PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 26 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Hye Ja melonggo melihat Joon Ha yang menyanyi bersama dengan para nenek dan kakek di Aula Pameran Hyoja” Joon Ha seperti sangat fasih menyanyikan lagu Trot diatas panggung.
“Kenapa? Kenapa kau ada di sini? Harusnya kau sudah jadi reporter. Kau sama sekali tak punya masalah lewati wawancara. Kenapa kau di sini?” gumam Hye Ja binggung.
Joon Ha terus menyanyi memanggil Hee Won keatas panggung. Akhirnya Hee Won naik panggung dan Joon Ha pergi keluar ruangan. Hye Ja ingin mengikuti Joon Ha tapi Hee Won sudah memanggilnya karena mereka  memiliki pengunjung baru hari ini.
 Hee Won meminta Hye Ja agar menyapa semua anggota karena baru pertama kalinya datang. Hye Ja hanya memberikan salam seadanya lalu bergegas pergi karena ingin mengejar Joon Ha. Hee Won kembali menahanya.
“Bu Tua, permisi... Kau harus perkenalkan diri... Siapa Namamu?” ucap Hee Won.
“Kim Hye... Kim Hee Seon.” Kata Hye Ja menatap dari kejauhan Joon Ha yang berjalan dilorong.
“Wow, Kim Hee Seon. Nama yang sangat cantik. Beri tepuk tangan yang meriah! Mohon kerja samanya, silakan nikmati waktumu.” Kata Hee Won ramah. Saat itu seorang pria seperti sangat tertarik dengan Hye Ja. 



Hee Won akhirnya mengajak Hye Ja ke ruangan lain ingin tahu pendapatnya menurutnya  Menyenangkan menghabiskan waktu bersama orang seusianya. Hye Ja dengan wajah cemberut mengaku Tak menyenangkan.
“Eiii... Disini Lebih baik daripada tinggal sendirian di rumah. Kau bisa mendapat angin segar dan bisa mengobrol. Bukankah itu bagus?” kata Hee Won ramah. Hye Ja tetap tak peduli
“Ibu Kim Hee Seon... Tolong beri tahu aku tanggal lahir dan alamat rumahmu.” Kata Hee Won.
“Kenapa kau meminta informasi pribadiku?”tanya Hye Ja sinis. Hee Won beralasan  Ini hanya formalitas.
“Aku perlu mengisi formulir ini untuk perusahaan.” Jelas Hee Won. Hye Ja engaku hanya datang untuk melihat tempat macam apa ini.
“Bu Tua, tempat ini bukan tempat buruk. Orang punya pemikiran negatif mengenai aula pameran, tapi beberapa orang mengantar orang tua mereka dalam perjalanan ke tempat kerja dan datang menjemput mereka sesudah bekerja Jika ini tempat yang buruk, akankah mereka melakukan itu? Bukankah begitu?”Jelas Hee Won menyakinkan.
“Tempat ini mungkin tak cocok untukku.” Ucap Hye Ja yang masih memiliki jiwa muda.
“ Ini hanya tempat para sesepuh mengambil kelas yang menyenangkan bersama. Kau tahu TK, kan? Ini sama seperti itu. Beberapa orang bahkan menyebut tempat ini "Taman Sesepuh".” Jelas Hee Won
“Aku mengerti, lain kali aku akan datang.” Ucap Hye Ja seperti tak terlalu tertarik
“Kenapa tak coba satu hari dulu? Tadi kau lihat, kan? Maskot kita, Ketua Tim Lee Joon Ha... Sederhananya, pria itu sungguh penuh pesona. Semua sesepuh di sini punya penglihatan yang lebih baik sekarang. Karena mereka bersikeras untuk memandanginya dari dekat.” Ucap Hee Won terus meyakinkan. 

Dalam ruangan latihan spanduk bertuliskan  [Aula Pameran Hyoja ada di sini untuk kebahagiaan.] Beberapa nenek dan kakek menari hanya mengerakan tangan dan kaki mengikuti pelatih yang ada diatas panggung.
“Sedang apa dia di sini Reporter dengan masa depan cerah bekerja di sini sebagai Ketua Tim? Apa yang terjadi padanya? Hye Ja, Ayo berpikir. Berpikir!” gumam Hye Ja
“Apa Reporter yang menyamar? Maka dia di sini untuk mengungkapkan korupsi yang sedang terjadi di tempat ini yang sudah menipu orang tua? Yah... Itu! Benar!!” Gumam Hye Ja yakn
Saat itu seorang pria tua menatap Hye Ja dengan senyuman sumringah, Tapi Hye Ja bergumam dalam hati mengeluh karena ada pria tua jenelk didepanya. 


Hyun Joo membawakan pesanan pada pelanggan yang datang ke restoran , lalu menatap sinis karena Young Soo yang datang. Young Soo heran dengan tatapan Hyun Joo memperingatkan agar Jangan perlakukan pelanggan seperti itu.
“Aku pesan Jjajangmyeon.” Kata Young Soo. Hyun Joo menyuruh Young Soo duduk di sudut ruangan. Young Soo ingin tahu alasanya.
“Pelanggan sedang banyak yang datang. Kita harus melakukan bisnis.” Kata Hyun Joo
“Hei.. Aku BJ populer!” ucap Young Soo banga. Hyun Joo mengeluh karena Young Soo  hanya punya delapan penonton dan menariknya agar Pergi saja ke tempat lain!
“Sebagai gantinya banyakin lobak acarnya.” Ucap Young Soo akhirnya pindah ke pojok restoran. 

Hyun Joo menyapa pelanggan lain yang datang,  Seorang pria mengenal Hyun Joo lalu menyapanya bertanya apakah berkerja direstoran ini. Hyun Joo hanya melonggo melihat si pria mengaku kalau ini restoran orang tuanya.
“Oh. Katanya orang tuamu punya restoran Jjajangmyeon. Aku bekerja di Elektronik Samju.” Kata si pria bangga. Hyun Joo memuji pria itu sekarang sudah berhasil.
“Bagaimana denganmu? Apa Kau mencari pekerjaan?” tanya si Pria. Hyun Joo mengaku hanya... tapi disela oleh si pria.
“Bulan depan aku akan nikah. Kau tahu Ji Hyeon, kan? Ya... Dengan dia.. Aku akan akan menikah” ucap Si pria
“Wah... Luar biasa... Kau selingkuh dan akhirnya menikahinya.” Komenta Hyun Joo berbicara dengan mantan pacarnya sambil menahan amarah.
“Selingkuh tak terdengar benar. Ketika aku berkencan denganmu, semua temanku bilang, kita tak akan bertahan lama. Tapi aku masih tahan denganmu.... Dan Juga... adakah yang tersisa di antara kita saat aku berkencan dengan Ji Hyeon?” sindir Si Mantan Hyun Joo. Young Soo diam-diam ikut mendengarnya.
“Jika tak sibuk, kau harus datang dan memberi selamat kepada kami. Aku akan menikah di Shinha Hotel. Prasmanan di sana sangat mahal dan lezat. Kau Tak perlu bawa amplop jadi Cukup datang dan nikmati makanannya.” Ejek si Pria.
“Wah... Serius, aku tak tahan lagi... Hei... Boleh kukatakan satu hal?” ucap Young Soo akhirnya berdiri dan terlihat sangat marah. Hyun Joo tak percaya melihatnya.
“Bolehkah aku pergi ke prasmanan itu juga? Kumohon.” Kata Young Soo. Hyun Joo langsung menatap sinis. Si pria pun memperbolehkan datang.
“Datanglah... bersama pacarmu.” Kata Si Pria. Young Soo langsung berteriak bahagia. 



Hyun Joo terlihat marah meminta agar Young Soo mengatakan  pada mantan pacarnya itu kalau Young Soo bukan pacarnya. Young Soo memohon untuk sekali saja karena akan makan  prasmanan di Shinha Hotel. Hyun Joo mengeluh karena Young Soo seharusnya membantu  menghajarnya.
“Kenapa harus menghajarnya? Dia tak melakukan kesalahan.” Kata Young Soo heran.
“Kau tak tahu apa-apa soal wanita. Itu sebabnya kau tak pernah berkencan.” Keluh Hyun Joo
“Aku berkencan denganmu.” Kata Young Soo. Hyun Joo makin marah mengaku kalau  Saat itu, sedang gila sementara.
“Aku yakin, akulah wanita pertama dan terakhirmu.” Ejek Hyun Joo.
“Kau bilang Wanita? Jika hatiku bertekad, maka aku bisa mengencani siapa pun.” Kata Young Soo
“Tak masuk akal. Wanita gila macam apa yang akan berkencan denganmu?” kata Hyun Joo tak percaya.
“Kau tak tahu apa-apa soal dunia ini. Kau mau bertaruh jika aku mengencani seseorang?” kata Young Soo menantang.
“Jika kau mengencani wanita, akan kulakukan semua yang kau minta.” Ucap Hyun Joo.
“Kau yang bilang akan melakukan semua yang kuminta.” Kata Young Soo memastikan. Hyun Joo membenarkan dan bertanya apa permintaanya.
“Jika aku mengencani wanita, mari pergi ke Shina Hotel bersama. Mari pergi bersama!” kata Young Soo lalu berjalan pergi. Hyun Joo hanya bisa menghela nafas panjang. 

Hye Ja berjalan dengan tatapan kosong, saat itu mulutnya dimasukin sebuah permen. Seorang nenek lain memberikan sebagai kadar gulanya. Hye Ja mengeluh melihat nenek lain yang menurutnya sangat tak menarik.
“Omong-omong, Apa kau tak merasa dingin?” ucap Si nenek. Hye Ja mengaku tak merasakan itu.
“Kau awet muda.” Ucap si nenek lalu berjalan dengan bantuan tongkat. 

Hye Ja melihat dari kejauhan, Joon Ha yang menyapa semua nenek dengan sangat ramah, lalu bergumam kalau  Pria pemarah itu harus tetap tersenyum hanya untuk membuat berita yang layak. Ia pun berpikir  akan membantu Joon Ha menjadi mitra strategisnya.
“Kau kenal aku, kan? Bibi buyut Hye Ja.” Ucap Hye Ja mendekat. Joon Ha binggung menatapnya.
“Kau Lihat ke depan saja,  Orang lain tak boleh tahu. Benar, kan?” kata Hye Ja. Joon Ha makin bingung menatapnya.
“Kau Diam dan lihat ke depan saja... Apa kau sedang bekerja menyamar untuk mengungkapkan penipuan yang terjadi di sini terhadap orang tua? Itu Benar, kan? Aku cepat paham. Apa Ada yang bisa kubantu?” kata Hye Ja.
“Apa Kau ingin melakukan wawancara? Haruskah kubawa beberapa orang ke kebun satu per satu?” tanya Hye Ja. Joon Ha kembali menatapnya.
Hye Ja menyuruh agar Joon Ha melihat depan karena tak ingin dilihat orang. Akhirnya seorang prai datang akan membeli minum. Joon Ha memanggil Direktur Park kalau  Ini pertama kalinya Hye Ja datang dan kelas kerajinan sudah dimulai.
“Bu Tua, kau bisa mengikuti pria ini.” Kata Joon Ha lalu bergegas pergi. Direktur Park mengumpat pada Joon Ha yang menyuruhnya. Hye Ja pun langsung menatap sinis. 


Hye Ja akhirnya duduk di ruangan lain dengan para nenek dan kakek lainya. Si kakek menyapa Hye Ja dengan topi merahnya. Hye Ja mengeluh melihatnya. Si seorang wanita akhirnya masuk membagikan kertas lipat dan lem. 
“Silakan ingat semua orang di mejamu... Mereka adalah anggota timmu. Kedepannya, setiap kelas akan jadi seperti lokakarya berbasis tim.” Ucap wanita lalu mengangkat bentuk yang harus dibuat.
Hye Ja terdiam melihat seorang nenek yang mengambil lem dimasukan kedalam celananya.  Si pria menyapa Hye Ja mengatakan kalau  Tadi mereka sebagai rekan selama kelas latihan.
“Sepertinya ini takdir... Kim Hee Seon adalah aktris favoritku, dan kau memiliki nama yang sama. Kau bisa memanggilku Hyun.” Ucap Sipria. Hye Ja pun dengan wajah cemberut menuliskan nama “Hyun” lalu menatap seorang nenek yang terlihat hanya melamun. 
Kelas pun berakhir dan mereka akan makan siang serta menikmati acaranya setelah ini juga. 


Nyonya Lee memberitahu kalau Hye Ja sedang pergi ke aula pameran karena bilang ingin mencobanya. Hyun Joo pikir tak apa,karena hanya akan makan ini tanpa Hye Ja lalu pergi. Sang Eun pun membuka makanan dikamar Hye Ja. Hyun Joo mengajak mereka untuk makan.
“Sayang sekali.. Ini semua kesukaan Hye Ja.” Kata Sang Eun.
“Hari ini kau bisa makan lebih banyak. Kau membutuhkan tenaga untuk nyanyi, kan?” kata Hyun Joo. Sang Eun pun terlihat bersemangat.
“Hye Ja, keripik udangku...” teriak Young Soo masuk kamar adiknya lalu terdiam melihat Hyun Joo akhirnya menutup pintu. 

Young Soo tiba-tiba kembali datang dengan pakaian seragam dengan gaya elegan. Hyun Joo binggung apa yang dilakukan Young Soo didepan pintu. Young Soo tahu kalau wanita paling tertarik pada pria berseragam. Hyun Joo heran melihat tingkah mantan pacarnya.
“Apa Kau tak kepincut olehku saat melihatku mengenakan seragam?” kata Young Soo bangga. Hyun Joo akhirnya bertanya mengenai apa maksudnya.
“Kau janji untuk menemaniku ke prasmanan jika aku dapat pacar... Tapi.. Tak ada wanita muda yang kukenal selain kau, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku lagi.” Kata Young Soo. Hyun Joo marah menyuruh Young Soo pergi saja.
“Tunggu.. Ada sesuatu...” ucap Young Soo mencoba mengoda. Hyun Joo tak peduli menyuruh Young Soo enyah dari hadapanya.

Akhirnya Young Soo pun pergi, Hyun Joo pikir kakak temanya itu sudah gila. Sang Eun merasa aneh. Hyun Soo bertanya apa yang aneh. Sang Eun mengaku Hatinya berdebar sedikit ketika melihat Young Soo tadi. Hyun Joo mengeluh pada temanya agar sadar. 

Hye Ja mencoba mencari Joon Ha tapi malah si kakek yang mendekatinya. Si kakek yakin kalau Hye Ja pasti sedang mencarinya. Hye Ja dengan wajah kesal menegaskan kalau itu tak mungkin. Kakek memberitahu kalau  Kafetaria ada di sebelah kanan di ujung lorong.
“Mereka menyajikan hidangan penambah stamina setiap hari Rabu, jangan lewatkan. Ruang olahraga juga disebut "Ruang Rehabilitasi", tapi tak ada peralatan olahraga atau fasilitas shower. Bahkan Tidak ada pelatih kebugaran juga, dan aku tak punya istri.” Ucap Si kakek. Hye Ja binggung.
“Aku jarang memberi tahu orang ini, tapi karena kau bertanya... Sampai saat ini, aku masih lajang. Aku tak bercerai atau semacamnya. Aku lajang, yang berarti belum pernah menikah, yang berarti bujangan.” Kata Si kakek percaya diri.
“Aku tak bertanya kok!” kata Hye Ja sinis. Kakek tiba-tiba mengatupkan mulutnya merasa kalau Hye Ja itu memakai Gigi palsu.
“Semuanya gigiku asli! Sepertinya kita ditakdirkan.” Kata Si pria mulai mengoda.
“Wa.... Hasrat membunuhku keluar... Jadi Minggir, kumohon!” kata Hye Ja marah.
“Aku bingung... Aku belum pernah bertemu wanita yang bereaksi seperti ini sebelumnya. Bagian apa yang tak kau sukai dariku? Bisakah aku bertanya?” kata Si kakek
“Aku tak dapat menyebutkan bagian tertentu... Karena semua yang ada pada dirimu membuatku kesal...Semuanya.” ucap Hye Ja marah
Si kakek tiba-tiba memanggil “Nunim” Hye Ja mengeluh karena kakek itu yang terlihat lebih tua darinya. Si kakek pikir Hye Ja  harus berkencan dengan seorang yang masih muda dan tak akan mungkin bisa  menemukan pemuda yang baik untuk Hye Ja.
“Apa Kau tahu? Kebetulan aku adalah pemuda... Dilihat dari wajahmu, kau bukan pemuda... Terkadang orang menebak umurku dibawah 58.” Kata Si kakek bangga.
“Siapa? Di mana kau bertemu orang itu?” tanya Hye Ja. Si kakek menjawab di Taman Hyochang. Hye Ja terlihat makin marah akhirnya pergi meninggalkanya. 



Hye Ja melihat sebuah lorong menuju ruang bawah tanah dan terlihat gelap. Si kakek memperingatkan Hye Ja jangan pernah ke sana karena Ada orang yang mencoba pergi ke sana untuk memeriksanya, tapi tak satu pun dari mereka yang berhasil kembali. Hye Ja tak peduli lalu melangkah pergi. 

Hye Ja membawa nampan berisi makanan dan melihat ada satu kursi kosong, si wanita yang sinis mengeluh Hye Ja tak melihat kalau adan Chanelku ada di kursinya. Hye Ja mengerti ingin memindahkan tas si wanita yang sinis.
“Bukan itu.... Tapi itu Kursi Chanel... Apa Kau tak mengerti?” kata si wanita angkuh
“Kau bisa duduk di sini. Aku selesai makan.” Kata Nenek lain, Akhirnya Hye Ja pun duduk menatap si wanita angkuh duduk diepanya.
Si nenek kembali memberikan minum pada Hye Ja dan juga si wanita angkuh. Si wanita merasa tak butuh dan mendorongnya, air pun tumpah dimeja.  Hye Ja bergumam kalau Di mana pun, orang menjengkelkan selalu ada.
“Roti dan Minuman Ini, Apa kau tak akan memakannya?” tanya si nenek yang terlihat seperti suka membawa barang. Hye Ja menganguk, dan si wanit langsung memasukan barang ke dalam celananya.
“Tidak, aku benci semua orang di sini.” Keluh Hye Ja seperti terjebak dalam perkumpulan nenek-nenek. 

Hyun Joo keluar dari toko buku dan melihat Young Soo yang berjongkok dengan celena dalam terlihat. Young Soo seperti sedang berdoa didepan alat permainan lalu memutarnya, setelah melihat isi telur didalamnya lalu mengumpat kesal.
“Kau sedang mencoba apa?”tanya Hyun Joo. Young Soo mengaku  melakukan ini untuk pergi ke prasmanan denganmu.
“Ayo Keluar!” kata Young Soo melihat kembali isi telur ternyata bukan yang diingikanya.
“Tunggu, Apa kau mencoba mendapatkannya? Cincin itu? Apa Kau berniat menggodaku menggunakan cincin itu? Dengan cincin 50 sen?” keluh Hyun Joo
“Mengenai hadiah, tak penting berupa apa itu. Tapi Yang penting adalah siapa yang memberinya.” Kata Young Soo bangga
Hyun Joo mengumpat Young Soo gila, Young Soo mengejek Hyun Soo  dulu suka denganya. Hyun Joo langsung akan memukulnya memperingatkan agar  Berhenti bicarakan masa lalu karena Hatinya terasa hina mengingatnya. 



“Mereka pasti menjual barang mahal untuk merawat para sesepuh dengan baik. Aku ingin tahu apa penyelidikannya berjalan dengan baik.” Gumam Hye Ja memikirkanya lalu melihat Joon Ha sedang ada diruangan.
Hye Ja masuk ruangan, Joon Ha menyapa dengan sopan. Hye Ja meminta agar Joon Ha untuk santai saja dan tak perlu berpura-pura saat hanya ada mereka berdua dan mengaku ia di pihaknya. Joon Ha tak menanggapinya meminta Hye Ja menunggu karena akan ada acara menyenangkan nanti.
“Kau terlihat seperti karyawan sungguhan di sini.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku memang karyawan sungguhan di sini.
“Aku tahu semuanya, Kau Reporter yang menyamar.” Kata Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Jasepertinya kau salah paham.
“Aku di sini bukan sebagai reporter yang menyamar, dan aku bukan reporter.” Ucap Joon Ha menyakinkan.
“Apa mereka menyadap ruangan ini?” kata Hye Ja mencari sesuatu.Joon Ha tak mengerti dengan sikap Hye Ja.
“Astaga, apa yang kau bicarakan? Tidak ada perangkat penyadap di sini.” Ucap Hee Won akhirnya masuk ruangan karena sudah mendengar dari luar ruangan.
Hye Ja kaget melihat Hee Won yang datang. Hee Won pun bertanya ada apa dengan Hye Ja. Joon Ha mengaku Hye Ja itu sangat menyenangkan karena berpikir kerja  sebagai reporter yang menyamar lalu menegaskan kalau dirinya bukan reporter.
“Kukira kau salah mengiraku...” kata Joon Ha. Hye Ja marah dianggap salah mengira.
“Kau kenal aku dengan baik... Aku kenal orang ini dengan baik.” Kata Hye Ja.
“Aku juga kenal pria ini dengan sangat baik. Aku sudah kenal dia selama 20 tahun. Benarkan sudah 20 tahun?” ucap Hee Won. Joon Ha membenarkan.
“Apa Kau sungguh bekerja di sini? Kenapa?” tanya Hye Ja heran. Joon Ha merasa  Tempat ini bagus.
“Kau bisa coba semua kelas hari ini. Jika kau masih tak ingin tetap disini, aku tak akan menghentikanmu... Ayo kita berJanji?” ucap Joon Ha mengeluarkan jarinya. Hye Ja masih binggung akhirnya melingkarkan jari kelingkingnya. 



“Apa yang sedang terjadi? Joon Ha sungguh bekerja di sini katanya? Kenapa? Kenapa bekerja di sini lebih baik daripada menjadi reporter? Apa karena Uang? Bahkan jika dia ingin banyak uang..... Ah.. Serius... Bahkan sesudah melihat ini?” ucap Hye Ja heran melihat semua nenek sudah tertidur
Ia heran dengan semua nenek yang bisa tertidur padahal hanya duduk dikursi padahal bukan rumah. Tapi beberapa saat kemudian, Hye Ja sudah tertidur pulas dengan nenek lainya. 

Hyun Joo masuk minimarket, heran melihat Young Soo dikasir bertanya  Di mana Sang Eun. Sang Eun menyahut dari gudang memberitahu kalau Young Soo membantunya karena harus menyusun barang digunga. Hyun Joo pikir itu tak bisa akhirnya duduk di meja kasir.
Young Soo memberikan kimbap “Kepiting tuna mayones” Hyun Joo heran bertanya apa maksudnya. Young Soo tahu kalau Hyun Joo lapar karena terlalu sibuk untuk makan siang dan sekarang satu-satunya waktu agar Hye Ja bisa makan jadi sengaja datang ke minimarket.
“Bukankah kau muak dengan sisa makanan cina?” ucap Young Soo. Hyun Joo akhirnya mengucapkan terima kasih dan akan membukanya.
“Berikan padaku... Yang bisa kau lakukan hanyalah membuat mie dan naik motor... Kau tak dapat melakukan apa pun sendiri.” Ejek Young Soo membuka kimbap dan memberikan pada Hyun Joo.
Hyun Joo pun membuka mulutnya, akhirnya Young Soo keluar dan Hyun Joo bertanya apakah Young Soo dengan menggodanya. Young Soo mengaku tidak tapi  melakukan apa yang ingin dilakukan sebagai pria untuk Hyun Joo.
“Jika hatimu tersentuh atau jatuh cinta padaku, itu urusanmu.” Kata Young Soo lalu berjalan pergi. Hyun Joo melihat tingkah Young Soo itu sangat konyol.


Seorang pria sedang ada diruangan Tuan Park seperti memperlihatkan keahilannya. Tuan Park meminta Pria itu memberitahu  Ketika CEO datang maka perkenalkan diri segera karena ini kesempatannya. Si pria menganguk mengerti
“Terima kasih sudah memberikanku kesempatan ini. Aku akan bekerja keras.” Ucap Si pria. Direktur Park meminta agar  melakukan yang terbaik
Hee Won akhirnya datang. Direktur Park memperkenalkan Byung Man sebagai saudaranya. Byung Man pun membungkuk dengan sopan kalau  akan bekerja keras. Hee Won bertanya apa yang dilakukan pria itu. Direktur Park mengatakana berniat untuk menempatkannya di atas panggung nanti.
“Apa yang dapat dia lakukan?” tanya Hee Won. Direktur Park mengataakn  Byung Man bisa melakukan pertunjukan kekuatan.
“Kau bagus dalam hal itu, kan? Tunjukkan padanya.” Ucap Hee Won. Byung Man siap memperlihatkan keahilanya.
Byung Man memainkan koran seperti bisa memotongnya, tapi terlihat membosankan. Hee Won pun menyudahinya, meminta agar mencoba sesuatu yang lain. Direktur Park pikir Byung Man bisa memutar nunchucks. Byung Man pun mencoba memutar dengan dua tanganya.
“Ini lebih baik daripada koran... Kau bisa Coba nanti.” kata Hee Won setelah melihatnya.
“Aku akan mencoba untuk tenang. Terima kasih banyak.” Ucap Byung Man, Direktur Park setuju kalau temanya harus mencoba dengan tenang. 

Hee Ja melihat dari kejauhan saat acara akan dimulai. Pegawai menunjuk kursi kosong agar Hee Ja bisa duduk, Tapi Hye Ja menolak karena akan segera pergi. Pegawai itu pun tak memaksa.
Akhirnya Byung Man memainkan keahilanya memutar dua nutnuts, lalu mencoba mematikan lilin dengan mata tertutup. Tapi tanganya meraba lilin yang menyala membuat para nenek dan kakek khawatir karena pasti panas. Byung Man mencoba mematikan tapi malah membuat semua lilin jatuh dan para nenek dan kakek ketakutan.
“Temanku ini bahkan tak bisa berjalan tiga bulan yang lalu. Jadi Bagaimana dia menjadi sangat kuat bahkan tanpa banyak berolahraga? Itu karena tulangnya menguat.” Kata Hee Won akhirnya naik ke atas panggung.
“Para hadirin apa ingin lihat seberapa kuat tulangnya? Aku akan menunjukannya. Ini digunakan untuk menahan sesuatu yang berat di lokasi konstruksi. Saat kupukul pria ini dengan tongkat. Tongkat mungkin patah, tapi pria ini tidak. ”ucap Hee Won sudah siap dengan kayu lalu memukul pada kaki Byung Man.
Byung Man menahan rasa sakit, Hee Won pun mencoba memukul lagi seperti ingin melampiaskan amarahnya. Hee Won pikir para manula bisa melihat kalau Byung Man mungkin terlihat baik dari luar, tapi tulang-tulangnya hancur dan bertanya apakah tahu alasanya.
“Tulangnya terlalu lemah. Sudah kubilang padanya... untuk minum suplemen ini, tapi dia berbohong. Itu sebabnya kini tulang-tulangnya hancur. Jadi Lain kali minum suplemennya.” Ucap Tuan Park dan akhirnya Byung Man pun dibawa turun naik panggung.
“Kau Minumlah suplemen selama tiga hari, dan akan baik-baik saja.” Pesan Tuan Park pada Byung Man dengan alasan berakhir di seperti itu karena tulangnya lemah.
Tuan Park pun menjelaskan tentang kesehatan tulang jadi mereka butuh Kalsium dan memberitahu kalau Teknologi khusus memungkinkan menghasilkan konsentrat kalsium lalu memperlihatakn suplement ditanganya, memberitahu kalau minum tiga pil ini sehari hanya sebulan jadi bisa membuat  Semua gejala sakit akan hilang.
“Kalian berusaha keras.” Keluh Hye Ja melihat cara Tuan Park berjualan.
“Kalian tak perlu membeli ini... Kami tak ingin kalian berpikir kalau kami hanya bersikap baik pada para sesepuh untuk menjual barang. Kalian tak perlu membeli apa pun. Datang saja ke sini untuk bersenang-senang. Lalu Diperjalanan pulang, ambil sekotak tisu gratis.” Ucap Joon Ha akhirnya naik panggung.
“Kalau begitu, bukankah kau akan rugi?” komenta si nenek. Joon a mengaku  hanya ingin menunjukkan rasa hormat pada orang tua dan tak peduli dengan uang.
“Tidakkah kau harus menjual sesuatu untuk mendapat bayaran?” komentar orang tua yang lain.
“Kau benar... Tapi kami lebih suka kehilangan uang, Akan terlalu sulit bagi para sesepuh untuk membeli ini.” Kata Joon Ha
“Kau memberi sangat banyak gratisan, Kami merasa tak enak.” Komentar Nenek yang enek.
“Kami memberikannya karena kalian layak mendapatkannya.” Ucap Hye Ja ramah.
Hye Ja bergumam kalau ini cara pendekatan baru. Joon Ha pun kembali memberikan fungsi kalsium untuk tubuh pada orang tua dan menegaskan kalau mereka tak perlu membeli. Tapi para orang tua merasa tak enak akhirnya membeli satu bahkan ada yang dua kotak.
“Diatas semua ucapanya mereka menjual suplemen... Coba dan yakinkan aku. Aku tak akan pernah tertipu.” Gumam Hye Ja. 

Hye Ja turun dari bus memegang satu kotak suplemen dan sudah meminum satu, merkea akan bertemu lagi pada hari Senin.
“Aku benar-benar merasakan lubang di tulangku terisi. Aku mungkin tak akan mengembalikannya Tapi aku tak punya uang. Aku harus meminta bantuan Ibu.” Ucap Hye Ja berjalan pulang. 

Nyonya Lee sedang ada didapur melihat suaminya yang sudah pulang bertanya kenapa pulang lebih awal. Tuan Kim mengatakan Pak Jeong akan pergi ke suatu tempat besok. Jadi mereka bertukar shift dan Tuan Jeong bekerja hari ini menggantikan aku.
“Tidak ada nasi.” Kata Nyonya Lee yang belum masak. Tuan Kim menyuru agar istrinya bisa masak.
“Apa Tidak ada air panas di salon?” tanya Tuan Kim melihat istrinya mengisi air dari tempat cuci piring.
“Alat pemanasanya rusak lagi.” Kata Nyonya Lee. Tuan Kim pikir  Pasti karena tombolnya sering digunakan. Nyonya Lee terlihat kesal akhirnya mengangkat air ke salon sendiri. 

Hye Ja mengambil handuk di salon, Nyonya Lee memperingatkan Hye Ja untuk tak mencucinya lalu bertanya apakah hari ini menyenangkan. Hye Ja mengaku tidak juga karena Hanya ada nenek dan kakek-kakek. Nyonya Lee mengaku tak masalah jadi Hye Ja bisa tinggal di rumah jika mau.
“Kau tak harus memaksakan diri untuk pergi ke sana. Apa Ada sesuatu yang ingin kau katakan pada Ibu?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku tidak dengan wajah gugup
“Ibu... Jangan... memotong sampai aku selesai bicara.. Putrimu berumur 25 tahun...” ucap Hye Ja memegang tangan ibunya lalu terlihat panik. Nyonya Lee mengaku Kukunya terus retak.
“Aku bilang untuk pakai sarung tangan. Bagaimana bisa kau menyentuh bahan kimia itu dengan tangan kosong! Coba Biar kulihat.” Kata Hye Ja sambil menangis.
“Aku baik-baik saja. Aku harus mencuci rambut mereka dan keriting rambut mereka segera. Kapan aku bisa pakai sarung tangan? Jadi Apa tadi yang kau bicarakan?” tanya Nyonya Lee.
“Putrimu 25 tahun akan baik padamu mulai sekarang.” Kata Hye Ja mengurungkan niatnya.
“Apa Kau akan mengatakan itu? Sepertinya kau ingin bilang sesuatu yang lain.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja mengaku itu tak benar lalu bergegas masuk kamar menyembunyikan suplemen.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar