PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 13 Februari 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Seorang pria sedang tidur lelap dikamarnya, Lee Joon Ha tertidur dengan siaran di live di Channel Pangeran Yeong Soo TV -   [Tantangan "Sleeping Room" 48 Jam. Tanpa makan, tanpa ke kamar mandi, tanpa pengeditan!]
Akhirnya penonton pun datang bertanya Channel apa ini, penonton lain memberitahu kalau Ini "Sleeping Room". Joon Ha tanpa sadar memasukan tangannya, mereka menonton berkomentar kalau akan meembuat pertunjukan 19+.
[Jika admin lihat ini, dia akan dibanned.] Saat itu seorang nenek masuk ruangan melihat Joon Ha tertidur tapi laptopnya masih menyala. Penonton bertanya-tanya siapa nenek itu.
“Dia tak mengeluarkan sepeser pun untuk tagihan listrik. Setidaknya pastikan matikan komputer.” Keluh Kim Hye Ja.
Penonton kembali berkomentar kalau Hye Ja  terlihat seperti hantu. Hye Ja akhirnya melihat kalau Joon Ha sedang melakukan siaran. Tantangan "Sleeping Room" 48 Jam, lalu bertanya  Apa itu "Sleeping Room". Penonton pun menjawab.
[Siaran di mana tak melakukan apa-apa selain tidur. Berbaring lalu mendapatkan candies gratis.]
“Siaran di mana tak melakukan apa-apa selain tidur? Kenapa kalian menontonnya?” ucap Hye Ja heran
Penonton yang mendengarnya menertawakan Hye Ja, lalu bertanya umurnya berapa. Penonton lain mengejek Hye Ja  terlihat seperti dari zaman batu.
“Aku berumur 25 tahun.” Ucap Hye Ja tersenyum bahagia, Penonton tak percaya mendengarnya. 



Flash Back
“Halo. Namaku Kim Hye Ja...Tahun ini, aku berusia 25 tahun. Meskipun tak seperti yang terlihat..Aku wanita biasa berusia 25 tahun yang tinggal di Korea.”
Hye Ja sedang berbaring dengan kacamata hitam seperti ada dipantai. Terdengar teriakan suara memanggil namanya “Kim Hye Ja!” Dengan wajah kesal Hye Ja mengeluh kalau namanya yang agak kuno untuk era ini.
“Sudah kubilang jangan memanggil namaku di tempat umum.” Keluh Hye Ja yang memanggil namanya.
“Kim Hye Ja! Kim Hye Ja!” kata Kim Young Soo dengan sengaja mengulangi. Hye Ja menyuruh agar Young Soo menyingkir.

“Wah, lapar. Di mana Ibu dan makanan lautnya? Dia naik perahu, kah?” ucap Young Soo langsung memakan diatas meja.
“Dasar Bodoh... Itu Bukan makanan, itu plastik” ucap Hye Ja. Young Soo merasa kalau masih bisa dimakan.
“Itu daun bambu dan Sangat jelas itu plastik.” Kata Hye Ja yakin duduk di meja yang berantakan.
“Kau bahkan belum pernah melihat daun bambu. Ini bukan dari Korea. Aku bisa mencium aroma rempah-rempah Cina di sini... Dari Cina. Daerah Shaanxi...” ucap Young Soo menyakinan
“Kau sangat payah...”komentar Hye Ja tak percaya. Young Soo pikir ini sebabnya panda memakan daun ini
“Kau tahu xylitol, kan? Xylitol terbuat dari pohon birch. Ini terasa menyegarkan di mulutku. Rasanya seperti pasta gigi.” Kata Young Soo terus mengunyah makaannya.
“Dasar Bodoh. Apa Maksudmu itu beneran daun bambu asli?” keluh Hye Ja. Young Soo menyuruh Hye Ja agar mencobanya kalau tak percaya.

Nyonya Kim ibu Hye Ja langsung memukul kepala Young Soo karena Hye Ja yang sudah dibodohi selama 25 tahun. Ia mengeluh Hye Yang yang masih percaya dengan ucapan Young Soo. Hye Ja mengumpat kesal,Nyonya Kim menyuruh Hye Ja agar Memuntahkan segera.
“Wah, hampir kutelan.” Kata Young Soo. Nyonya Kim mengeluh anaknya memang sangat bodoh.
“Tetap saja agak mendingan daripada sebelumnya. Ketika kecil, kau percaya apa pun yang dia katakan dan memasukan mothball ke mulutmu, mengira permen mint.” Ucap Tuan Kim
“Serius! Aku memuntahkannya lagi sesudah tiga detik tapi masih tak bisa merasakan apa pun selama tiga hari karena kampret itu.” Ucap Hye Ja.
“Hei. Jangan menyebut kakakmu kampret. Apa Kau tak ingin menjadi pewarta berita? Jaga mulutmu.” Ucap Nyonya Kim. Hye Ja tak peduli
“Siapa pewarta berita ? Aku bukan pewarta. Tapi Aku hanya bercita-cita jadi pewarta.” Kata Hye Ja. Tuan Kim pikir juga berpikir anaknya belum melakukanya.
“Dia akan mewujudkannya segera... Hei. Sudah kubilang jangan duduk di sebelah jendela. Kau akan mendapatkan bintik hitam.  Duduklah di tempat yang tak terjangkau matahari.” Kata Nyonya Kim.


Tuan Kim akhirnya bertukar tempat dengan Hye Ja. Young Soo ingin ikut juga tapi Nyonya Kim langsung menatap sinis, Young Soo pun duduk kembali.
“Baik aktris, pewarta, atau penyanyi yang berkaitan dengan TV, wajah sangatlah penting, kudengar seluruh keluarga harus membantu.  Tahu sendiri kami tak mampu mengirimmu ke klinik skincare.” Ucap Nyonya Kim
“Kenapa? Setidaknya, Ibu membantuku melakukan perawatan wajah menggunakan mentimun setiap hari. Dan Ayah membuatkanku perawatan rambut dengan putih telur kocok setiap malam. Inilah sebabnya aku terlahir sebagai putri kalian.” Kata Hye Ja bangga.
“I love you... Kudengar ketidakberuntunganmu akan berakhir tahun ini. Jadi Berhati-hatilah.” Pesan Nyonya Kim, Hye Ja menganguk mengerti.
“Ibu... Kau tak pernah memperlakukanku seperti ini ketika aku gagal ujian penerimaan. Apa hanya perasaanku saja?” komentar Young Soo cemburu.
“Ya, perasaanmu saja... Kau tidur lebih banyak daripada bayi saat kau harus belajar. Bisakah mengurus diri sendiri dengan baik? Bayi yang baru lahir setidaknya punya harapan dan impian.” Ucap Nyonya Kim marah
“Harapan dan impian? Aku juga punya. Impianku makan samgyeopsal.” Ucap Young Soo dengan wajah serius.
Nyonya Kim sudah siap mengangkat mangkuk, Youn Soo pikiri ibunya  terlalu ambisius. Hye Ja pikir kalau ini hanyalah hari biasa dengan keluarganya lalu pamit pergi keluar dari rumah. Nyonya Kim menyuruh Hye Ja untuk memakai topi. 


Hye Ja berjalan sendiri di tapi pantai merasa kalau Laut punya tempat istimewa di hatinya. Ia lalu menemukan sebuah alorgi di dalam pasir kalau saat usia  lima tahun, menemukan arloji di tepi pantai.

Flash Back
Hye Ja memegang jam tangan, Saat itu Young Soo datang memanggil Hye Ja lalu menyemburkan biji semangka dari mulutnya. Hye Ja meminta agar jangan lakukan sambil memanggil ibunya, lalu memutar jam tangannya.
Waktu seperti berjalan mundur, Young Soo kembali menyemburkan biji semangka. Hye Ja yang binggung pun hanya diam saja lalu memutar kembali arloji yang ditemukan ditepi pantai seperti alat memutar balik waktu.
“Arloji yang kudapatkan di laut ini memungkinkanku memutar waktu. Kenapa? Bukankah aneh? Tak sembarang orang menemukan arloji seperti ini dilaut.”
“Bagaimanapun, sesudah menemukan arloji ajaib, aku jadi sangat semangat seolah-olah punya kekuatan yang luar biasa. Meskipun aku hanya seorang wanita kecil, Aku punya banyak rasa sesal.”
Hye Ja bisa melawan semua seemburan biji semangta, dan saat itu mengeluh karena ingin tidur lebih lama saat dibangunkan oleh ibunya. Ia pun memutar jamnya agar bisa tidur lima menit lagi pada pagi hari, setelah itu Hye Ja memutar waktu saat melakukan tes.
“Untuk mendapatkan skor kuis lebih tinggi. Sesudah memutar mahkota arloji ajaib berkali-kali...” ucap Hye Ja.
Saat itu seorang pria tambun marah bertanya siapa ketua kelasnya. Murid-murid menjawab Hye Ja. Si pria yang terlihat takut hanya bisa diam saja, karena melihat Hye Ja yang tubuhnya lebih tinggi dibanding dirinya.
“Dan ada yang harus kubayar atas memutar waktu terlalu sering. Semakin sering kuputar waktu, semakin cepat berlalunya waktuku.”
Hye Ja pun terlihat lebih dewasa dibanding umurnya. Seorang pegawai karcis merasa Hye Ja tak terlihat seperti siswa. Nyonya Kim akhirnya sering membawa akte kelahiran   [Tanggal Lahir: 25 Oktober 1994, Usia: 10 Tahun. ]
“Ibu dan Ayahku berusaha untuk tak menunjukkan betapa mengkhawatirkannya mereka karena aku tumbuh sangat cepat, tapi mereka terus menghela nafas. Karena itu, aku memutuskan untuk tak mendapatkan bantuan arloji lagi.” Gumam Hye Ja lalu menaruh arloji di dalam lemarinya. 
“Tapi ketika aku mulai terlihat seusia dengan teman-temanku kembali, aku hancur lagi.”
Hye Ja dan Young Soo menonton TV, tubuh Young Soo yang lebih kecil bersikap tak sopan pada adiknya. Hye Jae melihat film superhero.

 “Aku menyadari tak ada karakter dengan kekuatan istimewa dalam film atau kartun superhero menjalani kehidupan normal. Bagaimana jika kemampuan ini diberikan kepadaku sehingga aku dapat menyelamatkan umat manusia?”
“Bagaimana jika aku benar-benar tak "menemukan" arloji? Mungkin arloji memilihku dari semua manusia di planet ini.Sehingga aku bisa menjadi pahlawan yang menyelamatkan umat manusia.”
“Pertama, kupikir bisa menjadi ilmuwan, tapi segera kusadari, aku tak cocok untuk itu, saat aku menyerah pada matematika.” Hye Ja tertidur di kelas saat belajar matematika.
“Selanjutnya, menjadi pahlawan untuk menyelamatkan umat manusia, menyadari betapa malas dan lemahnya aku, kuakhiri impianku yang tak realistis.” Hye Ja tak bisa bertahan di pelajaran olahraga. 

“Namun, hidup selalu terungkap seperti yang seharusnya.”
Young So memanggil Hye Ja bertanya mau pergi kemana. Hye Ja terlihat sinis bertanya balik kenapa bertanya. Young Soo memberitahu temanya kalau Hye Ja adalah wanita yang dibicarakan lewat telepon. Temanya seperti tak percaya Hye Ja adalah adik Young Soo dengan suara yang cantik.
“Kau Mau kemana?”ucapYoung Soo. Hye Ja menyuruh kakaknya diam saja.
“Kenapa? Jangan bertingkah malu-malu..” ejek Young Soo
“Suaramu mirip pewarta TBC, Jang Eun Joo.  Pewarta Jang Eun Joo tipe idealku.” ucap Si pria. Hye Ja tersipu malu mendengarnya. 

“Benar... Karena aku cepat jatuh cinta begitu saja, Aku memutuskan untuk menjadi pewarta, yang tak ada hubungannya dengan pahlawan.”
Hye Ja sudah dewasa duduk dibelakan meja HBS radio, seperti sedang membawakan berita.
“Pengumuman buat para hadirin... Pemilik babi baru-baru ini kehilangan babinya. Jika para hadirin melihatnya, silakan hubungi kantor registrasi segera. Kim Hye Ja dari HBS akan terus melakukan yang terbaik. Terima kasih.” Ucap Hye Ja.
Operator diluar studio merasa suara Hye Ja sudah cukup,  Hye Ja seperti tak yakin kalau pembaca berita harus melakukan ini. Operator pikir kalau Hye Ja bisa menganggap saja sebagai pengalaman.

Akhirnya Hye Ja berusaha berbicara dengan mengigit pulpen dimulutnya, tapi karena terlalu banyak bicara malah membuat air liurnya tumpah.  Ia akhirnya berbaring mengeluh merasa semua yang dilakukan tak berguna dan Semuanya sia-sia.
“Kuharap aku dilahirkan di Zaman Batu. Bahkan jika hanya makan, tidur, dan bernapas, takkan ada yang akan mengkritikku karena menganggur. Bagaimana kau mencari nafkah, Hye Ja?” ucap Hye Ja kesal
Terdengar teriakan suara Young Joo dari luar kamar, Hye Ja datang menemui kakaknya yang terdengar panik. Tapi ternyata Young Joo sedang membaca komik meminta agar menyalakan lampu karena sedikit gelap.
“Hei, kau bisa mencapai saklar lampu bahkan tanpa bangun. Apa Kau malas melakukannya?” keluh Hye Ja

“Ini buku baru... Jika lepas tangan, halamannya akan terbalik. Itu benar-benar akan merusak momentum.” Kata Young Soo kembali membaca komiknya.
Hye Ja yang kesal menyalakan lampu lalu keluar dari kamar. Young Soo kembali memanggilnya. Hye Ja berteriak marah kenapa memanggilnya lagi. Young Soo bertanya apakah adiknya ada waktu hari ini. Hye Ja balik bertanya kenapa menanyakan hal itu.
“Jika ada waktu, lakukan sesuatu pada wajahmu. Pertimbangkan orang-orang yang tinggal bersamamu.”ejek Young Soo. Hye Ja kesal memukul kakaknya dengan bantal.
Young Soo seperti sedang bermain basket mencoba “defense” melindungi wajahnya dengan tangan. Hye Ja melihat kakaknya lengah akhirnya bisa memukul wajah kakaknya sampai terjungkal. 

Hye Ja keluar kamar kakaknya, melihat ibunya bergegas masuk kamar mandi bertanya apakah di salon tak ada air lagi. Ibunya pikir Hye Ja sudah tahu kalau Tekanan airnya rusak lagi dan Pelanggan terus berdatangan. Jadi Butuh waktu lama untuk cuci tangan di sana.
“Ibu... Mau sampai kapan tak pakai sarung tangan? Itu sebabnya kulit jari Ibu mengelupas.” Keluh Hye Ja melihat ibunya.
“Aku punya waktu dari mana buat pakai sarung tangan. Ibu harus cepat mengecat dan memotong rambut. Sehingga bisa segera selesai.” Kata Nyonya Kim
“Banyak pelanggan, kan? Mau kubantu?” ucap Hye Ja. Nyonya Kim menolak menyuruh Hye Ja agar melakukan yang harus dilakukan saja. 

[Happy Beauty Salon]
Nyonya Kim sedang melayani pelanggan salonya dan ada banyak nenek yang ikut menunggu. Hye Ja pun membantu ibunya untuk melepaskan alat pengeriting rambut.
“Ya ampun, bahkan Hye Ja sudah ahli sekarang. Dia tahu persis apa yang harus dilakukan.” Komentar Nenek yang sedang di potong rambut oleh Nyonya Kim
“Sejak kecil, dia memperhatikan apa yang dilakukan ibunya. Kami akan senang jika Hye Ja terus membantu ibunya di sini.” Kata Nenek Lainya.
“Tidak, Hye Ja-ku akan menjadi pewarta. Jika dia sudah menjadi pewarta, akan kujual salon ini, dan bertamasya saja.” Ucap Nyonya Kim bangga. Hye Ja hanya bisa diam saja.
“Pewarta? Orang yang ada di berita itu? Astaga. Jika Hye Ja menjadi pewarta, dia akan membuat seluruh keluarganya bangga, dan bahkan semua tetangganya akan sangat bangga padanya. Aku harus menjabat tangannya sebelum dia terkenal.” Ucap  si nenek bangga
“Yah, aku hanya bersiap test, itu saja.” Kata Hye Ja seperti tak bisa memberikan harapan pasti. 


[Reuni Klub Penyiaran Universitas Hojung]
Hye Ja berdiri diatas panggung memberitahu kalau ada yang belum membayar biaya hari ini lalu memanggil Senior Lee Nam Gyu dan Senior Eun Ji Soo. Seorang pria mengeluh kalau Hye Ja  sudah tak mengelola keuangan.
“Dan kau, Park Gwang Soo... Tolong bayar sebelum aku mabuk dan menjadi jahat.” Ucap Hye Ja. Gwang Soo panik mengaku akan membayarnya lalu menarik Hye Ja untuk duduk, dan berbisik kalau bukan sekarang.
“Aigoo..Kupikir kau jadi salesman sukses... Kenapa kau belum bayar?” ejek Hye Ja.
“Kau bilang "Sukses"? Mengenai ini... Sesama teman kelas seharusnya saling bantu, kan? Jadi bisa silakan tanda tangan.” Ucap Gwang Soo memohon
“Apa Kau belum dengar? Aku tak punya pekerjaan jadi jelas tak mampu membayar asuransi” ucap Hye Ja geram 


Beberapa pria melihat seorang wanita cantik masuk, Gwang Soo terpana melihat Seo Yeon datang yaitu pembawa berita TBC. Seo Yeon menyapa seniornya karena datang terlambat, Gwang Soo mengelengkan kepala lalu mengeser Hye Ja agar Seo Yeon duduk disampingnya.
“Senior, Apa kabarmu baik.. Maaf aku terlambat.” Ucap Seo Yeon pada Hye Ja. Hye Ja mengaku baik dengan wajah seperti canggung dan malu.
“Hyun Jong menyarankanku ada di program berita besok.” Kata Seo Yeon dengan nada bangga.
“Pewarta Kim Hyun Jong? Apa Kau dekat dengannya?” tanya Gwang Soo bersemangat. Seo Yeon mengaku masih pendatang baru.
“Dia menyarankan orang lain juga.” Kata Seo Yeon. Seniornya memuji Seo Yeon benar-benar terlihat seperti pewarta.
“Tidak. Ini baru tahun pertamaku. Aku hampir tak dapat menemukan jalan di sekitar stasiun penyiaran.” Ucap Seo Yeon
“Luar biasa. Kau menjadi pewarta TBC. Bukankah dia anggota klub pertama yang masuk ke TBC dalam enam tahun terakhir?” kata Gwang Soo bangga
Seo Yeon mencoba rendah hati seperti tak percaya,  lalu bertanya pada Hye Ja apakah sudah melamar di Perusahaan TBC, mengaku  sudah bermaksud mencari lamaran tapi sangat sibuk di kantor jadi tak sempat.  Hye Ja meminum birnya dengan cepat merasa Seo Yeon tak perlu melakukanya.
“Aku tak daftar, jangan khawatir, Karena aku sudah menyerah.” Ucap Hye Ja dengan harga diri yang tinggi.
“Lalu kenapa kau mencoba menjadi reporter, berkeliling kota, disengat tawon, dan benjol-benjol sesudahnya? Kau belum sepenuhnya menyerah, ada apa dengamu?” ejek Gwang Soo. Hye Ja marah menyuruh Gwang Soo diam.
“Senior, Apa kau ingat? Di tahun pertamaku, kau mengoreksi pelafalanku. Kau bilang aku punya masalah dengan suara S, dan membuatku mengulangi kalimat, "Dia menjual kerang", berkali-kali... Sepertinya aku masih belum berhasil.” Ucap Seo Yeon dengan nada menyindir. 


Hye Ja mengingatnya dan hanya bisa terdiam, Gwang Soo tak percaya kalau Hye Ja melakukan hal itu. kepada pewarta TBC masa depan. Hye Ja pikir dirinya pasti sudah gila dantak tahu tempat dengan nada merendah.
“Omong-omong, dari Seo Yeon mau pun Jang Ho, aku senang banyak anggota klub kita sukses.” Kata teman Hye Ja berambut pendek.
“Kudengar Senior Jang Ho kembali ke Korea. Dia mengunjungi direktur stasiun penyiaran. Dia benar-benar tampak menjalani kehidupan sepenuhnya. Saat bekerja sebagai pewarta TBC, dia melihat foto kamp pengungsi, berhenti dari pekerjaannya segera, dan menjadi Reporter.” Cerita Seo Yeon bangga. Hye Ja terdiam mdengar nama Jang Ho
“Apa Kau tak memintanya untuk datang hari ini?” tanya Gwang Soo penasaran.
“Dia bilang akan menghadiri pertemuan keluarga. Namun dia berjanji untuk mampir pada workshop minggu depan di Pulau Ganghwa. Senior juga ikut, kan?” ucap Seo Yeon bertanya pada Hye Ja. Hye Ja terlihat gugup.
“Bukankah sejak dulu kau suka dia?” sindir Seo Yeon. Hye Ja pikir bukan dia satu-satunya yang suka Jang Ho.
“Tapi kau mengajaknya kencan, jika yang kudengar benar.” Ucap Seo Yeon sengaja ingin membuat Hye Ja malu. Hye Ja memilih untuk minum bir dengan menahan amarah. 


“Benar, aku mengajaknya kencan!... Tapi aku tak ditolak... Aku hanya diabaikan. Aku tak peduli Kwon Jang Ho atau siapa pun lagi. Aku tak butuh siapa pun!” teriak Hye Ja diatas bukit dan dikagetkan dengan sosok pria mengunakan topi tanpa terlihat wajahnya.
“Siapa kau? Kenapa kau tak mengeluarkan suara?” ucap Hye Ja bingung
“Aku tak ingin membuatmu malu.” Ucap Joon Ha dengan wajah di tutup topi. Hye Ja pikir Joon Ha itu cabul
“Kau memperhatikan orang lain di tempat gelap.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku datang lebih dulu.
“Aku akan berdiri dan pergi, tapi akan membuatmu malu. Jadi aku memutuskan untuk diam di sini sampai kau pergi.” Jelas Joon Ha
“Orang cabul macam apa yang akan berpikir seperti itu? Tetap saja jika kau perhatikan orang datang ke sini...” kata Hye Ja marah tapi Joon Ha terlihat tak peduli memilih untuk pergi.
“Astaga, ada apa dengan dia? Apa dia tunawisma?” kata Hye Ja melihat pria yang tak dikenalnya meninggalkan koran dengan lingkaran lowongan pekerjaan. 


Lee Hyun Joo mengeluh kalau pria itu cabul dan berharap agar tak muncul di hadapannya. Hye Ja merasa Joon Ha tak terlihat seperti orang cabul. Hyun Joo heran karena Hye Ja yang berpikir seperti itu, karena Pria itu  bersembunyi sendirian di taman pada malam hari dan memperhatikan Hye Ja.
“Itu hanya perasaanku.” Ucap Hye Ja yakin. Saat itu Yoon Sang Eun datang meminta maaf karena kerjaan shift malam sampai larut.
“Kenapa bawa gitar sedangkan tak bisa memainkannya?” keluh Hyun Joo, Hye Ja meminta agar jangan berkata seperti itu karena Sang Eun seorang musisi.
Sang Eun memberikan kimbap segitiga yang akan kadaluarsa.  Hyun Joo tersenyum bahagia karena Sang Eun  sangat pintar. Hye Ja mengingatkan Sang Eun kalau Pekerjaan paruh waktunya bukanlah hal penting, karena bilang akan menyelesaikan masalah dengan agensinya.
“Apa Mereka akan memperbarui kontrakmu?” tanya Hye Ja penasaran. Sang Eun mengaku sudah diperbarui. Hye Ja tersenyum bahagia.
“Untuk berapa lama?” tanya Hyun Joo. Sang Eun memikirkanya mengaku mereka tak mengatakannya.
“Lalu Debutmu?” tanya Hyun Joo, Sang Eun binggung mengatakan kalau pihak agency bilang ia bisa debut jika mau.
“Mereka seharusnya mendebutkanmu. Jadi apa kesepakatannya?” tanya Hye Ja penasaran. 


Sang Eun menyanyi lagi Gashina didepan ketua agency, pria itu hanya mengelengkan kepala karena melihat Sang Eun tak ada perkembangan. Sang Eun menceritakan kalau dapat menggunakan ruang latihan semaunya bahkan bisa datang dan pergi semuanya.
“Aku bisa debut sesuka hatiku, dan memutuskan durasi kontrak semauku.” Kata Sang Eun bangga.
“Lalu, apa yang tak bisa kau lakukan sesuka hatimu?” tanya Hyun Joo
“ Mereka hanya tak ingin aku memberitahu siapa pun aku milik mereka.”kata Sang Eun yang polos.
Hyun Joo menahan amarahnya bertanya pada Hye Ja apa yang akan mereka lakukan. Sang Eun pikir tak ada yang salah karena dua temanya  ingin kontraknya diperpanjang. Hye Ja akhirnya hanya bisa memuji Sang Eun sudah berkerja baik.
“Sang Eun bertanya Hye Ja dari mana. Hyun Joo menjawab kalau Hye Ja  pergi ke reuni klub penyiaran, lalu Jang Ho kembali ke Korea. Sang Eun dan Hyun Joo kaget memastikan kalau yang dimaksud pria itu.
“Hei, ini bukan tempat yang tepat.” Ucap Hyun Joo lalu mengajak pindah ke depan restoran, sambil minum soju

 [Restoran Kenduri]
Hye Ja mengingat saat Jang Ho  bilang akan menjadi Reporter perang, berpikir kalau sedang berbohong karena menolaknya, menurutnya itu tak masuk akal karena seorang pembaca berita yang tiba-tiba menjadi Reporter perang.
 “Tapi dia punya banyak alasan untuk menolakmu. Kau tak akan menyangkalnya, kan?” ucap Sang Eun
“ Kau juga tahu sendiri kau juga ikut bertanggung jawab karena memintaku untuk mengajaknya kencan, kan?” kata Hye Ja kesal
“Kau bilang  harus mabuk dan meminta minuman keras sendiri. Kau mencampur anggur Kaoliang dengan bir dan menelannya.” Ucap Hyun Joo tertawa mendengarnya. 

Flash Back
Hye Ja terlihat sedang mabuk, melihat Jang Ho yan sudah menunggu ditaman. Hye Ja tersenyum bahagia lalu mendekati Jang Ho, tapi yang terjadi adalah adalah Hye Ja malah muntah didepan Jang Ho.
“Kenapa kalian tak menghentikanku? Kau tahu apa yang paling menggangguku? Keesokan harinya, aku ingat semuanya. Tapi dia bertindak seolah-olah tak ada yang terjadi.” Keluh Hye Ja malu
“Dia pria yang baik sampai akhir. Kau ingin melihatnya, kan?” ucap Sang Eun. Hye Ja mengaku hanya sekali saja bertemu.
“Lupakan. Jika dia melihatmu lagi, yang bisa dia ingat adalah kau muntah.” Ucap Hyun Joo. Hye Ja pikir benar juga.
“Tapi kudengar semua pria memiliki perasaan positif terhadap wanita yang mengajak kencan.” Kata Sang Eun. Hye Ja seperti percaya.
“Apa Kau pikir itu benar? Jika benar, dia akan berkencan denganmu bahkan jika kau muntah.” Ucap Hyun Joo
“Wahh... Terdengar sangat romantis... Bukankah itu cinta sejati?” ucap Sang Eun bahagia.
Hye Ja pikir benar  merasa yakin ada alasan kenapa Jang Ho tak berkencan dengannya dan  seharusnya tak pergi. Ia yakin tak akan pergi karena akan terlalu memalukan dan makan popcorn. Sang Eun memberitahu kalau itu baru jatuh ke lantai. Hye Ja langsung melepehkanya. 

Salon Happy Beauty belum buka, Nyonya Kim sibuk membua sarapan. Young Joo pun duduk bersama dengan ayahnya. Tuan  Kim bertanya Di mana Hye Ja, Young Soo mengaku tak tahu. Nyonya Kim merasa pasti ada sesuatu yang mengganggu Hye Ja karena  masih tertidur karena mabuk lalu mengeluh karena  harus mengurus pria dewasa seharian?
“Hye Ja, mari makan.”panggil Tuan Kim. Nyonya Kim menyuruh membiarkan saja karena Hye Ja bisa mengurus dirinya sendiri dan minum terlalu banyak. Hye Ja mencoba untuk bangun.
“Makan malam harus makan apa ? Kita tak punya makanan di rumah.” Ucap Nyonya Kim.
“Ibu, bagaimana jika aku pergi beli samgyeopsal?” ucap Young Soo penuh semangat
“Haruskah buat sujebi? Dengan biji perilla. Kedengarannya bagus.” Kata Nyonya Kim tak mengubris ucapan anaknya.
“Biji perilla sujebi sarat dengan vitamin C dan zat besi terdengar bagus. Tapi untuk asupan protein dan lemak yang seimbang, bagaimana jika makan samgyeopsal?” kata rahYoung Soo terus berusaha
Nyonya Kim mengumpat marah menyuruh Young Soo untuk diam menyuruh kalau Jika ingin samgyeopsal maka harus menjual ibunya. Young Soo mengaku berharap bisa melakukanya. Nyonya Kim melotot tajam, Young Soo panik mengaku hanya bercanda.
“Kubilang ingin makan samgyeopsal.” Keluh Young Soo. Nyonya Kim sudah tak bisa menahan amarahnya.
“Ini peringatan terakhirku. Aku tak ingin mendengarmu bicarakan samgyeopsal lagi.” Ucap Nyonya Kim memperingati. Young Soo menganguk mengerti lalu tiba-tiba menangis.
“Kenapa? Apa Supnya terlalu hambar? Apa Mau ditambahin garam?” ucap Nyonya Kim sinis melihat anaknya tak mau makan.
“Kau tak membelikanku samgyeopsal dan membiarkanku menangis.” Keluh Young Soo. 


Young Soo membawa minum pergi ke tempat donor darah dengan mendapatkan tiket untuk setiap donor. Seorang paman menimbang daging babin mengaku  biasanya tak menerima tiket film tapi akan menerima karena mereka tetangga.
“Ahjussi. Beri aku yang daging yang tak ada tulangnya.” Ucap Young Soo yang terlihat pucat tapi wajahnya bahagia bisa makan daging.
Hye Ja akhirnya bangun langsun mengambil minum dan membuat kimbap, Young Soo pulang ke rumah. Hye Ja melihat kakaknya bertanya apakah sakit karena terlihat pucat. Young Soo mengaku baik-baik saja lalu pamit ke dalam rumah.
Kemana saja kau seharian? Apa itu?” kata Hye Joo melihat kakaknya membawa bungkusan.
“Jangan ajak aku bicara, Karena aku pusing.” Ucap Young Joo mengambil kompor dan meminta Hye Joo membantunya bangun. 

Hye Ja pun masih membantu kakaknya bangun bertanya ada apa karean terlihat lemah. Young Joo bertanya keberadaan ibunya, Hye Ja menjawab kalau sedang kerja. Young Soo berteriak bahagia.
“Apa Kau menjual tiket film sesudah menyumbangkan darah? Kau akan dapat masalah besar.” Kata Hye Ja marah
“Tunggu.. Hei.. Apa kau baru saja kau tak dengar sesuatu?” ucap Young Soo panik. Hye Ja pikir kalau khawatir menyuruh keluar saja.
“Apa Kau bodoh? Jika aku bertemu orang yang kukenal, aku harus berbagi. Aku tak mau. Aku akan makan sendirian.” Ucap Young Joo panik
“Apa Kau pikir tak akan ketahuan jika memanggangnya di rumah?” keluh Hye Ja
“Itulah perbedaan antara kau dan aku.” Kata Young Soo dengan bangga mengeluarkan plester. Hye Ja pikir bisa membantu.
“Sekarang kau bisa meninggalkan ruangan ini. Hei. Jika beri tahu Ibu, kubunuh kau.” Ucap Young Soo mengancam. Hye Ja pikir tak mungkin karena kakaknya sudah berusaha sangat keras.
Setelah Hye Ja keluar, Young Soo menempelkan plester dan juga jendela agar tak tercium keluar. Ia dengan bangga memanggang daging dengan api. 

Nyonya Kim dan anaknya sibuk makan bibimbap sambil menonton TV, Hye Ja mengeluh karena  wanita tua itu memberi bayaran tanaman pakism, dibanding uang padahal setidaknya harus membayar dengan sayuran tapi selalu memberi pakis.
“Jika mereka membawakanku sayuran berdasarkan seleraku, mereka tak akan merasa menyesal sejak awal.” Ucap Nonya Kim
“Tidak ada orang yang membawakan Ibu sayuran ke salon dan tak merasa kasihan padamu.”keluh Hye Joo
“Bukannya mereka kurang ajar, tapi mereka hanya tak punya uang... Tak punya uang bukanlah dosa.” Ucap Nyonya Kim santai.
Hye Ja pikir benar juga. Nyonya Kim sudah selesai makan dan menyurh Hye Ja makan sisanya. Hye Ja merasa sudah kenyang juga. Nyonya Goo merasa Berat badannya bertambah banyak akhir-akhir ini. Hye Ja pikir  tak boleh membuang makanan jadi akan menghabiskanya.
“Hei, sudahlah... Lebih baik berat badanku bertambah... Aku akan memakannya.” Kata Nyonya Kim makan bimbimbap.
“Omong-omong, kenapa Young Soo begitu tenang hari ini?” kata Nyonya Kim penasaran. Hye Ja hampir berbicara pulang membawa sanggyeop...
“Dia suda pulang, dan dia mungkin ada di kamarnya.” Kata Hye Ja. Nyonya Kim menyuruh Hye Ja agar memberikan cemilan.
“Jika dia tak makan, dia akan sakit.” Kata Nyonya Kim khawatir. Hye Ja menganguk mengerti. 


Hye Ja mengetuk pintu kamarnya bertanya apakah terasa enak, lalu tak ada suara sahutan kakaknya. Ia mencoba membuka pintu tapi dikunci, lalu mengeluh karena bahkan mengunci pintu untuk makan sendiri dan akan pergi tapi akhirnya kembali berbicara didepan pintu .
“Apa Kau membawa kimchi?” tanya Hye Ja. Young Soo tetap tak ada suara. Lalu mengeluh karena kakaknya terlalu sibuk makan sampai tak dengar apa pun
“Apa tetangga memanggang samgyeopsal? Tercium sangat bau daging” kat Nyonya Kim.
Hye Ja panik, akhirnya Nyonya Kim pun mengetuk pintu kamar anaknya tap pintunya terkunci. Hye Ja heran berapa banyak plester  yang di pasang. Nyonya Kim terlihat binggung, lalu mencoba marah karena tak bisa terbuka pintunya.
“Hei, Young Soo. Young Soo! Buka pintu!” teriak Nyonya Kim dan Hye Ja mulai panik.
Akhirnya pintu terbuka dan Young Soo sudah pingsan dengan daging yang masih dibakar dengan asap dalam ruangan.

Akhirnya mobil ambulance datang, Para tetangga berpikir kalau Young Soo  pingsan karena kekurangan oksigen. Saat itu petugas yang membawa Young Soo ke dalam mobil, melihat pasienya ingin bicara. Young Soo membuka penutup oksigenya.
“Dia meminta untuk membalik daging babi agar tak gosong.” Kata Petugas.
Keluarganya melonggo, Nyonya Kim mengambil sapu ingin memukul anaknya. Petugas segera pergi dengan ambulance. Tuan Kim menahan ibunya agar tak memukul anaknya. Para tetangga pun melihatnya. 

Daging babi yang sudah gosong akhirnya diberikan pada kucing. Tiga orang nenek berpikir Young Soo meninggal. Salah satu nenek  menegaskan kalau Young Soo tak mati berpikir kalau anak Tuan Kim ingin mati, jadi menyalakan bara di dalam kamarnya.
“Ambulans datang ke sini, dan benar-benar heboh. Apa karena dia sedang stres?” komentar Nenek lain merasa sangat tragisnya.
“Meski begitu, dia sangat beruntung bisa selamat. Kudengar mereka mencium bau daging yang gosong dari kamarnya. Kuharap tak parah terbakarnya.” Kata nenek lainya.
Dua nenek lainya pun setuju,  Hye Ja dkk mendengar tiga nenek dari pinggir jalan berkomenta kalau tiga nenek terlalu banyak bicara dan hanya mengarang cerita palsu.

Mereka pun duduk di taman, Sang Eun  berpikir kalau Hyun Joo, pasti melegakan, karean Young Soo adalah cinta pertamanya. Hye Ja panik meminta Sang Eun agar menjaga mulutnya sambil menahan Hyun Joo agar tak pergi.
“Ya, benar. Kita semua pernah mencoba hal gila dalam hidup kita.  Jangan marah.” Ucap Hye Ja menyuruh Sang Eun menyadarkan kepalanya.
“Hei, Sang Eun. Aku akan memberitahumu untuk terakhir kalinya, dengarkan baik-baik. Saat itu... aku tak tahu dia tumbuh menjadi pecundang.” Ucap Hyun Joo lalu akhirnya kembali duduk.
“Kau tahu apa harapanku? Mendapatkan mesin waktu dan kembali ke saat aku menyukainya dan mencabut semua rambutku.” Ucap Hyun Joo marah.
“Hei, kami mengerti. Tenang. Aku akan mencabut semua rambutnya untukmu.” Kata Hye Ja menenangkan.
“Kenapa? Bukankah sangat berani untuk mengungkapkan perasaanmu?” ucap Sang Eun. Hye Ja panik menyuruh Hyun Joo agar menjaga mulutnya.
“Omong-omong, bagaimana denganmu? Apa Kau tak akan pergi menemui Senior itu? Dia bilang akan datang ke pelatihan staf.” Ucap Sang Eun
“Bukankah kau harus tetap berpartisipasi dalam acara-acara seperti itu? Kenapa? Apa itu karena gajah di lapangan itu?” kata Hyun Joo
“Aku bilang dia rusa di hutan... Mana ada gajah di lapangan?” keluh Hye Ja
“Tetap saja, menyedihkan... Kau bilang Jang Ho tinggal di luar negeri Kau bahkan tidak tahu kapan dia akan kembali.” ucap Sang Eun
“Tidak, aku tidak akan terpengaruh lagi. Aku harus menjalani hidupku. Entah itu pekerjaan atau pria... Lupakan saja! Meskipun kau mungkin merasa seperti itu, tapi aku tidak peduli sama sekali. Jadi hentikan. Aku tidak akan pergi. Aku tidak akan mau hidup lemah lagi. Aku akan mengucapkan selamat tinggal padanya untuk selamanya.” Tegas Hye Ja yakin. 



Esok harinya
Hye Ja pergi ke pantai melihat teman-temanya sudah berkumpul, lalu menyakinkan diri  hanya akan bertemu Jang Ho sekali saja dan kembali. Ia yakin akan benar-benar akan pergi lalu berjalan pergi ke pantai.
Tuan Kim keluar rumah masang plang salon kalau akan bukan, tiga orang nenek seperti sudah menunggu menyapanya. Ia pun bertanya kenapa mereka datang pagi sekali. Si nenek memberikan  kimchi air lobakkarena itu makanan yang terbaik untuk menyembuhkan keracunan gas.
“Ini telah difermentasi selama lebih dari tiga tahun. Setelah dia mencium bau ini, maka dia benar-benar akan sembuh.” Ucap si nenek yakin. Tuan Kim berusaha menjelaskan bukan keracunan gas tapi nenek lain menyela.
“Kudengar itu batu bara.” Ucap Si nenek. Tuan Kim mengaku Young Soo sedang memanggang daging.
“Pak Kim... Di hari tua, mereka bilang anak tertua berasal dari langit. Itu artinya dia orang yang sangat berharga. Aku tidak mengatakan ini karena kehilangan anak tertuaku selama retret 4 Januari.” Cerita si nenek sedih. Tuan Kim menganguk mengerti.
“Kau harus mendengarkan kami.” Pesan si nenek. Tuan Kim menganguk mengerti.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar