Hye Rim menghempaskan badanya dikursi dengan nada
mengeluh menanyakan apa yang harus dilakukan pada Soo Hyun karena sering marah
padahal sudah bersikap baik dan mencoba untuk
menghiburnya, bahkan
ketika ingin lebih dekat Soo Hyun
licin seperti ikan dan tak
mengerti lagi apa yang harus dilakukanya.
“Aku yakin itu sangat sulit
bagimu. Dia bukan
pria yang biasa, dan juga seorang psikolog. Apa yang dia butuhkan sekarang
adalah penegasan dari rasa kasih sayangmu.” Ucap Prof
Bae, Hye Rim binggung maksud dari Sebuah penegasan rasa
kasih sayangnya.
“Iya... Prof Choi memperlakukan situasinya
seolah-olah hal itu terjadi
kepada orang lain. Dia
berkata pada dirinya sendiri, "Aku
tahu ceritanya jadi Aku tahu
bagaimana akhirnya." Dan
sementara itu, dia menganalisa situasinya. Tapi, dia tidak akan mencapai
terobosan emosional dengan
pendekatan seperti itu.” Jelas Prof Bae, Hye Rim
benar-benar binggung apa yang harus dilakukanya.
“Kau harus menyeret dia ke panggung bukannya membiarkan dia hanya
menonton. Sebagai
karakter utama.” Saran Prof Bae
Hye Rim masuk ke dalam ruangan Soo Hyun, mencari-cari
sesuatu mulai dari rak sampai akhirnya menemukan buku diatas meja dan terselip
foto masa kecil Soo Hyun yang masih disimpanya. Beberapa saat kemudian, Hye Rim sudah menyetir
mobil membawa Soo Hyun pergi. Soo Hyun bertanya kemana mereka akan pergi. Hye Rim
mengatakan mereka akan melakukan konsultasi di luar ruangan
hari ini.
“Apakah kau tidak tahu kalau kau seharusnya hanya melakukan konsultasi sekali
setiap minggu? Dan Juga,
kenapa di luar....” keluh Soo Hyun
“Konsultasi dengan peramal sedikit
berbeda. Aku akan
melakukannya di mana itu terasa baik, selama dibutuhkan. Sampai aku mendapatkan sesuatu
darimu.” Tegas Hye Rim, Soo Hyun hanya bisa diam.
Disebuah taman bermain, keduanya berjalan bersama
“Kukira kau sudah melakukan cukup
banyak penelitian tentang aku. Kau
bahkan menemukan sekolah dasarku dulu.” Komentar Soo
Hyun
“Anak kecil seperti apa dirimu ketika kau masih sekolah
dasar?” tanya Hye Rim
“Aku sama seperti anak-anak lain. Aku berlarian dan makan dengan
baik. Dan
bermain dengan baik.” Cerita Soo Hyun merasa tak
ada yang salah dengan masa kecilnya.
Hye Rim mengeluarkan foto dari saku bajunya bertanya
bagaimana dengan foto itu sekarang, Soo Hyun melihat foto ditanganya dan
kembali teringat sesuatu “Soo Hyun. Aku berharap kau bisa
datang dan membawaku pergi. Aku
tidak ingin berada di sini sendiri.”
Flash Back
Tuan Choi mengambil foto dengan kamera, melihat Soo Hyun
yang tak tersenyum memarahi karena terlihat cemberut didepan kamera dan
memaksanya agar bisa tersenyum. Soo Hyun yang masih kecil akhirnya terpaksa
tersenyum walaupun hatinya tak merasa senang.
Soo Hyun menatap ke arah depan masih teringat kenangan
masa kecilnya ketika foto keluarga dengan ayah, ibu tiri dan Seung Chan yang
masih bayi.
Tuan Choi mengumpat Soo Hyun itu anak sialan karena tak
mau senyum ketika foto bersama sambil membawa kamera. Ibu tirinya mengajak Soo
Hyun pergi bersama. Soo Hyun meminta ibunya pergi saja dulu karena ingin
bermain sebentar ditempat itu. Tuan Choi kembali memarahinya karena ingin
bermain diluar pada musim dingin, sambil mengumpat menyuruhnya untuk cepat ikut
mereka.
Soo Hyun mengatakan hanya ingin bermain ditempat itu, Ibu
tirinya mengajak Soo Hyn pergi dengan lembut. Tuan Choi berteriak “lakukan
sesukamu” dan mengejek mirip dengan ibunya yang selalu melakukan yang
diinginkanya. Ibu tirinya pun dengan terpaksa mengikuti suaminya dan
meninggalkan Soo Hyun. Akhirnya Soo Hyun main pasir sendirian.
Mata Soo Hyun berkaca-kaca bisa melihat bayangan dirinya
yang bermain sendirian, Soo Hyun kecil akhirnya menangis, menumpahkan rasa
tertekannya yang harus bermain sendirian. Hye Rim bisa membayangkan dan
menyuruh Soo Hyun untuk datang dan menasehatinya, yang bisa melakukannya hanya
Soo Hyun sendiri.
Soo Hyun berjalan mendekati Soo Hyun kecil dan langsung
memeluknya, Soo Hyun kecil pun menangis lebih keras lagi ketika dipeluk. Soo
Hyun terdiam karena memang yang dibutuhkan saat itu adalah orang yang berada
disisinya menemaninya bermain. Hye Rim juga ikut menangis seperti bisa melihat
kehidupan Soo Hyun waktu masih kecil yang sangat menyedihkanya.
Seung Chan membawa tabnya menanyakan tas mana yang harus
dibawa Prof Bae ketika akan pergi ke Alaska, satu koper persegi biasanya atau
bentuk tas dorong berbentuk kotak. Prof Bae memilih tas dorong bentuk kotak,
Seung Chan pun akan memesan tas itu.
“Tapi aku tidak tahu apakah
tubuhmu akan mampu mengatasinya...” ucap Seung
Chan sangat berjalan, Prof Bae terdiam karena Seung Chan seperti menyindirnya.
Keesokan harinya
Prof Bae baru datang ke klinik, Seung Chan memberitahu mereka
akan memiliki lebih mudah melihat matahari terbit jika ikut
tur dan bertanya apakah mereka harus mendaftakan juga. Prof
Bae setuju dan ingin masuk kedalam ruanganya.
“Tapi jaraknya sangat jauh. Aku tidak yakin kau akan mampu
melakukannya...” ucap Seung Chan kembali
menyindir dengan tatapan mata ke komputer. Prof Bae pun hanya bisa menghela nafas
mendengarnya.
Seung Chan masuk ruangan Prof Bae memberiathu karea
mereka akan pergi ke Alaska, akan menyenangkan untuk melihat igloo dan bertanya apakah mereka
harus ikut tur juga. Prof Bae tahu Seung Chan itu akan berkomentar kalau ia
pasti tak bisa. Seung Chan membenarkan.
“Kenapa kau terus melakukan itu?” tanya Prof Bae
“Itu karena aku ingin bersamamu
untuk waktu yang lama. Kau adalah pembimbingku. Sekali pembimbing, selalu jadi
pembimbing! Bukankah
aku benar? Kau harus
membimbingku selama 20 atau 30 tahun lagi. Kalau Hanya
6 bulan, Waktunya tidak cukup.” Ucap Seung Chan.
Prof Bae terdiam mendengarnya, Seung Chan memohon agar Prof
Bae mau melakukan operasi dan merasa yakin Prof Bae dapat
mengatasinya dengan kemoterapi jadi bisa sehat
kembali, lalu pergi
melihat aurora bersamanya setelah itu pergi ke
Peru, mewarnai rambut menjadi ungu dan mencoba semua bir diseluruh dunia,
menurutnya Prof Bae bisa menikmati sisa hidupmu seperti itu dan mengajak agar mereka bisa bersama-sama dalam
waktu yang lama. Prof Bae menatap Seung Chan terlihat senyuman sedikit dipaksa.
Prof Bae terdiam dalam ruanganya, merenungkan semua
ucapan Seung Chan yang memohon agar melakukan operasi. Ia melihat bucklet list
yang dibuat dalam agendanya di nomor 10 “Berbaring di igloo di Alaska, dan melihat
aurora.” Akhirnya ia membuka lembaran baru dan
menuliskan nomor 11 “Melakukan operasi.”
Ji Ho dan Yoo Rim saling berpegangan didepan cafe, Yoo
Rim bertanya apakah Ji Ho sudah siap. Ji Ho mengangguk, lalu keduanya
bersama-sama masuk kedalam cafe. Hye Rim baru membereskan meja bekas pelanggan
makan, Hye Rim dan Ji Ho melihat Hye Rim langsung berlutut didepan pintu cafe. Hye
Rim panik menyuruh keduanya untuk bangun sebelum seluruh pelanggan melihatnya.
“Pertama, kami akan mengumumkan
pertunangan kami di
cafe dalam satu bulan lagi. Kemudian
kami berdua menghemat 40 persen dari gaji kami dan menyimpannya. Kami akan menikah paling lambat dalam
tiga tahun” ucap Yoo Rim
“Kau bilang 3 tahun? Tapi kau tetap
saja masih berusia 24 tahun.” Ucap Hye Rim pada Ji
Ho yang menurutnya masih muda
“Usiaku tidak penting. Aku hanya ingin dia memakai gaun
pengantin saat dia masih
muda dan cantik.”kata Ji Ho menatap Yoo Rim
yang berlutut disampingnya.
“Kami akan mengadakan pernikahan
skala kecil, dan akan
menyewa apartemen satu kamar yang kecil. Lalu Kami
akan membayar kembali hutang dalam waktu satu tahun dan akan masuk pada daftar tunggu
untuk apartemen.” Jelas Yoo Rim
Hye Rim mengomel karena tak mudah itu kalau menerima
siapapun untuk menyewa, lalu bertanya bagaimana dengan biaya hidupnya dan apa yang akan dilakukan Ji Ho saat itu apakah
masih menjadi
pekerja magang di pusat konsultasi. Ji Ho
menjelaskan akan
mendapatkan lisensi LCPC- dalam waktu tiga tahun,
karena Yoo Rim tak akan menikah denganya kalau tak mendapatkan itu.
Yoo Rim mengatakan setelah mereka menikah akan membuat empat rekening bank yang terpisah yaitu untuk pendapatan, biaya, dana darurat, dan investasi dan mereka juga mengumpulkan sedikit
dana darurat untuk bersiap-siap
jika mereka berdua tidak bisa bekerja dan itu rencana 10 tahu kedepan dan tujuan terakhir
mereka adalah membeli rumah.
“Dan Juga, aku akan mendukung Yoo Rim
sampai dia menjadi seorang
pembuat dokumenter yang terkenal.” Kata Ji
Ho,
“Kapan orang tua kalian akan
bertemu?” ucap Hye Rim, Yoo Rim langsung berdiri dan tersenyum
bahagia
“Itulah langkah pertama untuk
menikah. Apa kau
berpikir bahwa pernikahan hanya di antara kalian berdua?”kata Hye Rim, Yoo Rim langsung memeluk kakaknya karena
bisa memberikan restu ddan berjanji akan bahagia terus selamanya. Hye Rim
mendorong adiknya agar tak memeluknya, Yoo Rim dan Ji Ho tersenyum bahagia
Soo Hyun masuk ke dalam klinik, Seung Chan berdiri melihat
kakak datang. Soo Hyun berhenti tanpa menoleh menanyakan keadaan Prof Bae sekarang.
Seung Chan menceritakan Prof Bae jauh
lebih baik daripada yang diperkirakan. Soo Hyun
mengangguk mengerti lalu akan masuk kedalam ruangannya.
“Hei, Hyung.... Aku minta maaf tentang
sebelumnya. Aku lupa
seberapa kerasnya ayah kepadamu dulu. Aku
minta maaf karena aku berbicara kepadamu seperti itu.” Kata Seung Chan mengaku kesalahanya. Soo Hyun bisa
mengerti dengan wajah dingin masuk kedalam ruanganya. Seung Chan pun tak bisa
berbuat apapun.
Ji Ho membawakan kue ulang tahun dari dapur, Seung Chan,
Hye Rim dan Yoo Rim menyanyikan lagu “selamat ulang tahun” pada Soo Hyun dengan
wajah bahagia. Soo Hyun langsung meniupnya dengan cepat, Ji Ho pun menyalakan
lampu cafe yang gelap.
Seung Chan menyodorkan garpu sebagai mic agar kakaknya
bisa memberikan pidato. Soo Hyun dengan terbata-bata mengucapkan terimakasih
pada semuanya, Seung Chan tertawa melihat kakaknya yang terlihat sangat gugup.
Soo Hyun memukul kepala adiknya, berusaha untuk tak gugup mengucapkan
terimakasih.
“Baiklah kalau begitu. Bukankah
ini waktunya bagiku untuk
mendapatkan hadiah?” ucap Soo Hyun
“Oh ya, hadiah! Tapi sebelum itu,
ada sesuatu yang harus kita lakukan.” Kata Seung
Chan
Soo Hyun bertanya apa yang akan mereka lakukan. Seung
Chan ingin mengoleskan krim pada wajah kakaknya tapi Soo Hyun bisa menghindar.
Hye Rim tanpa aba-aba bisa mengoleskan krim ke wajah Soo Hyun, Akhirnya Soo
Hyun pasrah mukanya belepotan dengan krim. Yoo Rim, Seung Chan dan Ji Ho pun
ikut memberikan krim diwajah Soo Hyun. Semuanya tertawa melihat wajah Soo Hyun
yang belepotan, Soo Hyun tak ingin hanya diam saja, membalas semuanya dengan
melemparkan kue untuk membalas dendam.
Hye Rim keluar dari kamar mandi dan menyuruh adiknya
segera mandi, Yoo Rim pun masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Ponsel
Hye Rim berdering, Nyonya Seo keluar dari kamarnya dengan membawa koper menelp
Hye Rim memberitahu akan segera pergi sekarang.
“Hari ini ulang tahun Soo Hyun, kan? Bisakah kau memberitahukan hal
ini kepada Soo Hyun untukku? Bahwa aku mencintainya.” Ucap Nyonya Seo
Hye Rim terdiam mengingat saat Soo Hyun berkonsultasi dengan
Prof Bae mengatakan “Aku merasa itu sudah merasuk di dalam kepalaku, kalau aku telah
melakukan sesuatu yang salah. Bahwa dia tidak datang kembali bahkan sekalipun
untuk ulang tahunku karena aku menumpahkan es krim.”
“Kau tidak boleh pergi sekarang,
nyonya! Tolong
cepat dan datang. Soo Hyun sedang menunggu...” ucap
Jerit Hye Rim tapi terputus karena Nyonya Seo ada didalam lift.
Hye Rim berusaha menghubungi Nyonya Seo, sementara Nyonya
Seo yang baru keluar dari lift juga menghubungi Hye Rim. Akhirnya Hye Rim
berlari keluar rumah membawa jaketnya. Nyonya Seo pergi ke bagian receptionis
untuk melakukan check out. Di perjalanan, Hye Rim berusaha menelp Nyonya Seo
tapi ponselnya masih sibuk.
Nyonya Seo sedang berbicara di telp meminta temanya tak
perlu mengantar kalau penerbangannya akan berangkat jam 11 malam dan ia sedang
menuju ke bandara dan masuk ke dalam taksi yang sudah dipesannya. Mobil Hye Rim
melaju dengan cepat, sesampai di hotel langsung memberhentikan mobil didepan
lobby.
Petugas valley sempat memanggilnya karena tak memberikan
kunci tapi Hye Rim langsung berlari masuk ke dalam hotel. Hye Rim pergi ke
bagian receptionist bertanya tamu hotel atas nama Nyonya Seo, apakah sudah
Check out. Pegawai hotel mengatakan kalau Nyonya Seo baru Check Out beberapa
menit yang lalu.
Akhirnya Hye Rim dengan wajah sedih keluar dari hotel,
tiba-tiba Nyonya Seo datang kembali ke hotel dengan membawa kopernya. Hye Rim
terlihat tak bisa berkata-kata melhat Nyonya Seo kembali ke hotel. Nyonya Seo
mengaku penasaran tentang apa yang dikatakan Hye Rim sebelumnya, ia tak bisa mendengar dengan jelas tapi ia yakin itu
pasti sesuatu tentang anaknya Soo Hyun. Hye Rim bisa tersenyum melihat
kedatangan Nyonya Seo.
Soo Hyun membaca buku sambil memijat pundaknya yang
pegal, lalu melihat sudah hampir pukul 12 malam. Akhirnya ia memilih untuk
mematikan lampu dan tidur, tapi
terdengar bunyi bel rumahnya. Dengan memakai jaketnya Soo Hyun berjalan
ke pintu sambil berteriak siapa yang datang.
Didepan pintu Soo Hyun masih bertanya siapa yang datang,
tapi tak ada sahutan, akhirnya ia membuka pintu dan melihat ibunya berdiri
didepan rumahnya. Soo Hyun keluar dari rumahnya, Nyonya Seo dengan mata
berkaca-kaca meminta maaf karena datang kerumahnya. Soo Hyun dengan dengan mata
memerah menanyakan bagaimana ibunya bisa tahu tempat tinggalnya.
“Selamat ulang tahun, Soo Hyun. Aku datang terlambat, kan?” kata Nyonya Seo
“Jadi kau ingat ulang tahunku?” ucap Soo Hyun dengan air mata mengalir dipipinya,
Nyonya Seo membenarkan karena tak mungkin seorang ibu
melupakan ulang tahun anaknya.
“Lalu, bagaimana dengan
perkataanmu bahwa kau tidak akan datang
pada hari ulang tahunku? Apakah
kau ingat?” ucap Soo Hyun nada marah, Nyonya Seo binggung
menjelaskanya.
“Kenapa kau tidak bisa mengingatnya? Apakah kau tahu betapa sulitnya
bagi aku karena hal itu? Aku
berpikir bahwa kau pergi karena aku, dan aku sangat...” kata Soo Hyun sambil menangis, Nyonya Seo meminta maaf
karena semua ini adalah kesalahanya.
“Jika kau bercerai dengan Ayah,
seharusnya kau berjuang untuk
membawaku bersamamu! Bagaimana
bisa kau meninggalkanku dengan orang yang mengerikan seperti ayah? Apakah kau berencana untuk hidup
dengan bahagia sendiri?” ucap Soo Hyun sambil
menghapus air matanya yang terus mengalir
“Aku terlalu lemah.... Aku diusir, jadi aku tidak punya
apa-apa.Tapi meskipun demikian, aku mencoba yang terbaik. Sayangnya Pengacara ayahmu terlalu kuat,
jadi... Dia
menyalahkan semuanya kepadaku dan mengambil hak asuh..” cerita Nyonya Seo sambil menangis
“Tapi seharusnya kau tetap datang
untuk membawaku pergi! Ibu tiri, ayah, dan adikku semua
bahagia tapi
aku... Lalu kemudian kau memulai sebuah
keluarga baru! Aku
satu-satunya yang ditinggalkan!” jerit Soo Hyun
merasakan masa kecilnya sangat tertekan dengan tangisnya yang ditahan selama
bertahun-tahun. Nyonya Seo makin sedih melihat anaknya yang selama ini merasa
tertekan.
“Apakah kau tahu bagaimana rasanya
tidak memiliki siapapun
di sisimu dan terus sendirian?” jerit Soo Hyun dengan
suara isakan tangis
“Sejak saat ini, aku akan selalu berada di
sisimu. Maaf, Soo
Hyun! Aku minta maaf karena membuatmu menunggu
selama 30 tahun.” Kata Nyonya Seo lalu
memeluk anaknya. Soo Hyun menangis sesunggukan seperti anak kecil. meluapkan
rasa sedih yang ditahan selama bertahun-tahun.
Perawat mengantungkan kantung infus memberitahu itu adalah
dosis pertama kemoterapi jadi Prof Bae akan
mendapatkan selama
seminggu. Prof Bae hanya diam menerima kemoterapi,
Seung Chan terlihat ikut sedih melihat keadaan Prof Bae, akhirnya ia
mengeluarkan USB mengatakan sudah mendownload beberapa film dan mengajaknya
untuk menonton. Prof Bae menolak.
Seung Chan mengatakan memiliki
beberapa drama, juga mulai dari korea,
Amerika, dan Inggris. Prof Bae pikir tak perlu.
Seung Chan mengusulkan sebuah pertunjukan sebuah pertunjukan
langsung Choi Seung Chan. Prof Bae bertanya
pertunjukan seperti apa. Seung Chan pergi ke bagian TV dan mencolokan USBnya.
Di TV, terlihat video Queen dengan judul I Born to love
You dan Seung Chan mulai me-lipsyncnya dengan penuh semangat “I was born to love
you...with every single beat of my heart. Yes, I was born to
take care of you every single day!” Prof Bae
tertawa bahagia melihat penampilan Seung Chan yang berusaha menghiburnya.
Hye Rim menuruni tangga ke lantai satu bertemu dengan Ji
Ho, menanyakan apa yang dilakukan Soo Hyun sekarang. Ji Ho memberitahu Clare
sedang berada di klinik
jadi mereka sedang bekerja bersama-sama. Hye Rim tak percaya Clare datang lagi ke klinik.
Ji Ho memberitahu yang dikatakan Soo Hyun kalau mereka akan begadang sepanjang malam karena banyak
pekerjaan. Hye Rim melirik dengan perasaan
cemburunya.
Hye Rim mendatangi rumah Tuan Kim untuk makan bersama
Tuan Kim menceritakan akanya yang tidak akan makan malam
bersamanya lagi karea selalu makan dengan orang yang dijodohkanya. Hye
Rim mendengar tuan Kim dan anaknya memiliki hubungan yang sangat dekat.
“Tapi kenapa kau berkencan dengan
orang seperti dia?” tanya Tuan Kim, Hye Rim
kaget mendengar pertanyaannya.
“Aku mendengar dari Sekretaris
Lee. kau
berkencan dengan Choi Soo Hyun?”kata Tuan Kim, Hye Rim
pun membenarkan.
“Aku penasaran. Seharusnya aku
sudah tahu sejak kau mengatakan kepadaku
untuk mendapatkan konseling. Tapi,
apakah kalian hubungan kalian berdua berjalan dengan baik? Dia agak brengsek. Apakah dia baik dan perhatian
kepadamu?” ucap Tuan Kim
“Akhir-akhir ini dia tidak terlalu perhatian, yang juga
menjadi masalah. Aku
mengobatinya dengan konseling jadi kukira dia yakin bahwa dia bisa mencintai dan menggoda wanita di kiri dan
kanan! Hari ini,
dia membawa wanita bernama Clare ini lagi....” cerita
Hye Rim yang sedang gundah lalu menutup mulutnya karena terlalu banyak bicara. Tuan
Kim ingin tahu siapa tadi yang disebutnya tapi Hye Rim mencoba mengalihkanya.
“Ketua. Saat kau berkencan dengan
istrimu, kau memiliki saingan, kan?” ucap Hye Rim, Tuan Kim kali ini kaget karena Hye Rim
bisa mengetahui hal itu.
“Aku melihat suratu dari saat kau
ber..... Ahh... Maksudku, roh dalam diriku
mengatakan kepadaku. Tapi
bagaimana kau bisa menyingkirkan sainganmu? Apakah kau membelikan dia hadiah Atau apakah kau hanya menempel
terus padanya?” tanya Hye Rim penasaran
“Goethe pernah berkata seperti
ini: "Cinta
akan menemukan mereka yang mencarinya." Jangan khawatir. Cinta selalu
menemukan jalan.” ucap Tuan Kim lalu mengajak
Hye Rim untuk makan kembali.
Clare mengucapkan terimakasih telah
membantunya dengan pekerjaan selama ini dan Soo Hyun benar-benar sangat membantunya. Soo Hyun
pikir bukan masalah karena yang dilakukan hanya memberikan saran pada beberapa dokumen.
“Kau akan pulang sekarang?
Bagaimana dengan perjalananmu? Apakah
kau naik taksi ke sini?” tanya Soo Hyun
“Ya. Aku langsung menuju ke
bandara dari sini.” Ucap Clare
“Kurasa tidak ada taksi di sekitar
sini. Aku akan
memberimu tumpangan ke bandara.” Kata Soo Hyun mengajak
Clare pergi.
Soo Hyun membantu menarik koper Hye Rim kedalam ruangan,
Hye Rim baru dari cafe melihat keduanya keluar bersama dan Soo Hyun menarik
koper milik Clare dengan wajah kesal memilih untuk naik tangga ke rumahnya. Soo
Hyun berlari menariknya.
“Hye Rim, aku akan mengantarnya. Dia akan kembali ke Amerika
Serikat, jadi... “ ucap Soo Hyun menjelaskan
“Apakah aku bertanya?” teriak Hye Rim marah lalu naik ke lantai tiga. Soo Hyun
hanya bisa diam, Clare pun memilih untuk menarik kopernya sendiri dan keluar
dari klinik.
Hye Rim masuk dengan wajah marah, Yoo Rim akan pergi ke
kantor binggung melihat wajah kakaknya terlihat sangat marah dan bertanya ? Apakah terjadi sesuatu. Hye Rim menangis memeluk adiknya.
“Kenapa aku selalu berakhir
seperti ini?” ucap Hye Rim sambil menangis, Yoo Rim
binggung dengan ucapan kakaknya.
“Aku merasa Soo Hyun akan
meninggalkanku sekarang juga. Aku
merasa sangat gelisah.” Cerita Hye Rim terus menangis
dipelukan adiknya.
Soo Hyun terdiam didalam ruang kerjanya, lalu membuka
file di komputernya [Tugas
Ketiga: Menaruh 100 pita warna di pohon dan melakukan pengakuan.] lalu
menghapusnya dan terdiam sejenak.
Hye Rim melihat kacamata hitam yang tangkainya patah
karena saat itu sangat marah dengan Soo Hyun. Teringat saat itu adalah hadiah
dari Soo Hyun karena pasti membutuhkannya ketika mengemudi. Hye Rim pun
pergi ke tempat kacamata untuk meminta mencarikan design yang sama persis.
Ia kembali ke cafe dengan mengunakan kacamata hitam
barunya, terlihat ada sebuah amplop didekat kasir. Tiket menonton film berjudul
“ Cinta bukanlah Sesuatu yang Kau Lakukan Sendiri”
“Dia melakukan omong kosong ini
lagi? Kau pikir
aku akan jatuh untuk ini lagi? Apa Kau
gila? Aku tidak akan pernah pergi!” tegas Hye Rim
tak ingin masuk ke dalam jebakan Soo Hyun kembali.
Didalam ruang bioskop sudah banyak pasangan yang menonton
bersaman. Hye Rim datang mencari tempat duduknya sesuai dengan tiket. Tiba-tiba
pasangan duduk disampingnya dan memberitahu kalau ada orang yang akan duduk
disampingnya. Si pria pikir duduk ditempat yang benar melihat nomor tempat
duduknya nomor G-26. Hye Rim kebinggungan
karena duduk sendirian di dalam bioskop.
Lampu mulai dipadamkan, lampu sorot menyala ke bagian depan.
Soo Hyun sudah berdiri dibawah layar bioskop. Hye Rim kaget melihat Soo Hyun
ada didepan. Soo Hyun menyapa semua penonton dengan percaya diri.
“Penggunaan ponsel selama film
diputar dapat
menyebabkan penonton bioskop lainnya merasa
putus asa dan patah hati. Harap
matikan ponselmu agar kita semua yang
hidup di zaman keputusasaan dan
patah hati, bisa memiliki harapan lagi.” Kata Soo
Hyun, semua penonton tertawa mendengarnya.
“Jangan menendang kursi di
depanmu, dan
tolong buang sampah di tempatnya. Dalam
keadaan darurat, silakan gunakan pintu keluar di sisi sebelah kiri dan
kamar mandi di sudut di sebelah kanan, jadi tolong buka perlahan.” Jelas Soo Hyun layaknya seorang pramugari dalam
pesawat.
“Dan juga.... untuk wanita yang duduk di
G-25. Wanita
yang duduk di G-25 sangat penting bagi aku daripada orang lain. Orang yang menyembuhkan bekas
lukaku adalah Nona G-25 dan yang membuatku menjadi lebih
introspeksi juga Nona G-25. Serta orang
yang membuatku merasa bahwa aku harus berubah dan menjadi seorang pria yang
lebih keren juga Nona G-25.” Akui Soo Hyun, semua orang langsung bergemuruh
mendengarnya. Hye Rim menurunkan tubuhnya dibangku karena malu menjadi pusat
perhatian.
“Aku mencintaimu, Hye Rim.” Ucap Soo Hyun mengungkapkan perasaanya. Semua penonton
pun memberikan tepuk tangan.
Hye Rim menatap Soo Hyun yang mengulurkan tangan padanya,
Hye Rim dengan wajah malu-malu turun ke bawah dengan iringan tepuk tangan
semakin kencang. Soo Hyun tanpa malu-malu bergaya seperti menarik Hye Rim
dengan tali setelah itu membentangkan tanganya, Hye Rim langsung menarik Soo
Hyun dengan wajah malu.
Diluar bioskop, Hye Rim mengumpat Soo Hyun itu sudah gila
tapi Soo Hyun malah tersenyum-senyum sendiri mengatakan kalau ia memang sudah
gila dan bertanya hasil dari tugas ketiganya. Hye Rim binggung. Soo Hyun
menjelaskan tadi hanya melakukan Tugas 3 dari eksperimen untuk Hye Rim.
“Sebuah tugas dimana seseorang
harus tampil tanpa peduli
tentang apa yang dipikirkan penonton. Sebuah
tugas yang hanya akan dilakukan orang gila. Ini adalah bukti bahwa aku
benar-benar jatuh cinta kepadamu.” Jelas Soo
Hyu
“Jadi Kau melanjutkan eksperimen sampai
akhir ?” kata Hye Rim tak percaya.
Soo
Hyun kembali mengungkapkan perasaanya “Aku
mencintaimu, Hye Rim.” lalu menciumnya, keduanya berciuman dilorong bioskop tanpa peduli
dengan yang lainnya.
THE END
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Meskipn heppy ending kok rasanya gak puas ya,,,, dn makasih buat mba dee ynk udh nulis slah satu drama favorit aku,,,,
BalasHapus. apa selanjutnya mba, klw mba mau nulis drama meriage contract donk, aku rada pnsaran sma drama itu,,,, sambil nunggu drama Rain n joong ki��������
Setuju...kurang seru klo ga ssampe nikah ya
Hapusendingnya kurang greget tp ok.lah dr pd bikin penasaran
BalasHapusEnding nya kurng puas g sampai ke pernikhn,mksh udh nulis sinop nya d tunggu drama terbaru nya
BalasHapusAdegan soo hyun nangis .menumpahkan semua kesedihan nya yang merasa ditinggalkan.dan memeluk ibu nya.....omg. ...bikin aq nangis.....makasih mba dee yg udah buat sinopsis nya sampe akhir.....😘😘
BalasHapusmakasih mbak dee utk kerja kerasnya...akhirnya selesai juga madame antoine
BalasHapusHappy ending. ,, terimakasih. Sudah dilanjutkan sampai ahir. ,seruuuuuuu
BalasHapus