PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 18 Februari 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Dan Yi keluar rumah terlihat bersemangat, Seo Joon pun tersenyum melihat Dan Yi keluar dengan boneka yang diberikanya. Dan Yi pikir kalau Seo Joon sudah lama menunggu. Seo Joon mengaku kalau tidak juga.
“Aku membuatnya sendiri... Belum ada yang menyamainya.” Ucap Seo Joon malu-malu melihat Dan Yi menunjukan bonekanya.
“Aku suka.” Kata Dan Yi, Keduanya saling tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta.
“Udaranya dingin. Kenapa kau tak pakai jaket?” ucap Eun Ho akhirnya keluar rumah membawakan jaket. Dan Yi mengucapkan terima kasih.
“Ayo segera kembali. Kau janji mau nonton film bersamaku.” Ucap Eun Ho, Dan Yi binggung bertanya film apa, apakah nonton dirumah. Eun Ho memberikan kode agar Dan Yi segera masuk. Seo Joon hanya tersenyum melihat tingkah Eun Ho.
“Kau sudah janji... Ah... Kau selalu lupa. Segera kembali. Janji kita yang utama.” Kata Eun Ho lalu mengambil boneka dari tangan Dan Yi agar masuk ke dalam kamarnya.
“Film apa yang dia bicarakan?” ucap Dan Yi bingung melihat Eun Ho akhirnya masuk rumah.
Seo Joon mengajak Dan Yi untuk jalan-jalan karena akan mengajak  ke suatu tempat. Dan Yi setuju terlihat bersemangat, Eun Ho dari balik gerbang terlihat cemberut dan sedih karena Dan Yi pergi dengan pria lain. 


Seo Joon berjalan menceritakan kalau berpikir untuk mendesain buku Bu Yoo karena diminta langsung.  Dan Yi pikir itu terdengar menyenangkan karena Semua orang di Gyeoroo mau bekerja bersama Seo Joon. Seo Joon pun berpikir akan melakukanya.
“Akan kulakukan untukmu.” Ucap Seo Joon, Dan Yi hanya tersenyum. Seo Joon heran melihat Dan Yi tersenyum
“Apa Kau tahu yang ada di kantongku?” ucap Dan Yi, Seo Joon binggung. Dan Yi memperlihatkan ada Penghangat tangan.
“Eun-ho yang menaruhnya agar tanganku hangat.” Ucap Seo Joon tersenyum bahagia. 

Eun Ho masuk ke kamar terlihat kesal, memukul boneka yang di berikan Seo Joon. Lalu ia pergi ke ruang kerjanya mengambil buku dan menemukan surat dari Hae Rin lalu menaruhnya kembali seperti berpura-pura tak mengenalinya.
“Aku tak tahu Pak Cha adalah orang yang ramah. Eun-ho menarik perhatianku. Kami sudah lama saling kenal. Dia seperti adikku, tapi pada saat yang sama aku tak tahu yang dia pikirkan. Terkadang dia sangat dingin, tapi dia pun bisa sangat hangat.”
“Hal pertama yang kupikirkan setelah bercerai adalah, "Eun-ho akan marah jika dia tahu." Aku sudah kesulitan bahkan sebelum bercerai, tapi aku tak bisa bilang kepadanya. Itu akan membuat dia sedih. Dan bahkan belakangan ini ada insiden kecil.”cerita Dan Yi berjalan dengan Seo Joon 
Flash Back
Dan Yi membaca email yang diberikan Dong Min “Dan Yi, maafkan aku, tapi bisakah larang Eun-ho agar tak ke restoranku lagi? Kumohon kepadamu.” Saat itu Dan Yi yakin kalau Eun Ho melakukan sesuatu untuknya. 


“Aku ingin berterima kasih kepadanya, tapi tak kulakukan. Dia melakukan banyak hal untukku dan aku bersyukur. Bahkan kini, dia mungkin berusaha mengurus sesuatu untukku tanpa memberitahuku, tapi aku tak mengetahuinya.” Cerita Dan Yi
“Bagaimana kalian bertemu?” tanya Seo Joon. Dan Yi mengaku  Itu kebetulan dan ada kecelakaan kecil.
“Kami benar-benar kebetulan bertemu, tapi seiring waktu kami makin akrab selama 20 tahun terakhir. Omong-omong, kita mau ke mana?” ucap Dan Yi. Seo Joon mengatakan kalau mereka  hampir tiba.

Eun Ho ada di ruang kerjanya menerima pesan dari Hae Rin ”Eun-ho, strategi bunga adalah ide bagus, 'kan? Apa Mau kubawakan pangsit besok? Aku sedang di restoran ayahku.” Tapi Eun Ho tak membalasnya.  Hae Rin yang menunggu balasan berpikir Eun Ho sedang bekerja.
“Apa Kau kesulitan menarik hati kepala editor?” ejek Ibu Hae Rin, Anaknya hanya terlihat kesal.
“Hei... Mengirimi dia pesan teks terus tak akan berhasil. Ibu memberimu wajah cantik dan tubuh bagus ini. Berhenti membuang waktu pada pria yang tak menyukaimu.” Saran Ibu Hae Rin
“Ibu tak mengenalnya... Dia selalu menjaga jarak. Aku takut dia tak mau melihatku kalau aku agresif. Dia tinggal bersama... Ah... Ibu jangan ikut campur... Bahkan Ibu juga berakhir bersama Ayah.” Ejek Hae Rin.
“Memangnya kenapa ayahmu? Astaga.” Keluh Ibu Hae Rin, tiba-tiba sang ayah mendekat bertanya apakah mereka membicarakannya. Keduanya hanya tertawa. Ibu Hae Rin mengejek pendengaran suaminya sangat bagus.


Seo Joon memperlihatkan sebuah tempat makan, Dan Yi melonggo melihat berpikir itu tempat yang bagus. Seo Joon memberitahu kalau restoran itu bisa sediakan apa pun Mulai dari teh sampai miras dan mengajak masuk.  Dan Yi mengaku  tak tahu ada restoran semacam ini di daerah sini.
“Aku tinggal di sini sejak keluar dari rumah orang tuaku. Aku sudah pindah dua kali. Jadi Aku langganan di sini.” Kata Seo Joon lalu pesanan makan makanan pun datang.
“Apa Hanya ini yang ada di menu mereka?” tanya Dan Yi binggung karena belum memesan tapi makanan sudah datang.
“Tidak. Aku sudah menelepon dan memesan lebih dulu. Kau suka sake hangat.” Ucap Seo Joon. Dan Yi pun mulai minum lalu memuji kalau rasanya  Enak.
“Sudah kuduga kau akan suka... Aku bisa membuat ini. Aku les memasak di sini tahun lalu.” Kata Seo Joon bangga. Dan Yi pikir Seo Joon  harus mengajarinya.
“Banyak yang harus kita lakukan. Kita harus buat panekuk daun bawang. Jadi Kita harus sering bertemu.” Ucap Seo Joon penuh semangat.
“Omong-omong, apa itu?” keluh Dan Yi lalu melihat di papan depan restoran  [RESERVASI HARI INI: JI SEO-JUN - BESOK: JI SEO-JUN]
Seo Joon malu karena ketahuan, lalu mengaku akan coba lagi besok jika hari ini gagal dan Jika tidak besok, lusa dan ia  harus buat reservasi di restoran ini. Dan Yi pikir dirinya  harus jinak-jinak merpati sambil mengoda.
“Aku khawatir kau tak mau bertemuku lagi. Kesalahanku fatal hari itu.” Akui Seo Joon
“Kau pasti cukup terkejut... Bohong jika tidak. Itu sangat tak terduga.” Ucap Dan Yi
“Banyak yang ingin kutanyakan, tapi kita saling kenal dulu. Kalau begitu, bagaimana jika kita terus bertemu selama tiga bulan?” ucap Seo Joon. Dan Yi terdiam mendengarnya. 


Di rumah
Dan Yi mengaku  terkejut mendengarnya lalu meminta Eun H agar mencoba memikirkan Sudah lama tak mendengar hal semacam itu lalu mengingat Sejak Dong Min mengajakku kencan lalu berpikir sudah kebih dari 15 tahun...
“Lalu kau jawab apa? Apa Kau mau mengencaninya?” tanya Eun Ho terlihat sinis.

Flash Back
Seo Joon melihat Dan Yi terdiam berpikir Jangan terlalu lama dan  tak mau menganggap terlalu serius, menurutnya mereka bisa  bersikap biasa saja. Dan Yi mendengarkan usulan Seo Joon.
“Kita berangkat bersama tiap pagi dan makan malam jika selesai kerja bersamaan... Itu sempurna karena kita tetangga. Kita bertemu di halte bus untuk berangkat bersama dan pulang bersama malamnya. Apa kau mau mulai besok pagi? Pukul berapa kau berangkat?” ucap Seo Joon penuh semangat. 

Eun Ho kaget Dan Yi dan Seo Joon akan berangkat dan pulang bersama, Dan Yi pikir  pernah dengar ini di film menurutnya  akan lebih mungkin terkena bom nuklir daripada menemukan cinta pada usia 30-an. Tapimelihat dirinya sekaran yang sudah tua tapi manis.
“Dia menyukaiku... Dia Usianya masih 20-an. Membuat reservasi makan malam, dan membuatkan ini untukku.” Ucap Dan Yi bahagia.
“Berhenti bersikap konyol. Kukira insiden itu membuatmu sadar, tapi kau kembali seperti dulu.” Ejek Eun Ho. Dan Yi langsung memukul Eun Ho karena layak mendapatkannya
“Apa Kau sadar betapa luar biasanya ini? Bisa jadi ini kali terakhir aku mengencani pria.” Ucap Dan Yi bahagia.
“Ya, mungkin. Kau sebentar lagi akan menjadi nenek-nenek. Kapan lagi bisa berkencan? Berkencanlah dengan semua pria yang mau.” Kata Eun Ho kesal
Dan Yi menatap sinis, bertanya apakah Eun Ho sudah selesai bicara. Eun Ho langsung meminta maaf kaena bicaranya keterlaluan, lalu mengaku sakit bahkan terasa kesakitan. Eun Ho panik bertanya dimana yang sakit sambil memeriksa kening Eun Ho.
“Bukan disitu, tapi di sini.”ucap Eun Ho menarik tangan Dan Yi ke dadanya. Suasana terasa canggung. Dan Yi pun terlihat binggung tapi malah meraba bagian dada Eun Ho.
“Hei.. Apa ini? Coba Lihat dirimu. Kau seorang pria. Semuanya otot..” Ucap Dan Yi malah terlihat tak percaya kalau Eun Ho punya dada yang kekar.
Eun Ho langsung mendorong Dan Yi dan membaringkan di karpet, keduanya saling menatap.
“Ya, aku seorang pria... Sebenarnya, pria yang hebat.” Tegas Eun Ho lalu bergegas masuk ke dalam kamar. 



“Aku hampir berdebar... Astaga, jantungku... Kenapa jantungku berdebar? Astaga, aku pasti gila... Mungkin Ini karena sudah lama tak bercinta... Aku benar-benar harus bercinta.”ucap Dan Yi gugup dan tiba-tiba udara menjadi panas sekali.
“Hei, Eun Ho... Matikan lampu toiletnya.” Teriak Dan Yi, Saat itu Eun Ho keluar dengan wajah marah. Dan Yi panik.
“Cinta, apanya? Dan siapa peduli perasaannya? Apa yang begitu menyenangkan? Kau masih menarik. Kau masih cukup cantik untuk membuat pria melirik saat kau lewat. Kenapa kau senang dia menyukaimu? Kau tak berhenti bicarakan dia.” Ucap Eun Ho marah
“Kau seharusnya tak begitu kesal.” Komenta Dan Yi binggung
“Dan yang terpenting adalah perasaanmu.Apa Kau menyukai bedebah itu?Apa Kau sungguh menyukainya?” ucap Eun Ho makin marah
“Aku tak benar-benar tahu jika belum mengencaninya.” Akui Dan Yi
“Jika ragu, maka tidak. Mengencaninya tak akan berpengaruh. Kenapa suka benda bodoh itu? Kau konyol.” Kata Eun Ho meluapkan emosinya memukul boneka dari Seo Joon.
Akhirnya Eun Ho masuk kamar sambil membanting pintu. Dan Yi mengeluh karena Eun Ho yang tak mematikan lampunya.


Esok pagi
Geum Bi akan keluar rumah mengikuti Seo Joon yang akan keluar kerja, Seo Joon menahan Geum Bi meminta tak boleh keluar. Ia mengaku hanya berpura-pura bekerja agar bisa kencan pagi dengan Dan Yi jadi  akan segera kembali.
“Apa? Jadi, mereka benar-benar berangkat bersama. Kami serumah tapi tak bisa begitu karena takut orang tahu. Namun, bedebah itu...”ucap Eun Ho kesal saat mengemudikan mobil melihat Seo Joon sudah menunggu di halte. 

Akhirnya Eun Ho turun dari mobil, Seo Joon melihat Eun Ho langsung menanyakan keberadaan Dan Yi. Eun Ho menyindir kalau Seo Joon yang sama sekali tak menyapa. Seo Joon pun menyapa Selamat pagi. Eun Ho membalasnya dengan sikap acuhnya.
“Di mana Dan Yi?” tanya Seo Joon, Eun Ho mengeluh Seo Joon yang menanyakan hal itu padanya.
“Kalian tinggal bersama.. Tapi Lupakan jika kau tak tahu.” Ejek Seo Joon tak peduli
“Dengar, Pak Ji... Kenapa kekanakan? Apa Kalian akan berangkat dan pulang bersama? Kau pekerja lepas. Sejak kapan harus bekerja? Bahkan Kontrakmu dengan Wolmyeong berakhir.” Ucap Eun Ho kesal
“Jangan bilang kau beri tahu Dan Yi” kata Seo Joon panik. Eun Ho mengaku  tak beri tahu Dan Yi karena itu sangat tak jantan.
“Tampak seperti aku ingin menghalangi kalian.” Ucap Eun Ho. Seo Joon mengingat Eun Ho yang bilang tak suka kalau menemui Dan Yi.
“Benar, aku tak suka... Tapi aku tak mau jadi pecundang.” Akui Eun Ho
“Maka, pura-pura saja tak tahu. Dia tak nyaman berkencan. Jadi, kuimprovisasi.” Kata Seo Joo
“Dia jelas tak nyaman. Kau lebih muda. Apa Tahu betapa dia tak nyaman soal itu?” ucap Eun Ho menyadarkan Seo Joon.
“Kenapa kau tertarik soal asmaranya?” keluh Seo Joon. Eun Ho mengaku  hanya khawatir.
“Pria yang dia temui menyebalkan.” Sindir Eun Ho, Seo Joon menyuruh Eun Ho agar mengurus saja asmaranya sendiri.
Seo Joon memberitahu kalau Mobil Eun Ho sudah lewat tiga menit nanti akan ditilang. Eun Ho pikir Lima menit pun tak masalah. Seo Joon mengejek Eun Ho yang Tidak sopan karena parkir di jalanan lalu melihat Dan Yi akhirnya datang.
“Kenapa lari? Dia bisa jatuh.” Keluh Eun Ho melihat Dan Yi dari kejauhan akhirnya berjalan masuk mobil.
“Apa kau sudah lama menunggu?” tanya Dan Yi,Seo Joon mengaku  baru sampai. Dan Yi pun terlihat senang.
Eun Ho masuk mobil melihat dari kaca spionya, Dan Yi dan Seo Joon pergi ke kantor bersama lalu mengeluh kalau telihat konyol.


Dan Yi akhirnya naik mobil memperlihatkan buku yang diberikan oleh Seo  Joon menurutnya bukunya bagus. Akhirnya mereka membaca buku dalam perjalanan, tiba-tiba Seo Joon memberikan earphone agar mendengarkan lagu bersama. Dan Yi pun mendengarkan lagu “Rok Hitam”
“Apa Kau suka Rok Hitam? Aku juga.” Ucap Dan Yi. Seo Joon memberitahu kalau Ini lagu terbarunya dengan Judulnya "Ratu Berlian".
Dan Yi kembali membaca buku dan terlihat sangat serius. Seo Joon pun terus menatap Dan Yi yang ada disampingnya terlihat sangat terpesona pada wanita janda yang bercerai. 

Dan Yi sampai di meja kerjanya membaca kembali note yang dituliskan Seo Joon “2019, Toko Buku Moonlight. Aku ke kantor Dan-i dan meneleponnya. Lalu kami ke toko buku ini, setelah itu makan malam. Kuharap dia suka restorannya.”
Ia lalu menuliskan sesuatu dibawahnya “Seo-jun dan aku naik bus yang sama pagi ini. Kubaca buku ini. Lagu dan buku yang dia rekomendasikan juga bagus
Saat itu Ji Yool datang terlihat bahagia karena datang lebih pagi dan yang pertama datang. Dan Yi mendekati Ji Yoo memberikan berkas kalau sudah merapikan surat para pembaca. Ji Yool tak percaya melihatnya, karena ia sendiri belum membacanya.
“Nanti akan aku belikan makan siang” ucap Ji Yool. Dan Yi pun mengaku senang karena suka membaca lalu kembali ke meja kerjanya.  Saat itu Hae Rin sudah ada dibelakang Dan Yi menatap sinis mendengar tingkah anak buahnya. 

Ji Yool akhirnya memberikan surat para pembaca pada Hae Rin dengan mengaku sudah merapihkanya dan senang membacanya. Hae Rin menatap sinis menunjukan  biografi penulis buku “Semestamu” menyuruh Ji Yool agar mekakukan riset dan tambahkan detailnya. Ji Yool menganguk mengerti.
“Dan Yi....  aku ingin kau bertugas mengatur surat pembaca.” Kata Hae Rin. Dan Yi terlihat binggung tapi tak bisa menolak. 

Eun Ho masuk ruangan dengan wajah bangga dengan membawa sebuah bungkusan seperti makanan. Nyonya Seo bisa tahu kalau  itu pasti naskah  Nyonya Yoo. Eun Hoo membenarkan. Semua langsung menjerit histeris bahagia.
Tuan Kim ada diruangan, Eun Ho menelp memberitahu kalau  naskah Nyonya Yoo ada padanya. Semua terlihat penuh semangat melihat bungkusan dalam kain ungu. Ji Yool bertanyaApa yang spesial soal naskahnya. Dan Yi memberitahu kalau Nyonya Yoo yang menulisnya dengan tangan. Ji Yool tak percaya kalau di Zaman sekarang masih menulis tangan.
“Penulis Choi In-ho dan Jo Jeong-rae juga lebih suka menulis dengan tangan. Bahkan Belakangan ini Park Beom-sin juga” ucap Dan Yi
“Kim Hun juga, Penulis Kang Byeong-jun juga... Naskah asliWaiting for Godot karya Samuel Beckett terjual 1,6 juta won.” Kata Park Hoon menambahi. Ji Yool tak percaya mendengarnya.
Tuan Kim akhirnya datang ingin melihat naskah Nyonya Yoo, lalu mencoba mencium dari balik kain merasakan aroma tinta yang kuat dan yakin buku ini akan laris lalu mengajak semua pegawainya untuk mengumpulkan energi positif.


Akhirnya Tuan Kim membuka ikatan dan melihat judul dibagian depan "Hai, Orang Asing." Eun Ho membagikan pada Nyonya Seo dan Nyonya Go. Nyonya Go pikir Judul yang bagus dan cocok dengan Nyonya Yoo, lalu bertanya  siapa yang akan mendigitalkan naskahnya
“Aku! Biar aku saja yang melakukanya” kata Hae Rin penuh semangat mengangkat tangan.
“Kau serakah lagi... Itu tugas Pak Cha....Jadi Butuh berapa lama?” tanya Nyonya Go
“Aku akan usahakan secepat mungkin.” Kata Eun Ho yakin. Tuan Kim pikir kalau Eun ho Belakangan ini  sibuk.
“Harus aku yang mengerjakan, karena dia percayakan padaku.” Kata Eun Ho.
“Dan Yi bisa membantumu... Apa Kau tahu Yoo Myeong-suk?” ucap Tuan Kim. Dan Yi terlihat kaget mengaku kalau tahu.
“Tim Pembantu luar biasa. Kalian tahu banyak penulis dan banyak membaca buku. Satu bisa mengoreksi dan satu lagi mengetik. Sekarang bisa kau periksa dulu.” Ucap Tuan Kim.
“Ada banyak aksara Mandarin.” Kata Nyonya Go sinis. Dan Yi mengaku  tahu banyak aksara Mandarin, Nyonya Seo terlihat ikut senang mendengarnya.
“Baik, ini juga tugas Tim Pembantu.” Ucap Nyonya Go. Dan Yi pun dengan senang hati  akan membantu Pak Cha sebaik mungkin tak lupa mengucapkan terima kasih.
“Aku akan mengoreksi bersamanya. Dia sangat teliti, tapi akan kukoreksi ulang.” Ucap Hae Rin. Eun Ho pun  mengucapakan Terima kasih.
“Kau mau mengerjakan di mana? Jika di sini, bukunya mungkin bisa bocor. Bagaimana jika sewa apartemen?” ucap Nyonya Go. Tuan Kim pikir apakah Eun Ho harus melaukanya.
“Akan kukerjakan di rumah... Aku ingin benar-benar fokus.” Ucap Eun Ho melirik pada Dan Yi. 


Hae Rin terlihat kaget, Tuan Kim kaget kalau Eun Ho akan melakukan dirumah.  Eun Ho menyakinan kalau akan melakukanya dirumah. Tuan Ki pun ingin tahu strategi pemasarannya
 Tim pemasaran melihat Bukunya akan hebat, jadi menyarankan masukkan beberapa naskah tulis di belakang buku. Tuan Kim setuju memuji Tuan Bae yang memiliki ide yang bagus.
“Aku akan menarik desainer Ji Seo Joon” ucap Hae Rin penuh semangat. Tuan Kim tak percaya mendengarnya.
“Serahkan padaku. Aku akan buat dia meneken kontrak sebelum Pak Cha selesai.” Kata Hae Rin yakin
“Hae-rin, gunakan kartu kredit perusahaan. Pastikan kau mendapatkannya. Ayo!” kata Tuan Kim yakin. Semua pun terlihat penuh semangat.

“Omong-omong, siapa yang mau ke kelab malam ini? Apa Ada yang mau?” ucap Nyonya Seo. Semua memilih untuk kembali bekerja
“Dan Yi, jangan menolak.” Kata Nyonya Seo, Dan Yi pikir  harus bantu Pak Cha dengan naskah itu.
“Pak Cha, Apa kau akan kerjakan itu pekan depan?” tanya Nyonya Seo, Eun Ho menganguk dengan senyuman.
Nyonya Go terlihat mengangkat tangan seperti tak digubris, Nyonya Seo pun senang karena akan ke kelab sepulang kerja lalu memeluh Dan Yi erat.  Dan Yi akhirnya kembali ke meja kerjanya. 


Nyonya Seo akhirnya melihat Nyonya Goo yang mengangkat tangan lalu bertanya ada apa tangan denganya, apakah bahunya terasa sakit karena terus mengangkatnya.  Nyonya Go mengaku hanya ingin menghilangkan racun.
“Semua orang harus melakukan ini... Ini Bagus untukmu.” Kata Nyonya Seo menepuk-nepuk bagian ketiaknya seperti pijatan. Nyonya Go pun kembali keruanganya, sementara Nyonya Seo seperti senang karena  akan ke kelab hari ini.
Seo Joon masuk ke ruangan yang dibuat kunci khusus, dalam papan terlihat misinya [MENEMUI PENULIS KANG BYEONG-JUN] lalu datang novel terakhri Tuan Kang yaitu “PARA PAHLAWAN”  lalu membuat bagan hubunan dan kemungkinan ada karakter tambahan. 
Seo Joon pun juga memiliki semua buku-buku karya Tuan Kang yang tersusun rapih di dalam rak bukunya. Saat itu pesan dari Dan Yi masuk
“Aku pulang malam hari ini. Aku ada acara dengan rekan kerja. Kita tak bisa pulang bersama hari ini.” Seo Joon tersenyum lalu membalas Sampai jumpa pekan depan.” 
Pesan Dari Hae Rin masuk ke ponsel Seo Joon “Ini Song Hae-rin dari penerbit Gyeoroo. Kuberi kau kesempatan untuk melunasi utangmu. Kapan bisa bertemu?”
Seo Joon mengingat saat bertemu di toko bunga, Hae Rin mengatakan berutang padaku sekarang lalu menuduhnya mesum karena berpikir mengikutinya.  Hae Rin menegaskan Seo Joon yang  berutang dan membuat kesalahan jadi sudah berutang dua hal.
Akhirnya Seo Joon pun setuju akan bertemu dengan Hae Rin kalau merkea bisa bicarakan buku Nyonya Yoo. 

Hae Rin memperlihatkan pesan Seo Joon pada Eun Ho merasa yakin kalau  bisa merekrut Ji Seo Joon, karena dia yang lebih dulu mengajak membahas buku Nyonya Yoo.  Eun Ho memuji itu Bagus. Hae Rin yakin  akan mendapatkan kesepakatannya, agar bisa terus bekerja dengannya. Eun Ho pun menyerahkan semuanya pada Hae Rin.
“Omong-omong, Apa kau akan kerjakan naskah Bu Yu di rumah? Kau bilang tinggal bersama seseorang. Apa Tidak apa-apa Dan-i datang?” ucap Hae Rin penasaran. Eun Ho langsung mengeluarkan telunjuknya seperti peringatan.
“Apa ini Kelewatan lagi? Baiklah.. Aku tak akan ikut campur.” Ucap Hae Rin. Eun Ho pun bisa tersenyum. 


Ji Yool dan Park Hoon membaca buku sambil memunggungi satu sama lain. Park Hoon mengajak Ji Yool untuk ke kelab juga, Ji Yool pikir  Belum lama akan ke kelab dan berpikir apakah harus pergi dengan Park Hoon. Park Hoon mengaku ingin pergi.
“Jika mau ke kelab, pergilah ke Midnight di Gangnam.” Ucap Song Il tiba-tiba ikut bicara. Ji Yool bingung dengan Club"Midnight"
“Ini Jumat ketiga... Macan Gangnam akan datang.”kata Song Il.  Park Hoon bingung  apa itu "Macan Gangnam"
“Semua pria ke sana pada Jumat ketiga untuk melihatnya karena rumornya dia bisa diajak tidur.” Kata Song Il penuh semangat. Park Hoon pikir Song Il harus ikut.
“Tidak bisa karena pacarku.” Kata Song Il. Park Hoon pikir pacar Song Il  melarangnya bersenang-senang
“Bukan begitu... Tapi Dia tak boleh sendirian.” Ucap Song Il lalu bergegas pergi. Ji Yool berpikir Song Il pasti posesif pada pacarnya.
“Jangan pedulikan dia. Bersenang-senang saja malam ini.” Ucap Park Hoon. 

Mereka akhirnya pergi ke club, Ji Yool mengaku  khawatir akan bertemu Nyonya Seo dan Dan Yi. Park Hoon pikir  Jangan khawatir karena keduanya akan ditolak, tak boleh masuk. Ji Yool melonggo melihat lantai dansa yang megah menurutnya Tempat ini luar biasa lalu bergegas turun. Park Hoon pun mengejarnya akan ikut turun menari. 

Dan Yi sudah berbaris menunggu masuk ke dalam club. Nyonya Seo memberikan kacamata hitam untuk Dan Yi meminta agar  Jangan terintimidasi karena  masih cantik serta Percaya diri. Keduanya akhirnya akan masuk dengan kacamata hitam.
“Kalian tak boleh masuk.” Ucap Petugas keamanan. Nyonya Seo binggung ingin tahu alasanya.
“Aku pakai pakaian bagus dan memamerkan belahanku.. Itu Cukup tentang aku dan Dia seorang model.” Kata Nyonya Seo menunjuk pada Dan Yi.
“Maaf, tapi kalian tak boleh masuk karena kalian tak cocok di kelab kami.” Kata petugas keamanan.
“Kurasa tak bisa. Mari kita minum teh saja.”ajak Dan Yi. Nyonya Seo tak terima ingin menerobos masuk.
“Kau kenapa bilang begitu. Kami cukup keren.” Kata Nyonya Seo. Petugas mendorong agar Nyonya Seo untuk pergi. Nyonya Seo marah karena menyentuhnya.
Saat itu seseorang berjalan di jalur VIP dengan jubah macanya, semua terpana melihatnya. Petugas langsung menyapa tamu VIP. Semua sangat terpana. Nyonya Seo menurunkan kacamata hitamnya, kalau Dan Yi dan Nyonya Seo datang bersamanya.
Dan Yi dan Nyonya Seo melongo tak percaya Nyonya Go yang datang. Si pegawai binggung. Nyonya Yoo pikir kalau tak boleh maka  akan cari tempat lain. Akhirnya petugas menyuruh masuk. Nyonya Seo mengumpat kesal pada petugas yang menyebalkan lalu masuk.


Di dalam
Ji Yool dan Park Hoon menari bersama, Park Hoon mencoba mengusir pria-pria yang ingin menari dengan Ji Yool.  Nyonya Seo dan Dan Yi naik ke lantai atas, melonggo tak percaya melihat club yang sangat besar. Nyonya Seo memberikan minum, ketiganya pun minum bersama.
Akhirnya Nyonya Go turun ke lantai dansa, dan setiap orang langsung memberikan jalan.  paNyonya Seo dan Dan Yi ikut dibelakangnya, saat musik dimulai Nyonya Go membuka jaketnya dan langsung meliuk-liukan tubuhnya diatas panggung dengan gaya seksi.
Dan Yi dan Nyonya Seo tak percaya melihatnya, begitu juga Ji Yool dan Park Hoon kalau seniornya yang selama ini dianggap “Macan Gangnam”. Akhirnya Park Hoon pun menarik Ji Yool agar segera keluar dari club. 

Ji Yool masih tak percaya kalau Nyonya Goo yang menari diatas panggung, lalu melihat ke luar club dan langsung merangkul lengan Park Hoon meminta agar tersenyum dengan wajah tegang. Park Hoon bingung bertanya ad apa.
“Sekretaris ibuku di sana... Kebebasanku tergantung padamu.” Ucap Ji Yool panik
“Kalau begitu, aku akan lakukan ini.” Kata Park Hoon memeluk Ji Yool dengan erat. Ji Yool bahagia karena menganggap mereka pasangan serasi.
“Kenapa dia mengikuti kita?” tanya Park Hoon berjalan meninggalkan club.
“Karena ibuku tak percaya kita saling mencintai.” Kata Ji Yook. Park Hoon pikir dirinya itu pandai berakting jadi pasti percaya.
“Tapi karena kau terlalu jelek... Maksudku, kau sangat tampan dan baik... Tapi kau bukan tipeku... Itu yang ibuku pikirkan.” Kata Ji Yool sedikit gugup melihat Park Hoon seperti marah.
Ji Yool menunjuk kalau akan naik taksi dari pinggir jalan,  Park Hoon setuju lalu berpikir mereka harus berciuman sebelum naik taksi. Ji Yool menahan amarah kalau Park Hoon sudah gila, Keduanya seperti saling bertatapan sambil berpelukan.
Sek Ibu Ji Yool terus mengikuti keduanya, lalu melaporkan kalau keduanya  benar-benar berkencan dan menurutnya  selera pria Ji Yool sedikit berubah. Nyonya Seo terlihat marah. Sek Ibu Ji Yool menjauhkan ponselnya lalu berpikir kalau  pria itu lumayan manis.


Tuan Kim dan Eun Ho pergi ke tempat pemancingan, Tuan Bong hanya duduk diam di malam hari. Tuan Kim mengatakan kalau menganggap cuti agar nilai tak terpengaruh. Tuan Bong melihat Eun Ho yang ikut juga. Tuan Kim mengatakan Eun Ho yang mengikutiny kemari karena mencemaskan Tuan Bong.
“Aku mengikutimu karena kau mengancam akan mencekikku.” Kata Eun Ho sambil terus membaca buku.
“Namun, jika kau tak datang kerja lagi pekan depan, aku akan memecatmu... Kau akan dipecat.” Ucap Tuan Kim mengancam
"Hidup itu bagai mimpi musim semi. Mimpi kosong... Hidup hanya sementara dan mudah terlupakan. Tak berguna dan sia-sia... Kosong dan hampa. Semuanya tak berguna." Kata Tuan Bong mengatakan puisi kembali.
“Aku setuju... Ji-hong.. Melakukan ini tak akan membawa Pak Choi kembali dan Juga tak akan membuatmu kembali bersama Bu Seo... Aku setuju dengan itu.” Kata Tuan Kim menyakinkan. Tuan Bong menyuruh mereka pergi saja.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar