Soo Hyun memberikan setangkai bunga bertanya apakah Hye
Rim mau menerimanya. Hye Rim melihat bunga di tanganya tak percaya Soo Hyun
biasa tahu kalau menyukai bunga tulip. Soo Hyun bertanya bunga tulip itu terlihat
seperti apa warnanya. Hye Rim menatapnya lalu
menyebut Plum, lalu
berganti warnanya ungu,
“Warna Ungu,
bagimu? Seperti yang sudah kukira, tidak ada yang
namanya cinta sejati bagi wanita.” Gumam Soo Hyun
“Aku minta maaf karena tiba-tiba
mengatakan bahwa kita harus putus.” Kata Hye
Rim merasa menyesal
“Aku juga minta maaf. Kau tidak perlu merekam pesan
video.” Ucap Soo Hyun
Hye Rim tak percaya, Soo Hyun menyakinkan tak perlu
melakukan semua hal ini, karena yang dibutuhkan hanya Hye Rim lalu memeluknya dengan erat. Hye Rim pun juga
ikut memeluk Soo Hyun. Dibalik pelukan, Soo Hyun bergumam “Madame Antoine Rencana eksperimen
B: Dimulai.”
Hye Rim turun dari lantai dua, mendengar telp di cafe
berdering. Seorang wanita bertanya apakah Soo Hyun ada ditempat, lalu berubah
jadi panggilan sopan Dokter Choi Soo Hyun. Hye Rim kaget mendengarnya karena
mendengar suara wanita dan juga memanggilnya Soo Hyun.
“Tidak dokter Choi bekerja di
pusat psikologi di lantai dua.”kata Hye Rim. Sang
wanita bertanya nomor telpnya.
“Tiga digit pertamanya sama
seperti kami dan empat digit terakhir 2497.” Jelas Hye
Rim
Setelah menutup telp Hye Rim menatap gagang telp sambil
bergumam “Kenapa seorang
wanita muda mencari Soo Hyun?“ dengan
wajah penasaran
Di lantai dua, Soo Hyun kaget mendengar nama Clare. Ji Ho memberitahu kalau Clare mencarinya tapi sebelum
itu meminta izin untuk menanyakan dulu setelah itu baru menghubunginya lagi. Soo
Hyun langsung menolak dan berpesan apabila Clare menelp katakan kalau ia sedang
keluar untuk
melakukan sesuatu terkait pekerjaan. Ji Ho mengerti
lalu memberikan selembar note ditanganya, yaitu nomor ponsel Clare. Soo
Hyun hanya menempelakanya di atas meja.
Ketika keluar ruangan tak sengaja Soo Hyun bertemu dengan
Hye Rim yang membawa secangkir kopi, dengan senyuman mengatakan baru akan
turun untuk mengambilnya sendiri dan
mengucapkan terimakasih. Hye Rim langsung bertanya apakah Soo Hyun menerima
panggilan telepon. Soo Hyun terlihat kaget.
“Seorang wanita tadi menghubungi
kafe. Kupikir
dia mengira kafe sama saja dengan pusat konsultasi.” Jelas Hye Rim, Soo Hyun mengatakan sudah berbicara
dengan orang itu.
“Oh begitu. Tapi, dia menggunakan nama
pertamamu ketika dia bertanya apakah
kau ada di sana. Siapa
dia?” tanya Hye Rim penasaran
“Seseorang yang aku kenal sejak
perguruan tinggi.” Ucap Soo Hyun terlihat
seperti menutupi sesuatu
“Oh benarkah? Kukira kalian berdua
pasti sangat dekat karena kalian masih berhubungan, meskipun kau sudah lama
lulus.”komentar Hye Rim
“Bukan begitu. Dia seseorang yang tidak bisa
kujangkau.” Kata Soo Hyun
“Dia bilang "Tidak bisa
dijangkau"? Wanita
seperti apa dia sebenarnya?” gumam Hye Rim makin
penasaran.
Soo Hyun tiba-tiba meminta agar Hye Rim menatap wajahnya
sebentar, keduanya saling menatap dengan mata terbuka lebar.
“Tampang seperti ini
tidak akan berhasil dan Harus lebih bergairah.Jika tidak, seluruh
eksperimen bisa hancur.” Gumam Soo
Hyun melihat dari mata Hye Rim
Hye Rim bertanya apakah ada masalah, Soo Hyun mengatakan
tak ada hanya ingin melihat wajah Hye Rim saja dan mengucapkan terimakasih atas
kopi yang dibawakanya.
Soo Hyun mondar mandir dalam ruanganya, wajahnya terlihat
sangat gelisah. Akhirnya di duduk meja kerjanya dan menelp Ji Ho agar datang
keruanganya segara.
Selembar kuestioner [Skala
Hasrat Cinta], Hye Rim, Seung Chan dan Ji Ho duduk
diruang tengah mengerjakanya. Ji Ho terus menatap Hye Rim seperti takut dan
mengingat ucapan Soo Hyun
“Pastikan untuk
merahasiakannya dari Seung Chan dan buat mereka berpikir bahwa mereka hanya
mengisi survei. Aku yakin kalau Hye Rim akan mengatakan dia
ingin berpartisipasi juga. Dia menyukai horoskop dan tes psikologi lebih
dari siapa pun.”
Hye Rim mulai ingin memberikan nilai Satu:
Benar-benar tidak setuju. Sepuluh:
Sangat setuju sambil membayangkan. Soo Hyun yang pergi
begitu saja dan masuk kedalam mobil, lalu ia mengedor-gedor jendela tapi Soo
Hyun tetap meninggalkannya, akhirnya ia duduk lemas sambil menangis ditengah
jalan.
Dalam lembaran kuestionernya, Hye Ri membulatkan nilai
Satu “Jika orang yang kucintai akan pergi, aku
akan jatuh dalam keputusasaan yang mendalam.”
Ia kembali membayangkan saat duduk berdua dengan Soo Hyun, lalu tangan Soo Hyun meraba rambut dan mengelus pipinya. Hye Rim memilih nilai dua “Tubuhku gemetar dengan kegembiraan setiap kali orang yang kucintai menyentuhku.”
Setelah selesai Soo Hyun mulai menghitung angka yang
diperoleh Hye Rim dalam lembaran kuestionernya dan menuliskan angka 104.
“Kemungkinan skor
tertinggi adalah 135. Dia mendapat 104. Ini belum cukup
bergairah. Dia harus lebih bergairah dan lebih mencintaiku. Itu satu-satunya cara dia akan bisa menyelesaikan tugas dua dan tiga dengan baik. Apa yang harus aku
lakukan?” gumam Soo
Hyun memikirkan rencananya dan melihat nomor Clare masih tertempel diatas meja.
Seorang wanita masuk ke dalam cafe terlihat kebingungan,
Hye Rim sedang ada di depan kasir bergumam dalam hati memuji wanita yang baru
datang sangat cantik. Wainta itu pun berjalan ke arah Hye Rim bertanya apakah
dilantai dua itu adalah
pusat psikologi.
“Itu suara yang sama
yang menanyakan Soo Hyun dengan akrab.” Gumam Hye
Rim masih mengingatnya.
“Apa tangga itu menuju ke
kantornya?” tanya si wanita
“Ah... iya. Apa kau datang untuk menemui dokter Choi Soo Hyun?” ucap Hye Rim balik bertanya, wanita itu pun membenarkan
lalu naik ke lantai dua. Hye Rim terus melihat wanita cantik yang akan bertemu
dengan Soo Hyun dengan wajah penasaran.
Soo Hyun terlihat sedikit gugup melihat wanita yang masuk
kedalam ruanganya, Si wanita dengan senyuman menyapa Soo Hyun yang sudah lama
tak bertemu. Soo Hyun tersenyum melihat si wanita yang datang. Hye Rim berdiri
didepan pintu dengan membawakan minuman.
“Apa akan sangat
jelas kalau aku penasaran jika aku masuk sekarang? Tapi aku sangat penasaran! Aku ingin tahu tentang hubungan
mereka!” gumam Hye Rim kebinggungan didepan
pintu.
Akhirnya ia masuk ke dalam dengan senyuman, tapi wajah
Soo Hyun dan wanita itu terlihat kaget dan langsung diam. Hye Rim kembali
bergumam “Ada apa dengan
suasana hati ini?” melihat
keduanya yang langsung diam. Soo Hyun mengucapkan terimakasih karena Hye Rim
membawakan mereka minum.
Hye Rim pun menaruh dua cangkir diatas meja sambil
menyapa si wanita, lalu duduk meminta Soo Hyun memperkenalkan mereka. Soo Hyun
akhirnya memperkenalkan Go Hye Rim pada Clare Han. Hye Rim melotot kaget
menjerit dalam hati “Apa? Bukan "ini Pacarku Go Hye Rim" tapi hanya "Go Hye
Rim?"”Lalu
memberitahu Clare adalah teman kuliahnya.
“Dia adalah Pengacara hak asasi
manusia internasional sekarang dan
berafiliasi dengan PBB.” Cerita Soo Hyun,
“Itu luar biasa... kau bahkan bekerja di PBB?” kata Hye Rim memuji, Clare mengatakan itu hanya
pekerjaan saja.
Suasana tiba-tiba langsung diam, Hye Rim berpikir kalau
keduanya seperti mencoba untuk mengusirnya, tapi akhirnya ia mulai berbicara. Soo Hyun lebih
dulu melihat cangkir teh yang dibawakan Hye Rim teh herbal padahal Clare tidak suka teh herbal. Clare mengatakan tak masalah, Hye Rim pikir akan
membawakan sesuatu yang lainya.
Clare tetap merasa tak masalah tapi Soo Hyun langsung
meminta Hye Rim membawakan Teh Sitrun. Hye Rim mengerti dan langsung keluar ruangan, didepan
ruangan dengan wajah kesal karena diangga hanya seorang
wanita pelayan kedai kopi oleh Soo Hyun.
Soo Hyun mengembalikan cangkir ke cafe sambil mengucapkan
terima kasih atas teh Citrus buatanya, dengan lirikan sini Hye Rim mengatakan
tak masalah lalu bertanya apakah Wanita yang tadi sudah pergi. Soo Hyun mengatakan sudah pergi dan bertanya apakah itu
menarik perhatianya, Hye Rim menyangkal karena tak perlu seperti itu. Soo Hyun
hanya berkata “Baiklah kalau begitu.” Dengan lirikan jahilnya lalu kembali ke lantai
atas. Hye Rim makin kesal karena
tanggapan Soo Hyun terlihat sangat santai.
Prof Bae seperti menunggu seseorang didepan cafe, lalu
kembali merasakan sakit dibagian lehernya karena kankernya, kemudian berusaha
untuk mengatur nafasnya agar tak terasa sakit.
Seung Chan datang dengan skuternya, Prof Bae pun dengan
senyuman mengingat mereka harus pergi ke gym hari ini. Seung Chan langsung menolak dengan alasan kakinya
sedang terluka jadi tidak
akan bisa berolahraga untuk sementara waktu.
Prof Bae menawarkan bantuan agar bisa berjalan, Seung
Chan langsung menolaknya dan langsung pergi begitu saja dengan jalan yang
pincang menaiki tangga dan langsung naik ke lantai dua. Prof Bae terus melihat
Seung Chan yang naik ke lantai dua.
Seung Chan mengerjakan perkerjaanya di meja receptionist,
Prof Bae datang ingin memberika spray penghilang rasa sakit. Seung Chan menolak
karena sudah menempelkan plester pereda sakit.
Prof Bae bertanya apakah Seung Chan sudah
makan, Seung Chan mengatakan sudah sarapan tadi dan meminta
tak perlu mengkhawatirkanya. Prof Bae menyela untuk mengajaknya makan siang
karena melihat kaki Seung Chan yang sedang sakit jadi tak mungkin bisa
keluar. Hye Rim turun dari lantai tiga
melihat Prof Bae dan Seung Chan yang sedang berbicara. Prof Bae menawarkan diri untuk masakkan
makan siang yang bagus dan sederhana atau
membelikanya di restoran.
“Dokter. Aku benar-benar baik-baik
saja. Kau tidak
perlu khawatir tentang aku.” tegas Seung Chan
mencoba untuk menghindar dari Prof Bae,
Lalu melihat Hye Rim yang berdiri tak jauh darinya
langsung memanggil bertanya apakah Hye Rim sudah melakukan yang diminta
sebelumnya lalu menariknya turun ke lantai satu. Prof Bae terlihat sedih karena
Seung Chan menghindarinya dan lebih dekat dengan Hye Rim.
Di lantai satu
Hye Rim heran dengan Seung Chan karena sebelumnya tidak
pernah meminta untuk melakukan
apa pun. Seung Chan mengaku hanya
perlu alasan untuk keluar dari sana.
“Kenapa kau terus bersikap seperti itu pada Prof Bae?” kata Hye Rim
“Uh... Aku tidak tahu. Situasinya
sangat aneh bagiku dan Aku sangat membencinya. Sekarang Aku akan duduk di sini sebentar
sebelum kembali ke atas.” Ucap Seung Chan
Prof
Bae duduk dalam ruanganya sambil melamun, mengingat kembali saat tadi pagi
menawarkan bantuan, Seung Chan langsung menolaknya dan memilih untuk jalan
sendiri walaupun kakinya sakit. Sementara sebelumnya dengan senyuman bahagia
Seung Chan memberitahu cara makan ramen yang dimaksukan kimbap kedalamnya. Prof
Bae sudah duduk di minimarket sendirian, menatap bangku sebelahnya dengan wajah
sedih berharap Seung Chan ada disampingnya
Prof Bae datang menemui Hye Rim meminta tolong agar
memberikan bungkusan yang dibawakah pada Seung Chan. Hye Rim binggug menayakan
alasanya karena Seharusnya Prof
Bae memberikannya sendiri. Prof Bae merasa seperti Seung Chan menghindarinya akhir-akhir ini, jadi meminta Hye Rim memberikan pada Seung Chan untuk makan
siang karena sangat menyukai makanan itu. Sebelum Prof Bae naik ke lantai dua, Hye
Rim mengajak Prof Bae untuk mengobrol bersama.
Di ruangan ramalnya.
Prof Bae bertanya apa yang ingin dibicarakanya. Hye Rim
dengan berhati-hati mengatakan Prof Bae menyukai
Seung Chan, Prof Bae sempat kaget tapi dengan wajah
tertunduk berusaha menyangkal dengan mengejek Hye Rim itu wanita yang lucu dan
berpikir kalau sikapnya terlihat seperti itu.
“Dia sangat ramah dan dia juga
sangat sopan. Jadi aku
baru mengurus dia sedikit, itu saja. Tapi
apa aku menyukainya? Oh, tidak, tidak mungkin”
ucap Prof Bae menyangkal lalu wajahnya tertunduk dengan wajah serius.
“Apakah... memang sangat jelas?” tanya Prof Bae mengakuinya, Hye Rim mengaku bukan
seperti itu maksudnya.
“Kukira kau memiliki intuisi yang
kuat, Hye Rim. Bagaimana
kau bisa tahu?” tanya Prof Bae
“Aku melihat daftar keinginanmu.” Akui Hye Rim
Prof Bae makin kaget Hye Rim bisa mengetahui itu. Hye Rim
dengan wajah ketakutan menceritakan Sewaktu Prof Bae pingsan, ketika mengambilkan
barang-barang di laci dan tidak
sengaja melihatnya, lalu meminta maaf. Prof Bae
bertanya apakah hanya Hye Rim satu-satunya orang yang mengetahuinya. Hye Rim
berbohong kalau hanya ia yang tahu.
“Aku ini pasti aneh untukmu, kan?” ucap Prof Bae, Hye Rim pikir tak sama sekali.
“Ketika aku melihat anak-anak dari
BIGBANG, hatiku
berdetak cepat. Kadang-kadang
aku juga bermimpi tentang mereka.” Cerita Hye
Rim
“di usia setuaku ini
menyukai seseorang, , bukankah itu gila. Aku psikolog Dan juga menasihati orang lain. Jika
seseorang akan mengatakan sesuatu seperti ini kepadaku maka aku akan memberitahu mereka untuk
mengikuti kata hati mereka.” Cerita Prof Bae, Hye
Rim menatap Prof Bae dengan tatapan sedih.
“Konselor dalam diriku...
mengatakan hal-hal ini. Bahwa
aku harus menjadi lebih percaya diri. Bahwa
bertemu seseorang dan jatuh cinta, pada
usia setua ini, adalah sebuah berkat. Bahwa
aku harus menyukainya sebanyak yang aku inginkan, terlepas dari apa yang orang lain
pikirkan. Tapi...
orang itu, aku, Bae Mi Ran... merasa sangat malu tentang hal ini Dan aku sangat takut kalau sampai
orang lain mengetahui.” Jelas Prof Bae menahan rasa
sedihnya.
“Kau tidak perlu merasa seperti
itu lagi, Dokter. Kenapa
harus malu jika seseorang menyukai orang lain?”
ucap Hye Rim memberikan dorongan semangat.
“Aku hanya punya satu keinginan. Bahwa aku bisa menyukai Seung Chan secara rahasia. Dan, bahwa ketika aku
meninggalkan dunia ini, aku bias melakukannya
secara diam-diam. Itu
saja yang aku inginkan. Tapi
jika orang lain tahu, maka hal-hal ini tidak akan mungkin.” Ucap Prof Bae
“Aku akan memastikan bahwa orang
lain tidak tahu jika
mereka mengetahuinya, aku akan meyakinkan bahwa mereka salah.” Kata Hye Rim
Prof Bae seperti tak yakin kalau itu bisa terjadi, Hye
Rim pikir Prof Bae tak perlu mengkhawatirkanya karena menurutnya ucapanya itu
mengalahkan ucapan orang yang bekerja di pusat konsultasi apabila ia memberitahu kalau mereka salah maka akan
mempercayainya, jadi ia bisa menyukai Seung Chan sesuia dengan isi hatinya.
Seung Chan menemui Hye Rim diruang tengah, Hye Rim dengan
wajah panik menceritakan mereka sedang dalam kesulitan besar dan bertanya apa yang harus dilakukanya sekarang. Seung
Chan binggung memangnya apa yang terjadi.
“Prof Bae tidak menyukaimu! Aku langsung bertanya kepadanya
apa yang dia pikirkan tentangmu. Aku
bertanya, "Bukankah dia terlihat jantan?" Dan dia menjawab dengan tertawa. "Dia? Jantan? Tidak
mungkin!"” cerita Hye Rim dengan wajah
menyakinkan. Seung Chan terlihat tak percaya.
“Ya! Bahkan, dia mengatakan bahwa kau harus
cepat dan
mencari pacar dan Mengatakan
bahwa kau nantinya akan menyesal jika
kau tidak banyak berkencan saat kau masih muda.”cerita
Hye Rim semakin menyakinkan
“Aku salah paham tentang
situasinya dan mengatakan hal yang salah. Dan kau menerima kata-katanya
mentah-mentah dan menghindarinya. Selain itu dia tahu bahwa kau menghindarinya.” Ucap Hye Rim
“Benarkah? Itu aneh! Aku sudah
melakukannya secara natural!” kata Seung Chan
Hye Rim mengumpat sikap Seung Chan yang mengaku sangat
natural, menurutnya saat melihatnya itu sangat jelas dimatanya, lalu
menceritakan kalau dalam pikiran Prof Bae itu adalah kesalahanya, dan
mengatakan "Apa
kesalahan yang telah aku perbuat? Apakah
aku melakukan kesalahan?" Seung Chan
terlihat tak enak hati dan bertanya apa yang harus dilakukanya sekarang. Hye
Rim menyuruh Seung Chan Bersikap baiklah kepadanya mulai
sekarang seperti itu.
Yoo Rim merekam video seseorang dengan kameranya sambil
berbicara “ Kadang-kadang, setelah dia selesai bekerja seharian, dia
bersantai di spa.” Dan akhirnya berkata “cut” lalu memuji modelnya kalau
hasilnya bagus, Pria itu bertanya apakah sudah selesai. Yoo Rim mengangguk,
tiba-tiba dibelakang Ji Ho memperlihatkan wajahnya dengan mengangkat dua
jarinya. Yoo Rim akhirnya meminta modelnya sebentar dan mengejar Ji Ho.
Ji Ho langsung berlari ke lorong tempat orang biasanya
tidur, Yoo Rim dengan sikap machonya menyuruh Ji Ho untuk keluar. Ji Ho
akhirnya berjongkok menatap Yoo Rim, dengan wajah kesal Yoo Rim bertanya kenapa
Ji Ho ada ditempat itu. Ji Ho mengaku
ingin menemuinya. Yoo Rim mengatakan kalau Ji Ho
itu menghalanginya bekerja.
“Itu sebabnya aku berada sangat jauh.” Kata Ji Ho dengan wajah tertunduk
“Kau masuk dalam pengambilan
gambarku, Kenapa
kau datang kesini? Jika
kau ingin mengatakan sesuatu, katakan saja dan pergi!” ucap Yoo Rim dengan nada kesal
“Aku mencintaimu... Tapi hanya mengatakan ini saja
tidak cukup. Sesuatu
dalam hatiku terasa seperti akan meledak dan kata-kata itu tidak bisa menjelaskannya.” Kata Ji Ho memegang dadanya dengan wajah sedih.
“Baik. kalau begitu
berpartisipasilah dalam eksperimen demi aku.” Ucap Yoo
Rim
Ji Ho binggung mendengarnya, Yoo Rim menjelaskan akan memberikan sepuluh
tugas untuk dilakukan dan harus melakukan semuanya
dalam waktu satu bulan setelah itu baur akan menerima perasaanya. Ji Ho dengan
senyuman sumringah setuju dan menanyakan apa yang harus dilakukanya.
Yoo Rim melihat ibu-ibu yang sedang makan telur rebus,
lalu menyuruh Ji Ho hanya minum air dan garam saja, lalu melihat wanita yang sedang
duduk bersama dengan teman-temanya tanpa alas kaki, ia pun menyuruh Ji Ho untuk
tak memakai kaos kaki dan yang ketiga, ia melihat pria sedang mengosok gigi sambil berjalan.
Soo Hyun menerima berkas dari asistenya, dan kaget
melihat Ji Ho menaruh sikap gigi dimulutnya dan bertanya apa yang dilakukanya
itu. Ji Ho mengatakan sudah
menjadi subjek eksperimen, lalu pamit keluar ruangan.
“Sikat
gigimu 27 kali per-hari. Kenapa? Karena kau berusia 27 tahun. Dan
selalu pakai handuk di kepalamu,
selain itu gulung handuk itu
menjadi gaya domba.”
Ji Ho melakukan semua yang diminta Yoo Rim agar cintanya
bisa diterima bahka mengunakan handuk berbentuk domba walaupun ada didalam
kantor.
Hye Rim masuk ruangan Soo Hyun tapi tak melihat pacarnya
itu ada didalam ruangan, lalu ia bertanya pada Ji Ho dengan memakai handuk
dikepala dan sikap gigi, sebelumnya ingin menanyakan tentang Soo Hyun tapi
lebih dulu heran melihat Ji Ho.
“Itu semua adalah tugas yang
diberikan Yoo Rim kepadaku. Kenapa
kau mencari Prof Choi? Dia pergi keluar untuk menemui
seorang teman.” Kata Ji Ho dengan melepaskan sikat
giginya, Hye Rim menduga-duga siapa temanya.
“Orang yang datang untuk
berkunjung sebelumnya, Clare atau yang lainya.” Kata Ji Ho
“Ada apa dengan mereka berdua? Apa
hubungan mereka? Apa
kau tahu tentang itu?” tanya Hye Rim benar-benar penasaran. Ji Ho hanya
mengedip-ngedipkan matanya seperti tak tahu menahu.
“Baiklah. Apa setidaknya kau tahu di mana
mereka akan bertemu?” tanya Hye Rim.
Hye Rim masuk dengan wajah kesal karena ternyata bukan
hanya dirinya yang diajak Soo Hyun makan direstoran Prancis, didepan restoran
menelp Soo Hyun bertanya keberadaanya,
lalu mengatakan jaraknya sangat dekat dan apabil tak menganggu untuk datang
bergabung.
Soo Hyun langsung melambaikan tanganya ketika melihat Hye
Rim datang dan sudah Clare duduk didepanya. Hye Rim pun duduk berharap tak
menganggu mereka lalu bertanya apakah tak masalah jika bergabung pada Soo Hyun.
Soo Hyun pikir tak masalah karena mereka hanya
membicarakan tentang pekerjaan, jadi
tidak terlalu banyak yang menyenangkan dan bertanya apa yang ingin dipesan oleh Hye Rim.
Makan Hye Rim pun datang, mereka mulai makan bersama. Soo
Hyun bertanya pada Clare apakah akan menyelesaikan percakapan sebelumnya. Clare mengangguk, Soo Hyun menceritakan pada Hye Rim
kalau mereka tidak punya banyak waktu jadi ada sesuatu yang perlu dibicarakan
berdua. Hye Rim piker tak masalah dan menyuruh
mereka melanjutkan saja.
“Jadi, bagaimana kau bisa bekerja
di PBB?” tanya Soo Hyun
“Aku mulai tertarik dengan hak
asasi perempuan. Sekarang
ini, kami berusaha membantu perempuan yang mendapat penyerangan lalu Kami
menyediakan mereka bantuan hukum. Aku
tidak akan tahu detailnya sampai bisa lebih dalam lagi. Tapi hampir semuanya merasa
terguncang, secara emosional. Jadi
sulit untuk mendapatkan kepercayaan mereka.” Cerita
Clare yang membuat Hye Rim terdiam karena tak mengerti apapun.
“Apa kau telah membuat rencana untuk
bisa bertemu dengan mereka?” tanya Soo Hyun
“Firma hukumku memiliki pusat penanggulangan
kekerasan dalam
rumah tangga bagi perempuan yang
kami rencanakan untuk bekerja sama.” Jelas
Clare
Soo Hyun mengerti kalau Clare itu membutuhkan seorang psikolog.
Clare tersenyum karena sangat menyenangkan apabila Soo Hyun bisa membantunya. Hye Rim yang tak tahu apa-apa memilih untuk pamit saja ke
toilet.
Hye Rim menatap wajahnya dicermin karena merasa tak
sepintar Clare seperti tak ada yang bisa dibanggakan, tapi dalam hatinya
bergumam “Jangan kehilangan
kendali, Go Hye Rim! Kau seorang peramal! Kau memiliki sesuatu yang
spesial! Kau seorang peramal internasional yang memiliki
jiwa Marie Antoinette!” Lalu ia mengeluarkan lipstiknya pesan dari
ponselnya masih dari Soo Hyun “Apa kau masih lama? Kita harus segera pergi.”
Ketika kembali ke meja, Soo Hyun dan Clare sudah memakai
jaketnya. Hye Rim masih dengan ramah meminta maaf dan tak maksud membuatnya
menungggu. Soo Hyun mengatakan terjadi sesuatu jadi menyuruh untuk cepat dan
segera datang ke kasir.
“Aku bahkan belum selesai makan... Ada apa dengan sikap acuhnya itu?”
gumam Hye Rim kesal melihat Soo Hyun dan Clare berjalan lebih dulu.
Hye Rim pun terlihat kesusahan saat memakai jaket dan
tasnya sambil berjalan, sesampai didepan kasir Soo Hyun langsung pergi begitu
saja. Hye Rim bahkan tak bisa memanggilnya untuk menunggu.
Soo Hyun pun mengantar Clare naik taksi dan berjanji akan
menghubunginya lagi. Setelah itu mengajak Hye Rim untuk cepat pergi, Hye Rim kesal karena sedari tadi Soo Hyun itu
selal terburu-buru, bahkan ia sampai tak tidak
bisa mengancingkan jaketnya. Soo Hyun berusaha membantu untuk mengancingkanya.
“Tidak usah, Aku akan mengabulkan keinginanmu dan aku akan bergegas pergi saja” kata Hye Rim ingin pergi, Soo Hyun pun menahanya.
“Jangan lakukan itu. Sejujur... alasanku terburu-buru
adalah karena kau.” Kata Soo Hyun, Hye Rim pun
hanya bisa diam mendengarnya.
Soo Hyun mengajak ke sebuah tempat, meminta Hye Rim untuk
berdiri ditempat itu lalu melihat jam tanganya mulai menghitun dari lima sampai
satu, terlihat bulan yang setengahnya sudah berwarna hitam. Soo Hyun menunjuk bulan yang satu sisi
sudah menjadi semakin gelap, Hye Rim takjub
melihatnya.
“Tapi... kenapa gerhana bulan?” tanya Hye Rim
“Aku ingat pernah datang ke sini
dengan ibuku ketika aku masih muda. Ketika
bulan menjadi benar-benar gelap, ibuku akan memberitahuku ini... "Jangan takut. Ibu akan
selalu melindungimu. " Tapi,
seperti yang kau tahu, ibuku meninggalkanku Dan aku menyaksikan gerhana bulan
setiap tahun, sendirian. Tapi
kali ini, aku tidak ingin melihatnya sendiri. Aku ingin melihat bersamamu. Maaf, karena membuatmu
terburu-buru untuk melihat ini.” cerita Soo Hyun yang
membuat Hye Rim berkaca-kaca mendengarnya.
“Ah... tidak apa-apa, untuk sesuatu seperti ini, kau boleh membuatku terburu-buru
setiap saat.” Kata Hye Rim dengan senyuman, Soo Hyun
pun memeluk erat Hye Rim dari belakang dan menikmati gerhana bulan
bersama-sama.
Hye Rim baru datang ke cafe, Pengawainya memberitahu Seseorang telah menunggu cukup lama agar bisa diramal, Hye Rim kaget
karena selarut itu masih ada yang ingin diramal
olehnya. Akhirnya Hye Rim masuk keruang ramal dan ada Nyonya Seo disana.
Nyonya Seo meminta maaf tentang kejadian terakhir kali.
Hye Rim tahu pasti Nyonya Seo akan datang kembali, lalu kembali menyakan kalau
Nyonya Seo itu ibu dari Soo Hyun. Nyonya Seo mengangguk, lalu bertanya apakah
Hye Rim memberitahu Soo Hyun. Hye Rim mengatakan tak memberitahunya.
“Apa Soo Hyun berbicara tentangku?” tanya Nyonya Seo, Hye Rim mengaku hanya sedikit saja.
“Dia sangat membenciku, kan?” kata Nyonya Seo merasa bersalah meninggalkan anaknya.
“Dia tidak berkata seperti itu,
tapi kupikir dia mendapat beberapa bekas
luka karena hal itu.” Cerita Hye Rim
“Aku yakin dia merasa seperti itu. Tapi tetap saja, aku sangat
bersyukur bahwa dia tumbuh menjadi pria
yang hebat. Aku
datang ke sini karena sangat ingin melihat dia, setidaknya sekali saja. Tapi sekarang aku ingin melihat
dia setiap hari. Jadi
aku memiliki permintaan kepadamu. Um, bisakah kau membantuku...Agar aku bisa
makan bersama dengannya? ” Kata Nyonya Seo, Hye Rim pikir tak begitu yakin dengan
itu.
“Aku harus kembali ke Amerika
dalam satu bulan. Akan
memalukan jika aku pergi dan bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk makan
bersamanya. Tolong
bantu aku, Nona Hye
Rim.” Pinta Nyonya Seo memohon, Hye Rim terdiam.
Yoo Rim turun dari lantai tiga, melihat Ji Ho dengan memakain
handuk dan juga sikat gigi dimulutnya lalu bertanya apa yang dilakukanya. Ji Ho
dengan senyumanya bertanya apa akan bekerja sekarang.
“Kita sedang membicarakan kau
sekarang. Apa yang
kau lakukan? Apa ini sauna?” ejek Yoo Rim
“Kau memintaku untuk melakukan hal
ini.” kata Ji Ho, Yoo Rim tak percaya Ji Ho itu masih
melakukan.
“Iya.... Aku akan bekerja keras.” Ucap Ji Ho lalu beranjak pergi. Yoo Rim hanya bisa
melonggo melihat tingkah Ji Ho.
Hye Rim dan Soo Hyun masuk bersama kesebuah restoran,
Nyonya Seo sudah menunggunya. Hye Rim berpura-pura tak sengaja bertemu dan
berjalan mendekat, Soo Hyun terlihat tak nyaman memberikan anggukan kepalanya.
“Apa kau makan sendirian? Kau
pasti merasa kesepian. Bagaimana
kalau kita duduk bersama-sama dengan dia,
Soo Hyun?” tanya Hye Rim, Soo Hyun terlihat kaget.
“Agak aneh untuk kita makan
bersama-sama, karena dia seorang pasien.” Bisik Soo
Hyun menolaknya. Hye Rim mengatakan kalau Nyonya Seo itu pelanggan dicafenya.
“Apa tidak apa-apa jika kami duduk
dan bergabung denganmu untuk
makan siang?” kata Hye Rim dan Nyonya Seo pun
mempersilahkan keduanya untuk duduk. Soo Hyun berusaha tersenyum walaupun
hatinya merasa tak nyaman.
Soo Hyun duduk didepan Nyonya Seo memakan pastanya.
Nyonya Seo tersenyum melihat anaknya yang makan dengan lahap. Ketika ingin
mengambil kimchi, Nyonya Seo mengambilkanya. Soo Hyun pun mengucapkan
terimakasih. Nyonya Seo menanyakan apakah Soo Hyun sudah sembuh dari flunya, Soo
Hyun terlihat acuh dengan pertanyaan itu.
“Bagaimana kabar keluargamu? Apa
masih utuh?” tanya Nyonya Seo, Hye Rim melotot
mendengarnya.
“Aku memiliki kedua orang tua, dan seorang adik.” Cerita Soo Hyun singkat
“Oh... seorang... adik, ?
Bagaimana hubunganmu dengan dia?” tanya
Nyonya Seo. Soo Hyun pikir semua hubungan anatara saudara sama saja.
“Apa mungkin adikmu selalu menjadi yang paling disukai ?” ucap Nyonya Seo, Soo Hyun kaget
mendengarnya, begitu juga Hye Rim
“Tidak... dalam keluarga dengan
beberapa saudara,yang lebih tua biasanya disalahkan.” Jelas Nyonya Seo
“Sepertinya minatmu kepadaku
semakin besar sejak terakhir kita bertemu.” Komentar Soo
Hyun
Nyonya Seo mengaku melihat Soo Hyun mengingatkan pada
anaknya, Hye Rim langsung mencoba mencairkan suasana dengan berpura-pura
menuangkan air pada gelas Nyonya Seo yang kosong. Nyonya Seo bertanya apakah
mereka memiliki waktu luang setelah makan, karena ingin membelikan
anaknya hadiah, tapi tidak tahu apa yang harus dibeli untuknya jadi meminta agar dibantu memilihkanya. Soo Hyun dan
Hye Rim saling berpandangan.
Ketiganya masuk kesebuah toko, Nyonya Seo langsung
melihat deretan dompet dan menanyakan bagaimana kalau memberikan sebuah dompet.
Soo Hyun tak mengerti karena tak mengenal anak Nyonya Seo.
“Tidak masalah. Aku hanya ingin
kau memilih sesuatu yang kau perlukan.” Kata Nyonya
Seo
“Bagaimana dengan cologne yang di
sana? Kau juga
menggunakan cologne, kan?” ucap Hye Rim, Nyonya Seo
bertanya mana yang biasa diguankanya.
Soo Hyun menunjuk ke arah lain, ketiganya pergi ke bagian
syal yang ada rak. Nyonya Seo kembali bertanya mana yang dipilih Soo Hyun. Soo
Hyun menunjuk warna hitam, dengan wajah sumringah Nyonya So berpikir kalau itu
warna yang disukai anaknya. Soo Hyun mengatakan hanya preferensinya tapi menyarakan Nyonya Seo harus memilih
warnanya sesuai yang anak suka. Nyonya Seo mengatakan
jika Soo Hyun menyukainya maka anaknya juga menyukainya lalu meminta segera
dibungkus. Hye Rim hanya bisa diam karena Nyonya Seo berusaha untuk lebih dekat
dengan Soo Hyun.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar