Tim Mo Yun, Sang Hyun dan yang lainnya naik helikopter
lebih dulu, semua terkesima melihat pemandangan dari atas yang sangat indah.
Sang Hyun pun melihat warna air laut yang sangat biru
menurutnya ini adalah pemandangan yang tak boleh dilewatkan, karena yang selama ini mereka lihat hanya usus
besar kecil, duodenums dan itu semua bukan
pemandangan. Semua tertawa mendengarnya.
“Kapten Yoo selalu mengatakan
bahwa pemandangan
ini membuat dia ingin
melindungi negara ini.” cerita Woo Geum yang
mengantar tim medis sampai bandara. Mo Yun terdiam mendengar ucapan Woo Geum
tentang Shi Jin dan melihat bangkai perahu tempat yang pernah didatanginya
bersama Shi Jin.
Si anak yang terkena keracunan timah masih mengemut paku
dimulutnya dan masuk kedalam mobil tank, lalu melonggo melihat ada banyak
kupu-kupu datang ke arahnya.
Ketua Young Soo Jin pembangunan pembangkit tenaga surya mengeluarkan
berlian dari kantung persembunyianya dibawah lantai. Lalu memasukan kembali
untuk memastikan masih ada didalam kantung. Setelah itu menutup kembali
lantainya dengan papan kayu dan keluar dari ruangan.
Diam-diam anak buah Wakil Manager melihat yang
disembunyikan Manager Jin tapi seperti tak perduli dan memilih untuk kembali
tidur dengan menutupi seluruh kepalanya dengan selimut, saat itu barang-barang
diatas meja mulai bergoyang.
Sementara diluar terdengar bunyi mesin las potong dan
keadaan sangat bising karena proses pembangunan tenaga surya. Si anak buah
wakil manager baru selesai tidur siang, merapihkan dulu rambutnya sambil
menganggumi dirinya yang sangat tampan.
Tiba-tiba kepalanya kena pukul Manager Go, sambil
mengumpat menyuruhnya agar memakai helm karena sedang ada didalam lingkungan
pekerjaan. Si anak muda merapihkan rambutnya karena nanti ketampannya akan
hilang.
Manager Go pun melepaskan helm sambil memukul Si anak
buah untuk memakainya karena apabila sesuatu jatuh tepat dikepalanya maka akan
mati. Manager Go ingin mengambil helm lainnya tapi jejeran helm malah jatuh dan
kaca yang tergantung di dinding pun tiba-tiba retak.
Ki Bum pergi ke dapur ingin mengambil piring untuk makan
siang, tak menyadari lampu tempel mulai bergoyang sampai akhirnya sadar semua
perabotan diatas counter mulai berjatuhan. Ia pun terjatuh dan berteriak karena
semua perabotan pecah dan berserakan dilantai.
Salah seorang tentara keluar dari ruangan memberitahu ada
gempa bumi dan menyuruh semua keluar dari ruangan. Semua mulai bergerak dan
berjatuhnya, Ki Bum yang panik tak bisa berdiri dan tertimpa kulkas yang ada
disampingnya.
Myung Joo ada digudang penyimpanan obat berteriak
histeris melihat semua obat berjatuhan dari rak lalu berlari keluar. Tim
Jae Ae berlindung dibawah kasur dan tak bisa berjalan, Myung Joo pun
membantu tim medis untuk segara keluar dari ruang medis untuk menyelamatkan
diri.
Semua berjatuhan, jalan-jalan dipenuhi oleh buah-buahan
yang sedang dijual. Anak-anak berlari ketakutan. Pekerja tenaga surya berusaha
keluar dari bawah tanah. Mobil truk berguling karena pergerakan tanah yang
begitu cepat, pipa besar pun membuat beberapa pekerja jatuh. Listrik pun mulai
konselting.
Manager Go masih sibuk memasangkan helm pada anak
buahnya, lalu berlari bersama. Kepala Manager Jin merayap keluar dengan wajah
yang penuh dengan tumpahan tanah, dan ingin berpegangan pada alat berat tapi
tanahnya malah amblas dan membuat alat pun jatuh masuk. Beberapa pekerja yang
lari ketakutan pun terjebak dalam tanah yang amblas.
Tiang tinggi untuk pembangkit pun jatuh berantakan,
Manager Go dan anak buahnya masih ada didalam gedung dan berusaha keluar. Saat
itu si anak buah sempat terjatuh dan melihat Manager Jo jatuh karena tanah yang
amblas. Di luar tak kalah paniknya, terdengar bunyi suara yang memekakan
telinga. Kepala Manager Jin bersembunyi dibalik papan tenaga surga melihat
keadaan sekitar.
Didalam helikopter
Terlihat ada banyak burung yang tiba-tiba terbang kearah
mereka, Woo Geum melihat sekitar yang tiba-tiba runtuh. Mo Yun bisa melihat
jembatan yang runtuh dan mobil berjatuhan dari atas terlihat banyak asap debu
bertebarangan.
Seoul,
Shi Jin
sedang menyetir dibawah rintikan hujan melihat berita di layar besar [Urk, gempa kuat berkekuatan 6,7.] ia dengan walkie talkie menghubungi saluran
tim keamanan,
“Aku.... Kapten Yoo Si Jin dari Tim Alpha. Meminta informasi siapa saja yang mengetahui kondisi Mohuru. Jangan menutupnya dan lakukan sekarang juga.” Ucap Shi Jin lalu memutar balik mobilnya.
Hee Jeu sudah hamil besar melihat berita dengan Ji Soo dirumah
sakit
“Kemarin sore waktu
setempat...Gempa bumi melanda Mohuru, hingga mencapai 200
km... Dari Minami, sampai di ibukota Urk. Laporan berita lokal mengatakan getarannya juga
terasa di Minami.”
Hee Jeu mulai panik memikirkan yang terjadi dengan Chi
Hoon calon dari ayah bayinya, Ji Soo menyakinkan kalau semua akan baik-baik
saja. Suk Won menelp sambil berjalan mengatakan tak tahu
apa-apa dan mengetahuinya dari berita saja jadi ia akan rapat dulu, dan akan menghubunginya kembali
setelah mendapat informasinya.
Anak buah Letnan Yoon memberitahu sudah menghubungi markas dan Myung Joo tak ada diMohuru, Letnan Yoon bertanya
tentang pesawat angkutnya. Anak buahnya memberitahu sudah disiapkan dan akan berangkat dalam waktu 10 menit.
“Kami akan berfokus untuk menemukan Letnan Yoon...” kata anak buahnya
“Jangan berfokus pada satu letnan
saja. Dia ke
sana juga untuk bertugas.” Ucap Letnan Yoon dan
melihat dalam berkas Dae Young tak ada dalam daftar dan menyuruh untuk memasukan dalam daftar.
“Dia sudah menawarkan diri dan sedang bersiap-siap.” Kata anak buahnya, Letnan Yoon bertanya apakah mobilnya
sudah siap sekarang. Anak buahnya mengatakan sudah siap, Letnan Yoon pun keluar
ruang dan masih terlihat foto dengan anaknya ada diatas meja.
Semua penumpang berlari masuk kedalam pesawat ketika
tangga pesawat mulai turun. Di depanya Woo Geum adu mulut dengan Mo Yun mengatakan
tak bisa melakukanya karena diperintahkan menaikkan
sampai ke peseawat jadi menyuruh untuk menurut saja dan jangan membangkang.
“Kenapa kau tak mengerti juga? Apa kau mau buang-buang waktu terus di sini?” Tegas Mo yun memaksa
“Kami yang akan bertanggung jawab, jadi Bawa kami kembali ke sana.” Ucap Sang Hyun ingin kembali ke Urk
“Tidak bisa... Naiklah ke pesawat. Aku sudah diperintahkan-“ kata Woo Geum
“Aku yang bertanggung jawab dalam
timku Jika
terjadi bencana alam maka
tim medis pasti akan dibutuhkan. Setengah
dari timku juga ada di
sana. Kami tak
akan pulang tanpa mereka.” Tegas Mo Yun
“Kenapa kau selalu saja egois!!!! Aku
sangat tak menyukaimu. Kau
tahu itu?” teriak Woo Geum, Mo Yun sudah tahu dan
mereka bisa membahasnya nanti saja dan kembali naik ke helikopter.
Presiden bertanya Apakah
pemerintah bias mengirim
tim penyelamat. Salah satu petinggi memberitahu Wilayah Urk masih dalam status
sengketa Jadi, mereka tak bisa begitu saja mengirim tim dari Korea
“Mengatakan sesuatu yang tak bias dilakukan, itu tak akan menyelesaikan masalah. Kami sendiri sudah mengirim tim medis kami, tapi kami tak mendengar kabar apapun dari mereka.” Ucap Suk Won dengan nada kesal
“Aku, Yoon Gil Joon, Komandan Pasukan Khusus. Kami berjanji... akan mengirim pasukan terbaik untuk menyelamatkan mereka semua.” Tegas Letnan Yoon
“Lalu, bagaimana kau bisa mengirim
mereka? Jika
sesuatu terjadi pada stafku...” jerit Suk Won tak bisa
mengucapkan lagi kalimatnya karena tak ingin terjadi sesuatu.
Dengan nada perlahan mengajukan bantuan uang apabila mereka membutuhkan berapapun jumlahnya jadi
mereka harus melakukan sesuatu. Letnan Yoon memberitahu Pesawat nomor A
C-17adalah pesawat angkut tercepat mereka akan
berangkat 30 menit lagi,
tepat pada pukul 01:00 pagi, berangkat
dari Suwon.
“Dan juga... Dalam
Pasukan Khusus ini, kami
mengirim anggota terhebat kami.” Tegas Letnan Yoon
Didalam pesawat sudah ada Shi Jin, Dae Young dan beberapa
tentara lainya sudah siap dengan mengunakan helm dan pakaian tentara. Dae Young
bertanya apakah Shi Jin sudah selesai berlibur. Shi Jin mengatakan harus
melakukan kewajibannya dan merasa kalau Dae
Young itu pasti akan kagum padanya. Keduanya tersenyum padahal mereka kirim
untuk ke tempat bencana.
Sang Hyun berteriak panik memanggil Ja Ae dalam ruang
medis, Ja Ae keluar dari ruangan obat menyuruh Sang Hyun diam saja daripada
berteriak-teriak lalu bertanya kenapa meraka ada di tempat itu bukan pulang ke
korea. Sang Hyun melihat dari atas kebawah dan mengucap syukur karena keadaan
Ja Ae baik-baik saja.
“Apa Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” tanya Mo Yun yang ingin tahu anggotanya sebagai ketua
tim medis.
“Mereka mungkin masih shock, tapi kami baik-baik saja.” Jelas Ja Ae
“Saluran udara terputus, kami tak bisa menghubungi
siapapun. Aku pikir
akan mati tadi.” Cerita Min Ji sambil
menangis
“Semuanya sudah baik-baik saja, jadi Jangan khawatir. Aku berSyukur, semuanya baik-baik saja. Sekarang Tak usah ke mana-mana, dan tunggu di sini. Aku akan mencoba menghubungi pihak Seoul.” Jelas Mo Yun.
Mo Yun menemui Chi Hoon yang sedang mengobati Ki Bum,
menanyakan keadaan. Chi Hoon memberitahu Bahu Ki Bumterkilir Tapi, dokter militer sudah mengobatinya melirik ke arah Myung Joo yang sedang mengobati tentara
lainnya.
Ki Bum memberitahu keadaan baik-baik saja, Myung Joo
memberitahu semua tentara di basecamp itu tak terluka terlalu parah, lalu
bertanya alasan Mo Yun kembali dan berpikir bandara juga hancur. Petugas medis
lain panik berpikir penerbangan mereka dibatalkan.
Sang Hyun menjelaskan bukan seperti itu memberitahu Bandaranya
baik-baik saja, tapi mereka tak bisa
pergi sebelum memastikan
kondisi tim medis semua jadi mereka kembali. Myung Joo tak percaya Mo Yun
kembali datang hanya untuk memastikan semua baik-baik saja. Min Ji mengucap
syukur sambil menangis berpikir tak akan bisa pulang.
“Medicube. Medicube.... Apakah dokter militer ada di
sana?” ucap seseorang dari walkie talkie
“Ini aku, Letnan Yoon. Apa terjadi sesuatu?” tanya Myung Joo
“Kami ada di bangunan pembangkit listrik. Bangunannya runtuh.” Kata tentara lain dengan suara tak jelas
Myung Joo tak mendengar meminta agar berbicara lebih
jelas lagi, tentara memberitahu bahwa Bangunan
pembangkit listriknya runtuh. Semua yang ada di
ruangan melotot kaget, Min Jin kembali menangis dengan wajah binggung.
Mobil ambulance datang ke tempat Pembangkit listrik dan
juga truk tentara, pada wanita ada turun dari mobil ambulance dan para tim
medis pria dan tentara naik truk dengan membawa alat medis. Semua sudah hancur
berantakan dan terdengar jeritan kesakita karena tertimpa bangunan.
Semua terlihat tak karuan, beberapa tentara mencoba
membantu seadanya dan beberpa pegawai lain yang masih sehat membantu
orang-orang yang merasa kesakitan. Tim medis binggung melihat bangunan yang
sebelumnya terlihat kokoh hancur berantakan akibat gempa. Semua pasien
tergeletak dengan wajah penuh debu dan juga bercampur dengan darah. Chi Joon
terdiam seperti baru pertama kali melihat korban gempa yang selama ini selalu
menangani pasien rumah sakit mewah.
“Tolong kenakan rompi kalian agar mereka bisa mengenali
kalian. Kalian
tahu protokol triase, 'kan?” kata Mo Yun memberikan
perintah
“Hijau untuk non-darurat, kuning untuk cedera ringan... Dan merah untuk pasien gawat
darurat yang
membutuhkan pengobatan cepat.” Jelas Chi Joon
“Dan untuk pasien kritis yang tak dapat diobati di TKP, diberi label merah. Dan Hitam. Warna untuk status
meninggal.” Ucap Mo Yun mengingatkan
Semua berjibaku memakaikan rompi dan juga tas medis untuk
masing-masing dokter dan perawat. Mo Yun berpesan agar fokus
pada korban yang bisa diselamatkan.
“Apa kami perlu persetujuanmu untuk penggunaan morfin atau
demerol?” tanya dokter lain
“Ya, obat itu tak bisa digunakan untuk sembarang pasien. Kalian harus menganilisis
kondisinya, dan memilih
alternatif yang lain
yang terbaik.” Kata Mo Yun dan memerintahkan semuanya
untuk mulai bergerak.
Mo Yun sempat tersandung lalu sengaja mematakah haknya
agar bisa berjalan dengan nyaman walaupun bagian depanya masih ada hak beberapa
centi.
Tentara dengan tandu membawa korban yang ditemukan,
beberapa lainya membawa korban yang masih bisa berjalan keluar dari rentuhan,
tiba-tiba ada runtuhan lain yang keluar karena keadaan belum seimbang.
Mo Yun melihat satu korban yang dibawa ole tentara, dan
berusaha memeriksa apakah korban masih sadar. Tentara memberitahu korban tak
mengalami pendarahan dan Denyut
nadinya masih terasa. Mo Yun melihat korban mengalami
syok sesaat jadi meminta untuk memberikan oksigen dan ia mau menyiapkan pengobatannya.
Korban terus berdatang ke dalam tenda, Ki Bum juga
terlihat membantu dengan membawa barang-barang medis. Kepala Manager Jin datang
bertanya pada Woo Geum menanyakan Apa sudah melakukan pencarian di dalam gedung. Woo Geum memberitahu Bagunannya runtuh total dan mereka sudah berusaha masuk, lalu bertanya apakah tahu keberadan Manager Go karena
tak melihatnya sedari tadi.
Kepala Manager Jin pikir Manager Go itu mendapat shift sore hari ini dan mungkin ada sekitar 30 orang atau lebih, Woo Geum
kaget. Kepala Manager Jin memberitahu kalau semua pegawai masih ada didalam
gedung yang runtuh.
“Aku ingin memberitahumu sesuatu. Ada barang yang sangat penting di dalam kantorku.” Bisik Kepala Manager Jin. Woo Geum yang mendengar dari
radionya meminta bantuan langsung pergi seperti tak peduli dengan ucapan
Manager Jin.
Salah satu pasien tiba-tiba muntah darah dan
kejang-kejang, Min Ji berteriak meminta tolong pada Ja Ae melihat pasien, Ja Ae
melihat pasien tak bisa bernafas dan berteriak meminta bantuan Chi Hoon dan
pasien tiba-tiba berguling dan jatuh. Chi Hoon pun berlari mendekatinya.
Manager Go tersadar dan melihat badannya tertimpa dengan
bangunan tembok, dengan kekuatan mencoba mengesernya tapi tak kuat, akhirnya ia
bertanya apakah ada orang di ruangan itu. Salah satu anak buahnya memanggil
dengan bahasa korea memberitahu kalau ia merasa sakit dan meminta seseorang
untuk cepat menyelamatknya. Manager Go tak melihat bertanya siapa orang itu.
Anak buahnya terus mengatakan kalau itu sakit dan seperti
akan mati, terlihat ada besi yang menembus kebagian dada sebelah kananya dan
badanya pun tergantung karena tertancap besi. Manager Go masih bertanya apakah
terluka parah, tapi menurutnya salah mengatakan hal itu, lalu meminta untuk
bersabar menunggu pertolongan. Dengan memukul batu untuk memberitahu ada orang
didalam dan meminta bantuan.
Mo Yun membantu salah satu pasien yang dibawa oleh pengawai
lainya, Myung Joo juga datang membantu dan menyuruh Mo Yun untuk membantu yang
lainya karena ia yang akan menangani pasien ini. Mo Yun melihat ada Chi Hoon
yang sudah membantu dibagian tenda. Myung Joo mengatakan kalau ia yang akan
mengobatinya jadi meminta Mo Yun untuk membantu dokter lainya.
Chi Hoon berusaha menekan bagian dada pasien agar
jantungnya bisa kembali berdenyut. Mo Yun menanyakan keadaan pasien yang
ditangani Ja Ae dan Chi Hoon. Ja Ae mengelengkan kepala, Chi Hoon mengatakan denyut
nadinya masih ada dan akan
bertahan jika mereka terus
memompanya.
Mo Yun memeriksa denyut nadi lalu mengubah label kuning
dengan hitam dan menjelaskan meskipun denyut nadinya masih terasa, tapi jantungnya sudah berhenti karena mengalami pendarahan lalu memberitahu korban sudah meninggal.
Chi Hoon tak percaya karena merasa masih bisa
menyelamatkannya dan terus menekan bagian
dadanya. Mo Yun meminta Chi Hoon untuk berhenti dan ingin mengatakan waktu
kematian, Chi Hoon berteriak menolaknya karena masih yakin pasien itu baik-baik
saja.
“Karena dia tak mengalami luka parah, aku memberinya warna
kuning. Dia masih
bisa selamat.” Ucap Chi Hoon, Sang Hyun datang dan
langsung menamparnya.
“Apa kau sudah gila? Sadarlah.... Jangan seperti ini dan Jangan cengeng. Bersikaplah
seperti selayaknya
seorang dokter.” Tegas Sang Hyun, semua
terkejut karena Sang Hyun memberikan tamparan pada Chi Hoon.
“Memangnya aku ini dokter apa? Aku bahkan tak bisa memasang warna yang tepat. Dokter macam apa itu?” kata Chi Hoon merasa bersalah.
“Kau adalah dokter.... Seseorang yang akan dibutuhkan ditempat seperti ini. Kau adalah orang itu.... Jadi, umumkan waktu kematian pasien... dan lanjutkan tugasmu. Pergilah ke pasien yang masih bisa kau selamatkan. Apa kau tak bisa mendengar
teriakan mereka?” tegas Sang Hyun menyadarkan
juniornya
Chi Hoon menangis, Mo Yun memegang pundak Chi Hoon
meminta agar tetap kuat. Dengan air mata yang turun dengan deras Chi Hoon
mengumukan waktu kematian 03:40 sore Waktu Urk lalu menutup matanya, Mo Yun ikut menangis melihat
korban yang meninggal dunia didepanya. Tentara dibantu oleh Ja Ae pun memasukan
pada kantung mayat.
Ji Soo terlihat sangat gelisah dalam ruanganya, berusaha
mengirimkan voice mall
“Hei, Mo Yun.... Apa
semuanya baik-baik saja? Cepat
telepon aku. Aku sudah
membeli wine. Jadi,
cepat pulang dan minum bersama.” Ucap Ji Soo dengan
nada panik
Dilayar komputernya berita tentang gempa di Urk dan juga
pesan terakhir kali yang dikirimkan Mo Yun. Ada foto kebersamaan Mo Yun dan Ji
Soo saat sama-sama meraih gelar sarjana saat menjadi dokter.
Dengan mesin pemotong, Tentara berusaha menebus besi-besi
yang menghalangi jalan untuk membantu korban. Mo Yun juga terus membantu dengan
masang infus pada korban gempa, rasa amarahnya pada Myung Joo seperti hilang
dan berjibaku untuk menolong para korban.
“Aku telah diberikan
perintah untuk menjadi seorang dokter. Aku sudah berjanji... untuk mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan
umat manusia.”
Sang Hyun dan Ki Bum makan nasi instan sejenak untuk
mengurangi rasa lapar setelah menolong banyak korban. Tiba-tiba tentara datang
memanggil tim medis kalau ada keadan darurat. Sang Hyun langsung pergi tanpa
memperdulikan nasi yang akan dimakannya, begitu juga Ki Bum.
“Kesehatan dan
kehidupan pasienku adalah... prioritas utamaku.”
Chi Hoon memberikan suntikan dan ditemani oleh Ja Ae
disampingnya, pasienya berkulit hitam pun bisa bernafas lagi.
“Aku akan
melaksanakan tugasku...dan menyelamatkan pasienku Tanpa memandang ras, agama, atau
kebangsaan.”
Tentara bergotong royong dengan rantai untuk menarik
rentuhan bangunan tapi rantai mereka malah putus karena tak kuat menarik
bangunan.
“Aku tak akan
melepaskan tanggung jawanku... bahkan saat aku berada dalam ancaman.”
Mo Yun menempelkan plester pada bahu pekerja yang terluka
lalu memberitahu cederanya tidak parah. Ketika akan pergi, tangan pekerja itu menariknya, Mo Yun
pikir pasien itu merasakan ada yang sesuatu yang sakit lagi. Tapi si pekerja
itu memberikan sepatunya karena melihat
kaki Mo Yun yang berdarah karena sandal yang digunakanya.
“Aku telah menerima
sumpah ini... dan menjadi hidupku...Dan atas nama
kehormatanku.”
Foto Mo Yun terlihat mengucap sumpah janji seoran dokter
dirumahnya dengan lilin yang biasa dinyalakanya.
Ki Bum melihat Woo Geum membawa tandu dan bertanya apakah
itu pasien yang datang dan harus memanggil tim medis. Woo Geum mengeleng dan akhirnya Ki Bum menganti angka
kematian di papan tulis jadi 14 orang.
Tiba-tiba terdengar bunyi helikopter mendekat, semua
langsung melihat kearah helikopter yang datang dan terlihat beberapa orang
turun dengan mengunakan tali dari helikopter. Enam orang tentara berjalan masuk
ke area pembangkit tenaga listrik.
Mo Yun melihat bayangan tentara yang datang didepanya,
salah satunya terlihat melepaskan helmnya. Matanya terkejut melihat Shi Jin
kembali datang ke Urk, Shi Jin melihat Mo Yun didepanya dan beberapa anak
buahnya pun berbaris menutupi pandanganya. Mo Yun terus berusaha melihat Shi
Jin yang berada didepanya, sampai salah seorang pegawai memegang tanganya
meminta tolong kalau temanya terluka.
Akhirnya Mo Yun pergi dengan membawa tasnya meningalkan
Shi Jin yang datang. Mata Shi Jin sempat mencari-cari perginya Mo Yun dari
hadapanya, tapi kembali di sadarkan kalau ia datang untuk bertugas sebagai
tentara.
Woo Geum pun memberikan komando untuk memberikan hormat
pada komandan Yoo yang baru datang. Shi Jin pun menerima hormat dari bawahnya,
Dae Young melihat beberapa tentara wajahnya sudah penuh debu dan Ki Bum harus
memakai penyanggah tanganya.
“Kalian sudah bekerja keras. Apa ada yang terluka?” tanya Shi Jin, semua menjawab “tidak ada”
“Baiklah.... Aku sudah mendengarnya semuanya, jadi tak usah ada laporan. Kita akan memulai... gerakan penyelamatan pada pembangkit listrik. Apa ada orang yang ingin meminta ijin mengundurkan diri?”kata Shi Jin, Semua kembali menjawab tidak ada
“Baiklah.... Hanya ada satu hal yang perlu kalian ingat selalu. Jangan sampai kalian terluka. Jika kita terluka, Kita tak bisa menyelamatkan orang-orang yang perlu
diselamatkan. Mengerti?” kata Shi Jin, semua menjawab mengerti dan Shi Jin pun
memerintahkan untuk kembali ke posisi mereka masing-masing.
Dae Young mengambil tali tiba-tiba melihat Myung Joo
berlari kearahnya, keduanya saling menatap karena harus terpisah beberapa
waktu. Dae Young mengucap syukur karena melihat keadaan Myung Joo yang
baik-baik saja karena ia sangat mengkhawatirkanya lalu pamit pergi karena akan
bertugas.
Myung Joo memanggil nama dengan jabatanya “Sersan
Mayor Seo Dae Young.” Berpesan agar jangan sampai
terluka dan menegaskan kalau itu adalah perintah dan harus melaksanakan
selamanya. Dae Young memberikan hormat tanda
menerima perintahnya. Myung Joo pun
menerima hormat dengan mata berkaca-kaca dan saling menatap.
Mo Yun baru saja selesai memeriksa pasien dan akan
kembali, melihat tali sepatunya lepas ia berlutut ingin mengikatnya. Seorang
tentara menaruh helm di depannya dan membantu menalikan sepatunya. Mo Yun kaget
melihat Shi Jin sudah berlutut didepanya menalikan sepatunya.
Tatapan tak bisa terhenti melihat Shi Jin yang datang
kembali ke Urk dan ada didepanya, Shi Jin tetap diam ketika membantu menalikan
sepatu Mo Yun.
Setelah selesai Mo Yun lebih dulu berdiri dan Shi Jin pun
mengangkat topinya dan berdiri. Keduanya saling menatap, Shi Jin mengucap
syukur karena melihat Mo Yun yang terlihat baik-baik saja dan tak terluka, Mo
Yun menatap Shi Jin dengan mata berkaca-kaca.
Shi Jin meminta maaf karena tak mengatakan salam berpisahan sebelum pulang kemarin dan ia pun tak bisa menemaninya jadi meminta agar berhati-hatilah. Mo Yun dengan berkaca-kaca meminta agar Shi Jin juga
berhati-hati, mereka pun berjalan saling berbeda arah.
bersambung ke episode 7
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
gomawo unnie..semangat trus sehat trus dtnggu eps selanjutnya..
BalasHapusKeren bgt dramanya.,, gak sabar nunggu minggu dpn hik hik
BalasHapusWah ternyata ceritanya seru juga ...tp syg blm sempat nonton
BalasHapus