Langkah perawat dan dokter mendorong dengan cepat tempat
tidur, Hong Sul dengan kepala berlumuran darah tak sadarkan diri. Yoo Jung
melihat pacarnya mencoba memanggil dengan wajah panik, tanganya memegang erat
dengan cincin couple yang digunakan bersama.
Tepat didepan ruang operasi, perawat tak memperbolehkan
Yoo Jung masuk, pegangan Yoo Jung pun terlepas membiarkan Hong Sul berjuang
sendiri diruang operasi. Dalam tak sadarkan diri, Hong Sul seperti masih bisa
bergumam dalam hati.
“Kenapa aku
menggenggam tangan Sunbae saat itu? Walaupun aku tahu, ada sesuatu yang aneh pada
dirinya Dan aku merasa takut.”
Yoo Jung pertama kali memegang tangan Hong Sul didepan
kost-an dan Hong Sul yang tak ingin melepaskanya meraih tangan Yoo Jung
kembali. Sebelumnya senyuman Yoo Jung saat penerimaan mahasiswa baru membuat
Hong Sul takut, lalu ketika berkas-berkas jatuh di tangga, Yoo Jung dengan
sengaja menginjaknya lalu pergi begitu saja.
Hong Sul sudah masuk ruang operasi dengan selang
dimasukan kedalam mulut dan beberapa dokter mulai membedahnya.
“Ya. Aku menganggap
semua itu bukanlah masalah. Karena aku juga selalu memperhatikannya. Di balik senyum manisnya, ada rasa kesepian, dingin dan sifat anak-anaknya.
Hong Sul tak enak hati saat Yoo Jung masuk ke dalam kelas
Prof Kang dan menyapanya ketika duduk disampingnya. Mereka sempat bertemu di
mesin minuman, lalu Yoo Jung yang terlihat asyik bermain sendiri dengan semut
yang berjalan ditanganya.
Pertama kali mereka makan bersama, Hong Sul mengajak
makan kimbap di minimarket dan Yoo Jung binggung cara membukanya. Sampai
akhirnya Hong Sul tak sengaja lewat minimarket, Yoo Jung sedang belajar membuka
bungkus kimbap dengan benar sendirian.
“Sepertinya hal itu membuatku penasaran pada Sunbae yang memiliki sisi
yang sama sekali berbeda denganku. Sisi yang hanya aku yang bisa
melihatnya. Dan juga bahwa dia hanya menunjukkannya padaku.”
Yoo Jung menunggu didepan ruang operasi sendirian,
keluarga Hong datang dengan tergopoh-gopoh dan wajah panik. Tuan Hong
menanyakan keadaan anaknya, apakah terluka parah dan berharap lukanya tak parah
“Tulang rusuknya patah, hingga
organ lainnya
juga ikut terluka.” Jelas Yoo Jung, Ibu Hong
Sul langsung lemas mendengarnya. Hong Jun menahan ibunya tak percaya semua ini
terjadi pada kakaknya.
“Kudengar dia ditabrak mobil. Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Ibu Hong Sul lalu berusaha mencoba menyakinkan
kalau anakny itu baik-baik saja. Yoo Jung terdiam karena tak bisa
menjelaskanya.
Dokter keluar dari ruang operasi menanyakan wali dari
Hong Sul, Keluarga Hong dan Yoo Jung berjalan menghampiri dokter. Dokter
memberitahu Akibat kecelakaan itu, Hong Sul mengalami pendarahan otak, selain itu Paru-paru dan hatinya
terluka karena
tulang rusuknya juga patah. Kedua orang tua Hong Su
melotot kaget,
“Tapi, operasinya berjalan lancar.” Kata Dokter, semua langsung mengucap syukur dan
terimakasih
“Kami sudah memindahkannya ke
ruang rawat, Dia
akan tersadar beberapa jam kemdian. Dia
masih mengalami pendarahan, tapi
kondisinya sudah normal kembali. Kami
masih harus terus memantau
kondisinya.” Jelas Dokter, Semua pun mengerti,
Dokter pun meninggalkan keluarga Hong. Ibu Hong Sul kembali lemas mendengar
keadaan anaknya.
Tuan Hong menenangkan istrinya kalau operasi berjalan
dengan lancar jadi tak perlu khawatir lagi. Ibu Hong Sul mengangguk menguatkan
dirinya. Yoo Jung menatap ruang operasi terlihat sangat tegang.
In Ho masih berlatih piano dikampus, beberapa kali
tanganya yang mengalami peradangan kembali terasa kaku dan berhenti sejenak.
Ponselnya berdering, ada telp dari kakaknya. Tapi yang berbicara suara
laki-laki, In Ho menatap ponselnya untuk memastikan kalau nomor kakaknya yang
menelp.
“Siapa ini? Kenapa ponsel kakakku ada padamu?” tanya In Ho ketus
“Aku adalah teman In Ha. Dia seperti orang gila sekarang... Dia terus saja meneleponmu tapi kau tak mengangkatnya. Jadi, aku yang meneleponmu
sekarang. Sepertinya
kau harus cepat datang ke sini.” Cerita Jae Woo
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya In Ho panik
In Ha hanya duduk seperti orang yang hilang ingatan,
Polisi memanggilnya dengan sopan, menegur In Ha yang hanya diam saja akan
membuat posisinya jadi lebih berbahaya. In Ho datang dengan wajah panik
bertanya apa yang terjadi dan kenapa kakaknya bisa sampai ada dikantor polisi.
“Um... apa kau adiknya?” tanya Jae Woo mendekati In Ho, In Ho pun mengenali
suara Jae Woo sebelumnya menelpnya dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya In Ho pada kakaknya dengan wajah khawatir.
“Nona yang satu ini baik-baik saja. Tapi, masalahnya Nona yang satunya masih belum sadar.” Jelas polisi, In Ho binggung mencoba menanyakan pada
Jae Woo
“Aku juga baru datang, jadi masih belum tahu ceritak lengkapnya. Sepertinya dia terlibat
perkelahian dan lawannya
terluka parah karena tertabrak
mobil.” Cerita Jae Woo
Yoo Jung dengan muka sangat marah langsung mencengkram
baju In Ha dan ingin menghajarnya. In Ha seperti orang gila menjerit dan
langsung berusaha kabur. In Ho menarik kakaknya bertanya apa sebenarnya yang
terjadi karena Yoo Jung sangat marah pada kakaknya. In Ha mengaku kalau itu
hanya sebuah kecelakaan dan itu bukan salahnya. Yoo Jung melotot tajam karena
In Ha tak mau mengakui kesalahanya.
“Ini semua karena kau. Jika kau tak jahat padaku, semua ini tak akan terjadi! Ini semua adalah salahmu!” teriak In Ha, Yoo Jung mengumpat dan ingin menyerang In
Ha, sang adik dan Jae Woo serta polisi mencoba menahanya.
“Jika sesuatu terjadi pada Hong Sul karena ulahmu itu... Aku tak akan memaafkanmu! Aku akan membunuhmu!” teriak Yoo Jung mengancam, In Ho terdiam mendengarnya
dan bertanya apa maksud ucapanya, Yoo Jung memilih untuk keluar dari kantor
polisi.
In Ho mengejar Yoo Jung sampai ke depan kantor polisi dan
Yoo Jung langsung menghempaskan tangan In Ho ketika menariknya. In Ho bertanya
apakah Hong Sul belum sadar juga.
“Seharusnya kau pergi saat aku menyuruhmu pergi.” Tegas Yoo Jung menyalahkan In Ho
“Di mana rumah sakitnya?” tanya In Ho
“Apa Kau masih berani untuk menemuinya sekarang?” teriak Yoo Jung sangat marah dan memilih masuk ke dalam
mobil. In Ho pun akhirnya berlari keluar dari kantor polisi.
In Ho berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan wajah
panik, didepan ruang operasi sudah ada orang tua Hong Sul dan Yoo Jung terlihat
tertunduk sedih. Hong Jun melihat In Ho datang, mengajaknya untuk menemui orang
tuanya. Yoo Jung dengan mata dingin melihat In Ho yang berjalan mendekati orang
tua Hong Sul.
Wajah Tuan Hong dan istrinya tertunduk dengan wajah
dingin, Ibu Hong Sul pun mengangkat wajahnya menatap In Ho yang berdiri
didepanya. In Ho membungkuk meminta maaf atas yang terjadi pada Hong Sul.
“Apa salah Hong Sul sebenarnya... hingga dia tega seperti ini?”
tanya Ibu Hong Sul, In Ho hanya bisa mengatakan meminta maaf dengan wajah
tertunduk.
“Tapi, pasti ada alasannya. Dia bukanlah anak yang suka berkelahi, jadi... Kenapa dia melakukan ini?” tanya Tuan Hong berdiri, In Ho kembali mengucapkan
permintaan maafnya. Yoo Jung menatap sinis In Ho seperti menyalahkan semua atas
tindakan kakaknya.
“Aku akan bertanggung jawab atas
semuanya.” Kata In Ho
“Tanggung jawab apa? Bagaimana kau bisa bertanggung jawab? Anakku masih belum sadar dan juga....” ucap Ibu Hong Sul tak bisa melanjutkan
ucapanya dan memilik pergi, tapi badannya terlalu lemas untuk berjalan.
Yoo Jung dan yang lainnya kembali memapah Ibu Hong Sul
agar tak jatuh, Akhirnya Yoo Jung menyuruh In Ho pulang saja, mereka pun pergi
ke ruang rawat Hong Sul. Hong Jun pun tak bisa berbuat apa-apa pamit untuk
mengikuti orang tuanya.
In Ho terlihat sangat sedih dengan Hong Sul atas ulah
kakaknya, ponselnya bergetar, wajahnya kembal berubah panik mengatakan akan
segara datang dan meminta supaya menahanya agar tak pergi.
Di kantor polisi
In Ho bertemu dengan Jae Woo bertanya tentang kakaknya.
Jae Woo mengaku tak bisa menghentikannya, karena orang-orang itu membawa
dokumen untuk
berhak untuk membawanya.
“Apa maksudmu... Siapa yang membawanya?” tanya In Ho
“Kepala Seksi Staf, Taerang Group, kalau tak salah namanya Choi Myung Hoon.” Kata Jae Woo memberikan kartu nama yang didapatnya.
In Ho langsung menghubunginya memberitahu kalau ia adalah
In Ho menanyakan keberadaan kakaknya.
Si pria dengan kepala yang sudah berubah, Myung Hoon
memberitahu In Ha sedang bersamanya sekarang. In Ho bertanya kenapa sang kakak harus bersama orang
itu. Myung Hon memberitahu kalau Sampai masalah ini selesai, mereka akan melindunginya.
In Ho mengumpat karena tak mungkin orang dari Taerang itu
akan melindungi kakaknya lalu bertanya keberadaanya. In Ha berteriak dibawa
oleh dua petugas, Myung Hon langsung menutup telpnya. Dua petugas terus menarik
In Ha yang terus memberontak. In ha bertanya pada Myung Hon kenapa mereka
melakukan ini padanya dan meminta untuk dilepaskanya.
Dua petugas terus menariknya, sampai depan pintu
tertulis [Bangsal Rumah Sakit Jiwa] Setelah In Ha masuk, Myung Hon menelp melaporkan sudah
melakukan apa yang diperintahaknya. Tuan Yoo yang menerima laporan membiarkan
untuk memberitahu In Ho karena jika dia datang, tak akan ada yang berubah dan minta supaya mengosokan jadwalnya esok.
In Ho masuk kerumah sakit jiwa, didepan meja receptionist
bertanya keberadaan kakaknya dengan wajah panik. Perawat melihat berkas lebih
dulu untuk memastikan In Ha itu nama pasien yang dirawat dirumah sakit, lalu
memberitahu In Ho tak bisa berkunjung jadi mempersilahkan untuk datang
lagi besok.
“Apa maksudmu? Kenapa kalian membawanya tanpa ijin? Aku adalah adiknya!” teriak In Ho, Perawat meminta supaya In Ho tenang.
“Keluarkan dia sebelum aku marah. Di mana dia?” teriak In Ho ingin memukul dengan kotak yang ada
ditanganya.
“Apa anda tidak ingin tenang? Atau anda ingin diseret keluar dari sini?” kata perawat dengan nada mengancam. In Ho pun berusaha
untuk tetap tenang.
In Ho sengaja menginap dirumah sakit sampai pagi haripun
datang, Akhirnya ia bertemu dengan In Ha diruang tunggu dengan menanyakan
keadaan kakaknya lebih dulu. In Ha masih tak percaya Tuan Yoo bisa melakukan
ini padanya.
“Aku selalu baik padanya. Bukannya membantuku, tapi dia malah mengirimku ke
sini?” ucap In Ha tak percaya
“Jadi Bukan Yoo Jung, tapi Ahjussi yang mengirimmu ke sini?” kata In Ho kaget
“Aku merasa hidup seperti di neraka karena melawan Yoo Jung Dan si Pak tua itu selalu meminta
bantuanku mengawasi
anaknya tapi dia malah menahanku?” kata In Ha
benar-benar geram
“Baek In Ha. Apa kau memberitahu Ahjussi semuanya?” tanya In Ho mulai panik
“Apa hanya aku? Kau juga melakukannya. Dulu waktu SMA, kau juga selalu menjawab pertanyaannya tentang Yoo Jung. Jadi, kenapa kau hanya
menunjukku? Kenapa
aku harus diperlakukan seperti
orang gila di sini? Orang
gila yang harus ada di
sini adalah Yoo Jung.” Teriak In Ha kesal
Ia lalu memegang tangan adiknya merasa akan menjadi gila
sungguhan apabila tinggal ditempat itu, jadi meminta In Ho untuk menemui Tuan
Yoo dan memohon padanya untuk mengeluarkan dari tempat itu. In Ho terlihat
kebinggungan karena memang semua salahnya, In Ha berteriak ingin pulang saja
dan berusaha untuk kabur, dua petugas langsung menahanya agar tak kabur dan
kembali memasukan keruangan rawat. Sang Adik sedih melihat kakaknya harus
terkurung dirumah sakit jiwa.
Didepan rumah sakit, In Ho menelp Sek Choi untuk
menanyakan keberadaan Tuan Yoo sekarang, karena ingin menemuinya. Sek Choi
memberitahu Ketua Yoo sedang sibuk jadi Akan sulit untuk menemuinya.
“Aku harus menemuinya sekarang! Atau kau mau kubakar rumahnya
itu?” teriak In Ho mengancam
“Jika kau bertindak kasar, Baek In Ha mungkin tak akan bisa
lolos. Tolong
berpikirlah sebelum bertindak.” Tegas Sek Choi, In Ho
pun tak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya bisa meluapkan amarahnya dengan
menendang dinding.
Nyonya Hong langsung mengucapkan terimakasih karena Tuan
Yoo datan kerumah sakit, Tuan Yoo merasa mereka tak perlu mengucapkan
terimakasih karena sudah seharusnya datang kerumah sakit, melihat keduanya pasti sangat menderita
sekarang.
“Jangan khawatir. Operasinya berjalan dengan lancar dan dia akan segera sadar. Aku memiliki banyak koneksi di rumah sakit ini, dan meminta mereka memberikan perawatan yang terbaik. Jadi, kalian tak perlu jangan khawatir lagi.” Ucap Tuan Yoo, Nyonya Hong kembali mengucapkan
terimakasih sambil membungkuk
“Ini bukan sesuatu hal yang besar,
Aku juga sudah menyiapkan ruangan agar keluarga kalian bisa
istirahat. Dia akan
dipindahkan ke sana juga, kalian
bisa istirahat sekarang. Dan
jangan khawatir tentang biaya
rumah sakitnya. Aku yang
akan mengurusnya.” Kata Tuan Yoo, Tuan Hong
binggung bertanya kenapa Tuan Yoo harus melakukanya.
“Dia adalah teman anakku, tentu saja harus aku bantu. Tolong
terimalah bantuanku ini.” kata Tuan Yoo, diujung
lorong Yoo Jung sudah menatap dingin ayahnya yang berbicara dengan orang tua
Hong Sul. Sang ayah pun menyadari kedatangan anaknya.
Di lorong rumah sakit lainya.
Yoo Jung bertanya bagaimana ayahnya bisa tahu tentang hal
ini, Tuan Yoo menceritakan In Ha meneleponnya dari kantor polisi dan Direktur Han sudah mengurusnya. Yoo Jung kaget direktur Han itu orang yang pernah bekerja dengan Dr. Baek.
“Jadi, ayah mengirimnya ke rumah sakit jiwa?” tanya Yoo Jung kaget
“Lihat saja sikapnya itu. Tak mungkin orang yang normal bersikap seperti dia. Direktur Han bilang, sikapnya itu adalah gejala megalomania serta gangguan amarah impulsif. Dia pasti bisa sembuh di sana.” Jelas Tuan Yoo
“Jadi, ayah membuatnya seperti seorang pasien sakit
jiwa? Hingga
dia tak akan bertanggung
jawab atas kesalahannya? Aku
tidak setuju.” Kata Yoo Jung marah
“Tidak apa jika kau tidak setuju. Bayangkan jika dia masuk
pengadilan. Apa kau
bisa menjamin bahwa dia tak
akan menyebut nama Taerang di sana? Dan
jika itu terjadi, perusahaan
kita akan goyah. Lalu bukan
hanya aku yang kesulitan
tapi kau juga. Kenapa
kau masih belum mengerti juga?” kata Tuan Yoo pada sang anak dengan nada tinggi
“Kenapa ayah tak kasihan sama sekali pada Hong Sul?”
ucap Yoo Jung dengan mata berkaca-kaca
“Aku memang kasihan padanya tapi dia sudah keluar dari zona kritisnya. Jika kondisinya memburuk, hal itu pasti berdampak pada kita
juga. Syukurlah
dia baik-baik saja.” Kata Tuan Yoo terlihat
sangat santai
“Bahkan jika dia sadar nanti, dia mungkin tak akan hidup
normal. Karena
kecelakaan ini, dia
mungkin akan mengalami cacat.” Ucap Yoo Jung
“Aku masih bisa memberikan ganti rugi atas cacatnya itu. Jika dia menginginkan hal lain selain biaya rumah
sakit, maka aku akan memberikannya uang sebagai penyelesaian. Orang tuanya pasti akan setuju dengan kompensasi itu. Kau
harus memastikan masalah ini
tidak sampai ke pengadilan.” Kata Tuan Yoo lalu
berjalan meninggalkan Yoo Jung yang melotot kaget mendengar ucapan ayahnya.
“Apa aku harus turun tangan
langsung begini
untuk mengurus mainanmu itu? Kenapa
kau selalu saja mengalami
kejadian seperti ini? Jangan
memulai sesuatu jika kau
tak dapat menyelesaikannya! Kupikir,
masalah In Ho adalah
masalah yang terakhir, Tapi sekali lagi kau mengulanginya.” Teriak Tuan Yoo
“Sejak awal, sebenarnya kau tak perlu berpacaran dengannya. Dia juga pasti tak akan menderita begini jika bukan karena kau! Karena itulah kau harus menuruti semua yang kukatakan.” Tegas Tuan Yoo yang menyalakan anaknya, Yoo Jung menatap
ayahnya yang menyalahkanya.
Yoo Jung menatap In Ha yang masih terbaring dengan
oksigen yang menutup wajahnya.
“Semakin aku
mengenalnya, bukannya aku takut...tapi dia malah membuat hatiku berdebar dan juga sakit.”
Teringat kembali saat Hong Sul memberikan hadiah sebuah
jam tangan dan menerima pelukan dari Yoo Jung. Lalu setelah berkelahi dengan In
Ho, mengobatinya didalam restoran. Saat Yoo Jung terluka mengirimkan pesan agar
Hong Sul datang dan langsung memeluknya setelah melihat Hong Sul datang.
“Aku tak ingin pergi
dari sisinya.”
Yoo Jung menatap Hong Sul sambil bergumam “Awalnya, aku juga tidak tahu... Bahwa aku bisa
merasakan perasaan suka pada seseorang Dan bagaimana
menyusahkannya perasaan itu Dan juga bagaimana menakutkannya perasaan itu”
Ia mengingat senyuman Hong Sul yang berlari kearahnya,
lalu saat membantu Hong Sul mengerjakan tugas Prof Kang di ruang print dengan
sengaja berdiri dibelakangnya membuat Hong Sul terlihat gugup. Lalu mengajak
foto bersama saat foto kelulusan. Dan memberikan ciuman keduanya setelah ciuman
pertama mereka ditaman. Setelah itu wajahnya terkejut melihat Hong Sul yang
pulang dengan In Ho padahal ia sudah menunggu didepan rumahnya.
Yoo Jung terus menatap In Ho yang belum sadarkan diri
“Aku hanya ingin selalu
bersamamu. Karena semua yang aku butuhkan adalah kau yang ada di sisiku. Aku tak bisa
mengerti... Kenapa orang menatapku dengan tatapan itu? Atau kenapa orang
bisa membenciku? Tapi, sekarang aku sudah mengerti.”
Ia mengingat kembali saat tatapan In Ha yang sangat marah
di seret keluar dari ruangan pesta, lalu In Ho dengan memegang tanganya ketika
dipukul dengan stick baseball. Yoo Jung menyadarkan tubuhnya dikursi tanpa
sedetik pun memalingkan tatapan pada Hong Sul.
Flash Back
Yoo Jung dengan tatapan dinginya megang wajah Joo Yun
memperingatinya “Jangan pernah menemuiku lagi.” Lalu Do Hyun yang mau melakukan sesuatu pada Hong Sul
dan ia mengatakan “Kau ini sangat menjijikkan Dan rasanya aku mau
muntah melihatmu.”
Ketika bertemu dengan Yoon Seob dan Joo Yong kembali
mengatakan dengan nada sinis “Orang-orang yang menyedihkan. Yang satunya adalah
pencuri credit card Dan yang satunya lagi adalah pencuri pakaian dalam. Apa orang tua
kalian tahu kehidupan kalian ini?”
Min Soo yang meniru gaya Hong Sul, membuat Yoo Jung
kembali mengucapkan kata sinidiran dengan memegang rambut Min Soo dengan wajah
ketakutan “Bagaimanapun caramu
untuk menirunya, kau tak akan sama dengannya. Kau pasti sudah menyadarinya, 'kan?”
Terakhir kali kemarahanya memuncak saat Sang Chul
berteriak di kantornya dan membuat semua orang tahu kalau ia adalah pewaris
Taerang Grup. “Beraninya kau
datang ke sini? Kau pikir ini di mana hingga bisa bertingkah seperti ini?” Ucap Yoo
Jung sambil mendorong Sang Chul di dinding
Ia datang menemui In Ho mengatakan akan membayarnya tapi
memberikan syarat agar menjauhi Hong Sul. In Ho mencengkram baju Yoo Jung dengan mata
berkaca-kaca karena marah.
“Akulah yang selalu menginjak-injak hati mereka. Dan juga perasaan
mereka. Kenapa aku tidak menyadarinya?” gumam Yoo Jung dengan air matanya mengalir di pipinya.
Terakhir ucapan ayahnya “Jika kondisinya memburuk, hal itu pasti berdampak pada kita juga. Dan jika itu terjadi, perusahaan kita akan
goyah.” Lalu ia
memberitahu kalau Hong Sul sadar nanti mungkin
tak akan hidup normal.Karena kecelakaan ini, akan mengalami cacat. Dengan muadah sang ayah mengatakan “Aku masih bisa memberikan ganti rugi atas
cacatnya itu. Jika dia menginginkan hal lain selain biaya rumah sakit, Maka aku akan memberikannya uang sebagai
penyelesaian. Orang tuanya pasti akan setuju dengan
kompensasi itu.”
“Perasaan yang
terinjak-injak pasti sangat menyakitkan? Kau tak boleh sampai menyerah” gumam Yoo
Jung menangis sambil memegang erat tangan Hong Sul
Mata Hong Sul terbuka, hanya dengan sorot matanya
membuatnya bicara dengan menatap Yoo Jung “Tak usah mengatakan apa-apa. Aku sudah tahu apa
yang terjadi dan apa alasanmu melakukannya. Dan aku sangat mengerti dengan perasaanmu
yang sekarang.”
Yoo Jung menangis membalas ucapan Hong Sul dengan
bergumam “Jika kau terus
berada di sisiku, kau mungkin akan terluka lagi.” Hong Sul membalas “Jangan salahkan dirimu. Dan Aku tak akan pernah
pergi.” Yoo Jung menatap tangan yang terus
mengenggam tangan Hong Sul “Tapi, apa kau akan baik-baik saja? Apa kau akan baik-baik saja jika aku terus
menggenggam tangan ini?” Hong Sul
kembali menutup matanya dan kembali tertidur, Yoo Jung terus menatap tangannya
yang mengenggam tangan Hong Sul sambil menangis.
Hong Sul membuka matanya dengan samar-samar terlihat
ayah, ibu dan adiknya. Ibunya terlihat bahagia melihat anaknya sudah sadar dan
menanyakan keadaanya, dan bertanya apakah masih bisa mengenalinya. Hong Sul
yang tak mengunakan masker oksigen menjawab dengan mengangguk.
Adiknya memberitahu kakaknya akan memanggil Yoo Jung yang
menunggunya diluar. Hong Sul kembali mengangguk agar Yoo Jung bisa melihatnya. Sang
Ibu berterimakasih pada anaknya yang sudah bertahan sambil mengelus rambutnya.
Hong Sul keluar kamar, wajahnya binggung karena Yoo Jung sudah menghilang.
In Ha diberikan makanan oleh perawat, dengan cepat
langsung melemparnya ke lantai. Perawat pun datang kembali sambil membersihkan,
memberitahu kalau In Ha akan makin sakit apabila tak makan. Lalu menasehatinya
untuk minum obat kalau memang mau keluar dari rumah sakit. In Ha menutup
matanya seperti tak ingin mendengarka ocehan perawat.
“Adikmu datang lagi. Dia belum pernah pulang dan terus menunggu di sini. Apa Kau tak ingin menemuinya?” ucap perawat, In Ha hanya diam, perawat yang kesal pun
memilih untuk keluar dari kamar.
In Ho menemui perawat yang baru keluar bertanya apakah
kakaknya sudah makan. Perawat memberitah In Ha melemparkannya
lagi, hanya meminum vitamin dan juga tak mau minum air putih,
bahkan saat akan memasang infus In ha malah melepaskanya. In Ho terlihat sedih
bertanya apa yang akan terjadi dengan keadaan kakaknya.
Perawat memberitahu kalau keadaan seperti ini terus maka akan memaasangkan
baju pengikat Karena
kesehatan pasien adalah prioritas mereka. In
Ho pun akhirnya meminta tolong pada perawat dengan wajah melas.
Di depan kamar ruang rawat, perawat memohon agar In Ho
hanya sebentar saja. In Ho mengerti sambil membungkuk mengucapkan terimakasih.
Ketika akan masuk pintu terkunci, In Ha duduk dengan tertunduk diam didalam
kamar. In Ho pun memberitahu kalau ia datang, In Ha hanya melirik sinis.
“Hei... bodoh... Kenapa sikapmu masih tak berubah setelah kau melakukan kesalahan
begini? Kau mau
keluar dari sini, 'kan? Jika
kau begini terus, kau akan tinggal
selamanya di sini.” Ucap In Ho sambil
mengoyangkan pintu agar In Ha mau membuka pintu.
“Kau... tidak akan sendirian. Jadi, tolong jangan bersikap seperti orang yang sudah mau mati
saja. Aku
membutuhkanmu, In Ha. Jadi, aku
mohon, makanlah. Aku
akan terus menunggumu di luar.” Kata In Ho, In Ha
menangis dan buru-buru menghapus air matanya.
Jae Woo datang membawakan dua gelas kopi untuk In Ho yang
terus menunggu kakaknya. In Ho pun mengucapkan terimakasih, Jae Woo membahas In
Ha yang masih belum mau bertemu dengan siapapun. In Ho mengangguk
membenarkanya.
“Eun Taek bilang Hong Sul sudah sadar.” Kata Jae Woo, In Ho pun mengucap syukur.
“Apa Kau tak mau menjenguknya?” tanya Jae Woo, In Ho menerawang ke arah depan mengatakan
kalau itu tak mungkin setelah yang dilakukan kakaknya pada Hong Sul.
Hong Sul duduk sendirian diruang rawat, Bo Ra dan Eun
Taek datang dengan wajah bahagia, Bo Ra bertanya kenapa Hong Sul sendirian
dikamar. Hong Sul memberitahu orang tuanya sedang menjaga restoran, jadi Hong
Jun dan Ah Young yang menjaganya. Bo Ra terlihat khawatir melihat keadaan
temanya.
Ah Young dan Hong Jun datang membawakan sepiring
strawberry yang besar-besar. Bo Ra pun bertanya apakah Hong Sul sudah tahu
keberadaan Yoo Jung sekarang. Hong Sul mengeleng, Eun Taek tahu Yoo Jung itu
belum datang setelah tahu Hong Sul sudah sadar.
Hong Jun merasa aneh karena selama Hong Sul tak sadarkan
diri Yoo Jung selalu menemani kakaknya. Ah Young bertanya-tanya kenapa Yoo Jung
belum juga datang padahal Hong Sul sudah sadar. Bo Ra menenangkan kalau mungkin
Yoo Jung sedang sibuk dengan laporan kecelakaan. Ah Young pikir seharusnya Yoo Jung bisa menelpnya, Hong Jun
setuju dan menceritakan Orang tuanya yang merasa kecewa pada sikap Yoo Jung sekarang.
“Mungkin saja dia merasa bersalah. Bukannya yang mendorongnya adalah teman masa kecilnya itu?” pikir Eun Taek, Bo Ra menyenggol pacarnya agar tak
membahas In Ha.
Jae Woo tiba-tiba datang menjenguk, Bo Ra binggung karena
seniornya datang. Jae Woo mengaku sangat khawatir dan meminta agar membiarkan
mereka untuk bicara berdua saja. Semua pun keluar dari ruangan untuk menunggu
diluar.
Didepan pintu, Bo Ra bertanya-tanya untuk apa Jae Woo
datang menjenguk, Eun Taek pikir keduanya itu memiliki hubungan dekat. Bo Ra
mengeleng, lagi pula kenapa Jae Woo hanya ingin bicara berdua saja dengan Hong
Sul.
Jae Woo menanyakan keadaan Hong Sul lebih dulu, didepan
pintu terlihat Bo Ra dan Eun Taek yang penasaran dengan pembicaran Jae Woo dan
Hong Sul. Jae Woo pikir tak seharusnya mengatakan
ini karena Hong Sul yang
terluka,
“tapi, kondisi In Ha sekarang sedang tidak baik. Dia tak mau makan dan juga tak mau menemui adiknya. Aku takut, dia mungkin akan gila sungguhan jika begitu terus. In Ho memberitahuku bahwa ayah Yoo Jung yang mengirimnya ke
sana. Tapi, aku
tak bisa menemuinya. Jadi,
...... apa kau bias membujuk Yoo Jung?” kata Jae Woo, Hong Sul menatap Jae Woo ternyata datang
untuk meminta membujuk Yoo Jung.
“Oh, maafkan aku. Kondisimu saja belum pulih dan aku malah ke sini untuk meminta bantuanmu. Semoga cepat sembuh.”kata Jae Woo lalu pamit pergi. Hong Sul mengangguk.
Yoo Jung duduk sendirian didalam rumahnya, ponselnya
terus bergetar, sampai pagi menjelang Yoo Jung tetap duduk disofanya. Ada
beberapa miss call dan pesan yang masuk dari ayahnya “Sudah hampir seminggu kau tak mengangkat
teleponku. Tolong angkat teleponku.”
Mata Yoo Jung menatap cincin yang dipasangkan di jari
manisnya, teringat pesan Hong Sul setelah memakaikanya. “Jangan pernah melepas cincin ini. Dan juga jangan sampai hilang.” Yoo Jung
melepaskan cincinya dan menatapnya lalu mengenggamnya dengan wajah sedih.
Hong Sul akhirnya bisa pulang kerumah dengan mengunakan
mobil, Hong Jun semakin perhatian sampai mau membawakan tas kakaknya. Keempat
terdiam melihat In Ho yang sudah menunggu didepan rumah. In Ho tertunduk
seperti masih ada rasa bersalah.
Tuan Hong mendekati Hong Sul, In Ho dengan gugup
mengetahui In Ha yang keluar dari rumah sakit hari ini, dan menyadari pemintaan
maafnya itu tak berarti tapi dengan hati yang tulus tetap memohon maaf atas
semuanya. Tuan Hong yakin In Ho juga sangat menderita sekarang, lalu masuk ke dalam rumah. Hong Sul melihat In Ho hanya
tertunduk. Hong Jun dan ibunya pun ikut masuk ke dalam rumah.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar