Seung Chan sampai ke bandara dengan mengunakan taksi,
lalu pergi ke counter penerbangan untuk mengambil tiket yang sudah direservasi.
Petugas pun menanyakan nama dari penumpang. Beberapa saat kemudian Seung Chan
sudah berjalan dengan memegang selembar kertas dan melihat nama jalan
didepanya.
Prof Bae duduk dalam rumah sendirian, mendengarkan musik
classic untuk menenangkan diri tapi tetap saja kepala merasa sakit karena semua
kejadian yang tak diinginkanya terjadi. Terdengar bunyi bel rumahnya dan Seung
Chan berteriak dari depan pintu, mengatakan sengaja datang ingin berlibur dan
meminta dibukakan pintu. Prof Bae kaget dan berjalan mundur menjauhi pintu.
“Hei, aku butuh waktu satu jam
untuk sampai ke sini! Kau
benar-benar akan melakukan ini? Pro Bae ...
Aku kedinginan. Kau
akan meninggalkanku seperti ini? Tolong
bukakan pintunya! Tolong!!!” jerit Seung Chan didepan
pintu, Prof Bae tetap diam
“Baiklah. Kalau begitu aku harus
tidur di depan pintu.” Kata Seung Chan
berpura-pura ingin mencari kantung tidur dalam tasnya lalu berteriak udara sangat
dingin dan tidak akan sanggup hanya dengan
kantong tidur bahkan turun hujan sambil
terbatuk-batuk.
Prof Bae malah berjalan mundur menjauh dari pintu, tapi
akhirnya membuka pintu rumahnya. Seung Chan dengan senyuman bahagia masuk ke
dalam rumah lalu mengaku didalam rumah sangat hangat. Dan memberikan hadiah
dari dalam tasnya, semangkuk ramen instant dan juga kimbap. Prof Bae
menerimanya tapi wajahnya terlihat kaku untuk tersenyum. Tapi Seung Chan seakan
tak ada yang terjadi bisa tersenyum dengan lebar.
Hye Rim mengantar Tuan Kim ke dalam kamar Yun Woo,
terlihat Yun Woo yang sedang tidur, ia berpesan agar Tuan Kim mengatakan
kepadanya perasaan
yang sesungguhnya dengan nyaman. Tuan Kim
berjalan mendekati anaknya yang sedang tertidur.
“Yun
Woo. Itu semua salahku. Aku
tahu kalau aku bertanggung jawab untuk kematian
ibu, saudara, dan bibimu. Tapi
aku merasa akan hancur jika mengakui itu. Aku merasa seperti tidak bisa
hidup lagi jika mengakui itu. Karena
itulah aku sangat keras kepala. Bahkan
kau membuat keributan tentang penikahan yang membuatku
sangat menentangnya. Maafkan aku, Yun Woo.” cerita Tuan Kim
“Aku begitu kesepian... jadi aku ingin terus setidaknya
bersandar padamu. Tapi
tidak apa-apa jika kau menikah sekarang dan meninggalkanku. Jadi tolong, bangun, Yun Woo!” kata Tuan Kim sambil menangis, Hye Rim menahan rasa
sedihnya melihat Tuan Kim yang menangis didepan anaknya.
Yun Woo terbangun memanggil ayahnya, Tuan Kim kaget Yun
Woo bisa mengenalinya. Yun Woo mengaku bisa mendengarnya dari jauh, lalu
berusaha duduk diatas tempat tidurnya. Tuan Kim sangat khawatir melihat anaknya
terlihat masih pucat.
“Tapi Ayah, kenapa kau menangis?” ucap Yun Woo, Tuan Kim menyangkalnya tapi kembali
menangis. Yun Woo tahu ayahnya itu menangis lalu memberikan tissue untuk
menghapus air matanya.
“Ayah, kenapa kau menjadi begitu
lemah? Kenapa
kau menjadi sangat tua?” kata Yun Woo melihat
ayahnya menghapus air matanya walaupun masih saja menangis. Tuan Kim menyangkal
kalau ia bukan orang yang sudah tua tapi masih
energik. Yun Woo tahu ayahnya itu kesepian.
“Yun
Woo. Kau boleh menikah sekarang dan Kau
harus pergi keluar dan hidup di dunia nyata.” Kata Tuan
Kim membiarkan anaknya.
“Apa yang akan kau lakukan jika
aku juga pergi?” ucap Yun Woo, Tuan Kim
hanya meminta Yun Wooharus sering mengunjunginya.
Yun Woo pun meminta maaf karena merasa menyesal harus
memutuskan untuk meninggalkan ayahnya, sambil menangis memeluk sang ayah. Hye
Rim tak bisa menahan rasa sedihnya melihat Tuan Kim dan Yun Woo saling
berpelukan dan menangis bersama-sama.
Seung Chan tersenyum bahagia karena mendapatkan makanan
sambil mengucapkan terimakasih karena makanan sangat enak. Prof Bae mengatakan sudah
menyiapkan tempat untuk Seung Chan tidur
jadi menyuruhnya untuk beristirahatlah.
Seung Chan tak percaya Prof Bae sudah
mempersiapkannya, padahal ia sudah membawa
kartu agar bisa
bermain dengannya, dan bertanya apakah Nyonya Bae bisa bermain
Go-Stop, Prof Bae mengaku sudah
pernah bermain sebelumnya. Seung Chan pun mengajak
Prof bae untuk belajar sambil bermain.
“Bagaimana kalau 100 per-titik?” kata Seung Chan, Prof Bae tak mengerti maksudnya.
“Itu berarti bahwa kau harus
membayar 100 won per-titik. Tunggu sebentar, tidak. Kau kaya, jadi
seharusnya kita melakukan 1000 per-titik!” kata
Seung Chan dengan senyuman lebar.
Seung Chan mulai bermain dengan bahagia dan berhasil
mengambil satu kartu milik Prof Bae dan menghitung kartu miliknya. Prof Bae
terlihat gugup mengeluarkan kartunya, dan ingin membuka pada tumpukan kartu.
Seung Chan menahanya, bertanya Prof Bae yang ingin menyamakan kartu yang ada
dibagian bawah, lalu memberitahu warnanya
kartu Prof Bae berbeda kalau gambar semua
hitam, dan tapi yang harus disamakan adalah
hitam dan merah.
Prof Bae meminta maaf dan ingin mengambil kartunya, Seung
Chan menghalanginya, karena Tidak boleh mundur jadi meminta Prof Bae membalik
kartunya. Seung Chan bahagia karena mendapatkan
giliran lalu kembali melihat kartunya yang sudah dikumpulkanya karena akan membiarkan
Prof Bae lolos di babak pertama jadi menghentikan permaiannya dan dengan menghitung memiliki
11 poin, totalnya 11.000 Won dan menadahkan tanganya meminta Prof Bae memberikaan
uang. Prof Bae mengaku sudah mengerti cara bermainnya sekarang jadi meminta mereka bermain lagi.
Prof Bae dengan cepat membuat Godori, Hongdan, dan Chungdan, serta Sseul. Seung Chan tertunduk binggung melihat Prof Bae bisa
dengan cepat mempelajari permainan Go Stop. Prof Bae dengan cepat menghitung
kartunya. 5-Gwang,
15 poin. Hongdan, Chungdan, Chodan.
Masing-masing 3 poin. Lalu kartu Godori.
Muktungguri. Dua kali lipat, jadi itu 138 poin dan Gwangbak.
Pibak. 552 poin.
Seung Chan hanya bisa minum tehnya karena kalah dari
pemainan, Prof Bae mengatakan jumalh poinya 818 poin tapi diatasnya ada Five-Go berati dikalikan dengan lima jadi totalnya 4.940 poin, dengan mengulurkan tanganya supaya Seung Chan
memberikan 4.940.000 won. Seung Chan
meminta diskon, Prof Bae setuju meminta Seung Cah membuatkan secangkir
teh jadi ia akan meminta bayaran 40 ribu won saja.
Seung Chan pun memberikan secangkir teh sebagai bayaran
kekalahanya, ketika akan memberikanya, Prof Bae sudah tertidur diatas sofa.
Seung Chan membiarkan dan menatap Prof Bae terkena sakit kanker dan
menyukainya.
Nyonya Seo kembali datang ke klinik, Soo Hyun masuk ke
dalam ruangan menceritaakn biasanya tidak bertemu orang-orang
di luar jam kantornya tapi karena melihat
Nyonya Seo tampak terburu-buru, jadi memutuskan untuk menemuinya, dan bertanya apa masalahnya. Nyonya Seo memberikan
syal diatas meja.
“Kenapa kau memberikan ini padaku? Kau mengatakan bahwa kau akan
memberikannya kepada anakmu. Jadi
kenapa...” kata Soo Hyun terdiam lalu teringat
saat bertemu direstoran
Nyonya Seo mengatakan ingin
membelikan anaknya hadiah. Soo Hyun melotot mengingat kembali saat Nyonya Seo
bertanya apa dompet cocok untuk hadiah. Soo Hyun mengatakan tak yakin karena
tak tahu kesukaan anaknya. Dan Nyonya Seo mengatakan “Jika itu
adalah sesuatu yang kau pilih, aku yakin anakku akan sangat menyukainya!” Soo Hyun terus melotot melihat Nyonya Seo didepanya dan
memegang syal diatas meja.
“Maaf, Soo Hyun. Ini aku, ibumu...” ucap Nyonya Seo, air mata Soo Hyun tergenang,
bibirnya bergetar mendengarnya.
“Aku kebetulan melihat sebuah
artikel yang menampilakan dirimu Dan
aku sangat merindukanmu karena itu aku datang ke sini. Tapi aku tidak punya hak atau
keberanian untuk memberitahumu, jadi... aku berpura-pura membutuhkan
konsultasi. Aku tidak
akan memintamu untuk memaafkanku. Saat
itu, aku benar-benar ingin membawamu bersamaku Tapi aku kehilangan hak asuhmu.” Cerita Nyonya Seo denga menahan air matanya.
“Jadi kau mengatakan... um...
Maafkan aku, nyonya. Aku
benar-benar tidak mengerti.” Kata Soo Hyun sedikit
tertawa menutupi rasa terkejutnya, terlihat air matanya yang hampir tumpah.
“Tapi tetap saja, aku senang..... Aku sangat senang bisa
berkonsultasi denganmu dan aku sangat senang melihatmu
makan, serta berbelanja denganmu juga sangat.... “ cerita Nyonya Seo sambil menangis haru
“Jadi... kau mengatakan bahwa kau
melakukan semua ini dengan menyadari
bahwa aku anakmu?” ucap Soo Hyun
“Maaf jika aku membuatmu marah.
Tapi aku, ibumu...” kata Nyonya Seo, Soo
Hyun langsung berdiri mengaku sibuk. Nyonya Seo berteriak memanggilnya, Soo
Hyun terlihat shock tetap keluar dari ruanganya.
Soo Hyun keluar ruangan memakai jaket dan membawa tasnya,
dengan tatapan kosong berjalan dilorong. Ji Ho sedang lewat bertanya apa yang
terjadi, Soo Hyun dengan gugup
mengatakan akan pergi sekarang, lau bertanya apakah Ji Ho tahu sertifikat
hubungan kekeluargaannya. Ji Ho mengangguk. Soo
Hyun akan memberikan surat kuasa jadi meminta untuk mengambilkanya serta
biodata Nyonya Seo Yun Hui di ruanganya. Ji Ho binggung melihat Soo Hyun yang
tiba-tiba meninggalkan kantor.
Ji Ho membawakan berkas yang diminta Soo Hyun kerumah,
dan bertanya apakah ini hanya kebetulan belaka. Soo Hyun menyuruh Ji Ho pergi
saja, akhirnya Ji Ho pergi dari ruangan kerja Soo Hyun.
Didepan Soo Hyun sudah ada [Sertifikat
Hubungan Keluarga] dengan nama ayah Choi
Jung Hong dan ibu Seo Yun Hui lalu membandinkan dengan biodata Pasienya [Nama Pasien: Seo Yun Hui] dan namanya memang sama.
Soo Hyun memondar mandir didalam ruangan sambil bergumam “Aku harus bertindak
dewasa tentang hal ini. Aku sedang terguncang karena
hal ini sekarang. Aku harus kembalikan diriku kembali seperti biasa. Mari
bertemu dengan Ibu Seo Yeon Hui sekali lagi dengan cara yang
lebih tenang. Jadilah dewasa dan Jadilah
dirimu yang biasanya.”
Ia melihat nomor ponsel ibunya dalam biodata, pintunya
terketuk. Clare masuk ke dalam ruanganya. Soo Hyun bertanya kenapa Clare
datang, Clare binggung karena Soo Hyun menanyakan hal itu. Soo Hyun ingat merkea seharusnya
memeriksa bahan-bahan hari ini.
Lalu mengajak Clare duduk disofa sambil bertanya apakah
ia membawa semua bahan yang terkait dengan korban. Clare pun memberikan amplop
coklat yang dibawanya. Soo Hyun melihatnya dengan wajah serius. Clare terus
menatapnya dan memanggilnya, Soo Hyun hanya mengangguk tapi pandangannya terus
tertuju pada berkas.
“Menurutmu kenapa aku datang?” kata Clare, Soo Hyun langsung menatap Clare dengan
wajah melonggo
“Aku datang bukan hanya untuk
menemuimu karena pekerjaan Aku
ingin kita mencoba bersama lagi.” Akui
Clare, Soo Hyun melonggo mendengar kejujuran Clare tujuanya datang.
Keduanya keluar dari ruangan, wajah Clare berbeda saat
keluar ruangan lalu menatap Soo Hyun sebelum pergi. Soo Hyun mengucapkan
selamat tinggal dan mengatakan tak akan mengantarnya sampai keluar. Clare
tersenyum tapi ada raut wajah kesedihan. Soo Hyun bisa mengerti dengan memegang
tangan Clare seperti ingin memberikan kekuatan, Clare bisa tersenyum lalu Soo
Hyun melepaskanya. Clare pun berjalan meninggalkan klinik dan Soo Hyun kembali
ke ruangan.
Hye Rim baru datang ke cafe dan melihat Clare ada
dicafenya sedang membaca buku, dengan mata sinisnya bergumam “Ada apa dengan
wanita itu? Jika dia sudah selesai dengan pekerjaan,
seharusnya dia cepat pergi! Kenapa dia
berlama-lama di sini? Apakah dia tidak tahu hubungan antara aku dan
tuan Soo Hyun atau dia mengabaikannya meskipun dia tahu?”
Akhirnya Hye Rim berjalan mendekati Clare bertanya apakah
ia sudah selesai mengurus semuanya. Clare mengangguk tapi memiliki sedikit
waktu sebelum jadwal berikutnya dan memuji Kopi buatanya cukup lezat. Hye Rim pun mengucapkan terimakasih.
“Tapi...kau tahu apa itu
"peramal", kan?” kata Hye Rim
“Seorang yang bisa membaca pikiran orang atau
sesuatu seperti itu, kan?” ucap Clare
“Iya. Itu pekerjaanku. Apa kau ingin aku meramal keberuntunganmu?” kata Hye Rim menawarkan diri.
Hye Rim membuka kipasnya kembali mengunakan bahasa
Prancisnya, “Apa hubunganmu
dengan Choi Soo Hyun? Apa kalian pernah menjadi kekasih?” Clare tersenyum mendengarnya. Hye Rim menutup kipasnya
dan memuji kulit Clare yang sangat cantik, sebelum membicarakan ramalanya.
Clare lebih dulu menyela omonganya.
“Kau benar... Soo Hyun dan aku pernah
berkencan.” Akui Clare, Hye Rim kaget Clare bisa
menjawabnya.
“Kau yang bertanya kepadaku dalam
bahasa Prancis. "Apa
hubunganmu dengan Choi Soo Hyun? "” kata Clare
yang bisa mengerti bahasa Prancis
“Bukan aku yang bertanya. Itu
Marie Antoinette. Tapi, kau benar-benar pernah berkencan
dengannya?” tanya Hye Rim makin penasaran
“Apa Seung Chan baik-baik saja akhir-akhir ini? Kudengar dia bekerja di sini,
tapi aku tidak melihatnya di sekitar sini.” Kata Clare
mencoba menganti topik, Hye Rim kaget karena Clare mengenal Seung Chan juga.
Seung Chan menerima telp dari Hye Rim yang menanyakan
tentang Clare, lalu mengatakan mengenalnya dan tak percaya Clare datang
ke Korea. Hye Rim menceritakan Clare sudah
berada di sini beberapa waktu dan menanyakan keberan apakah ia pernah berkencan
dengan kakaknya. Seung Chan kaget karena Hye
Rim bisa mengetahui hal itu.
Yoo Rim tak percaya ternyata kakaknya itu bukancinta
pertamanya Soo Hyun. Hye Rim merasa sudah tahu
karena Soo Hyun mengaku tidak pernah mencintai siapa pun tapi menurutnya Pria itu memang pembohong besar.
“Kalau begitu, itu berarti mereka
berdua bisa kembali menjadi
kekasih jika semua berjalan dengan baik!” kata Yoo
Rim, Hye Rim menatap tajam lurus kedepan memikirkanya.
“Jika aku hanya membersihkan jalan
untuk mereka berdua, memang
bisa menjadi seperti itu.” Ucap Hye Rim
“Kau tidak boleh melakukannya!
Bagaimana bisa kau tahan melihatnya?” kata Yoo
Rim tak setuju
“Aku tahu... Aku bahkan belum melakukan balas
dendam karena
dia melakukan eksperimen kepadaku.” Teriak Hye
Rim penuh amarah.
Hye Rim melihat kacamata yang diberikan Soo Hyun saat memberikan mobil, mengingatnya
membuatnya sangat kesal dan akhirnya mematahkan menjadi dua.
Soo Hyun kembali membuat laporan eksperimentnya “Tahap kedua dari
eksperimen sekarang telah dihapus. Itu bukan kegagalan tapi Itu karena subjek
tahu tentang eksperimen sehingga tidak gagal, tapi dibatalkan.”
“Terlebih lagi,
subjek merangsang otakku, membuatnya memproduksi dopamine, dan membuat hatiku berdegup kencang. Apa yang bisa aku
lakukan sehingga subjek, yang aku cintai...”
Nama Hye Rim masih tertulis [Subjek Tes] di ponsel Soo Hyun, dengan sedikit gugup Soo Hyun
mengangat telp Hye Rim
“Soo Hyun. Setelah aku memikirkannya, kurasa
aku terlalu memojokanmu. kau
masih mencintaiku, kan?” kata Hye Rim, Soo Hyun
mengatakan tentu saja masih mencintainya.
“Kalau begitu temui aku di depan
kafe jam 12:00 siang besok. Mari
kita pergi kencan saat jam kerja untuk pertama kalinya.”ajak Hye Rim. Soo Hyun bisa sedikit tersenyum dan akan
bertemu esok.
Hye Rim mulai memoles dirinya dengan lipstik sambil
berkata dirinya akan membayangkan seperti Clare sekarang, menurutnya dandannya sudah lebih
dari cukup serta tak lupa menyemprotkan parfum. Soo
Hyun akan masuk ke mobil dan seperti biasa akan menyetir, Hye Rim menyuruh Soo
Hyun masuk kedalam saja.
Soo Hyun tetap ingin mengemudikan mobilnya, Hye Rim
menariknya karena merasa bersalah telah
berprasangka sebelumnya jadi ia akan
memperlakukannya dengan
baik hari ini dan mendorongnya masuk untuk duduk
disampingnya saja.
Hye Rim mengajak Soo Hyun pergi ke toko buku, Soo Hyun
terus menatap Hye Rim yang sibuk memilih-milih buku. Hye Rim melihat Soo Hyun
yang memandangnya dan bertanya kenapa memandanginya. Soo Hyun mengaku hanya tidak
percaya bahwa Hye Rim ada di
sisinya.
“Tapi, mengapa kau tiba-tiba
memaafkanku?” tanya Soo Hyun penasaran dn berjalan mendekat
“Setelah aku memikirkannya,
kupikir bahwa kau akan ada dalam
situasi yang sulit. Lagipula
melakukan eksperimen psikologis adalah tugasmu. Aku yakin itu juga sulit untukmu,
karena kau menyukaiku.” Cerita Hye Rim, Soo Hyun
membenarkanya.
“Aku berpikir untuk
menghentikannya berkali-kali.” Akui Soo Hyun
“Tapi eksperimennya benar-benar
sudah selesai, kan?” ucap Hye Rim memastikan,
Soo Hyun mengatakan sudah membatalkan eksperimen sepenuhnya
kemarin.
“Kalau begitu, yang tersisa untuk
kita berdua adalah untuk saling mencintai.” Kata Hye
Rim dengan senyuman, Soo Hyun pun mengangguk dengan senyuman.
Hye Rim memilih buku dongen Cinderella. Soo Hyun bertanya
kenapa Hye Rim memilih buku dongen Cinderella. Hye Rim merasa mengingatkan pada kisah
hidupnya sendiri lalu berjalan pergi.
Ia mengajak Soo Hyun pergi ke gedung Theatre menceritakan
saat tampil waktu masih
kuliah dan bertanya apakah tempatnya cukup bagus Soo Hyun berkomentar cukup bagus dan
bertanya drama apa yang dimainkanya. Hye Rim mengingat cukup banyak, ia pernah memainkan
"The Celestial Empire" dan
banyak cerita klasik.
“Oh ya. Ketika kami melakukan
"Romeo dan Juliet," dan aku
memerankan Juliet.” Cerita Hye Rim
“Benarkah? Bisakah kau menunjukkan
padaku satu atau dua adegan jika
kau masih ingat?” kata Soo Hyun
Hye Rim naik keatas panggung sambil berakting dengan
mengatakan “Choi Soo Hyun,
kenapa kau melakukan eksperimen padaku? Buang eksperimen
itu, atau berjanjilan mencintaiku! Kalau begitu, aku
juga akan membuang lencana "Subjek eksperimen" ! Ohh.... Cinta, beri aku
kekuatan!” Lalu
berpura-pura meminum racun dan jatuh pingsan. Soo Hyun memberikan tepuk tangan
setelah menontonya.
Tapi Hye Rim tak bangun, Soo Hyun memanggilnya untuk tak
bercanda, Hye Rim tetap diam diatas panggung seperti pingsan sungguhan. Wajah
Soo Hyun langsung panik berlari ke atas panggung membangukan Hye Rim. Dalam
hitungan detik Hye Rim membuka matanya, mengejek dirinyaitu meminum
racun dan meninggal. Soo Hyun tersenyum
mendengarnya, Hye Rim bertanya apakah aktingnya sudah bagus. Soo Hyun mengeluh
karena aktingnya itu membuat kaget. Hye Rim hanya tersenyum.
Ji Ho mengigil sambil mengusap-ngusap badanya, Yoo Rim
menyuapinya bubur sedikit demi sedikit. Yoo Rim memarahi Ji Ho yang mengikuti
perkataan untuk berjalan tanpa kaos kaki dan hanya makan garam saja, dengan begitu maka memperlakukan
tubuhnya dengan buruk sekali sampai sakit
seperti ini.
“Aku baik-baik saja, karena Kau ada di sisiku, jadi kupikir
aku sudah lebih baik.” Goda Ji Ho terus mengusap
badannya yang kedinginan. Yoo Rim tersenyum mendengarnya.
“Tapi, Yoo Rim. Apa kau masih
merekam pria terkenal lainnya itu dan Bukan
aku?” tanya Ji Ho
“Aku hanya berbohong tentang itu. Dia hanya karakter utama dari
acara perusahaan kami dan
sudah kuedit semua rekaman dengan kau di dalamnya lalu
menyerahkannya ke Festival Film Dokumenter Seoul.” Jelas Yoo Rim
“Itu melegakan. Akan sangat baik
jika kau memenangkan penghargaan.” Ungkap Ji
Ho degan senyuman.
Yoo Rim melihat Ji Ho masih merasakan kedinginan, Ji Ho
mengangguk akhirnya Yoo Rim memindahkan makan dan menarik selimut agar Ji Ho
bisa berbaring. Ji Ho tetap saja mengigil didalam selimut. Yoo Rim pikir tak
bisa hanya itu saja, jadi ia akan menambah sedikit suhunya
untuk Ji Ho lalu menaik keatas tempat tidur dan masuk kedalam
selimut sambil memeluk dan mengusap-ngusap badannya. Ji Ho menatap Yoo Rim yang memeluknya, keduanya saling
menatap dan saling mengecupkan bibirnya, setelah itu mereka berciuman dibalik
selimut.
Hye Rim menyuapi Soo Hyun ubi bakar dengan sangat mesra,
Soo Hyun pun dengan senyuman bahagia
menerimanya. Hye Rim menyatakan perasaan sangat mencintainya, Soo Hyun
mengatakan “aku juga”. Hye Rim mengeluh Soo Hyun selalu mengatakan “aku juga”
dan tak bisa mengatakan yang lebih baik.
“Aku berpikir bahwa aku bisa
percaya kalau cinta benar-benar ada sekarang. Karena kau datang kembali
untukku, sekarang aku...” ucap Soo Hyun terpotong
karena Hye Rim melihat sudah jam 12 malam. Soo Hyun binggung
“Apa yang harus dilakukan? Sihir Cinderella sudah memudar sekarang.” Kata Hye Rim melempar buku cinderella yang dibelinya.
Soo Hyun benar-benar tak mengerti.
“Sudah waktunya untuk kembali
kepada kenyataan sekarang dan Waktu
bermain sudah habis. Apa Kau masih
tidak mengerti? Semua itu bohong. Aku
mangatakan "Aku mencintaimu, Soo Hyun?" Huh.... Yang
benar saja. Mengapa
aku sampai harus melakukan itu?” ucap Hye Rim sambil berdiri, Soo Hyun mendongkan
kepalanya terlihat masih binggung.
“Bagaimana rasanya mendapatkan
pengakuan palsu dariku?” kata Hye Rim, Soo Hyun akhirnya
berdiri terlihat sangat shock
“Tapi jangan merasa terlalu
bersalah. Kau hanya
akan menderita selama setengah hari, tapi aku melaluinya selama 4 bulan. Dan Aku juga akan mengembalikan
mobilnya, serat aku menaruh semua hadiah lain
darimu di bagasi jadi
buang atau simpan saja. Terserah kau saja” ucap Hye Rim melempar kunci mobil yang
diberikan Soo Hyun.
“Dan Juga, aku berangkat ke Daejeon
besok Seorang
gadis yang aku kenal membuka kafe meramal disana jadi aku akan membantu di sana, serta bekerja di luar perasaanku.” Tegas Hye Rim
“Dia pergi karena
aku.” Gumam Soo Hyun dengan mata berkaca-kaca
“Kau tahu itu, kan? Aku pergi karena aku tidak tahan
melihatmu.” Ucap Hye Rim sengaja menegaskanya.
“Hye Rim pergi
karena aku?”Gumam Soo
Hyun mengingat saat dirinya bersenang-senang di taman hiburan dan setelah itu
menangis histeris karena ibunya meninggalkanya dan itu terjadi lagi dalam
hidupnya.
“Ibuku pergi ketika
aku masih kecil juga karena aku.” Gumam Soo
Hyun menunduk
“Mari kita tidak perlu bertemu
satu sama lain lagi, Soo Hyun.” Ucap Hye Rim dingin
lalu berjalan pergi, tapi sebelumnya ia sempat melirik sinis pada Soo Hyun
dengan penuh dendam
“Semuanya salahku.
Aku yang bermasalah dan Aku harus menghilang.” Gumam Soo Hyun dengan mata memerah dan air mata yang
mengalir di pipinya.
bersambung ke episode 15
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
huhu sedih ya,sebenernya kasian sama soo hyun yang ditinggal 2 kali sama orang yg dia sayang,tpi salah dia juga sih udah permainin hyerim ,tpi kenapa ya ibunya dulu ninggalin dia??
BalasHapuspenasarannn😫
terima kasih mb....semangat terus nulis sinopsisnya yach.....aku makin penasaran
BalasHapusPoor soo hyun 😂
BalasHapusmantaap
BalasHapus