PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 20 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 4 Part 2


PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Joon Ha terdiam mengingat saat bertemu dengan Hye Ja mengaku  tak tahu  tinggal di daerah yang sama dan mengajak untuk sering berkunjung. Ketika diminimarket menyuruh Hye Ja agar Bayarlah terlebih dahulu baru  meminumnya.
“Bagaimana jika aku bisa? Jika aku sungguh dapat memutar waktu, apa yang ingin kau lakukan?” ucap Hye Ja yang mabuk pada Joon Ha
“Aku hanya mencoba memberitahumu, kau harus lebih mencintai diri sendiri. Itu akan membantumu menjadi lebih murah hati dengan diri sendiri.” Kata Hye Ja saat pulang bersama dengan Joon Ha.
Mereka pergi ke atap bersama, Hye Ja menunjuk bulan yang menurutnya Hari ini bulan sungguh indah lalu merasakan udara yang Sejuk. Joon Ha seperti mengingat kenangan dengan Hye Ja tapi tak bisa menemukan wanita itu.
Rice tiba-tiba turun dari pelukan Joon Ha dan langsung menjilat tangan Hye Ja yang berdarah. 

Hye Ja berbaring di kamarnya, Nyonya Lee masuk kamarnya karena anaknya tak mau minum obat dan tak ingat dengan yang dikatakan dokte kalau tak boleh lupa minum obat. Hye Ja pikir tak masalah dan menyuruh ibunya tidur saja. Akhirnya Nyonya Lee pun keluar kamar.
“Apa Dia baik-baik saja?” tanya Tuan Kim penasaran
“Aku khawatir, entah dia mungkin akan sakit jika seperti ini.” Ucap Nyonya Kim lalu melihat ikan asin yang masih utuh
“Aigoo, kau sangat tak peka. Tak bisakah paksa memakan ini demi putrimu? Jika tidak, seharusnya kau buang. Bagaimana bisa dibawa pulang kembali tanpa disentuh?” keluh Nyonya Kim marah. Akhirnya Tuan Kim pamit pergi untuk keluar sebentar. 


Joon Ha memberikan makan untuk Rice merasa Nenek tadi pasti sangat menyukai anjingnya, menurutnya Ia tinggal di Lingkungan yang aneh karena Sesuatu yang terasa seperti angin musim semi mendadak menghilang tanpa jejak.
“Ini Layaknya mimpi... Bahkan semuanya.” Ucap Joon Ha sambil menatap langit.
Akhirnya Joon Ha mengendong Rice akan keluar rumah, saat itu Tuan Kim datang keduanya saling menatap. 
Hye Ja terlihat senang melihat Rice di dalam kandang, tak percaa kalau Joon a membiarkan ayahnya membawa Rice. Tuan Kim menceritakan kalau Joon Ha yang sedang di perjalanan ke rumah mereka untuk mengembalikan anjingnya. Hye Ja terlihat senang mendengarnya.
“Apa dia tak mengatakan hal lain?” kata Hye Ja. Tuan Kim mengaku tak seperti itu.  Hye Ja seperti berharap yang lain.
“Bedebah itu, dia harusnya membiarkanku membawanya.” Kata Hye Ja lalu memanggil Rice akan bahagia bersama Kakaknya tapi Rice seperti belum mengenal Hye Ja. 

Young Soo berteriak memanggil ibunya. Nyonya Lee heran melihat anaknya yang heboh.  Young Soo memberitahu kalau Rice ada "Cabe" nya.” Nyonya Lee binggung dan kaget.
“Kupikir dia betina... Tapi kulihat ada "Cabe" nya.” Kata Young Soo.
“Aigoo, seharusnya kita sudah lihat sejak lama.” Ucap Nyonya Kim
“Tidak, tidak. Tak begitu jelas karena Rice sudah dikebiri,tapi aku lihat. Sungguh ada.” Kata Young Soo
“Jangan beritahu Hye Ja mengenai ini. Kita tak boleh memberitahunya, kan? Dia akan sangat terkejut.” Pesan Ibunya.
Young Soo pikir aku harus mendapatkan sesuatu sebagai imbalan untuk menjaga agar bibirnya tertutup. Nyonya Kim pikir akan bersikap baik-baik padanya. Young Soo melihat tatapan ibunya berpikir akan memberikan pelajaran akhirnya merasa imbalan itu pun sudah cukup lalu berjalan pergi. 


“Mereka tampak hidup dengan baik...Haruskah kubiarkan dia menjaganya?” ucap Hye Ja sedih dan merasa bersalah.
Joon Ha keluar rumah melihat tempat makan rice, seperti rindu dengan anjingnya walaupun hanya beberapa hari tinggal dirumahnya. 

Hyun Joo baru saja keluar restoran. Young Soo sudah menunggu mengajak Hyun Joo untuk ikut denganya karena akan membayar hutangnya 592.000 won,mereka pun pergi ke tempat. Hyun Joo binggung karena bilang akan memberikan uang.
“Tunggu saja... Akan kukumpulkan stars, dan membayar hutangku. Setiap stars bernilai 10 sen, jadi aku akan mendapatkan 60.000 won jika mendapatkan 600 stars.” Ucap Young Soo yakin
Hyun Soo mengeluh, Young Soo menyuruh Hyun Soo memegang tongsisnya. Young Soo menyakinkan kalau Hari ini akan melunasi hutangnya dengan mengumpulkan 600 stars. Hyun Soo mengeluh melihat Young Soo sudah memasukan semua bajunya ke dalam celana.
“Halo semuanya... Tujuanku adalah 600 stars, ayo!” kata Young Soo melakuan Tarian seksi ultimate
Beberapa orang melihat Young Soo,  Hyun Joo terlihat malu memilih untuk menjauh. Young Soo terus melakukan tarian seksi dengan banyak orang yang mulai mendekat untuk merekam gambar.
Hyun Joo tak bisa menahan malu memasang helm dan langsung memberikan tendangan untuk mantan pacarnya.  Young Soo pun terkapar, dengan hidung berdarah saat itu juga banyak penonton yang memberikan permen untuknya. 



Hye Ja membuat beberapa masakan, lalu menaruh dalam kotak makan dan membawa ke rumah Joon Ha. Akhirnya Ia masuk berpikir Tak ada orang dirumah lalu memanggil Nenek Joon Ha karena tak melihatnya jadi berpkr nenek Joo Ha sedang tak enak badan.
Hye Ja masuk rumah menaruh kotak makan di rak, lalu melihat banyak kotak kosong tak percaya kalau Nasi pun tak ada. Ia pun melihat kulkas yang ternyata kosong. Ia mencoba mencari nenek di kamarnya lalu kaget melihat foto Nenek Joon Ha dengan dupa.
“Apa Dia sudah meninggal? Bagaimana ini... Astaga... Dia sudah meninggal. Bagaimana ini, aku tak tahu...” kata Hye Ja sedih lalu merasakan ada yang datang.

Hye Ja langsung bersembunyi dibalik tirai. Ayah Joon Ha masuk rumah melihat tak ada orang langsung mencari di seluruh ruangan ibunya.  Joon Ha pulang mengambil botol air minumnya. Ayahnya langsung meminta Joon Ha memberikan selagi bersikap baik. Joon Ha bertanya apa itu.
“Apa lagi? Uang asuransi... Berikan, kataku!”ucap Tuan Lee, Hye Ja terus mendengarnya.
“Apa hubungannya denganmu?” kata Joon Ha. Tuan Lee marah dengan anaknya yang berani bicara kasardengan ayahmnya.
“Kupikir aku menjadi orang asing bagimu ketika kau mengirim itu kepadaku.” Ucap Joon Ha memberikan surat pada ayahnya.
“Aigoo... Ini Tiba lebih awal dari yang kupikirkan... Ya, kita orang asing sekarang Jadi ayo kita bagi uang dan berpisah.” Kata Tuan Lee marah
“Apa Kau tahu hari ini hari apa? Ini hari peringatan 49 hari nenek!” ucap Joon Ha marah
“Lagipula dia sudah mati... Aku tak peduli apa ini hari 49 atau 50.” Ucap Tuan Lee. Joon Ha sudah siap memukul ayahnya.
“Jangan buat keributan di depan mendiang ibu. Mari segera menyelesaikan. Aku sudah siap jatuh, tapi kau harus khawatirkan hidupmu. Seperti katamu, kita orang asing sekarang. Siapa yang tahu  yang mungkin kulakukan padamu?” ucap Tuan Lee mengancam.
Ia lalu bicara pada ibunya, pamit kalau Putranya akan pergi. Joon Ha terlihat sangat frustasi menutup wajahnya. Hye Ja sudah tak bisa bertahan untuk berdiri, akhirnya terjatuh dan pamit pada Nenek karena akan kembali lagi nanti.
“Aku merasa berterima kasih dan minta maaf, jadi aku membawa makanan.” Ucap Hye Ja. Joon Ha menyuruh untuk pergi.
“Aku tak ingin kau salah paham. Aku tak bermaksud bersembunyi dan...” kata Hye Ja. Joon Ha merasa tak masalah menyuruh Hye Ja segera pergi saja. 





Hye Ja pun pergi ke bar memesan udon, sambil menuangkan minum merasa jantungnya masih berdebar kencang seperti tak  pecaya dengan yang didengarnya dan yang datang adalah ayah Joon Ha.
“Jika neneknya meninggal, maka Apa Joon Ha hidup sendiri? Bagaimana ini... Kasihan sekali dia.” Ucap Hye Ja sedih . 

Joon Ha akhirnya membuat peringatan dengan makana seadanya, lalu berbicara pada neneknya kalau Orang bilang neneknya itu harus makan banyak pada hari ke-49 karena memiliki perjalanan panjang ke depannya.
Mata Joon Ha tertuju pada kotak makan yang dibawakan Hye Ja, akhirnya bisa memberikan makanan untuk mendiang neneknya. 

Hye Ja masih ada di bar, Joon Ha datang meminta maaf mengaku kalau Hari ini, peringatan 49 hari neneknya. Hye Ja malah pergi mengambil soju dan membuka dengan gayanya. Joon Ha menatapnya karena itu sama dengan Hye Ja yang membuat Soju muncrat ke wajahnya.
Setelah itu Hye Ja menuangkanya. Joon Ha hanya diam ingin mengambilnya Hye Ja  memberitahu kalau minuma itu untuk nenek Joon Ha lebih dulu. Keduanya akhirnya minum bersama, Hye Ja ingin bicara tapi Joon Ha menegaskan Hye Ja jangan bertanya karena tak akan menjawab. 
“Aku Takkan bertanya... Rice hidup dengan baik... Dia tak menggigitku lagi. Coba Lihat.. Tanganku Tak ada luka, kan?” ucap Hye Ja. Joon Ha mengucap syukur.
“Apa Kau khawatir? Kau lebih baik dari penampilanmu.” Ucap Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Ja Kbahkan belum sering melihatnya.
“Aku sudah sering melihatmu. Di kantor polisi, di lingkungan... Bahkan sebelum itu, kita bertemu satu sama lain beberapa kali. Tapi Kau sepertinya tak ingat.” Kata Hye Ja. Joon Ha binggung memikirkan sebelumnya
“Cobalah ingat-ingat... Kita pun bertemu disini juga.” Kata Hye Ja. Joon Ha binggung bertemu dengan nenek itu.
“Sadarkah kau melihatku dari sudut pandang yang sangat sempit? Ketika kau bilang, Kau "see" seseorang, kau tahu kata-kata "see, saw, seen", kan? Itu tak berarti kau hanya melihat penampilan orang itu. Tapi Ada makna yang jauh lebih dalam dari itu.” Ucap Hye Ja mencoba menyadarkan Joon Ha
“Kau ingat apa yang dikatakan makhluk biru di "Avatar"? "I see you." Itu kata mereka. Segera ketika kau "melihat" seseorang, kau seharusnya merasakan apa yang ada di dalam orang itu.” Kata Hye Ja.
“Aku merasakannya.” Ucap Joon Ha. Hye Ja tak percaya kalau Hye Ja bisa merasaka dan ingin tahu apakah mengingatnya.
“Hari yang lalu kau memukul kepalaku di sini. Kenapa melakukan itu? Kau bilang, "Kau pikir kau siapa? Apa yang menyulitkanmu?" “ ucap Joon Ha. 



Hye Ja panik mengaku bukan seperti itu maksudnya, lalu mengingatkan kalau Joon tahu Happy Beauty Salon. Joon Ha mengaku tahu. Hye Ja memberitahu kalau  Penata rambutnya mempunyai putri  Dengan mata besar, berkilau dan hidung yang mancung..
“Dengan wajah kecil... Dia gadis cantik yang menawan.” Ucap Hye Ja membanggakan diri
“Aku tahu siapa yang kau maksudkan meskipun aku tak yakin dia cantik.” Kata Joon Ha. Hye Ja terlihat marah. Joon Ha mengaku bukan seperti itu maksudnya.
“Dia cantik, tapi kurasa dia bukan tipemu.” Komentar Hye Ja. Joon Ha mengaku  Tidak berarti bukan tipenya tapi hanya tak pernah berpikir Hye Ja itu cantik.
“Oh begitu... Aku tahu alasan kenapa tak berjalan sesuai inginku.” Kata Hye Ja.
“Lalu Apa hubungan Nenek dengan Hye Ja?... Hye Ja. Kim Hye Ja.” Kata Joon Ha.
“Kau ingat namanya...Jangan kaget. Aku... Hye Ja... Aku bibi dari ibunya.”kata Hye Ja tak bisa mengakuinya.
Joon Ha mengangguk mengerti.  Hye Ja mengeluh karena Joon Ha hanya berkomentar biasanya saja. Joon Ha heran berpikir Hye Ja ingin dirinya  harus terkejut. Hye Ja pikir tak seperti itu, lalu berpikir Joon Ha itu Sosiopat yang tak punya perasaaan.
“Meski terlambat, selamat atas pekerjaan barumu. Aku mendengarnya dari Hye Ja. Kau ada Departemen apa? Ekonomi? Sosial?” ucap Hye Ja tapi Joon Ha memilih untuk pergi
“Aku akan membayar minuman karena kau memberiku makanan tadi.” Kata Joon Ha. Hye Ja ingin tahu didepartement apa dan berpikir itu rahasia.
“Kau banyak bicara, seperti Hye Ja.” Keluh Joon Ha. Hye Ja pikir akan memberitahu bagaimana kabar Hye Ja, Jika penasaran tapi Joon Ho dengan cepat menutup pintu bar. 


Hye Ja bergegas masuk parkiran mengeluh karena  Pada usia ini masih mabuk lagi dan tidur dan mencari keberadan ayahnya dengan kotak makan ditanganya. Dalam ruangan yang berantakan, Hye Ja melihat ayahnya yang sedang Patroli.
“Jadi ini tempat Ayah bekerja.” Ucap Hye Ja sedih. Tuan Park masuk kaget melhat Hye Ja datang bertanya Ada perlu apa datang ke kantornya.
“Aku Bawa kotak makan siang.. Jangan khawatir. Aku membuatkanmu beberapa lauk lainnya.” Ucap Hye Ja dengan senyumanya.
“Kau tak harus datang.”ucap Tuan Kim lalu menerima panggilan sebagai  penjaga keamanan harus pergi ke Gedung 105, unit 805.
“Ayah... Bukankah lebih baik ketika kau menyupir taksi? Kau bisa beristirahat di mobil setiap kali lelah.” Kata Hye Ja sedih
“Tidak... Aku berjalan sepanjang waktu, dan ini olahraga yang bagus. Kau Pulang saja. “kata Tuan Kim
“Aku datang untuk melihatmu makan.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim mengatakan  akan makan nanti.
“Kau akan menyisakan ikan teri lagi, kan? Aku takkan bergerak satu inci pun sampai kau makan itu.” Tegas Hye Ja.
“Ini Sudah waktunya untuk patroli, Ayah harus pergi. Tunggu Ayah di rumah.” Kata Tuan Kim
“Tapi ini Sudah lewat jam makan siang!” kata Hye Ja. Tuan Kim pikir harus selesaikan patroli reguler meminta agar berHati-hati dijalan saat pulang. 


Hye Ja malah mengikuti ayahnya dan melihat sang ayah sedang bebicara dengan penghuni apartement. Si pria mengaku itu kesalahan dan membuat kesalahan saat mendaur ulang ia mengumpat marah karena Tuan Kim yang Berani mencoba mengajarikanya. Tuan Kim mengaku bukan seperti itu.
“Aku hanya memintamu untuk lebih berhati-hati lain kali.” Ucap Tuan Kim.
“Wah. Kau tak tahu tempatmu. Jika ada barang-barang yang tercampur di sana, kau harus melakukan daur ulang karena orang dapat membuat kesalahan sesekali..” ucap Si pria. Hye Ja menahan amarah dari jauh.
“Bukankah kau punya sebagian uang dari ini? Kami melakukan daur ulang secara gratis. Maka kau harus melakukan ini setidaknya. Kenapa kau malas?” kata si pria marah.
“Pasti ada kesalahpahaman. Kami tak mendapat uang yang berasal dari daur ulang.” Ucap Tuan Kim.
“Kudengar kau mendapatkannya. Jangan coba membodohiku.  Lalu ayo kita lihat ke mana uang itu mengalir. Kau bisa Pergi, bawa buku besar untuk biaya maintenance.” Kata Si pria menantang
“Maafkan aku. Aku akan mengurus ini, jadi Kau bisa pergi.” ucap Tuan Kim. Si pria malah makin yakin.
“Bibi, kau saksi untuk ini... Coba Lihat dia mundur saat kusebut uang. Merasa bersalah, kan?” teriak si pria. 


Hye Ja akhirnya datang berteriak marah pada si pria, karena berani  mengatakan hal seperti itu. Si pria menyuruh Nenek Hye Ja menjauh karena  bukan urusanmu, Hye Ja pikir itu adalah urusanya karena ia adalah ibu dari Tuan Kim. Tuan Kim terdiam mendengarnya.
“Jika dia menjual ini dan membawa pulang satu satu sen, aku yang akan bertanggung jawab.” Kata Hye Ja menantang. Si pria merasa tak pecaya
“Jika kau dipermalukan seperti ini di depan ibumu oleh orang asing, bagaimana perasaanmu? Katakan padaku!” ucap Hye Ja membela ayahnya. Si pria terlihat marah. 


Keduanya berjalan pulang, Hye Ja menatap ayahnya lalu meminta maaf merasa kalau pria itu bertingkah jadi mendadak  kehilangan kesabaran. Tuan Kim hanya diam saja. Hye Ja pikir kalau seharusnya tak memberitahunya ia adalah ibnya.
“Ini Menyenangkan rasanya karena kau membela Ayah.” Ucap Tuan Kim yang memegang tangan anaknya. Hye Ja pun tersenyum bahagia. 

Keduanya pergi ke snack bar, Hye Ja menawarkan diri apakah Ayahnya mau makan udon. Tuan Kim mengatakan mau soju malam ini, Hye Ja memmbuka botol soju dengan gayanya lalu mengaku ayahnya baru saja lihat pemandangan yang sangat langka.
“Aku tak melakukan ini di depan siapa pun.” Kata Hye Ja lalu bertanya ayahnya ingin memesan makan apa.
“Ayah punya sesuatu.” Ucap Tuan Kim memperlihatkan kotak makan yang masih utuh dengan ikan asin buatan anaknya.
“Ayah dengar ikan asin baik untuk tulang.” Ucap Tuan Kim makan ikan asin setelah minum soju. Hye Ja tersenyum bahagia melihatnya.
Tuan Kim akhirnya sudah mabuk berjalan pulang sambil menyanyi, Hye Ja melihatnya bisa tersenyum bahagia. 

Joon Ha keluar dari rumah melihat Hye Ja sudah menunggu didepan rumah. Hye Ja pikir kalau Joon Ha mungkin rindu Rice. Joon Ha menyapa Rice lalu berjalan pergi. Hye Ja mengeluh Joon Ha yang  menyapa anjing, tapi tak menyapanya.
“Kau akan kerja lembur. Apa Perusahaanmu punya jam bebas? Apa Kau sudah sarapan? Kau harus makan makanan sehat untuk bekerja.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengerti.
“Bagaimana perusahaannya? Apa ada banyak wanita? Pria harus selalu berhati-hati terhadap wanita.” Kata Hye Ja.
Joon Ha tiba-tiba berhenti lalu mengeluarkan bola tenis. Hye Ja pikir kalau itu untuknya. Joon Ha langsung memlempar bola, Rice pun akhirnya mengenarnya. Hye Ja pun mengikuti anjingnya yang berlari mengejarnya. 

Hye Ja pulang dengan nafas terengah-engah, ibunya langsung panik mengajak anaknya masuk dan duduk. Hye Ja masih saja terengah-engah. Ibunya memastikan kalau anaknya baik-baik saja. Hye Ja mengaku hanya sedikit berlari.
“Itu sebabnya aku terengah.” Akui Hye Ja. Ibunya heran melihat Hye Ja yang berlari dan menyuruh duduk saja agar bisa mengatur nafasnya kembali. 

Dua pelanggan merasa kasihan dengan Hye Ja memastikan kalau  baik-baik saja. Hye Ja pikir akan duduk sebentar lagi. Si wanita lalu bertanya  di mana ketiga wanit yang selalu ada di salon. Salah satu temanya berpikir nenek itu mungkin pergi ke aula pameran.
“Aula pameran? Bukankah penuh dengan penipu yang mencoba untuk menjual barang?” komentar teman lainya.
“Akhir-akhir ini mereka tak melakukan hal-hal itu. Jadi apa yang mereka lakukan jika tak menjual barang di sana?” komentar wanita pertama
“Kudengar sekarang seperti pusat penitipan anak untuk orang tua. Sama seperti tempat penitipan anak, Mereka memberikan makanan ringan dan menjalankan berbagai program. Semua wanita tua di lingkungan ini pergi ke sana.” Jelas wanita kedua.
“Teman ibu mertuaku pergi ke sana juga, dan dia menyukainya. Mereka membawa pulang sebungkus kertas toilet setiap hari. Itu bagus.” Kata wanita yang sedang di potong rambutnya.
“Nenek Tua, kau harus ke sana juga... Kudengar menyenangkan.” Saran wanita pertama. Hye Ja dengan wajah kesal mengatkan  tak tertarik lalu masuk ke dalam rumah.
“Syukurlah ibu mertuaku punya tempat untuk pergi. Itu sebabnya aku punya waktu untuk menata rambut. Dia benar-benar mencekikku.” Komentar Si ibu yang sedang dipotong. Nyonya Kim terdiam seperti sedih melihat nasib anaknya. 


Hye Ja berdiri dipinggir jalan, beberapa nenek dan kakek ikut berdiri tak jauh darinya. Saat itu sebuah mobil datang, Hee Won turun dari mobil mengajak para nenek untuk masuk perlahan.
“Dan hari ini, ada hal khusus yang kami siapkan untuk kalian.” Ucap Hee Won. Mereka pun perlahan masuk ke dalam mobil. Hye Ja hanya diam saja.
“Nenek, Apa kau tak naik? Kau Mau naik, atau tidak? Kau Sudah nunggu lama untuk bergabung, benarkan? Kalau begitu, silakan naik.” Ucap Hee Won. Hye Ja hanya diam seperti tak ingin pergi.
“Tak apa. Semua orang seperti itu pada awalnya. Silakan naik... Wah.. Kau sangat pemalu. Maka jika kau ingin ikut dengan kami, tolong lakukan angkat jarimu...  Jika kau tak mau naik, beri aku dua jari.” Kata Hee Won.
Hye Ja dengan tertunduk mengangkat satu jarinya, Hee Won pun senang karena tahu Hye Ja pasti ingin bergabung lalu mengajak masuk dengan berjanji  akan memberimu telur ekstra sebagai hadiah penyambutan dan meminta agar jangan beritahu orang lain. 


Dalam sebuah ruangan, nenek dan kakek saling berkumpul dan ada beberapa yang menari-nari. Hye Ja tak suka akan keluar dari ruangan, seorang pegawai wanita menahanya karena wacara akan segera dimulai. Hye Ja tak tertarik karena hanya ingin pergi.
“Astaga, kau harus tetap di sini. Bagian yang menyenangkan akan segera dimulai.” Kata pegawai wanita. Hye Ja tetap ingin pergi.
“Halo, hadirin sekalian... Maskot Aula Hyoja dan saudaraku di sini untuk menghibur kalian.” Teriak Hee Won.
Saat itu seorang pria keluar dengan jas kerlap kerlip dan menyanyikan lagu trot. Hye Ja melonggo kaget melihat Joon Ha yang menyanyi diatas panggung untuk menghibur para kakek dan nenek. Joon Ha terlihat sangat menikmati menyanyi trot menghibur kakek dan neneknya.
Bersambung ke episode 5
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar