PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 27 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Joon Ha pulang ke rumah, sementara Saat itu kakek datang menemui Hye Ja ditaman dengan senyuman bahagia merasa tidak percaya ingin bertemu terlebih dahulu dan merasa tersanjung.  Hye Ja menyuruh kakek akan membalikan badan. Si kakek mengikutinya.
“Jangan berbalik dan dengarkan. Aku mendengar kau memiliki beberapa koneksi dengan polisi setempat dengan baik.”kata Hye Ja. Si kakek ingin Hye Ja menjelaskan lebih rinci.
“Aku ingin Lihat apa yang bisa kau temukan pada Lee Joon Ha di ruang pameran, terutama tentang apa yang terjadi antara dia dan ayahnya. Jangan tinggalkan cerita apa pun. Aku ingin mengetahui semuanya.” Tegas Hye Ja.
“Kemudian... sebagai gantinya, apakah kau akan berkencan dengan ku?” kata Si kakek tersenyum bahagia, tapi saat membalikan badan Hye Ja sudah tak ada.
“Aku harus mengatakan, dia sangat menawan.” Kata Si kakek malah makin suka dengan Hye Ja. 


Joon Ha pulang ke rumah, hanya bisa melonggo melihat rumahnya sudah berantakan dan tahu pasti ulang ayahnya. Ia pun akhirnya melempar bir untuk melampiaskan amarahnya.  Hye Ja dan Si kakek akhirnya bertem kembali ditaman.
“Aku meminta teman-temanku untuk bertanya tentang dia, dan sepertinya dia dalam situasi yang rumit. Aku merasa tidak enak untuknya. Aku pikir dia bahkan melukai dirinya sendiri untuk melindungi neneknya, tapi dia meninggal setelah itu, dan dia telah dituntut karena menuduh ayahnya.” Cerita Si kakek
“Kau bisa lihat, setiap pria tampan memiliki kehidupan yang keras, sama seperti ku.” Kata si kakek.
“Terima kasih untuk informasi... Kau tahu bahwa kau tidak harus memberi tahu orang lain tentang ini, kan? Itu akan menjadi rahasia kita.”tegas Hye Ja.
“Rahasia kita? Hanya antara kau dan aku.” Kata si kakek bahagia dan tak melihat Hye Ja ada didekatnya


Hye Ja pergi ke rumah Joon Ha tak berpikir Joon Ha  belum pulang. Tapi Joon Ha ternyata sudah ada di depan motel. Nyonya Angkuh melihat Joon Ha menunggu merasa tak enak hati karena pasti lehernya dingin dan akan memberikan syal.
“Aku baik-baik saja. Aku masih muda, kau tahu.” Ucap Joon Ha menahan Nyonya angkuh tak melepaskan syalnya.
“Apa yang kau lakukan hari ini?” tanya Joon Ha, Nyonya Angkuh pasti Joon Ha tahu kalau anya menonton TV dan berjalan-jalan.
“Datanglah ke ruang pameran. kau pasti bosan.” Kata Joon Ha. Nyonya Angkuh mengaku punya teman. Joon Ha bertanya siapa.
“Ada seseorang, Aku akan memperkenalkanmu padanya waktu berikutnya.” Kata Nyonya Angkuh senang lalu memberikan surat pada Joon Ha.
“Maaf aku harus bertanya padamu setiap saat. Aku harus mengirimnya ke alamat yang sama, kan?” kata Joon Ha. Nyonya Angkuh membenarkan.
“Dan aku hanya ingin tahu... Dia belum menjawab, kan?” ucap Nyonya Angkuh. Joon Ha membenarkan dan yakin akan segera membalasnya. 


Tiba-tiba Tuan Park datang langsung menyindir Joon Ha kalau  Sekarang mengerti apa yang sedang terjadi dan mengira Nyonya Angkuh telah memberinya uang saku. Joon Ha menyuruh Nyonya Angkuh untuk masuk motel saja dan akan kembali besok untuk menjemputnya.
“Ibu.. Hati-hati. .. Orang ini berbahaya. Dia membangkitkan insting pelindung dengan matanya yang tampak sedih.” Sindir Tuan Park. Joon Ha bergegas agar Nyonya Angkuh masuk saja.
“Selamat malam... Kita bisa bicara di ruang pameran besok.” Kata Joon Ha segera pergi meninggalkan Tuan Park
“Lihat dirimu melarikan diri sekarang karena aku sudah menangkapmu.” Sindir Tuan Park
Hye Ja datang terlihat senang karena sudah menduga datang menemui Nyonya Angkuh. Ia mengatakan harus berbicara dengan Joon Ha tentang sesuatu. Tuan Park melihat Hye Ja langsung memperingati  Karena Joon Ha itu penipu.

“Dia Bukan penipu sepertiku. Tapi Dia benar-benar penipu dengan catatan kriminal. Apakah kau masih sering mengunjungi pengadilan?” ucap Tuan Park. Joon Ha ingin memukul tapi Hye Ja lebih dulu menampar Tuan Park.
“Kalau begitu katakan padaku betapa polosnya hidupmu. Aku akan mendengarkan. Setiap orang memiliki kekurangan jadi Itu semua sama saja. Kita semua melakukan perbuatan jahat. Kau harus berusaha untuk bergaul dengan rekan kerjamu.” Kata Hye Ja.
“Coba kau lihat,  Orang itu memukul ayahnya sendiri dan membunuh neneknya. Aku tidak bisa berteman dengan bajingan seperti itu.” Kata si pria
“Astaga, bagaimana kau bisa mengatakan itu?” ucap Hye Ja. Joon Ha tak bisa menahan amarah ingin memukul tapi Hye Ja menahan Joon Ha agar menatapnya untuk tak melakukanya.
“Kau tidak harus memukulnya. Jangan... Tolong, jangan lakukan itu.” Kata Hye Ja memohon. Joon Ha seperti bisa melihatnya tatapan tulus Hye ja. 

Hye Ja mengaku ingin memberitahu untuk minta maaf karena terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang Joon Ha. Ia mengaku baru tahu hari in tentang semua yang telah Joon Ha  lalui dan juga mendengar Joon Ha menyerah untuk menjadi seorang reporter.
“Aku mungkin tidak menjadi reporter bahkan jika itu tidak pernah terjadi. Bagaimana jika ini aku saat menjadi reporter? Setiap kali aku marah, aku memukul orang lebih dulu. Aku tidak bisa mengendalikan amarah ku ... dan selalu menyebabkan masalah seperti orang gila. Bagaimana jika aku bersikap seperti itu?” kata Joon Ha.
“Tidak... Aku tahu betul bahwa kau tidak seperti itu.” Kata Hye Ja menyakinkan.
“Ayahku adalah sangat bajingan  dan ibuku meninggalkanku ketika aku masih bayi karena dia tidak mau berjuang merawatku. Jadi Anak mereka tidak bisa menjadi orang baik.” Kata Joon Ha yakin
“Jangan bicara tentang dirimu seperti itu. Berhentilah mengatakan hal-hal seperti itu!” ucap Hye Ja.
“Tolong berhenti mengingatkanku bahwa aku berada di keadaan paling bawah,  Astaga, aku hanya hidup karena tidak bisa mati. Tapi kau terus mengatakan kepadaku bahwa aku di bawah dan aku harus melakukan yang lebih baik.” Ucap Joon Ha.
“Jangan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu.” Tegas Hye Ja.
“Apakah mata ini terlihat seperti mata orang yang hidup? Ini tidak disebut hidup. Jadi Beri tahu cucumu  bahwa Lee Joon Ha yang dia kenal sudah mati.” Kata Joon Ha terlihat kehilangan semangat hidupnya. 


Hye Ja duduk dikamar terdengar suara ibunya yang mengeluh menyuruh kakaknya untuk mencuci kaki sebelum tidur dan memohon setidaknya Lepaskan kaus kakinya. Hye Ja hanya bisa terdiam mendengar perdebatan keluarganya.
“Astaga, lepaskan kaus kakimu. kau tidak pernah melepas kaus kakimu sendiri. Ketika aku mati, aku ingin kau mengambil  kaus kakimu dan kenakan ...” ucap Nyonya Lee marah. Akhirnya Hye Ja berdoa.
“Tolong beri aku satu kesempatan saja. Jika aku bisa kembali ke masa . dan membuat semuanya kembali seperti semestinya, Tolong, sekali saja.” Pinta  Hye Ja sambil menangis memohon. 

Hye Ja terbangun dari tidurnya terlihat tak sadar kalau tertidur. Tiga nenek sudah ada di salon dan Nyonya Lee sedang mengeriting rambut. Hye Ja bergegas membersihkan lantai dari rambut. Dua nenek memanggil Hye Ja meminta secangkir kopi. Hye Ja mengerti akan membuatkana.
“Apa yang baru saja kau katakan?” ucap Hye Ja tersadar lalu menatap cermin tak percaya wajahnya kembali seperti dulu.
Ia langsung menjerit memeluk ibunya seperti tak percaya melihatnya dan memastikan pada ibunya dan juga pada dua nenek kalau wajahnya yang masih muda. Si nenek pun mengatakan Hye Ja itu terlihat seperti seorang wanita muda berusia 20-an lalu bergegas masuk kamar. 

 “Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa, tiba-tiba? Astaga, apakah doaku berhasil? Benar, aku menua seperti itu dalam semalam. Menjadi muda dalam semalam adalah ...Ah.. Tidak...Aku hanya kembali ke keadaan semula, jadi itu masuk akal...Benarkah?” ucap Hye Ja tak percaya menatap wajahnya di cermin.
“Hye Ja....Kau cantik ini.” Puji Hye Ja pada dirinya sendiri lalu berlari ke luar rumah dan berdiri menghadang Hyun Joo yang mengemudikan motornya.
“Astaga, apakah kau kehilangan akal sehat? Aku hampir memukulmu!”teriak Hyun Joo
“Hei, lihat aku. Ini aku, Hye Ja.” Kata Hye Ja menunjuk wajahnya. Hyun Joo binggung. Hye Ja tak peduli langsung berlari menjerit bahagia karena sudah kembali menjadi muda.
“Ada apa dengan dia? Apakah dia mendapatkan sesuatu dari Yeong Sono?” ucap Hyun Joo melihat temanya. 


Beberapa anak sedang bermain  bola melonggo karena tiba-tiba daun berterbangan. Hye Ja berlari dengan sangat cepat, wajah Hye Ja tersenyum bahagia karena bisa lari sekarang dan bisa menggerakkan kakiny seperti yang diinginkan.
“Coba Lutut ku tidak lagi membuat suara retak itu!” kata Hye Ja bisa berlari saat menaiki tangga yang banyak.
Ia menari-nari bahagia, lalu kembali menuruni tangga dengan cepat, kakinya seperti tersandung dan jatuh. Hye Ja seperti masih tetap bahagia karena mengaku sangat suka seperti dalam mimpi saja. 

Sang Eun sedang membersihakan meja di minimarket dikagetkan dengan Hye Ja yang tiba-tiba sudah muncul dijendela. Hye Ja bergegas masuk memberitahu kalau dirinya Hye Ja yang berusia 25 tahun. Sang Eun heran bertanya apakah Hye Ja ditolak lagi. Hye Ja tak mengerti maksudnya.
“Apakah kau ditolak oleh pria itu , siapa yang ingin menjadi reporter dan menjadi gila?” ucap Sang Eun.
“Oh, Joon Ha” kata Hye Ja teringat dengan Joon Ha lalu bergegas pergi. 

Hye Ja pergi ke rumah Joon Ha terlihat tergesa-gesa bertemu dengan Nenek Joon Ha. Nenek Joon Ha mengetahui Hye Ja putri penata rambut memberitahu kalau Joon Ha tidak ada di rumah.
“Tapi dia tidak akan pulang terlambat Karena pekerjaan paruh waktunya. “ ucap Nenek. Hye Ja mengaku sudah tahu
“Tapi Kenapa kau kehabisan nafas? Apakah kau ingin air minum?” ucap Nenek Joon Ha lalu memberikan minum. Hye Ja pun meminumnya.
Baiklah, Nyonya aku Harap kau tetap sehat. “ kata Hye Ja. Nenek Joo Ha bingung tapi akhirnya mengucapkan Terima kasih.
“Berjanjilah padaku.” Kata Hye Ja memohon. Nenek Joon Ha menganguk mengerti. 


Hye Ja menunggu didepan rumah, Tuan Kim turun dari mobil menyapa anak gadisnya bertanya kenapa ada diluar rumah. Hye Ja terdiam melihat kaki ayahnya yang masih baik-baik saja. Tuan Kim memuji anaknya karena  yang terbaik. Hye Ja langsung memeluk ayahnya.
“Apa yang kau katakan, bagaiman dengan semangkuk udon bersamaku?” ucap Tuan Kim. Hye Ja pun setuju.
Keduanya akhirnya duduk dibar sambil minum soju, Tuan Kim menatap anaknya. Hye Ja bertanya Apakah ada yang salah dengan wajahnya. Tuan Kim mengaku Hanya saja anaknya sangat cantik. Hye Ja mengeluh dengan godaan ayahnya.
Hye Ja melihat Joon Ha yang baru pulang melewati bar, saat akan mengejarnya mie udon datang. Si paman mengatakan kalau memberika Mie ekstra untuk pelanggan tetapnya. Hye Ja bergegas memakannya karena ingin bertemu dengan Joon Ha.
“Hei.. Makan perlahan. kau akan sakit perut.” Kata Tuan Kim
“Ayah, aku harus berada di suatu tempat.” Kata Hye Ja lalu pamit pergi. 



Hye Ja berlari keluar dari bar, Joon Ha ditarik keluar oleh neneknya yang terlihat marah, Neneknya memberitahu kalau ayah Joon Ha akan segera pergi. Hye Ja melihat Joon Ha yang berlari keluar dari rumah lalu mengikutinya dari belakang.
“Jangan... Itu akan menyakitkan... Itu akan menyakitimu... Itu akan menyakitimu untuk waktu yang lama.” Pinta Hye Ja menahan Joon Ha yang akan memukul kepalanya dengan baik.  Joon Ha akhirnya hanya bisa menangis meluapkan amarahnya. Hye Ja pun memeluknya dengan erat.

Keduanya akhirnya duduk di taman, Joon Ha mengaku merasa lebih baik, tetapi tadi sangat memalukan. Hye Ja melihat kalau Joon Ha terlihat lucu dan menurutnya tadi Tidak apa-apa. Joon Ha mengaku semua tempat pernah ditinggali
“Aku belum tinggal di seluruh korea, kecuali untuk Pulau Jeju. Ayahku terus mengalami masalah uang. Jadi Aku pindah setiap tahun di sekolah dasar.” Cerita Joon Ha. Hye Ja pikir Kedengarannya sulit.
“Kau Pasti sulit berteman.” Kata Hye Ja. Joon Ha berpikir Dimanapun akan hidup, pasti hanya tinggal di sana hanya sementara.
“Aku tidak pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi terikat pada suatu daerah. Tapi sekarang... Aku mulai memahaminya. “.” Kata Joon Ha.
“Mengapa? Aku agak suka lingkungan ini Kecuali bahwa orang terlalu banyak bicara Disini Cukup bagus di musim semi...Bunga ada di mana-mana ... itu terlihat Cantiknya.” Kata Hye Ja.
“Mari kita lihat bersama.. Musim semi.” Ucap  Joon Ha, keduanya saling menatap.
Hye Ja terlihat gugup berpikir pasti mabuk dan merasa tiba-tiba tubuhnya seperti terbakar. Joon Ha bertanya apakah mereka bisa pergi bersama. Hye Ja pun tak menolak walaupun terlihat gugup.



Joon Ha mengantar Hye Ja pulang ke rumah, Hye Ja berpesan agar Joon Ha Pulang dengan selamat, keduanya terlihat sumringah. Joon Ha pun berpesan sampai jumpa besok. Hye Ja akhirnya masuk dengan wajah sumringah tak percaya kalau akan bertemu dengan Joon Ha.
“Apa yang harus aku lakukan? "Sampai jumpa besok." Kenapa dia mengatakan itu?”jerit Hye Ja tak percaya. Joon Ha pun pulang ke rumah dengan wajah bahagia. 

Hye Ja keluar dari rumah dengan pakaian rapih, tiga nenek menyapanya berpikir kalau akan berkencan. Nenek satu mengaku iri dengan Hye Ja dan berpesan harus menikmatinya ketika bisa. Hye Ja dengan malu-malu mengaku ini bukan kencan.
“Siapa pria itu? Apakah dia tampan?”tanya Nenek Dua penasaran.
“Aku tidak dapat menyangkal bahwa dia menarik.”kata Hye Ja.
“Pria harus memiliki tubuh yang besar Dan mereka harus tinggi.” Ucap Nenek tiga.
“Dia tidak setinggi itu... Apa Hanya sekitar 187cm?” kata Hye Ja mengukur tinggi Joon Ha yang mejulang.
“Aku kira kau bisa mengatakan dia pria yang cukup tinggi.” Goda si nenek.
“Astaga, aku tidak yakin. Semua orang mengatakan dia sangat tampan, jadi aku hanya mengangguk.” Kata Hye Ja malu-malu lalu pamit pergi. 


Joon Ha sudah menunggu dengan style Jins dan kaos, duduk dengan menekuk satu kakinya. Hye Ja diam-diam melihat dari kejauhan lalu mengagumi Joon Ha yang sangat tampan dan terlihat sangat gagah.
“Yah.... kau telah lulus!” ucap Hye Ja terlihat senang. Saat itu Joon Ha melihatnya, Joon Ha malu langsung bersembunyi dengan wajah panik.
Akhirnya Hye Ja keluar dan Joon Ha tersenyum melihatnya. Keduanay pun pergi kencan bermain billiard, lalu dance di arcade dan Joon Ha mencoba mengambil boneka dari mesin, setela itu bermain tembak-tembakan. Joon Ha terus menatap Hye Ja yang terus bercerita sambil minum wine.
Hye Ja tanpa sadar sudah membuat mulutnya terkena bekas wine, Joon Ha tak peduli terus menatap Hye Ja penuh cinta. Keduanya pun berjalan bersama, Hye Ja terus bercerita tanpa sadar Joon Ha sudah tak berjalan disampingnya.
Joon Ha tiba-tiba datang dengan memberikan sebuket bunga, Hye Ja tersenyum bahagia dan Joon Ha pun tersenyum lebar seperti keduanya terlihat sangat bahagia. 
Akhirnya Keduanya akan berjalan pulang, tangan mereka sempat bersentuhkan dan membuatnya jadi gugup. Hye Ja mencoba mencium bunga agar mengurangi rasa gugupnya, tapi malah daun yang menempel di hidungnya.
“Haruskah aku membawanya jika berat?” tanya Joon Ha. Hye Ja menolak mencoba mengeluakan daun dari hidungnya.
Saat itu sebuah mobil lewat, Joon Ha menarik Hye Ja untuk minggir, Hye Ja terdiam melihat tangan Joon Ha dilenganya, akhirnya Joon Ha pun mengambil kesempatan dengan mengandeng tangan Hye Ja berjalan pulang.
“Apakah kau mengurus hal itu sebelumnya?” tanya Joon Ha. Hye Ja bertanya apa maksudnya.
“Ketika kau datang untuk mengambil kembali arloji mu, kau mengatakan itu adalah sesuatu yang kau tidak bisa menyerah.” Kata Joon Ha. Hye Ja mengucapkan terimakasih karena sudah menyelesaikanya.
“Ngomong-ngomong, dapatkah kau menjanjikan satu hal padaku? Berjanjilah padaku kau akan menjadi reporter. Berjanjilah padaku, Jangan tanya alasanya” kata Hye Ja memohon. Joon Ha setuju.
“Dan kau tidak harus  katakan padaku untuk menjadi pembawa berita atau semacamnya. Itu kejam.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku tidak akan mengatakan itu.
“Aku akan menjadi reporter seperti yang kau katakan. Jadi kau harus ... Jadilah Pacarku...Jangan tanya kenapa.” Kata Joon Ha. Hye Ja terlihat malu.
Hye Ja tiba-tiba menjatuhkan bunga diatanganya, lalu panik karena tanganya yang terlihat tak terlihat.  Ia seperti merasakan waktunya berputar, lalu memberitahu Joon Ha kalau merasa sangat aneh dan tubuhnya seperti aneh.
“Apa kau merasa mual? Apakah kau ingin pergi ke rumah sakit?” ucap Joon Ha panik
“Joon Ha... Bisakah aku ... memelukmu sekali ini saja?” kata Hye Ja panik dan akhirnya Joon Ha memeluknya. Keduanya berpelukan dengan erat.
“Joon Ha...Bahkan jika...Aku kembali, kau lebih baik jangan lupakan aku. Ingatanku  adalah satu-satunya hal yang bisa ku jalani. Jika kau melupakan aku, Aku akan sangat marah.” Kata Hye Ja.
“Aku... akan menjadi wanita tua... Bukankah ini lucu? Aku juga merasa lucu. Ketika aku bangun dari mimpi ini, maka Aku akan kembali menjadi wanita tua. Maafkan aku, Joon Ha...Maafkan aku.” Ucap Hye Ja menangis. 





Hye Ja masih tertidur sambil menangis lalu terbangun dan mengeluh karena  Seandainya tahu akan bangun seperti ini, maka akan menciumnya. Ia pun merasa haus keluar dari kamar dan kembali menjadi tua setelah bermimpi kembali seperti sebelumnya 

Hye Ja masuk ke kamar kakaknya mengatakan  ingin 70 persen. Dan mengajak Jika  mengeluh maka akan membuatnya 80. Young Soo yang tertidur binggung apa maksud adiknya. Hye Ja akhirnya meminta 90 persen. Young Soo setengah sadar seperti tak mengerti.
“Aku akan berada di siaran langsungmu, tapi aku ingin 90 persen bintang. Tidak akan ada negosiasi. Kita akan mulai malam ini. Jadi Kau Siap-siap dan lakukan.” Kata Hye Ja lalu keluar kamar. Young Soo seperti tak peduli kembali tidur. 

Nyonya Angkuh keluar dari motel terlihat canggung karena memakai popok. Hye Ja memberikan senyuman manisnya pada Nyonya Angguh, menunjuk kalau  memakai popok yang sama.  Keduanya akhirnya pergi bersama menaiki mobil.
“Jangan khawatir. Kita ramping, jadi tidak ada yang tahu.” Kata Hye Ja menyakinkan sebelum masuk mobil.
Nyonya Angkuh akhirnya masuk lebih dulu, lalu Hye Ja naik dan sempat saling menatap Joon Ha yang mengemudikan mobil. Tapi keduanya seperti berusaha saling acuh. 

Di dalam ruangan, para nenek dan kakek sedang berlatih menyanyi trot. Hye Ja dan nenek Angkuh ikut menyanyi terlihat sangat bahagia tak seperti sebelumnya. Hye Ja juga menyuapi temanya yang sebelumnya memberikan permen untuknya, Nyonya Angkuh dan Hye Ja seperti suda sangat dekat.
Keduanya akan pergi ke taman, Hye Ja melihat seorang kakek yang duduk sendirian terlihat sangat lesu. Nenek Angkuh meminta tak perlu khawatir tentang dia. Hye Ja pikir hanya akan memperbaiki celemeknya.
“Jangan repot-repot....Dia sangat rewel. Aku bahkan berpikir dia mandi. Dia pasti bau.” Kata Nenek angkuh.
“Aku akan cepat memperbaikinya” ucap Hye Ja lalu mendekati si pria. 

Hye Ja mendekati si pria meminta izin untuk memperbaiki celemeknya, lalu apakah ada hal lain yang dibutuhkan. Tiba-tiba Ia melhat jam yang dipakai oleh pria itu, yaitu jam yang sebelumnya dibuang karena tidak bisa diperbaiki.
“Pak, arloji ini ...” ucap Hye Ja melonggo tak percaya kalau melihat jam itu kembali berjalan, jadi mungkin bisa kembali ke masa lalunya.
Bersambung ke episode 7

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar