun Ho berkali-kali.  Eun Ho pikir Dan Yi sedang mabuk.
“Kau tahu orang-orang... Sekarang orang-orang memanggilku dengan nama.” Ucap Dan Yi, Eun Ho binggung apa maksudnya.
Dan Yi selama ini menerima panggilan “Ibu, Sayang, Kau, Ibu” jadi selama ini, tak ada yang memanggil dengan nama padahal punya nama Kang Dan Yi, tapi tak ada yang memanggil namanya dan sekrang orang-orang memanggil namanya.
Dia awal Park Hoon memanggil namanya, lalu Ji Yool memanggil namanya saat ingin tahu umurnya.  Nyonya Seo memanggil namanya saat meminta agar siram tanaman. Dan Yi merasa kalau rasanya aneh tapi senang.
Eun Ho pun mengoda memanggil nama Dan Yi dan Dan Yi membalas dengan memanggil nama Eun Ho. Eun Ho pun mengoda Dan Yi dengan memanggil “ Dan-i cantikku.” Lalu Dan Yi membalas “Eun Ho tampanku.”keduanya pun tampan. 
Dan Yi melihat wajahnya di cermin merasa terlalu banyak minum, lalu memanggil Eun Ho agar berhenti minum karena pasti mabuk. tapi Eun Ho sudah ada di ruang tengah, akhirnya membuka pintu kamar tak melihatnya.
“Ke mana dia saat sedang minum?” ucap Dan Yi binggung lalu mencoba menelp Eun Ho ingin tahu keberadaanya.
“Aku ada di taksi.” Kata Eun Ho, Dan Yi bingung karena Eun Ho banyak minum.
“Makanya aku naik taksi. Jika sadar, aku sudah menyetir sendiri. Kau tahu aku tak suka orang lain mengemudikan mobilku.” Ucap Eun Ho
“Lalu Kau mau ke mana?” tanya Dan Yi, Eun Ho pikir pasti akan pulang ke rumah.
“Hei, kau minum di rumah... Ini aku, Dan Yi, Kita minum bersama di rumah. Kau mau ke rumah siapa? Apa kau semabuk itu?” ucap Dan Yi  Eun Ho tersadar lalu bertanya pada sopir taksi kemana mereka akan pergi. 


Akhirnya Eun Ho pun turun dari taksi dan melihat rumah Dan Yi yang akan dipugar. Seperti sudah jadi kebiasan Eun Ho yang pergi ke rumah Dan Yi saat mabuk.
“Kapan pun aku mabuk, aku datang kemari karena aku sangat merindukan Dan Yi. Terkadang, aku dengar tawanya. Terkadang kudengar mereka bertengkar. Dan terkadang Aku melihatnya menangis.”
Eun Ho datang ke tempat Dan Yi walaupun berganti musim, mendengar suara teriakan Dan Yi dan Dong Min bertengkar, bahkan Dan Yi yang menangis didepan rumah Eun Ho memilih untuk bersembunyi.
“Saat itu, aku bahkan tak bisa menyapanya. Kukira hatiku akan hancur.”
Akhirnya Eun Ho kembali ke rumah, Dan Yi menunggu didepan rumah dengan wajah panik menanyakan keadaanya dan ingin tahu dari mana. Eun Ho menatap wanita yang selama ini dirindukanya.
“Kini aku tak perlu ke sana setelah minum. Dan Yi tinggal di rumahku.” Gumam Eun Ho lalu memeluk erat Dan Yi, dan Yi terlihat binggung.
Bersambung ke episode 4

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar