PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 03 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dan Yi dan Eun Ho akhirnya duduk bersama di meja makan, keduanya hanya diam saja. Akhirnya Dan Yi mengambil sebotol wine langsung mengisi penuh, Eun Ho akan mengambilnya tapi Dan Yi dengan cepat meminum habis wine sekali teguk.
“Apa kau tahu seberapa keras miras itu?” ucap Eun Ho marah, Dan Yi seperti tak peduli
“Lalu apa? Apa Kau akan mengusirku? Aku yakin kau tahu aku bercerai setahun lalu, dan aku bilang kehilangan rumah. Mereka akan bongkar rumah itu, jadi aku tinggal di sana diam-diam tanpa air dan listrik.” Cerita Dan Yi
“Aku mengusir pembantumu lalu mandi dan makan di sini. Lalu pembongkarannya dimulai. Jadi, aku diusir. Aku bahkan belum sepuluh hari tinggal di sini.” Akui Dan Yi
“Bisanya kau bersikap tak acuh begitu?” komentar Eun ho. Dan Yi pikir Eun Ho ingin dirinya harus menangis.
“Apa Kau mau aku menangis? Apa  Aku tak akan diusir jika menangis? Kau akan kesal jika aku menangis... Dan jika tahu tentang kondisiku,  Maka kau akan terus kesal.” Ucap Dan Yi dengan nada sedikit tinggi
“Tetap saja, harusnya kau bilang. Lebih baik aku melihatmu menangis di depanku.” Ungkap Eun Ho
“Aku telah cukup menangis setahun ini. Satu hal yang diajarkan air mata, itu adalah fakta menangis tak selesaikan apa pun.” Ucap Dan Yi bangun dari tempat duduknya membawa botol wine.
“Apa Kau mau minum lagi?” ucap Eun Ho, Dan Yi mengajak mereka tidur saja lebih dul dan bicara besok.
“Dan-i, kau harus berhenti minum. Itu bisa menjadi kebiasaan.” Ucap Eun Ho dari bawah melihat Dan Yi membawa botol winenya.


Dan Yi menaiki tangga bisa bernafas lega karena Eun Ho tak mengikutinya, lalu menahan mual karena wine yang diminumnya keras sekali, tapi berpura-pura kuat minum didepan Eun Ho. Akhirnya Ia naik ke lantai atas membuang semua wine keluar jendela.
“Eun-ho. Aku menghabiskan sebotol miras yang keras ini... Aku sangat stres.” Ungkap Dan Yi membuang semua wine keluar jendela lalu berbaring dengan wajah bahagia.
“Tampaknya dia tak akan mengusirku. Artinya tak perlu makan diam-diam. Aku bisa tinggal tiga bulan sampai dapat tempat baru, 'kan? Syukurlah aku masih punya Eun-ho.” Ucap Dan Yi bahagia lalu menarik selimut dan mengambil tas sebagai bantal dan tertidur pulas. 

Esok paginya, Eun Ho hanya bisa melonggo melihat botol wine yang koson, tak menyangka Dan Yi sudah menghabiskannya, lalu memikirkan kalau cinta pertamanya itu bisa mati. Sementara Dan Yi sedang sibuk melipat handuk disauna.
“Apa Kau sungguh dapat pekerjaan dan tempat tinggal?” tanya si bibi dengan wajah bahagia.
“Itu hanya sementara. Aku dapat kerja, jadi, bisa cari tempat tinggal.” Cerita Dan Yi
“Aku turut senang untukmu. Kau masih muda, terlalu baik untuk tempat ini. Kau pasti akan berhenti dari sini.” Komentar Bibi
“Tidak, aku akan datang dua kali sepekan pagi-pagi. Aku sudah bicara dengan bosku.” Kata Dan Yi
“Jae-hui ingin tetap sekolah di sana, Suruh saja dia kembali. Apa Kau sanggup membiayainya?” kata Bibi
“Sekolah negeri di Filipina tak mahal. Serta, aku mengirim dia ke sana karena dia tak tahan dirisak di sini. Jadi Aku tak bisa menyuruhnya kembali... Yah... Tidak apa-apa. Aku hanya harus hemat.” Kata Dan Yi yakin
“Kau masih muda dan cantik, kau harus berkencan. Apa Kau mau merawatnya seumur hidup?” ucap Bibi mengoda.
“Ya... Putriku adalah prioritas utamaku, pekerjaan kedua. Hanya dua itu yang kupikirkan. Aku harus kerja untuk besarkan putriku. Jadi, sebenarnya tak ada prioritas. Keduanya prioritasku... Mereka segalanya bagiku.” Kata Dan Yi yakin. Bibi pun setuju. 



Eun Ho sibuk masak didapur dengan memasukan semua bahan ke panci dan mencicipnya walaupun rasanya aneh. Akhirnya ia menaiki tangga mengetuk pintu meminta Dan Yi bangun, tapi tak ada yang menyahut padahal sudah  membuat sup pengar.
“Rasanya agak aneh, tapi tak apa-apa, selama ini membuatmu sadar.” Ucap Eun Ho, Dan Yi tetap tak ada suara, akhirnya memilih untuk masuk kamar lotengnya.
Dan Yi tak ada dikamarnya, Eun Ho melihat tempat tidur Dan Yi yang seadanya, dan kardus sebagai tempat bajunya. Ia pun melihat notes yang ditulis Dan Yi, sebagia daftar wawancara dengan tulisan Quote kalau pasti bisa melakukanya.
[PENERBIT HARI: TIM PEMASARAN WAWANCARA KEDUA, HOWON SOLUTION: TIM PENJUALAN WAWANCARA KEDUA! WAWANCARA KEDUA MTE MEDIA] Hasilnya hampir semua gagal kecuali dikantornya.
“Dia tak pakai bantal.” Kata Eun Ho sedih melihat cara Dan Yi tidur dirumahnya beberapa hari. 

Eun Ho pergi ke ruangan olahraga dengan beberapa alat, lalu hanya menatapnya. Sementara Dan Yi sudah ada di kantor akan menekan lift dan saat itu Eun Ho datang menekannya. Dan Yi akan menyapa lalu teringat semalam baru saja minm.
“Ahh... Perutku sakit sekali... Kenapa perutku sangat sakit? Aku terlalu banyak minum semalam.” Ucap Dan Yi berpura-pura saat akan masuk lift.
“Aku melihatmu berjalan saat aku berkendara ke kantor.  Kenapa kau pergi pagi-pagi? Jangan bilang kau ke UGD karena mabuk.”komentar Eun Ho
“Kau cemas karena minumanmu habis.” Ejek Dan Yi, Eun Ho mengaku tidak.
“Aku tidak kaget atau cemas. Tapi Aku minta penyewaku keluar dari apartemen. Dengan Tenggat bulan depan, dan akan pindah setelah tiga bulan. Jadi kau bisa Tinggal di sana setelah mereka pindah.” Ucap Eun Ho
“Aku akan cari tempat dan Aku tak mau mengganggu.” Kata Dan Yi
“Kau sudah sangat mengganggu. Tiga bulan aku tak punya privasi.” Keluh Eun Ho
“Untuk apa ada ponsel? Saat kau mau membawa wanita, kirimi aku pesan dan...” ucan Dan Yi bisa mengerti.
“Apa? Kau tidur di tempat lain?” ucap Eun Ho, Dan Yi membenarkan. Eun Ho pun memikirkan tentang barang-barang Dan Yi yang ada di loteng.
“Kenapa bawa wanita ke loteng? Lakukan saja di kamarmu... Maksudku... Bawa saja ke kamarmu dan bersenang-senang.” Ucap Dan Yi terbata-bata dan Eun Ho terlihat tersipu malu. Keduanya akhirnya terlihat canggung dan pintu lift pun terbuka. 


Keduanya keluar bersama dari lift, Eun Ho terlihat malu  bergegas pergi ke meja kerjanya dan membuka jaket karena tiba-tiba terasa panas sekali. Dan Yi mengejek kalau Wajah Eun Ho pasti sangat merah.
“Dan Yi , printer-nya rusak. Bisa tolong periksa?” ucap Hae Ri, Dan Yi menganguk mengerti lalu pergi ke tempat printer mencoba memperbaiki.
Beberapa pegawai akhirnya datang ke kantor, Dan Yi kebingungan berusaha memperbaiki printer, saat itu pesan Eun Ho mengirimkann pesan [Kita punya langganan jasa perbaikan. Mereka lebih ahli daripada Tim Pembantu. Nomornya di dinding.]
Dan Yi melihat Eun Ho terlihat sibuk didepan meja kerja tanpa menatapnya. Akhirnya Ia mencoba menelp pegawai service,  lalu seorang pegawai meminta Dan Yi agar memesan  kopi instan karena hampir kehabisan. Dan Yi mengerti sambil berbicara ditelp.
“Dan Yi, siram tanaman hari ini.” Ucap Nyonya Seo, Dan Yi pun tak membantah sambil berbicara ditelp mengambil air. Eun Ho yang duduk dimeja kerjanya seperti tak tega. 

Dan Yi mulai menyiram tanaman dengan mengeser ke arah matahari, Saat itu Eun Ho melihat dari kejauhan tanpa sadar Park Hoon mengajaknya bicara mengaku  sduah kerja keras dan kewalahan dengan wajah gugup kalau tak pernah melihat sedekat ini.
“Dan Yi.... Cari restoran Tiongkok Untuk Empat orang,Di Gangnam. Ruangan privat.” Ucap Tuan Bong. Dan Yi mengerti bergegas pergi ke meja kerjanya.
Eun Ho kembali ke meja kerjanya, Dan Yi kembali menerima telp dari Eun Ho [Pesan tempat ini untuk rapat dengan Pak Yun. Dia suka restoran ini. Kau Salin alamatnya dan kirim kepada Pak Bong.]
Dan Yi melihat Eun Ho seperti tak peduli tapi diam-diam membantunya, akhirnya membalasnya  [Jangan khawatirkan aku. Kau sudah janji. Fokus saja bekerja. Kau hanya mempersulit.]
“Pak Bong, aku sudah kirim alamat restoran yang kau minta.” Ucap Dan Yi pada Tuan Bong
“Sungguh? Kau cepat, Tempat ini tampaknya bagus.” Kata Tuan Bong, Dan Yi pun bisa tersenyum
“Dan Yi, bereskan salinan buku gratis... Ada 200 salinan di ruang rapat.”perintah Nyonya Seo  Dan Yi mengerti. 


Dan Yi Sebagai pegawai membantu melakukan semuanya yang disuruh oleh pegawai lainya. Ia mengankat semua buku ke ruang rapat seperti yang diperintahkan Nyonya Seo, lalu teringat kembali yang dikatakan Eun Ho sebelumnya.
“Pasti ada cara lain. Kenapa menyia-nyiakan ijazahmu Kau harus mengirim paket dan menjadi pesuruh untuk rekan kerja. Itu posisi bergaji rendah.” Dan Yi mengingatnya seperti tak akan menyerah demi mendapatkan uang. 
Saat itu Nyonya Go menelp agar bisa menyiapkan rapat eksekutif 20 menit lagi. Dan Yi ingin tahu Apa yang harus disiapkan, tapi Nyonya Go yang dingin langsung menutup telpnnya.  Akhirnya Ia bertanya pada Park Hoon saat Rapat eksekutif butuh apa saja, Park Hoon tak tahu karena pegawai baru.
“Bu Seo, aku harus siapkan apa untuk rapat eksekutif?” tanya Dan Yi  Tapi Nyonya Seo bergegas pergi karena ada telp untuknya.
“Bu Song, aku disuruh siapkan rapat eksekutif. Lalu Harus siapkan apa?” tanya Dan Yi pada Hae Ri
“Lima ELV.” Jawab Hae Rin dengan cepat. Dan Yi bingung apa itu "ELV" Hae Rin tak menjawab karena sibuk menerima telp.
Dan Yi binggung harus bertanya apda siapa, Nyonya Go heran melihat Dan Yi seperti pergi kesana kemari menyuruh agar bawa kartu kredit kantor. Dan Yi pun bergegas pergi mengambil kartu kredit. 


Hae Rin mengangkat telp di meja kerjanya, Ibu Ji Yool menelp dengan gaya seperti orang kaya memberitahu kalau anaknya ketiduran pagi ini menurutnya Ji Yool pasti gugup karena ini hari pertamanya berkerja. Hae Rin menahan amarah bertanya kenapa menelpnya.
“Putriku sangat naif sampai tak tahu apa pun soal ini. Mulai kini, akan kubangunkan lebih awal Jadi, jangan memarahinya Aku menelepon karena cemas.” Ucap Ibu Ji Yool di telp.
“Maafkan aku... Maaf, aku terlambat.” Kata Ji Yool baru datang menyapa semua senior, tatapan Hae Rin langsung sinis menatap juniornya lalu menutup telpnya
“Aku melihat lebih dari 20 pegawai baru sejak bergabung di Gyeoroo, tapi ini kali pertama aku dapat telepon dari ibu seseorang karena dia terlambat.” Kata Hae Rin sinis
“Itu karena aku anak tunggal jadi Mengertilah.” Kata Ji Yool masih terlihat bercanda.
“Kenapa kau tak sopan padaku?”kata Hae Rin  dengan nada tinggi. Ji Yool mengaku hanya ingin berteman dengannya.
“Kenapa kita harus berteman? Aku atasanmu, dan kita kolega, tak lebih. Kau memang bodoh, tapi jangan melewati batas.” Tegas Hae Rin. Ji Yool akhirnya hanya bisa tertunduk meminta maaf.
Park Hoon melihat dari balik rak seperti sedih karena Ji Yool kena omelan. Hae Ri melempar buku “PEDOMAN EJAAN” menyuruh Ji Yool untuk mengecek naskahnya. Eun Ho berkomentar kalau  mengoreksi mungkin sulit...
“Aku... Aku pernah melakukan yang lebih sulit saat masih pegawai baru karena atasanku benar-benar hebat. Aku akan ke sana agar fokus bekerja.” Tegas Hae Rin berusaha seperti senior yang dingin. Eun Ho pun tak bisa berkata-kata. 



Sementara Dan Yi memikirkan kalau diberikan kartu kredit kantor, maka "ELV" pasti tak ada di kantor jadi Pasti harus dibeli. Ia mencoba bertanya pada Eun Ho tapi diurungkan niatnya, Eun Ho melihat dari kejauhan.  Dan Yi pun memikirkan tentang Apa arti "ELV"? didepan lift.
“Apa Kau tak tahu ELV? Kau bilang aku tak perlu cemas.”ejek Eun Ho tiba-tiba sudah ada dibelakang Dan Yi. Dan Yi pun bertanya apa itu artinya.
“Itu akronim dari "Es Latte Vanila". Disini, Bersemangat saja tak cukup. Kau harus Cepat. Waktumu sepuluh menit.”ucap Eun Ho mendorong Dan Yi masuk ke dalam lift sambil mengejeknya. 


Eun Ho sedang membaca di depan rak, Hae Rin datang berpikir kalau ada rapat eksekutif. Eun Ho tahu tapi ada yang ingin diperiksa dulu dan menyindir Hae Ri yang menunjukkan dirinya sebagai bos kepada pegawai baru.
“Aku belajar bahwa pegawai baru harus dilatih dengan ketat, Dari atasanku.” Ucap Hae Rin
“Hae-rin...” ucap Eun Ho menyuruh agar mendekat. Hae Rin mengeluh karena terlalu berlebihan. Eun Ho tetap meminta agar lebih mendekat. Hae Rin pun tak bisa menolak.
Akhirnya Eun Ho memberikan setilan di kepala Dan Yi, Dan Yi pun mengeluh kesakitan.  Eun Ho mengaku sudah lama tak lakukan itu dengan senyuman bertanya apakah terasa sakit. Dan Yi mengeluh karena seperti sudah tak harus menerimanya.
“Sekali atasan, memang tetap atasan. Tapi Jangan terlalu keras padanya Atau dia akan keluar seperti seseorang dulu. Dia akan menangis.” Ucap Eun Ho
“Jika mau keluar, maka segeralah. Katamu, ajari orang yang akan menyerah sangat sulit.” Kata Hae Rin
“Ohh Begitu... Apa  Itu sebabnya kau menangis? Lalu kau ke rumahku dan memohon agar aku kembali. Tapi Kau cukup percaya diri setelah dipromosikan.” Ejek Eun Ho yang membuat Hae Rin berjalan mundur karena terlalu dekat.
“Aku belajar sesuatu dari sini... Aku mempelajarinya darimu. Apa kau Bisa bawakan pakaianku?” ucap Hae Rin
“Kenapa? Kau pasti akan mabuk dan datang lagi.” Kata Eun Ho lalu berjalan pergi.  Hae Ri hanya bisa tersenyum. 



“Kenapa tak bilang saja? Kenapa pakai akronim? Lalu apa "Latte Vanila Panas"? LVP? Astaga, yang benar saja. "Es Latte Vanila". Kata yang membuatku seperti orang bodoh artinya "Es Latte Vanila". Yah...  Benar, dunia memang berubah.” Gumam Dan Yi kesal membawa gelas kopi ke ruang rapat dengan tergesah-gesah.
“Kenapa aku taruh kotaknya di meja?” ucap Dan Yi tersadar kalau akan dipakai rapat. Akhirnya Ia menaruh kembali kotak buku ke dalam trolly. Saat itu Ia seperti melihat wanita yang ditemuinya.
“Apa kataku? Kubilang dunia berubah saat kau jadi ibu rumah tangga. Kau pantas dapat ini. Aku tersinggung. Apa kau Tahu yang kulakukan demi tetap bekerja? Beraninya kemari untuk mendapat pekerjaan yang bertahun-tahun kudapatkan?” ucap Si wanita.
Dan Yi hanya bisa terdiam mencoba agar tetap yakin bisa terus berkerja. Eun Ho melihat dari kejauhan seperti tak tega. Tuan Bong melihat Eun Ho hanya diam saja mengajak untuk masuk. Akhirnya semua masuk ruangan rapat, Dan Yi pun mendorong trolly keluar ruangan. 


“Aku memutuskan untuk menerima bahwa dunia berubah selagi hidupku tetap sama. Kupikir aku yang paling bekerja keras, sibuk urus anak dan rumah tangga, tapi semua orang juga bekerja keras dan melakukan yang terbaik dalam situasi mereka. Itu sebabnya aku di sini dan mereka di sana.” Gumam Dan Yi menatap dari luar pintu rapat. 
Eun Ho yang rapat mulai membagikan kopi pada rekan kerjanya, Dan Yi pun akhirnya pergi dengan wajah sedih. Eun Ho  pun sadar sedari tadi Dan Yi menatap ke arah ruangan rapat. 

Seo Joon melihat bangku taman didepan toko baju gaun pernikahan teringat kembali saat memakaikan sepatu untuk Dan Yi.
Flash Back
“Berpikir diselamatkan kesatria berzirah berkilau terlalu muluk untuk kupercaya. Aku lebih baik menulis sendiri kisah hidupku. Namun, kurasa hidup punya hari-hari yang dingin.” Ucap Dan Yi

Seo Joon sedang ada toko buku lalu menelp seseorang dengan membahas  Soal novel karya Robert Friedrich yang bertanya apa   punya desain baru, karena Malam Cerah Musim Panas akan dicetak kembali. Ia pun berpiki akan mengubah warna sampulnya.
“Warna edisi Inggris dan Prancis berbeda.  Itu sebabnya kami pilih warna berbeda, biru. Ya, kali ini kita pakai warna dari edisi Inggris pertama, dan warna edisi Prancis untuk selanjutnya. Edisi kedua harus spesial agar populer.” Ucap Seo Joon di telp setelah melihat buku “MALAM CERAH MUSIM PANAS”
“Kurasa kau tertarik dengan buku pengembangan diri. Kau harus baca buku ini. Satu dari buku terbaik yang kubaca, Menawarkan pandangan hidup yang sederhana sekaligus luar biasa. Meskipun penulis buku ini lewati banyak kesulitan, dia cerdik, buku ini jadi lucu.” Komentar Tuan Kim yang tiba-tiba datang, tapi Seo Joon seperti tak peduli
“Ini buku bagus, Kau akan menyesal jika tak baca.” Ucap Tuan Kim memperlihatkan buku berjudul “HAL YANG PERLU AKU TAHU KUPELAJARI DI TK. Seo Joon tetap saja diam. Dari kejauhan, Eun Ho melihat sikap CEO-nya.
“Astaga, kau juga tertarik dengan sastra. Apa Kau tahu buku ini? Dari Eropa sampai Jepang, buku ini sangat sensasional, tapi hanya diterbitkan di Korea... Bacalah. Kau tak akan menyesal.” Kata Tuan Kim menawarkan yang lainya.
“Kau pasti bekerja di penerbit... Semua itu diterbitkan Penerbit Gyeoroo... Apa Kau bagian pemasaran?” komentar Seo Joo melihat buku yang dibawa oleh Tuan Kim.
“Bukan... Ahh... Aku tak paham... Gyeoroo? Itu nama penerbitnya? Astaga, kau pasti salah paham... Aku hanya pembaca yang sungguh berusaha...” ucap Tuan Kim mencoba menyakinkan tapi saat itu  Eun Ho datang memanggilnya. 




“Pak Kim... Aku mencarimu ke mana-mana... Kenapa pegang buku kita? Kau bisa diusir dari sini... Kau telepon saat aku sibuk... Apa Kini kau ada waktu untuk menjual buku? Kenapa ingin menemuiku?” ucap Eun Ho menarik Tuan Kim untuk pergi.
Tuan Kim terlihat malu dan binggung karena mencoba menyakinkan Seo Joon tapi malah dijatuhkan oleh Eun Ho. Akhirnya Tuan Kim memperlihatkan beberapa buku meminta Seo Joon agar membaca bab pertama buku yang dibawanya.
“Bukan karena ini buku kami, tapi Ini sungguh buku yang bagus.” Ucap Tuan Kim menyakinkan. Eun Ho menarik Tuan Kim agar segera pergi saja. 

Keduanya akhirnya berdiri didepan standing banner [KISAH ILMUWAN NAIF YANG BERTAHAN HIDUP DI MARS] Eun Ho mengeluh merasa tak ada masalah dengan standing banner karena bekerja siang dan malam untuk buku itu.
“Apa Ini caramu yang buruk memasarkannya? Iklan bukumu bukanlah masalahnya sekarang... Pak Cha.. Coba liat ini. Bagaimana menurutmu? Coba Lihat sampul buku ini, Semua Lebih baik dari keseluruhan buku kita. Apa gunanya membaca semua naskah? Kini orang-orang membeli buku karena sampulnya.” Ucap Tuan Kim
“Buku bukan aksesori.” Tegas Eun Ho, tapi Tuan Kim merasa buku adalah aksesori.
“Orang dinilai berdasarkan buku yang mereka bawa. Coba kau Lihat ini.” Ucap Tuan Kim mencoba membawa buku judul “ORANG MARS yang menurutnya betapa membosankannya.
“Tapi Coba kau lihat buku, MALAM CERAH MUSIM PANAS, Apa Aku lebih tampan? Ini Sampul desain Ji Seo Joon, Dia desainer terbaik. Semua buku di sini didesain olehnya. Jadi Bawa dia kepadaku... Bawa dia ke Gyeoroo.” Tegas Tuan Kim
“Bagaimana aku harus...” keluh Eun Ho, Tuan Kim merasa kalau dirinya tak mungkin melakukana.
“Koneksimu paling bagus, kau juga paling kompeten. Jadi Bawa dia.” Tegas Tuan Kim. Diam-diam Seo Joon mendengar dari kejauhan. 



Tuan Kim kembali mencoba mendekati pembaca lain bertanya apakah mencari buku baru yang menarik. Seo Joon masih ingat dengan Tuan Kim, Akhirnya Tuan Kim berjalan pergi sambil berkomentar kalau Seo Joon membuka mantelnya karena panas.
“Kita harus menjual semua buku itu... Buku yang langsung dibeli begitu diambil... Bawa Ji Seo-jun. Dia bekerja untuk Wolmyeong. Mereka akan membarui kontrak bulan depan. Bawa dia ke Gyeoroo sebelum menandatangani kontrak... Ingat itu.” Ucap Tuan Kim pada Eun Ho, Eun Ho hanya bisa menatap buku MALAM CERAH MUSIM PANAS

Hae Rin memberikan berkas pesanan buku Park Joo Eun pada Eun Ho, lalu Eun Ho bertanya apakah tahu Seo Joon karena mendesain buku yang diatas meja. Hae Rin mengaku tertarik pada desainnya. Eun Ho ingin tahu alasanya. Hae Rin melihat kalau Konsepnya jelas.
“Ini mudah dibawa dan dibaca karena ringan dan sampulnya tipis. Buku Ini bisa dibaca di bus atau kereta... Sedangkan yang ini, bisa mudah dibawa saat kau bepergian. Tapi buku ini terlalu tebal untuk dibawa dan Ini juga mahal. Ini dibuat tampak berkelas agar bisa dipajang di rak buku.” Jelas Hae Rin.
“Tapi Konten lebih penting, 'kan?” kata Eun Ho merasa tak buku design buku.
“Ya, tapi desain tak memengaruhi konten. Tapi Coba kau Lihat buku ini. Ini ditujukan untuk wanita berumur 20-an sampai 30-an. Terlihat Cantik, seperti aksesori. Dan buku ini tentang memulihkan hidup kita. Jadi, sampulnya sederhana dengan warna natural.” Ucap Hae Rin.
“Benar. Desainnya bagus dan bersih, Desain sampulnya bagus. Uraiannya mudah dibaca. Dia membaca bukunya dahulu... Dia tahu di mana harus menyuntingnya. Ini bukan pekerjaan penulis atau editor. Ini pekerjaan desainer buku.” Kata Eun Ho
“Staf Tim Desain kita harus selangkah lebih maju. Mereka sangat santai.” Ucap Hae Rin
“Astaga, ini melukai harga diriku. Buku tetaplah buku. Apa Pikirmu ini tak terlalu komersial?” keluh Eun Ho, Hae Rin ingin bicara tapi disela oleh Eun Ho.
“Aku tahu kau hanya ingin orang-orang baca buku kita. Semuanya buku yang bagus. Aku juga merasa begitu.” Ucap Eun Ho 



Seo Joo melihat design judul buku “SATU HARI MUSIM SEMI” saat itu anjingnya mendekat dan berpikir kalau  ingin jalan-jalan. Akhirnya Ia pun mengajak anjingnya keluar rumah.
Dan Yi diajak pergi oleh seorang paman masuk sebuah ruangan, dahinya langsun mengerut karena ruangan banyak jamur akibat terlalu lembab, lalu bertanya apa ada yang pernah tinggal disana. Paman mengaku pasti ada.
“Penyewa sebelumnya memasang tirai tebal karena sinar mataharinya terlalu silau.” Ucap si paman. 

Dan Yi keluar dari gedung dengan wajah sedih, saat itu Seo Joon menuruni tangga keluar rumah lalu berpapasan. Dan Yi memanggil Seo Joon dengan sebutan payung sementara Seo Joon memanggil Dan Yi itu Daun Bawang. Dan Yi memberitahu kalau sedang mencari kamar yang disewakan.
“Ahh.. Tempat itu?” ucap Seo Joon melihat gedung yang gelap. Dan Yi bertanya apakah Seo Joon tinggal digedung disampingnya.
“Kau pasti tinggal di lantai atas.” Kata Dan Yi karena sebelumnya melihat Seo Joon menuruni tangga. Seo Joon kaget karena Dan Yi bisa mengetahuinya.
“Aku bisa merasakan energi daun bawang dari sana.. Ahh... Aku melihatmu keluar setelah lampunya menyala.” Akui Dan Yi tak mau berbohong.
“Apa Mau lihat? Itu Ada di depan pintuku.” Kata Seo Joon senang bertemu dengan Dan Yi. 

Keduanya duduk diteras, Seo Joon mengaku daun bawang cepat tumbuh setelah kupotong bagian hijaunya dan Sering dipakai memasak. Dan Yi pun senang mendengarnya dan mengaku bersyukur atas bantuan Seo Joon hari itu.
“Namun, Apa kau mau menyewa ruangan studio yang barusan kau lihat?” tanya Seon Joon. Dan Yi juga belum tahu
“Tapi kamar itu hanya tiga halte dari kantorku Dan dekat dengan rumah temanku.” Kata Dan Yi 
“Jangan di sana, Ruangan Itu dulu adalah gudang dan Tak ada yang tinggal di sana tiga tahun terakhir.” Ucap Seon Joon
“Ahh.. Pantas saja. Aku mau tinggal di lingkungan ini. Namun, sewanya sangat mahal sekali.” kata Dan Yi
“Apa Kini kau tinggal di mana?” tanya Seo Joon, Dan Yi menjawab Di rumah temannya didekat sini.
“Aku tinggal di sana karena tak punya rumah Tapi aku tak mau mengganggunya. Aku akan kembalikan payungmu jadi akan kutaruh di samping pot itu.” Kata Dan Yi menunjuk ke pojok rumah. Seo Joon setuju.
Keduanya berdiri dan tiba-tiba lampu mati, tangan mereka berdua langsung melambaikan agar kembali menyala lalu tertawa. Dan Yi melihat anjing Seo Joon lalu bertanya Siapa nama anjingnya. Seo Joon mengaku  belum punya nama.
“Dia kubawa saat kita bertemu, jadi Kurasa kau belum punya nama.” Akui Seo Joon
“Lain kali aku ke sini, akan kupikirkan nama maskulin untukmu. Apa Dia betina?” kata Dan Yi mengusap-gusap anjing milik Seo Joon. 


Park Hoon mencari sesuatu dengan senyuman bahagia akhirnya bisa menemukannya. Ia masuk restoran, mengaku datang sendirian dengan memastikan lebih dulu kalau Pegawai kantor dapat diskon jika makan disana. Pelayan restoran membenarkan asal ada kartu nama.
“Aku punya dan Ini kartu namaku karena Aku baru dapat kerja.” Ucap Park Hoon bangga
“Apa Kau tahu Penerbit Gyeoroo? Lokasinya dekat sini.” Ucap pelayan mengantar ke meja yang kosong.
Park Hoon baru saja duduk melihat Ji Yool duduk sendirian didepanya bertanya apakah akan makan malam. Ji Yool membenarkan, Park Hoon bertanya apakah datang sendiri dan mengajak untuk bergabung. Ji Yool mengaku sedang menunggu pacarnya.
“Aku tak tahu kau punya pacar... Selamat makan.” Kata Park Hoon terlihat kecewa lalu kembali ke mejanya. Saat itu pria datang duduk di depan Ji Yoo
“Hei, kau sedikit terlambat” kata Ji Yool menyapa pacarnya dengan sumringah. Pacar Ji Yool mengaku Jalanan macet.
“Kau pasti lapar... Jadi Mau makan apa? Bagaimana kalau rosé pasta?” ucap Ji Yool. Si pria menolak karena tak akan makan. Ji Yool bingung ingin tahu alasanya.
“Kau mungkin juga tak akan sanggup makan... Sebab aku datang untuk memutuskanmu... Aku datang untuk bilang itu... Aku benci semua hal tentangmu..  Ibumu menyuruhku memberi tahu itu. Aku menyukaimu apa adanya, tapi ibumu menyuruhku bilang itu. Aku tak bisa bersamamu lagi karena aku muak dengan ibumu.” Tegas si pria.
“Ibuku hanya menjagaku...” ucap Ji Yool tak bisa berkata-kata. Park Hoon mendengarnya hanya bisa tertunduk membawa buku menu.
“Aku tak peduli. Semoga hidupmu bahagia... Kita tak usah bertemu lagi, Ji-Yool...Sangat menyebalkan.” Ucap si Pria langsung pergi. 


Ji Yool hanya bisa tertunduk sedih karena ternyata diputusin pacarnya. Park Hoon sengaja berkomentar kalau pizza yang dipesanya Besar sekali dan tak sanggup menghabiskan sendiri, mengajak Ji Yool  makan bersamanya. Ji Yool malu memilih untuk pergi tapi akhirnya kembali lagi.
“Aku makan karena kau bilang tak sanggup menghabiskannya.” Kata Ji Yool mulai makan. Park Hoon mengerti karena wanita pasti punya harga diri.
“Jadi Sudah berapa kali kau diputuskan seperti ini?” tanya Park Hoon. Ji Yool mengaku sudah sering.
“Kenapa tak hadapi saja ibumu? Ini kehidupan cintamu.”kata Park Hoon.
“Menurutmu berapa harga tasku? Harganya lebih dari tiga bulan jumlah gaji kita dan Ibuku yang membelikannya.”kata Ji Yool tak bisa melawan sikap ibunya.
“Apa Itu Lebih penting daripada cinta?” ucap Park Hoon, Ji Yool mengaku tak tahu karena menurutnya tasnya bagus.
“Kau Makanlah satu potong lagi.” Ucap Park Hoon tak ingin membahasnya, Ji Yool kembali makan meminta soda. Park Hoon pun memesan Ji Yool agar bisa menghiburnya.
“Lupakan saja itu... Kau pantas dapat yang lebih baik.” Ucap Park Hoon, Ji Yool pikir dirinya jauh lebih baik.

Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar