PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 04 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 4 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dan Yi berjalan pulang melihat anjing milik Seo Joon bertanya sedang apa berjalan sendirian dan tak melihat tali serta Tuan Payung pemiliknya, karena tak boleh berkeliaran sendirian. Sementara Seo Joon panik karena anjingnya hilang.
“Permisi... Aoa Kau melihat anjing besar? Talinya lepas.” Tanya Seo Joon panik. Sepasang pria wanita mengelengkan kepala karena tak mengenalnya.
“Astaga, ke mana dia? Ini sangat mahal... Seorang teman membelikannya Tapi akan kupinjamkan untukmu sekarang. Aku harus membawamu ke pemilikmu.” Kata Dan Yi mengikat syalnya pada anjing milik Seo Joon. 

Seo Joon panik mencari anjingnya, lalu melonggo melihat Dan Yi berjalan dengan anjing mengunakan syalnya. Dan Yi mengulurkan tanganya meminta bayaran kalau Harganya 200.000 won. Seo Joon menceritakan  mengikatnya di depan toserba.
“Tapi ia sudah pergi saat aku keluar dengan ramyeon” cerita Seo Joon terlihat bisa bernafas lega.
“Bagaimana kau akan membayar penaltimu?” tanya Dan Yi, Seo Joon mengaku tak tahu.
“Tapi, apa kau membayarkan payungku? Aku bahkan menemukan sepatumu. Kau belum kembalikan payungku.” Ejek Seo Joon. Dan Yi pun hanya diam saja. 

Akhirnya mereka berjalan pulang, Seon Joo bertanya apakah Dan Yi sudah memikirkan nama anjingnya. Dan Yi mencoba mengingat kalau mereka bertiga bertemu untuk kali pertama hari itu dirinya adalah Daun Bawang dan Seo Joon adalah Payung.
“Lalu, apa nama untuk anjingmu?” ucap Dan Yi memikirkan. Eun Ho pikir namanya Sepatu. Dan Yi pikir itu terlalu aneh
“Kita bertemu saat hujan.” Ucap Dan Yi, Seo Joo pikir kalau namanya “Bi” [Hujan]
“Bagaimana jika Geum-bi?” kata Dan Yi, Seon Joon pikir  Kedengarannya bagus.
“Hei... Apa kau suka nama "Geum-bi"?” tanya Seo Joon pada anjingnya. Dan Yi meminta agar Seo Joon menunggu di sini sebentar
“Aku akan mengambilkan payungmu...Hanya lima... Tidak. Hanya sepuluh menit.” Ucap Dan Yi
“Daripada ke rumah, bagaimana kalau makan ramyeon jika kau belum makan?Akan aku tambahkan daun bawang.” Ucap Seo Joon. Dan Yi pun semangat mendengarnya. 


Di restoran PANGSIT SUNHA yang sudah kosong, Ibu Hae Rin memberikan sekotak kimchi untuk Eun Ho, Eun Ho pun mengucapkan Terima kasih kimchi-nya. Ibu Hae Rin merasa kalau tak perlu seperti itu karena selalu punya persediaan kimchi.
“Kau Jangan sungkan... Ahh... Harusnya kuberi pangsit juga.” Ucap Ibu Hae Rin akan mengambilkanya. Hae Rin menahan ibunya agar tak perlu.
“Lain kali aku kemari untuk pangsitnya.” Kata Eun Ho lalu pamit. Hae Rinpun pamit karena akan mengantar Eun Ho. Ibu Hae Rin senang untuk menunggu Eun Ho datang. 

Keduanya berjalan bersama, Hae Rin pikir kalau Ibunya pasti  sungguh konyol. Eun Ho merasa Hae Rin itu  masih awam untuk jadi orang dewasa dan membuatnya sedih  karena tak punya ibu. Hae Rin meminta maaf karena lupa.
“Aku suka mengunjungi ibumu sebab mengingatkanku pada ibuku. Walau ibuku bukan tipe ibu yang hangat.” Ucap Eun Ho
Hae Rin senang mendengarnya dan ingin merangkul lengan Eun Ho tapi teringat perkataan sebelumnya “Jangan mampir saat mabuk. Kau Tidak boleh lagi datang. Kini aku tinggal dengan wanita. Jadi, tak boleh datang”  Akhirnya mengurungkan niatnya. 

Dong Min keluar restoran mengucapkan terimakasih pada pelanggan yang keluar. Eun Ho melihatnya restoran KEDAI DAGING BABI BAEKILMONG. Hae Rin bertanya ada apa. Eun Ho menyuruh Hae Rin agar pergi saja
“Apa Kau tahu dia?” tanya Hae Rin, Eun Ho mengaku tak kenal tapi hanya akan makan babi goreng. Hae Rin binggung tapi akhirnya membiarkan Eun Ho sendirian.
“Hati-hati di jalan. Sampai besok.” Kata Hae Rin, Eun Ho melihat menatap kedai restoran milik mantan suami Dan Yi. 

Eun Ho mengingat Dan Yi mengatakan tentang Dong Min “Dia tak di sini sekarang. Dia ke luar negeri bersama wanita lain dan tak akan kembali.” Eun Ho terlihat sangat marah karena ternyata Dong Min ada di korea akhirnya masuk ke dalam restoran.
Dong Min menyapa pelanggan yang masuk, kaget ternyata Eun Ho yang datang, Seorang wanita bertanya pada Dong Min siapa yang datang. Eun Ho tak percaya melihat wanita hamil disamping Dong Min. Dong Min menjauhkan istrinya agar duduk di sudut restoran.
“Siapa dia?” tanya istri Dong Min, Tapi Dong Min tak menjawab meminta suaminya duduk saja.
“Eun-ho... Eun-ho. Di sini dingin. Kenapa... Biar kujelaskan. Akan kujelaskan semuanya.” Ucap Dong Min panik melihat Eun Ho sudah membuka jaketnya.
“Apa Pikirmu ini bisa kau jelaskan dengan tenang? Apa Kau sedang bercanda?!” kata Eun Ho marah.
“Untuk apa aku bercanda denganmu? Aku tak bercanda! Akan kujelaskan yang terjadi. Kau sudah tahu ini omong kosong.” Kata Dong Min berusaha untuk kabur ke dalam dapur.
“Hei! Kumohon... Hentikan! Dia hamil!” ucap Dong Min karena tak bisa kabur. Eun Ho meminta agar satu pukulan saja.
Dong Min binggung, Eun Ho akhirnya mendekati Dong Min untuk memberikan pukulanya. Dong Min  marah karena berani mengatakan itu, padahal Eun Ho bukan adik kandung Dan Yi. Eun Ho tak peduli menarik Dong Min untuk memberikan pelajaran. 


Di depan restoran, tertulis kalau restoran tutup lebih cepat. Dong Min pun sudah babak belur setelah dipukul oleh Eun Ho. Eun Ho ingin tahu apa yang diketahui oleh Dan Yi tentang ini.  Dong Min mengaku kalau Dan Yi tahu kalau dirinya berselingkuh. Tapi kabar kehamilan itu tetap dirahasiakan.
“Lalu kami ke Kanada. Tapi apa Harus kuceritakan semuanya? Apa untungnya jika Dan Yi tahu aku hidup seperti ini?” ucap Dong Min seperti tak merasa bersalah.
“Apa Kau bercanda? Apa kau tahu dia... Ah... Sudahlah... Berikan ponselmu.” Kata Eun Ho, Dong Min bingung untuk apa ponselnya lalu memberikan pada Eun Ho
“Ini nomorku, jawab jika kutelepon.” Kata Eun Ho setelan menyimpan nomor Dong Min, Tapi Dong Min pikir Tak ada yang harus dibicarakan.
“Kirimlah email pada Dan Yi, lalu minta maaf dan bilang keadaan kacau.” Perintah Eun Ho
“Baik. Itu saja? Aku akan bilang tinggal di Kanada juga.” Kata Dong Min masih dengan nada angkuh.
“Aku akan kirim nomor rekeningnya. Kirim tunjangan anak dan alimentasi.” Perintah Eun Ho, Dong Min kaget.
“Tunggu. Kedai ini bukan milik kami. Ini milik orang tuaku.” Ucap Istri Dong Min, Eun Ho langsung menatap sinis. Dong Min pun meminta istri barunya untuk diam saja.
“Aku akan kirim tunjangan anak karena dia putriku. Tapi alimentasinya... Kami sudah kelompokkan detailnya saat bercerai.” Kata Dong Min
“Kirim uangnya jika tak mau  melihatku tiap hari. Haruskah aku datang tiap hari? Apa Besok juga?” ucap Eun Ho mengancam
“Berapa? Berapa banyak yang harus kukirim padanya?” tanya Dong Min panik lalu mengeluh pada istrinya yang membuat tubuhnya sakit karen merengek. 


Eun Ho mengemudikan mobilnnya mengingat saat Dan Yi ketahuan kalau tinggal dirumahnya,
“Aku bilang kehilangan rumahku. Mereka akan bongkar rumah itu, aku tinggal di sana diam-diam tanpa air dan listrik. Aku telah cukup menangis setahun ini. Satu hal yang diajarkan air mata itu adalah fakta bahwa menangis tak selesaikan apa pun.”
Eun Ho mengingat semua ucapan Dan Yi dan keadaan Dong Min sekarang mengeluh kalau orang yang disukainya itu sangat bodoh. 

Seo Joon menaruh panci diatas meja, Dan Yi sangat bersemangat karena ramyun dengan dauh bawang tampak lezat. Keduanya pun makan ramyun bersama. Eun Ho pulang ke rumah memanggil Dan Yi tapi tak ada sahutan lalu mengetuk pintu kamar pun ternyata Dan Yi belum pulang.
Akhirnya Eun Ho duduk di depan meja rias melihat di kalender tertulis “GAJI PERTAMA HADIAH UNTUK JAE-HUI DAN EUN-HO” lalu tak percaya cream yang dipakai Dan Yi hanya sampel padahal sudah beli baru.
Eun Ho melihat di laci ada sebuah cincin dan itu adalah cincin pernikahan dengan Dong Min yang masih disimpan. Ia lalu melihat buku tabungan milik Dan Yi sengaja mengambil gambarnya untuk Dong Min. 

Dan Yi melihat lukisan dan itu seperti dirinya yang sedang minum soju. Seo Joon mengaku kalau lukisan itu belum selesai. Dan Yi meminta izin agar bisa untuknya saat selesai. Seo Joon menganguk setuju lalu menyuruh agar Dan Yi bisa minum tehnya. Dan Yi duduk melihat pintu yang terkunci
“Salah satu pintuku berkunci digital... Pasti menurutmu itu aneh.” Kata Seo Joon.
“Aku yakin ada alasannya. Kita semua punya alasan untuk sesuatu.” Kata Dan Yi santai
“Tapi orang lain anggap itu aneh. Kau menyenangkan, Nona Daun Bawang. Oh Yah... Kau bahkan belum tanya namaku. Bukankah orang biasanya bertanya itu? Umur, nama, pekerjaan, Mungkin itu urutannya.” Kata Seo Joon penasaran.
“Aku juga harus jawab itu... Umur, nama, pekerjaan. Yang mana? Tapi Semua itu terlarang.... Bukan tiga pertanyaan itu masalahnya. Setelah tiga pertanyaan itu terjawab, orang ingin tahu lebih banyak. Kisah hidupku tak sesederhana itu.” Ucap Dan Yi
“Tampaknya sederhana... Tak pakai alas kaki, makan daun bawang, tanpa payung. Kau bahkan minum soju di hari pertama kita bertemu.”kata Seo Joon
“Nona Daun Bawang dan Pak Payung. Bagus, 'kan? Kita seperti tetangga yang berteman.” Komentar Dan Yi. Seo Joon mengaku menyukai panggilan itu.
“Kita bisa bermain badminton di akhir pekan Dan makan ramyeon saat hujan. Seharusnya panekuk daun bawang. Jika kau sedang bepergian, aku akan mengurus Geum-bi.” Ucap Dan Yi. Seo Joon senang mendengarnya.



Dan Yi memanggil Eun Ho yang baru pulang. Eun Ho keluar dari kamar mandi bertanya darimana. Dan Yi langsung memperingatkan Eun Ho agar mematikan lampu, lalu menaruh sandal dengan benar. Eun Ho melakukan semuanya walaupun itu rumahnya.
“Pasti kau tak mencabut pengering rambutnya.” Keluh Dan Yi dan mencoba kimchi buatan Ibu Hae Rin.
“Ini Lezat.. Apa Kau sering ke sana?” ucap Dan Yi sambil menyuapi Eun Ho,  Eun Ho mengaku orang tua Hae-rin mengaguminya.
“Mereka harus lihat betapa malasnya kau di rumah.” Ejek Dan Yi sambil menaruh kimchi di kulkas.
“Kau dari mana malam ini? Apa kau sudah makan malam?” tanya Eun Ho, Dan Yi mengaku tadi bersama teman tetangga.
“Dia orang yang baru kutemui.” Ucap Dan Yi, Eun Ho ingin tahu  pekerjaannya
“Apa Kau makan malam dengan orang yang tak kau kenal?” kata Eun Ho heran. Dan Yi mengaku tak tahu namanya.
“Aku panggil dia Pak Payung dan dia panggil aku Nona Daun Bawang.” Akui Dan Yi, Eun Ho mengejek kalau sungguh kekanakan.
“Aku makan ramyeon di rumahnya.”kata Dan Yi, Eun Ho kaget kalau yang dimaksud itu seorang pria.
“Apa Kau ke rumah pria yang tak begitu kau kenal?”ucap Eun Ho tak percaya. Dan Yi pikir boleh-boleh saja.
“Apa Kau tak tahu arti makan ramyeon ? Yoo Ji-tae bilang kepada Lee Young-ae di film One Fine Spring Day. Dia tanya, "Mau tinggal untuk makan ramyeon ?" lalu setelah itu... Apa yang terjadi?” ucap Eun Ho panik
“Mereka tidur bersama.” Kata Dan Yi santai. Eun Ho tak percaya mendengarnya komentar Dan Yi
“Itu tawaran yang berbahaya.. Wah.. Aku kesal memikirkannya... Dia orang mesum.” Kata Eun Ho
“Aku tak percaya kami baru saja makan ramyeon.. Eun Ho Apa aku tak menarik dimata pria?” ucap Dan Yi, Eun Ho kesal mendengar pertanyaan itu.
“Sebaiknya kau hati-hati. Setidaknya cari tahu nama dan pekerjaannya. Kau tak tahu apa pun soal pria ini, tapi bagaimana bisa berteman? Dunia ini berbahaya.” Tegas Eun Ho seperti tak ingin Dan Yi gagal lagi dalam percintaan.
“Apa bagusnya sangat mengetahui seseorang? Aku hanya butuh orang yang cocok denganku. Seseorang yang mengenalku dan kukenal baik juga. Hanya itu.” Ucap Dan Yi lalu menyuruh Eun Hoa agar sikat gigi. Eun Ho terdiam mendengar ucapan Dan Yi yang masuk kamar.
“Dan Yi... Orang itu aku, 'kan? Seseorang yang sangat mengenalmu.” Kata Eun Ho akhirnya membuka pintu  kamar. Dan Yi pikir Siapa lagi kalau bukan Eun Ho.
Eun Ho keluar kamar langsung menari-nari bahagia lagu theme song Produce 101 season dua. 

Pagi hari
Dan Yi datang lebih awal seperti semangat kerjannya sangat tinggi membersihkan meja lalu memilih buku dirak. Nyonya Seo datang meliaht Dan Yi datang sangat pagi. Dan Yi pun menyapa seniornya dengan ramah. Nyonya Seo melhat Dan Yi tertarik pada pemasaran.
“Yah.., di agensi periklanan...” kata Dan Yi mengingat sebelumnya selama 6 tahun sebagai penulis naskah iklan tapi tak memakai untuk melamar kerja.
“Aku pernah bekerja paruh waktu... Itu Sudah lama sekali, saat aku masih muda... Wahh..Waktu cepat berlalu, Aku Harus banyak belajar. Jadi, aku memulai dari awal.” Ucap Dan Yi menutupi pengalaman pekerjaanya.
“Buku ini tak akan berguna karena terbit tahun 2003. Buku ini hanya membahas strategi yang sudah kuno. Ditulisnya setengah hati. Jadi, membacanya hanya buang waktu.” Ucap Nyonya Seo lalu memilih beberapa buku untuk Dan Yi
“Coba kau baca buku ini, Media sosial sedang mendominasi. Kau harus tahu pemasaran daring.”kata Nyonya Seo memberikan sebuah buku. Dan Yi mengucapkan terima kasih
“Kau bisa Baca ini dan cari aku lagi.. Aku akan merekomendasikan yang lain.” Ucap Nyonya Seo. Dan Yi menganguk mengerti. 


Dan Yi membaca buku yang direkomendasikan Nyonya Seo. Nyonya Seo bertanya Apa kepala editor  kerja di luar hari ini. Hae Rin memberitahu kalau Eun Ho yang pergi bertemu Ji Seo Joon. Tuan Bong menambahkan kalau Presdir Kim pergi bersamanya. Nyonya Seo heran kenapa Tuan Kim ikut.
“Kesempatan Pak Cha lebih bagus jika pergi sendiri.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi mendengar para seniornya bicara. 

Tuan Kim berjalan dengan Eun Ho mengaku tak sekadar datang sebagai Presdir  menurutnya Eun Ho harus berpikir "Aku pasti sangat penting karena Presdir akan ikut rapat." Eun Ho hanya meminta Tuan Kim untuk diam saja.
“Kali terakhir rapat bersama Bu Kang, kau memberi tahu dia akan dapat untung. Jangan bilang itu lagi.” Pinta Eun Ho
“Dia setuju dengan kita karena kata-kataku menggugahnya.” Kata Tuan Kim
“Jika bilang itu lagi hari ini, kau akan malu.” Tegas Eun Ho, Tuan Kim pun mengajak untuk mempertaruhkan gaji bulanannya. Eun Ho setuju kalau Tuan Kim juga mempertaruhkan gajinya.


Keduanya masuk kedalam cafe, Tuan Kim langsung terpesan melihat Pemandangan yang bagus karena Seorang pria harus membaca saat di kafe. Ia pun melihat buku yang dibaca oleh pria itu karena Dari Eropa sampai Jepang, buku ini sangat sensasional.
“Itu dia.... Si desainer, Ji Seo Joon.  Kau akan kalah taruhan hanya dalam lima detik.” Ejek Eun Ho lalu mengajak mendekat. Tuan Kim kaget karena pria itu adalah orang yang didekati saat di toko buku.


Keduanya mendekati Seo Joon, Eun Ho memperkenalkan dirinya begitu juga Tuan Kim mengaku sebagai Presdir Gyeoroo dengan mengulurkan tanganya, tapi Seo Joon tak membalasnya menyuruh mereka untuk duduk saja. Tuan Kim tak mempermasalahkan, sementara Eun Ho seperti menahan amarah.
“Sepertinya kita berjodoh... Saat kita bertemu di toko buku, kukira kau model. Aku belum pernah melihat desainer yang tampan.” Puji Tuan Kim
“Buku yang kau promosikan tampaknya tak laris. Kau pasti merasa buruk.” Kata Seo Joon. Tuan Kim membenarkan.
“Aku sudah membaca semua bukumu yang telah diterbitkan.” Ucap Seo Joon pada Eun Ho
“Terima kasih. Aku pun terus memantau sampul-sampul karyamu.” Balas Eun Ho
“Aku penasaran soal alasanmu mengontakku duluan. Aku tak minta banyak karena aku ingin melihatmu secara langsung.” Ucap Seo Joon. Eun Ho ingin tahu kesimpulannya
“Kau lebih baik secara langsung... Kau pasti kesal.” Goda Seon Joon. Eun Ho tersenyum membenarkan.
“Menatap wajahnya tak membuatmu lelah dan Melihat Kau saja membangkitkan semangat.” Goda Tuan Kim dan langsung meminta Seo Joon   bekerjalah bersama mereka.
“Kami akan membayarmu lebih dari orang lain. Dua kali lipat Wolmyeong.” Kata Tuan Kim memberikan penawaran.
Seo Joon hanya bisa tertawa, Tuan Kim heran Seo Joon malah tertawa.  Seo Joon pikir Tuan Kim  serupa dengan rumor dan mendengar Tuan Kim itu  seorang pebisnis, yang bangun gedung kantor dari menjual buku, serta beli gedung sebelahnya.
“Mobilmu paling mewah di industri ini Lalu ada insiden toko buku. Hal yang luar biasa kau sama dengan rumor.... Aku tertarik.” Ucap Seo Joon menyindir. Eun Ho mulai memperingatinya.
“Rumor tak memberi tahu segalanya tentang seseorang. Aku orang yang lebih baik jika kau sudah kenal. Omong-omong, kami...” ucap Tuan Kim yang langsung disela.
“Aku tak berniat bekerja dengan Gyeoroo. Seperti yang sudah kukatakan, aku kemari untuk bertemu Pak Cha.” Tegas Seo Joo
“Apa kau tak suka Gyeoroo Atau karena aku?” tanya Tuan Kim. Seo Joon pikir tak ada alasan kalau tak suka Gyeoroo atau Tuan Kim
“Bidang kita sama... Tapi Aku ada pertanyaan.” Ucap Seon Joon. Tuan Kim mempersilahkan.
“Tanyakan saja. Kau bisa lebih tahu tentang kami jika kau memutuskan bekerja sama” kata Tuan Kim
“Akankah kau mejawabnya?” ucap Seo Joon menantang. Tuan Kim mengaku akan menjawab apa pun itu.
“Namun, jika kau puas dengan jawabanku, maka bekerjalah dengan Gyeoroo.” Ucap Tuan Kim
“Kau masih berhubungan dengannya, 'kan?” kata Seo Joon, Tuan Kim ingin tahu siapa yang dimaksud.
“Penulis, Kang Byung Joon... Jujurlah. Aku yakin begitu... Bisakah kau beri tahu kegiatannya saat ini?” kata Seo Joon menyindir. 
Eun Ho memperingatkan agar menghentikanya, Seo Joon pikir kala rasanya Mustahil tak penasaran karean Suatu hari, tiba-tiba penulis terbaik Korea yang aktif menulis lalu mulai menarik hak penerbitan dan mengumumkan akhir karier.
“Lalu menyerahkan hak cipta ke penerbit kecil yang belum pernah bekerja dengannya. Kemudian, si penulis pensiun dan Penerbit menggunakan hak penerbitan sebagai batu loncatan Lalu perusahaannya berkembang.  Kenapa dia menyerahkan hak cipta penerbitannya kepada Gyeoroo?” ucap Seo Joon curiga.
“Kami tak ada alasan untuk memuaskan rasa penasaranmu.” Kata Eun Ho berjalan pergi.
“Apakah rumor itu benar? Rumor Gyeoroo mengincar hak cipta dan mengunci Pak Kang karena itu.” Ucap Seo Joon yang membuat Eun Ho berhenti berjalan. Tuan Kim yakin menegaskan kalau itu mustahil
“Kau juga salah satu pendirinya, Pak Cha... Kau pasti tahu...” kata Seo Joon Eun Ho datang langsung mencengkram baju Seo Joon.
“Kau pasti penggemar Pak Kang. Kau tahu banyak.. Pengumumannya ditulisnya sendiri... Tiap orang berhak untuk dilupakan... Itulah yang dia inginkan.” Ucap Eun Ho
“Apa dia menghilang? Apa kau mengurungnya?” sindir Seo Joon, Tuan Kim panik meminta Eun Ho melepaskan tanganya.
“Setelah hilangnya Pak Kang, rumor-rumor aneh tersebar. Banyak rumor seperti ini... Namun... kami pun belum pernah bertemu... Kami tak tahu apa pun.” Tegas Tuan Kim
“Aku tak yakin soal itu, tapi aku tahu Pak Cha mengetahui sesuatu.  Aku tahu itu hari ini.” Kata Seo Joon yakin. Eun Ho menahan amarahnya. 

Tuan Kim dan Eun Ho minum bersama, Tuan Kim meminta Eun Ho agar  Tidak usah dipikirkan karena pasti tahu selalu saja ada rumor di industri ini dan Setelah Tuan Park umumkan akhir kariernya memberikan mereka hak publikasi lalu menghilang.
“Setelah itu, hanya kita yang menjual buku-bukunya. Rumor buruk memang selalu ada di industri ini.” Kata Tuan Kim
“Kita tak mendulang keuntungan... Kita menyumbangkan keuntungannya.” Kata Eun Ho terdengar masih kesal
“Tapi kita tetap diuntungkan... Artikel "Perusahaan yang diberi hak oleh Kang Byeong-jun." Perusahaan kita bertumbuh pesat berkat label itu. Kita bisa investasi berkat itu Dan penulis lain bekerja dengan kita berkat itu.” Ucap Tuan Kim
“Maaf. Semuanya salahku.” Kata Eun Ho, Tuan Kim pikir Eun Ho tak perlu katakan itu.
“Kau yang menanggung beban. Bukan aku.” Ucap Tuan Kim. Eun Ho menatapnya. Tuan Kim panik meminta agar Jangan menatapnya begitu.
“Aku tahu diriku juga keren... Aku juga tahu kau menyukaiku. Terlepas dari segalanya, jika masih ingin bilang sesuatu, cepatlah.” Ucap Tuan Kim
Eun Ho tahu kalau Tuan Kim yang tak digaji, Tuan Kim pun meminta Eun Ho agar yang bayar ini dan melihat Eun Ho tak minum. Eun Ho mengaku  harus menyetir nanti. Tuan Kim bertanya apakah Eun Ho akan mengunjunginya dan berpikir kalau ikut denganya. Eun Ho menolak karena ingin pergi sendiri saja.  Tuan Kim pun membiarkan. 


Eun Ho berdiri di pingir jalan dengan sambil merokok mengingat yang dikatakan Seo Joon “Apakah rumor itu benar? Bahwa Gyeoroo mengincar hak cipta dan mengunci Pak Kang.” Dan juga ucapan Tuan Kim “Kau yang menanggung beban. Bukan aku.”
Ia berdiri di depan papan nama “GAPYEONG, SARYOUNG-RI” seperti berusaha menenangkan diri.

Dan Yi telah menganti profilenya, lalu tersadar kalau Eun Ho yang belum pulang akhirnya keluar rumah. Eun Ho bisa melihat Dan Yi keluar dari rumah lalu menerima pesan “Kenapa belum pulang? Cepat pulang.< Aku menunggumu.”
Eun Ho hanya diam melihat Dan Yi terlihat gelisah, Dan Yi binggung Eun Ho yang tak menjawab pesanya membuanya khawatir. Akhirnya Dan Yi pun menghilangkan rasa khawatirnya mulai menyanyi sendiri lalu tersadar Eun Ho duduk dibangku taman
“Eun-ho... Kenapa kau di sini? Kenapa tak masuk?” ucap Dan Yi duduk disamping Eun Ho
“Bulannya terlalu indah.” Ucap Eun Ho menatap ke arah langit. Dan Yi membenarkan.
“Aku hanya butuh kau juga... Seseorang yang sangat mengenalku. Walau dunia berpaling dariku... "Dia pasti punya alasan. Selalu ada alasan untuk segalanya. Dia pasti melakukannya untuk melindungi sesuatu yang ingin dia lindungi." Kau... Setidaknya, kau akan mempercayaiku, 'kan?” ucap Eun Ho
Dan Yi menganguk, Eun Ho melihat bulan yang sangat indah.  Lalu meminta agar menyanyikan lagu Yang tadi dinyanyikan. Dan Yi pun tanpa malu menyanyikan lagu saat menunggu Eun Ho sambil menikmati bulan bersama.
Bersambung ke episode 5

 Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar