Shi Jin mengaku sangat merindukan Mo Yun, apapun yang dilakukanya selalu saja memikirkan
Mo Yun. Bahkan memaksakan diri dan berusaha keras, sampai mabuk-mabukan dan mencoba semuanya, tapi
semuanya percuma saja karena ia masih merindukannya. Mo Yun terdiam mendengar pengakuan Shi Jin.
“Apa kau tak menyangka aku akan mengatakan ini?” ucap Shi Jin, Mo Yun tetap diam seperti seluruh
tubuhnya kaku.
“Kalau begitu, dengarkan aku. Karena aku sedang tidak bercanda sekarang.” Kata Shi Jin kalau yang dikatakan serius.
Shi Jin berdiri membawa bajunya, lalu menatap Mo Yun
menyuruhnya untuk segera beristirahat. Mo Yun menatap Shi Jin dengan
berkaca-kaca. Shi Jin sebenarnya ingin mengantarnya tapi ia harus
kembali kerja
untuk mengejar waktu dan harus
menuju markas untuk mengadakan
briefing penyelamatan.
“Markasmu bisa melakukan panggilan telp, 'kan? Karena aku ingin menelepon
seseorang.” Kata Mo Yun, Shi Jin hanya diam menatap
Mo Yun.
Di dalam markas
Tentara lain meminta pada Tim
Jacquito, agar memberikan
laporan kondisi
korban saat ini. Suara dari walkie talkie
memberitahu ada 3 orang yang hilang 20 orang tewas, 42 orang luka-luka dan Tak ada korban tambahan.
Mo Yun duduk didepan telp tapi terdiam menatapnya, Shi
Jin melihat dari kejauhan seperti Mo Yun terlihat ragu untuk menelp seseorang.
Tentara lain datang melapor pada Shi Jin Jaringan
komunikasi Mohuru
juga putus. Shi Jin mengerti dan bertanya berapa lama proses
perbaikannya.
“Kami sedang mengusahakannya,
jaringannya bisa
tersambung dalam 2 sampai 3 hari. Briefing
akan berlangsung 5 menit lagi.” Kata Si tentara, Shi
Jin mengerti lalu menatap Mo Yun yang mulai menelp.
“Aku bersamanya pada saat-saat
terakhirnya. Dia
memintaku untuk mengatakan sesuatu
padamu, jadi aku meneleponmu.” Kata Mo Yun
Flash Back
Manager Go dengan tertimpa bangunan, merasa tenang karena
bisa berbaring santai dan melihat langit biru dari lubang kecil diatasnya. Mo
Yun ada disampingnya seperti tak percaya walaupun dalam keadaan terjepit
Manager Go masih saja tersenyum.
“Aku mencari uang begini, dan bisa menguliahkan
anak-anakku. Mereka
bisa mencari pekerjaan
dengan pendidikan mereka. Istriku... kami berdua suka melihat foto masing-masing bersama-sama, padahal kita sedang berhadapan” cerita Manager Go sambil tertawa bahagia, Mo Yun tak
bisa menahan tangisnya dan buru-buru dihapusnya.
“Ok Nam...sekarang dia pasti hanya bisa menatap fotoku saja.” Ucap Manager Go mengingat semua tentang istrinya.
Mo Yun berbicara pada Istri Manager Go, Selain
dana pensiun yang dterima
dari perusahaan, Mendiang suaminya juga
berpesan bahwa keponakannya akan menjaga mereka
“Dia juga bilang, jangan selalu menyendiri.” Kata Mo Yun dengan mulut bergetar menyampaikan pesan
Manager Go sebelum meninggal. Shi Jin terus menatap Mo Yun seperti tahu mantan
pacarnya itu berusaha untuk tetap tegar menelp istri mendiang Manager Go yang
tak bisa diselamatkan.
Ja Ae mendinginkan badanya dengan menaruh minuman kaleng
dilehernya dan meliat Sang Hyun duduk sendirian diluar. Ia pun duduk disamping
Sang Hyun mengetahui Semua operasi darurat sudah
selesai dan memuji Sang Hyun sudah berkerja kerja sebagai dokter
dengan memberikan minuman kalengnya.
Sang Hyun memperlihatkan sebuah cincin ditanganya,
menurutnya itu cincin kawin. Ja Ae membenarkanya dan menuduh Sang Hyun sudah
mencurinya, Sang Hyun menceritakan dengan wajah sedih kalau itu cincin milik
pasien terakhir yang di operasinya tapi tak bisa mengembalikanya.
Ja Ae langsung pergi menjauh setelah melihat pasien yang
harus diamputasi bagian tangan kanannya. Sang Hyun melihat Jae Ae mengambil
benang dari tempat penyimpanan. Jae Ae menjadikan cincin sebagai kalung pada
pasien dengan tangan teramputasi.
“Sampai lengan kirimu sembuh, kau harus tetap berbaring seperti
ini.” kata Ja Ae. Pasien itu pun mengucapkan terimakasih, Ja
Ae menatap Sang Hyun yang berdiri disampingnya. Sang Hyun mengangguk dengan
senyuman karena Ja Ae bisa memasangkan kembali cincin yang dipakai pada tangan
yang hilang menjadi sebuah kalung.
Ye Hwa mengomel karena tingkah Daniel yang menolak
diwawancara sambil menyenter bagian mobil yang sedang di perbaiki, padahal ia
sudah berjanji untuk mengusahkan wawancara jika para wartawan itu memberikan
donor darah. Daniel seperti tak peduli menyuruh Ye Hwan menyenter bagian kanan.
“Kau harus membantuku.” Ucap Ye Hwa memindahkan senter ke tangan kiri
“Apa Kau tak lapar? Cepat selesaikan ini dan makan.” Kata Daniel meminta menyenter bagian kiri juga
“Jangan egois dan manfaatkan
tampangmu itu. Lalu, apa
gunanya wajah tampanmu itu?” keluh Ye Hwa kesal
dengan menyenter ke wajah Daniel
“Ya, aku akan menggunakan wajahku ini hanya menarik istri, yaitu untukmu.” Ucap Daniel mengombal dengan menutup sinar senter ke
wajahnya.
“Kau selalu saja memanggilku
istrimu.” Kata Ye Hwa tak suka, Daniel pikir Ye Hwa yang
mengizinkanya dan meminta untuk menyenter sebelah kiri.
Ye Hwa memilih untuk turun dari kap mobil, karena sangat
lapar jadi ingin melihat persediaan bahan makanan lebih dulu lalu masuk ke
dalam dapur. Daniel melonggo melihat Ye Hwa masuk kedalam tanpa terlihat marah.
Min Ji, Ji Hoon dan dokter lainnya berjalan melalui
Daniel yang sedang memperbaiki mobil. Di dalam ruangan medis, Min Ji membahas
pria yang memperbaiki mobil tadi dan bertanya apakah dua pria itu mengenalknya,
karena saat bencana pria itu membantu operasi mereka.
“Dia hanyalah dokter bantuan atau hanya peacemaker apalah itu namanya.”
Ejek Si teman dokter. Min Ji seperti tak percaya karena dengan wajah seperti
itu terlalu tampan untuk menjadi dokter.
“Bukannya dia Dr. Daniel?” ucap Ji Hon menebaknya, pria lain membenakan dan bertanya bagaimana Ji Hoon bisa
mengetahuinya.
“Ahhh...Ternyata memang benar. Aku langsung tahu siapa dia. Seharusnya aku bicara dengannya tadi...” keluh Ji Hoon merasa menyesal
Sang Hyuk datang menengar ucapan Ji Hoon berpikir
juniornya itu seorang stalker. Ji Hoon memberitahu kalau ia adalah fans dari Daniel
yang ternyata bukanlah Schweitzer biasa tapi Schweitzer dengan latar belakang Bill Gates karena putra dari pemilik perusahaan besar di Kanada. Semua melonggo terkejut mendengarnya.
“Ya! Karena itu, dia sangat terkenal dalam komunitas LSM. Ibunya adalah orang Korea, jadi dia juga terkenal di Korea.” Cerita Ji Hoon y
“Jika dia sekaya itu, kenapa dia mau jadi relawan?” ucap Min Ji
“Karena dia adalah bocah kaya raya yang tak punya kerjaan Jadi Dia tak mengkhawatirkan apapun.” Kata Sang Hyuk lalu menanyakan keberadaan Mo Yun apakah
masih ada dimarkas militer
Mo Yun berjalan keluar tenda sambil menangis, Shi Jin
mengikutinya dari belakang. Mo Yun menyadarinya meminta agar Shi Jin tak
melihatnya. Shi Jin tetap berjalan didepan Mo Yun yang tertunduk sehabis
menangis. Mo Yun bertanya apakah tak ada tempat gelap didekat markas. Shi Jin
tersenyum karena seharusnya pria yang bertanya seperti itu.
“Kalau begitu, apa kau mau aku menjadi "tempat
gelap"mu itu?” kata Shi Jin, Mo Yun
sedikit memberikan senyuman
“Kau sudah memberikan keputusan yang baik hari ini. Hapus air matamu itu, dan jawab pertanyaanku.” Kata Shi Jin tapi Mo Yun tetap saja tertunduk sambil
menangis.
Shi Jin meminta agar Mo Yun menatapnya, Mo Yun menghapus
air matanya dan menatap Shi Jin yang berdiri didepanya. Shi Jin menunjuk dengan
jari telunjuknya kearah atas. Mo Yun melihat langit yang gelap bertaburan
bintang sangat indah.
“Wow, bintang-bintang itu sungguh
kejam. Mereka
begitu bersinar ditengah
kekacauan bumi...” kata Mo Yun sedih melihat
bintang dengan keadaan tempatnya sekarang. Shi Jin pikir dirinya bisa terhibur
melihat bintang
“Kau telah berhasil menghiburku,
Kapten.... Terima kasih karena sudah
kembali. Kau sudah
berhasil menghiburku,
Kapten. Jika kau
tak ada di sini, aku
mungkin akan lari saja.” Ucap Mo Yun dengan saling
menatap
“Jika kau mau lari, larilah bersamaku. Lari akan menjadi menyenangkan jika kita melakukannya bersama.” Kata Shi Jin, Mo Yun mengangguk dengan senyuman dan
kembali melihat taburan bintang di langit
Manager Jin dilempar ke dinding, dengan wajah ketakutan
memberitau berlian disimpan di tempat yang aman, tapi
menurutnya Argus bisa tahu kondisi sekarang jadi meminta waktu lagi. Argus langsung menekan bagian pundak Manager Jin
dengan kakinya.
“Bukan seperti itu yang kau
janjikan.” Kata Argus, Managar Jin memukul kaki
Argus karena merasa kesakitan memberitahu kalau ada bencana alam.
“Bencana alam adalah salah satu waktu tersibuk bagi kau dan aku Atau perang. Kau harus memberikan berlian itu padaku besok.” Ucap Argus tak peduli
“Tapi, begitu banyak pasang mata yang melihatku.” Kata Manager Jin, Argus semakin menekan kakinya,
Manager Jin berteriak kesakitan. Argus tak ingin mendengar alasan lagi karena
hanya ingin mendapatkan barang secepatnya.
“Besok, sebelum matahari terbenam. Mengerti?” perintah Argus dengan sengaja menekan bagian pundak
yang baru diinjaknya , Manager Jin pun dengan wajah kakitan mengerti dengan
perinta Argus.
Dibagian rentuhan bangunan masih tersimpan tas yang
berisi berlian milik Manager Jin dan seperti sambungan gas mulai masuk ke dalam
reruntuhan. Pria nakal terbaring didekatnya sambil terbatuk-batuk lalu membuka
mulutnya karena merasakan tetasan air yang jatuh dari atasnya.
“Apa tak ada orang di sini? Tolong aku.” Ucap si pria muda
dengan berteriak lemah tapi setelah itu merasa pasrah untuk mati saja.
Ia teringat kembali dengan Manager Go yang memarahinya
karena tak mengunakan hel sebagai alat pengaman saat berkerja. “Jika
ada yang menjatuhi kepalamu
kau bisa langsung mati.” Ucap Manager Go berpesan
sebelum gempa terjadi.
“Aku sudah memakai helm
pengamanku, jadi,
cepat dating dan
selamatkan aku.” Kata Si pria muda menahan
tangisnya.
Alat berat mulai bisa digunakan untuk membuka jalan yang
masuk. Manager Jin bertepuk tangan bahagia merasa seperti merasa sangat segar
sekarang karena harusnya melakukannya sejak
kemarin dengan begitu mereka bisa masuk ke kantornya lewat jalan
yang akan dibuka.
Dae Young memberhentikan alat berat forklift dan memerintahkan Tim
Alpha, melanjutkan pencarian korban sekarang serta tim medis mulai bersiap-siap. Ji Hoon dan dokter
lainnya mulai bersiap dengan tasnya.
“Kenapa?! Pencarian apa lagi?” teriak Manager Jin, Dae Young memberitahu Masih
ada tiga orang yang hilang.
“Kau bicara apa, hah? Dalam situasi seperti ini, mereka pasti sudah meninggal!!!” teriak Manager Jin yang ingin segera masuk sendirian.
“Dokterlah yang bertugas untuk mengatakan status kematian
pasien.” Tegas Dae Young
Manage Jin mulai mengumpat Dae Young sersan yang bodoh
karena bukan tanggung jawabnya. Dae Young memilih untuk menyingkir dan dua
tentara lain menarik Manager Jin untuk menjauh saja.
Dae Young membawa tali, Woo Geum dan Chul Ho datang
menghadapi. Dae Young memberitahu Korban yang menghilang
masih hidup jadi mereka tak akan
menyerah sampai bisa
mengeluarkan mereka.
“Mulai sekarang, kita akan mulai gerakan pencarian korban. Apa kalian bisa?” kata Dae Young, keduanya mengatakan sanggup
melakukanya.
Tim medis mulai masuk bersama, diluar Manager Jin
mengumpat kesal karena tak bisa masuk mengambil berlian yang disimpannya. Dengan
jalan yang cukup sempit Dae Young berteriak kalau mereka adalah tim penyelamat dari
Taebaek dan meminta agar mengetukan suara 3 kali apabila masih
ada orang didalam.
Ji Hoon mencari kearah lainnya, dengan sangat yakin tak
ada yang tak mungkin baginya, karena pasti akan menemukan
korban didalam reruntuhan. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan
percikan listrik didepanya, lalu kembali berjalan mencari korban yang masih
selamat.
Ia mendengar suara orang terbatuk-batuk dan membersihkan
tanah dari kaca dibawahnya, terlihat korban yang masih sadarkan diri melihat
kearah senter yang dibawa Ji Hoon. Pria itu berteriak memanggil tim penyelamat
yang datang. Ji Hoon binggung caranya bisa mengeluarkan korban itu. Pria itu
minta segera diselamatkan. Ji Hoon berteriak kalau ia seorang dokter
Tiba-tiba kaca didepannya retak dan terjadi guncangan, Ki
Bum dan Myung Joo melihat alat pendeteksi guncangan. Dae Young berteriak kalau
ada gempa susulan jadi meminta agar semua tim keluar dari bangunan. Akhirnya
gempa membuat lubang, Ji Hoon memeriksa korban yang ada dilantai bawah.
Si pria mengatakan kalau ia baik-baik saja dan meminta
diselamatkan dengan mengulurkan tanganya. Ji Hoon pun menarik tangan korban
tapi sebuah batu besar jatuh mengenai tangan dan wajah korban. Pria muda itu
berteriak meminta agar Ji Hoon menyelamatkanya karena bangunan akan runtuh. Ji
Hoon melihat ada percikan listik meminta maaf dan langsung berlari keluar dari
bangunan. Si pria muda berteriak memanggilnya dan reruntuhan mulai menimbunnya.
Ji Hoon berjongkok ketakutan didepan alat berat, Chul
Hoon mendekatinya menanyakan keadaanya. Ji Hoon seperti hanya mendengar suara
bergema dikupingnya dan memberitahu ada seseorang didalam dan meminta agar
segera mengeluarkan karena bangunan akan segera runtuh.
“Ada seseorang di dalam, warga negera Korea.” Ucap Ji Hoon bisa tahu karena sebelumnya mengajak bicara
dengan bahasa korea
Dae Young meminta Ki Bum untuk berdiri tak jauh dari
jalan masuk lalu memerintahkan untuk meniup peluit Jika bangunannya bergoyang sejauh 10 derajat, Ki Bum mengerti. Setelah itu Dae Young meminta Myung
Joo teruslah
bersiaga di ruang radio.
Myung Joo bertanya apakah Dae Young baik-baik saja. Dae
Young mengatakan baik-baik saja dan memberitahu Jika
skala Richter menunjukkan angka 5,0 akan terdengar suara peluit. Myung joo mengatakan sudah tahu dan meminta Dae Young
mengulurkan tanganya.
Dae Young mengulurkan tanganya, Myung Joo langsung
mencoba meremas dan Dae Young merasakan kesakitan. Myung Joo memarahi karena
Dae Young mengatakan baik-baik saja, jadi ia akan memakaikan perban ditanganya
yang kesakitan. Dae Young pun pasrah dengan Myung Joo yang memasang perban
ditanganya.
Si pria muda kembali sadarkan diri dan melihat kakinya
sedikit tertimpa besi sambil melihat dimana keberadaanya sekarang. Terlihat
dinding berada di lantai 3 basement lalu kembali berteriak meminta tolong.
“Apa kau bisa mendengarku? Yang di bawah sana! Apa kau bisa mendengarku?” teriak Dae Young
“Ya, aku bisa mendengarmu, Tolong aku!” jerit Si pria muda
Shi Jin menanyakan lokasi korban. Myung Joon memberitahu
ada di Lantai 3 basement, sisi barat dan Tim Alpha amankan pintu masuk sekarang. Shi Jin pun meminta Myung Joo memberikan alat walkie
talkienya. Mo Yun mendekati Shi Jin yang sedang mempersiapkan alat-alat meminta
agar bisa ikut.
“Berikan aku kotan P3K, dan Dr. Kang, kau tunggu saja di
sini.” Kata Shi Jin. Mo Yun mengatakan harus memeriksa status
pasien.
“Aturan pertama dalam penyelamatan adalah tidak membuat korban yang baru
lagi. Perawatan
medis darurat pasien
akan dilakukan oleh tim
penyelamat yang bertugas.” Tegas Shi Jin lalu
mendengar dari radionya
“Wolf melapor. Kau bisa mendengarku? Dalam waktu 5 menit, korban akan diamankan. Tolong siapkan pengobatan.” Kata Dae Young, Shi Jin menerima laporan memberitahu
akan segera turun. Dae Young pun mulai membelah bangunan dengan mesin pemotong.
Shi Jin sudah membawa tali melihat yang dilakukan Mo Yun
pada obat yang akan dibawanya, menurutnya Mantan pacarnya itu berpikir kalau ia
tak bisa membaca. Mo Yun
mengatakan kalau menuliskan dengan bahasa korea hanya untuk memastikan saja.
“Perlu kau tahu, aku adalah siswa
terpintar di
Akademi Militer dan juga di West Point. Jadi, kau harus tahu, bahwa
Bahasa Inggris sangat...” ucap Shi Jin dan disela
oleh Mo Yun
“Jika kau sudah memeriksa bagian vitalnya, beritahu aku.” Kata Mo Yun memberikan tas obatnya.
“Aku akan kembali dan berbicara dengan bahasa Inggris. Jadi Tunggu aku” ucap Shi Jin dengan senyuman, Mo Yun terlihat sangat
khawatir melihat Shi Jin akan masuk ke reruntuhan bangunan.
Dae Young mencoba menyelamatkan si pria muda dan Shi Jin
sudah bisa masuk ke tempat korban. Pria muda itu memanggil Shi Jin “ahjussi”
meminta makan sambil mengeluh karena Dae Young hanya membawakan minuman saja
tapi melihat Shi Jin datang hanya dengan tangan kosong.
“Tubuh dan mulutnya baik-baik
saja. Tapi,
masalahnya ada di sana. Kita
harus memperluas ruang agat
bisa menggunakan pompa hidrolik, Tapi,
mungkin akan membutuhkan waktu
karena ruangan ini sempit.” Jelas Dae Young
“kenapa kau bisa ada di sini? Bukannya kau pekerja dari bangunan timur?” ucap Shi Jin seperti bisa mengenalinya.
Si pria muda itu kaget kalau ia adalah dibangunan sebelah
barat, karena ia hanya melihat lubang dan terus merangkak, dengan menyesal seharusnya merangkak keatas bukan
kesamping, tapi menurutnya sekarang sudah tak perlu memikirkan hal itu karena
ia hanya ingin mereka cepat mengeluarkanya karena merasa sangat lapar dan
kesakitan.
Shi Jin bertanya dibagian mana sakitnya, lalu memberitahu
Mo Yun lewat radio pemancar bahkan korban dengan Tekanan
darah 130/100. Denyut
nadi 85, dengan Pergelangan kaki kiri dan bahu
kanan terluka. Moo Yun melihta Sepertinya
bagian vitalnya baik-baik saja jadi meminta Shi
Jin meberikan glukosa
dan obat
penghilang rasa sakit, dengan wajah khawatir
bertanya apakah Shi Jin tahu cara menemukan IV line. Shi Jin dengan sangat yakin pasti bisa menemukanya.
“Apa kau pernah melakukannya?”tanya
Mo Yun, Shi Jin mengatakan kalau mereka itu sudah dilatih
“Apa Kau sungguh pernah melakukannya?” kata si pria muda menarik tanganya ketika Shi Jin ingin
menusuk jarum infus.
“Kenapa semua orang meragukanku? Jika bukan di lengan, mungkin di dahi. Apa tidak
masalah bagimu? Suntikan dahi itu lebih
menyakitkan.” Ucap Shi Jin, akhirnya pria muda itu
pasrah menyerahkan lenganya.
“Aku akan memberinya cairan IV dan 30mg dari NSAID .” kata Shi Jin sudah berhasil menempelkan jarum infus dan
memasukan obat kedalamnya
Dae Young melapor merasa memerlukan satu lagi pompa hidrolik. Shi Jin melihat memang
mereka memerlukanya. Dae Young mengatakan harus ada seseorang yang keluar
mengambilnya. Shi Jin mengerti dan menyuruh Dae Young yang keluar untuk
mengambilnya, karena lorongnya sangat sempitjadi ingin tetap tinggal disana.
Dae Young hanya bisa pasrah sebagai bawahan keluar dari lorong sempit dan
kembali lagi.
Shi Jin mengubungi Dae Young yang sudah ada diatas. Dae
Young pun segera pergi ke tenda Mo Yun untuk membawa obat. Mo Yun pun mengambil
obat didalam tasnya, Myung Joo memberika air minum sambil bertanya kondisi
didalam. Dae Young memberitahu keadaannya tak baik dan Bangunannya
bisa runtuh kapan saja. Mo Yun memberikan Epinephine
Tiba-tiba terasa bangunan didepan mereka berguncang,
Myung Joo melihat kearah monitor memberitahu kalau itu bukan gempa susulan. Dae
Young berteriak agar anak buahnya mencaritahu dan memeriksa bagian pembangkit
listrik lainnya.
Ki Bum memberikan tiupan pluit yang sangat kencang,
ternyata Manager Jin dengan egoisnya membuat lubang jalan dengan alat berat.
Dibagian bawah, Shi Jin dan pria muda merasakan tanah yang mulai berjatuhan, Shi Jin bertanya
apakah terjadi gempa susulan. Si pria muda terlihat sedih dengan keadaanya
karena ia hampir saja bisa selamat. Shi Jin kembali menyelematkan si pemuda
karena banyak material tanah yang berjatuhan.
Myung Joo berusaha menghubungi Shi Jin sedang dalam
reruntuhan tapi tak ada jawaban, Mo Yun ikut tegang ingin tahu keadaan Shi Jin
didalam sana. Myung Joo memberitahu kalau sambungan radio terputus. Mo Yun
makin khawatir.
Dae Young kembali memanggil “Big Boss” tapi tak ada
sahutan, Chul Ho melapor kalau Manager Jin menggali dengan
excavator. Dae Young mengumpat menyuruh Manager Jin
segera diseret ke depanya. Manager Ji tetap melakukan pengalian. Woo Geum
langsung memberikan tendangan karena didalam reruntuhan masih ada orang.
Manager Ji pun jatuh keluar dari alat berat karena
ditarik oleh Woo Geum, Kwang Nam melaporkan sudah berhasil menangkap Manager
Jin. Dae Young memperingatkan agar menahanya supaya tak bisa lari, dan apabila
terjadi sesuatu yang buruk maka akan memastikan untuk mematahkan rahangnya.
“Jika tanahnya goyah dan terjadi guncangan lagi... Ini Percuma saja memberitahumu bahwa di sana berbahaya, 'kan?” ucap Myung Joo sangat
khawatir melihat Dae Young akan turun kebawah. Dae Young memberikan
hormat seperti meminta izin untuk bertugas.
Myung Joo menatap sedih Dae Young akan mengambil resiko
didalam reruntuhan, Mo Yoo terlihat sangat khawatir dengan keadaan Shi Jin ada
didalam.
Si pria muda kembali memanggil Shi Jin dengan panggilan
Ahjussi, tapi terlihat Shi Jin tak sadarkan diri diatas badan pria muda. Si
pria muda panik berpikir Shi Jin mati diatas badanya karena berusaha
menyelamatkanya.
“Apa ada orang di luar sana? Ada yang meninggal di sini!!!” jerit si pemuda ketakutan
“Aku bukan "Ahjussi" (Paman).” Kata Shi Jin berusaha untuk bangun, si pria muda pun
mulai senang karena berpikir kalau Shi Jin itu sudah meninggal. Shi Jin menegaskan dirinya itu bukan Ahjussi.
Pria itu merasa bukan yang penting untuk dibahas. Shi Jin
pikir itu sangat penting lalu kembali berusaha menganggung botol infus sambil
bertanya apakah pria muda itu terluka. Pria itu merasa bukan saatnya Shi Jin
mengkhawartirkan orang lain dan melihat pergelangan tangan Shi Jin berdarah
sangat banyak.
Shi Jin baru menyadarnya tapi terlihat bahagia karena
kaki korban sekarang sudah tak terjebak lagi. Pria muda itu merasa tak ada
gunanya lagi karena pintu keluar mereka sudah tertutup oleh batu dan mereka
sudah terperangkap didalamnya.
“Big Boss memanggil.... Siapapun, jawab aku.” Ucap Shi Jin pada radio tapi tak ada sahutan
“Aku jadi merasa tidak beruntung
sekarang. Aku
anggap saja sudah mati sekarang.” Kata si pemuda pasrah, Shi Jin yakin pria itu tak akan
mati jadi tak perlu khawatir.
“Sudahlah.... Radiomu bahkan tak
berfungsi.” Kata pria itu pasrah
“Aku janji kita akan keluar dari sini hidup-hidup. Hei, bocah.. Bukannya pacarmu sedang
menunggumu?” kata Shi Jin
Pria muda itu mengatakan tak punya pacar dan bertanya
balik apakah Shi Jin memiliki pacar. Shi Jin memberitahu tentang Panggilan
radio yang tadi dan mendengar suara dokter
wanita, sambil memperban tanganya yang berdarah.
“Aku sangat menyukainya, tapi aku ditolak mungkin sebanyak 3 kali. Apa aku mau mati saja?” kata Shi Jin
“Astaga!!! kau masih hidup? Jika itu aku, aku pasti mati karena malu.” Kata si pria muda
“Tapi, aku tidak mau menyerah.”kata Shi Jin dengan senyuman
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
gomawo onnie sinopnya,fighting..
BalasHapusIyah...him bak diyah......
BalasHapus