Flash Back
Myung Joo dengan dress putihnya masuk gedung bersama Dae
Young sambil bertanya apakah Dae Young sangat mencintai mantanya. Dae Young
bertanya balik kenapa Myung Joo menanyakan hal itu. Myung Soo yakin Pasti ada
alasannya kenapa Dae Young bisa dendam.
“Aku pernah berjanji untuk membuatnya bahagia.” Kata Dae Young, keduanya pun menaiki tangga bersama
“Tapi, dia tak akan bahagia jika
acara penikahanya jadi
kacau, 'kan?” ucap Myung Joo
“Kau tak akan bahagia jika kau masih memiliki penyesalan.” Kata Dae Young terhenti melihat sisi kirinya.
“Jadi, kau tak di sini untuk balas dendam, Apa
kau ingin memberikan dia support?” tanya
Myung Joo binggung.
Dae Young berjalan lebih dulu, Myung Joo melihat kearah
Dae Young berjalan. Si calon pengantin wanita terkejut tangan memegang buket
bunganya lemas, melihat Dae Yong bisa datang ke tempatnya. Dae Young menegaskan
ingin bertemu dengan calon suaminya dan sudah menemuinya sebelum datang ke
tempat itu.
Sang Mantan panik karena Dae Young tak boleh menemuinya,
Dae Young tahu sebentar lagi calon suaminya akan datang. Sang mantan berteriak
kesal. Myung Joo datang sambil merangkul lengan Dae Young menyapanya dan
mengucapkan selamat. Sang mantan bertanya siapa wanita yang ada disamping Dae
Young.
“Sepertinya aku harus menyapamu lebih dulu Terima kasih telah mau
melepaskannya. Aku
adalah pacarnya. Tapi,
agak aneh jadinya jika kau
memanggilku, "pacarnya", jadi panggil
aku, Dr. Yoon saja. Aku
adalah seorang dokter.” Kata Myung Joo bersandar
manja di lengan Dae Young,
“Apa kalian sungguh pacaran?” tanya sang mantan tak percaya
“Aku tak perlu menjelaskan apa-apa
padamu. Berkat
dia, aku tak akan pernah memikirkanmu
lagi sekarang. Jadi... hiduplah dengan bahagia. Dan selamat atas penikahanmu. Aku tulus
mengucapkannya.” Ucap Dae Young sambil
mengengam tangan Myung Soo. Myung Soo sempat kaget dan merasakan genggama
tangan Dae Young semakin keras ketika berbicara pada mantanya.
Di restoran
Myung Joo menuangkan soju bertanya apakah Dae Young masih
merasa menyesal. Dae Young mengatakan tidak tapi merasa sangat lega lalu
meminum sojunya. Myung Joo merasa masih ada rasa penyesalan. Dae Young bertanya
penyesalan seperti apa. Myung Joo juga tak tahu, seperti ada sesuatu yang
menganjal dalam dirinya.
“Aku sudah melaksanakan tugasku. Jangan lupa untuk memberitahu Shi
Jin bahwa kita sudah berkencan” kata Myung
Joo menuagkan kembali soju kedalam gelas. Dae Young pikir tak perlu
mengkhawatirkan hal itu dan keduanya kembali minum bersama.
Di pertemuan berikutnya
Myung Joo sedikit mabuk mengakui tak ingin menikah dengan
Shi Jin tapi bukan berarti tak mau menikah dengan pria lainnya, lalu bertanya
apa yang dikatakan Dae Young pada Shi Jin sebelumnya.
“Aku hanya bilang..."Aku
adalah pacar Letnan Yoon." Hanya satu kalimat itu. Itulah kesepakatan kita.” Kata Dae Young
“Jadi, kenapa ada rumor mengatakan kita tidur bersama?” ucap Myung Joo geram
“Karena tentara memang suka
berimajinasi.” Balas Dae Young
Myung Joo melipat tangan didadanya dengan kesal kalau Dae
Young itu sedang bercanda denganya. Dae Young mengatakan sengaja melakukan Agar
masalah seperti ini tidak membosankan saja lalu meminum sojunya. Myung Joo hanya bisa menghela
nafas.
Pertemuan ke tiga saat salju lebat turun
Myung Joo tak percaya dengan yang teman-teman lain
pikirkan kalau mereka pacaran itu dianggap dengan tidur bersama. Dae Young
menegaskan itu hanya pikiran dari pria saja jadi Myung Joo tak
perlu emosi.
“Jika kau emosi begini, maka kau kalah dalam pertarungan.” Ucap Dae Young menjawab dengan gaya militer
“kau bilang aku Kalah?” kata Myung Joo tak terima, Dae Young pun meminta maaf
dan mengaku salah bicara
“Jangan bercanda lagi. Apa yang pria pikirkan itu
hanyalah tentang
"tidur dengan wanita"? Karena
pembahasan "tidur" inilah aku
selalu jadi... emosi.” Kata Myung Joo terlihat
canggung membahasnya dengan Dae Young.
Pertemuan berikutnya
Keduanya keluar dari restoran pada musim semi dimana
sakuran mulai berguguran. Dae Young pikir walaupuan Myung Joo tak bisa menang
tapi bisa mendapatkan sesuatu. Myung Joo bertanya apa itu. Dae Young berjalan
lebih dulu mengatakan kalau yang tadinya rumor jadi kenyataan. Myung Joo
berpikir sejenak lalu memukul Dae Young karena berpikir ia wanita murahan,
tiba-tiba ia hampir jatuh.
Dae Young menahanya sambil menanyakan keadaaanya. Myung
Joo terus memukulnya karena Dae Young ternyata berpikir selicik itu. Dae Young
pun meminta maaf dan berusaha menghindari pukulan Myung Joo.
Sebuah foto Myung Joo dan ayahnya berada diatas meja,
Anak buah Letnan Yoon melaporkan Myung Joo baru saja tiba
di Taebaek. Dan Sersan
Mayor Seo Dae Young berangkat
ke bandara pukul 1 siang. Letnan Yoon mengerti, lalu
deringan telp terdengar kalau dari Blue House ingin berbicara denganya. Letnan
Yoon pun berbicara dengan video call dari laptopnya dengan Presiden.
“Kami baru saja menerima
permintaan tidak
resmi mengenai operasi VIP Liga Arab. Singkatnya, mereka meminta agar oeprasi itu dianggap tak pernah terjadi. Jadi, kedatangannya ke Mediacube juga tak pernah terjadi Dan mereka tak ingin... tak ada catatan apapun tentang kejadian itu. Pemerintah menerima permintaan
itu. “ jelas Presiden Lee
“Mengenai Kapten. Yoo Shi Jin, apakah dia akan dihukum atau
tidak, Kalian
yang akan memutuskannya.” Ucap Presiden, Letnan Yoon
pun menerima perintahnya lalu mematikan laptopnya.
Ia bertanya pada bawahanya, kalau Shi Jin itu masih ada
dalam tahanan, lalu meminta untuk menghapus
semua catatan tentang operasi
itu dan bebaskan Shi Jin Tapi, dia tetap akan mendapat
hukuman. Anak buahnya kaget Shi Jin mendapatkan hukuman padahal
sebelumnya akan mendapat promosi kenaikan jabatan.Tuan Yoon tak menanggapinya lalu
menelp Komanda
Devisi Taebaek.
Sebuah Tahu berbentuk bintang dan dihias dengan cantik
diatas piring, semua jenis tahu ada diatas meja. Shi Jin tak menyangka ternyata
banya Tahu ada di Urk, lalu bertanya apakah semuanya itu menyetujui
menu ini. Woo Geum dkk hanya bisa tertunduk diam.
“Untuk Kapten yang bermalam 1 hari 2 malam di pos jaga dan akhirnya dibebaskan, kami sudah menyiapkan tahu, ada tahu rebus, dan tahu kimchi di sebelah kanan. Ada tahu bentuk hati juga.” Jelas Ki Bum seperti seorang chef memberitahu
pelangganya dengan gaya militer.
“Kau bilang,
"Dibebaskan"?” keluh Shi Jin kesal
“Bukankah memang begitu? Kalau begitu...Kedatangan?” kata Ki Bum polos semua tertawa
“Kau bilang Kedatangan? "Kapten sudah hadir"
yang benar.” Ucap Shi Jin sambil memukul bagian
perut Ki Bum
Chul Ho mengeluarkan suara seperti baru tahu, Shi Jin
heran melihat anak buahnya, Woo Geun menceritakan sudah
berusaha mengajarinya lalu memberikan minuma
ginseng kesukaanya. Shi Jin menegaskan keduanya itu diselamatkan oleh Woo Geun.
“Semuanya, perhatian.... Aku akan berpidato sebentar. Kalian sudah berusaha keras, Meskipun dalam siaga darurat dan Sersan Mayor tidak ada Dan meskipun, sekarang kita pesta
tahu, tapi,
saat akhir pekan nanti, aku akan mentraktir kalian barbekyu. Selamat makan semuanya.” Kata Shi Jin
berdiri sambil bertolak pinggang
Semua mengucapakan terimakasih dan bahagia memakan
makanan menu tahu diatas meja. Mo Yun berlari masuk ke dalam dan terlihat
kebinggungan karena banyak tentara yang makan dan hanya dia wanita didalam
ruangan, akhirnya ia memilih berjalan keluar. Shi Jin bertanya kenapa Mo Yun
keluar padahal sudah tahu ingin bertemu denganya. Mo Yun pikir nanti saja dan
menyuruh Shi Jin makan saja. Shi Jin tak mau dan mengajak Mo Yun untuk bicara
sekarang dan keluar dari rumah.
Dibawah renuntuhan bangan dan tempat menjemur beberapa
seprai, keduanya berbicara. Shi Ji mengejek selama ini Mo Yun hanya berakting jadi dokter saja tapi ternyata sudah menyelamatkan pasiennya. Mo Yun membalas kalau itu semua yang dinginkanya. Shi
Jin tersenyum karena Mo Yun menurutinya.
“Bukannya kau bilang, kaulah Komandan untuk tim medis.” Sindir Shi Jin, Mo Yun merasa Shi Jin itu tipe
yang pendendam.
“Sepertinya kau jadi wanita kalem sejak malam itu.” Ejek Shi Jin, keduanya sama-sama terdiam.
“Kau bilang jika memang ingin berterima kasih katakan saja. Aku akan bilang Terima
kasih sudah mau mempercayaiku.” Kata Mo Yun
Shi Jin mengangguk, lalu bertanya apakah Mo Yun merasa
takut. Mo Yun mengaku sebenarnya merasa sedikit takut lalu bertanya balik. Shi
Jin menceritakan sudah terbiasa dengan situasi yang seperti itu. Mo Yun tertunduk diam dan terlihat sedih.
“Dan... Aku ingin mengatakan sesuatu tapi tidak mendapatkan kesempatan. Tapi, aku tidak serius saat mengatakan..."Dan
beberapa dokter hanya
muncul di TV saja." Aku
harap kau tidak marah.” Kata Shi Jin, Mo Yun pikir
benar juga ucapan Sih Jin
“Tapi, yang tidak benar adalah... saat dokter tetap mengoperasi pasiennya ketika dia ditodongkan senjata” ucap Shi Jin
“Ya sudah, kalau kau anggap begitu, Mungkin kau benar juga. Tapi, mereka tak akan berani menembakku, 'kan?” kata Mo Yun yakin
Shi Jin terdiam menatap Mo Yun, Mo Yun mengartikan kalau
dugaanya itu tak benar dan meminta Shi Jin tak perlu menjawabnya sambil menutup
kupingnya. Shi Jin tersenyum melihatnya, terdengar suara yang memanggilnya.
Dari balik seprai terlihat Chul Ho berdiri dan ada
pengawal arab sudah berdiri lalu membuka pintu mempersilahkan keduanya masih.
Shi Jin dan Mo Yun saling bertatapan dengan wajah binggung.
Disebuah ruangan
Pria duduk dikursi roda menyabut Mo Yun dan Shi Jin
datang ke tempatnya, pria itu adalah Presiden yang dibantu oleh Mo Yun saat
operasi di Urk. Di ruang tenang keduanya berbicara dengan dibantu penerjemah.
“Kudengar, karena keputusan
kalian... aku bisa
menghindari kematian. Terima
kasih, Tuhan
memberiku lebih banyak waktu
untuk melakukan tugasku. Terima
kasih telah menyelamatkanku.” Ucap Presiden Mubarat melalui penerjemah.
“Karena anda mengindap penyakit jantung kronis, anda harus menghindari stres. Untuk sementara ini anda tak boleh menerima banyak
tekanan.” Kata Mo Yun
“Dia mengatakan... Dokter memang pada hakekatnya suka mengomel.” Ucap si penerjemah menyampaikan pesan dari Presiden
Mubarat, Mo Yun tersenyum.
“Memulai perang itu sangat mudah dan memulai perdamaianlah yang
sulit. Mungkin
karena itu diktator
selalu hidup lama.” Ucap Shi Jin
“Ya, sepertinya tentara lebih mengerti aku daripada seorang
dokter. Tapi, aku
akan menerima saranmu, Dokter. Tuhan
pasti akan memberikanku jalan. Insya Allah” ucap
Presiden Mubarat
“Ini adalah sebuah kehormatan untuk bisa mengobati orang
penting.” Ungkap Mo Yun
Presiden Mubarat merasa harus mengucapakan lebih banyak berterima kasih dan sudah menyiapkan hadiah kecil lalu meminta pengawalnya memberikanya. Mo Yun binggung
melihat kartu ditanganya, tanpa ada gambar apapun hanya ada tertulis Mubarat.
“Ini bukanlah sembarang kartu. Kartu ini akan menyelamatkanmu dalam situasi apapun di area
Arab.” Jelas Pengawal
“Jadi, anda ingin memberikan kami kartu ini? Apa kami bisa dapat 2 kartu? Kami datang berdua, kartu ini mungkin saja basaj dan robek nanti.” Ucap Mo Yun
Presiden Mubarat tertawa mendengarnya, Shi Jin ikut
tertawa karena Mo Yun meminta tambah.
Di depan gedung
Mo Yun mendapatkan dua kartu ditanganya, berpikir kalau
kartu itu seperti free
pass. Shi Jin meminta satu dan ingin mencoba mengeceknya lebih dulu.
“Aku yang akan menyetir dan akan meminjam mobilnya untuk sehari penuh.” Kata Shi Jin pada pengawal, Sang pengawal bingung
karena memberikan kartu itu padanya.
Didalam mobil
Mo Yun mengomel karena Shi Jin menggunakan
kartuuntuk menyewa mobil ini, menurutnya lebih baik
mereka mencari perusahaan rental mobiln saja sambil mengumpat Shi Jin itu sudah gila.
“Aku tak menyangka kau akan senaif
ini. Apa kau
tak punya tujuan hidup? Di
sini kan tempat tambang
minyak. Kita bisa
saja menggali minyak di sini. Apa
kau tahu berapa harga minyak
itu? Kita
sudah menyelamatkannya dan Dia siap
memberikan apapun.” Kata Mo Yun terus mengomel
“Kenapa kau kesal begini? Aku hanya menggunakannya dengan
bijak.” Ucap Shi Jin, Mo Yun pikir pilihan seperti ini bukan
bijak.
“Jika mereka yang menyetir, kita akan sampai 2 setengah jam. Tapi, jika aku yang menyetir, maka kita bisa sampai dalam waktu 30
menit. Dan sisa
2 jam lainnya, kita bisa
isi dengan kencan.” Goda Shi Jin, Mo Yun
mengumpat Shi Jin benar-benar gila karena
menghilangkan harta karun untuk kencan.
“Tapi tunggu sebentar, aku tak pernah bilang "Iya" untuk kencan
denganmu.” Kata Mo Yun
“Aku memang tak meminta
persetujuanmu, jadi Kita bisa
pergi minum teh.” Ucap Shi Jin, Mo Yun
menegaskan kalau seharusnya Shi Jin bertanya dulu, Shi Jin hanya tersenyum
menyusuri jalan yang sangat cantik dari atas bukit.
Mo Yun menatap kartu ditanganya, merengek tak mau
melepaskanya dan memperingatkan Shi Jin itu tak boleh menyentuhnya karena itu
miliknya. Keduanya sudah ada dicafe diatas tebing dengan pemandangan indah
didepanya. Mo Yun berpikir apa yang harus dilakukan dengan kartu itu
“Apa aku buka klinik di Arab saja ? Oh! Aku pakai untuk bisa berfoto dengannya saja. Jika aku memasangnya di rumah
sakit, aku akan
dapat banyak uang, 'kan?” jerit Mo Yun menyesal
“Sebenarnya untuk apa kau jadi dokter?” tanya Shi Jin sambil minum jusnya.
“Karena aku ini murid pintar, Terutama dalam matematika. Dan juga, dokter punya gaji yang
banyak. Karena
prinsipku adalah... lebih
baik hidup mengejar uang daripada
dikejar oleh uang Aku
tak peduli kata orang, tapi aku akan
mencari uang sebanyak mungkin. Dan
cita-citaku adalah bias membuka
klinik di Gangnam. Terserah
kau mau menyebut sebagai
cewek matre atau apapun” cerita Mo Yun
“Kenapa kau selalu mau terlihat seperti orang yang jahat?” tanya Shi Jin
“Aku memang menjadi dokter untuk bisa mendapat uang banyak. Begitu banyak yang terjadi saat
kau pergi. Dan aku
telah banyak berubah
semenjak itu. Tapi,
bagiku kau tak berubah sama sekali.” Komentar
Mo Yun
“Apa Kau tak lihat? Aku jadi semakin tampan sekarang.” Kata Shi Jin bangga
Mo Yun tersenyum mengejek bercandan Shi Jin itu selalu
sama, Shi Jin memuji senyum Mo Yun semakin indah saja. Keduanya saling menatap cukup lama, ponsel Shi Jin
berdering. Shi Jin mengangkatkanya dan mengatakan PBB lalu bertanya siapa, setelah itu menutup telpnya dengan
wajah sedih.
Dengan berat hati meminta maaf, Mo Yun kesal lagi-lagi
Shi Jin harus pergi. Shi Jin membenarkan dan meminta Mo Yun membawa mobilnya. Mo Yun merasa Akhir dari kencan mereka selalu sama di Korea dan ditempat lainya dan bertanya kemana Shi Jin akan pergi
apakah kali ini menjadi rahasia lagi.
Shi Jin terdiam, Mo Yun pikir tempat itu tak boleh
didatangi olehnya. Shi Jin mengatakan Mo Yun tak
dilarang pergi ke sana,tapi, menurutnya ia
tak akan mendapatkan apa-apa
jika Mo Yun ikut. Mo Yun bertanya kenapa Shi Jin selalu
ingin bisa
mendapatkan sesuatu, Shi Jin merasa karena
perkerjaannya tidak menguntungkan dalam hubungan mereka. Mo Yun menantang bagaimana Jika ia tetap ingin
ikut bersamanya. Shi Jin terdiam menatap Mo Yun.
Di lapangan udara
Dua peti jenazah ada didepan pesawat, salah satunya
ditutupi bendara inggris dan satunya bendera China taipei, terlihat Agus yang
memberikan bunga tanda penghormatana. Shi Jin datang dengan melepaskan topinya
berjalan menuju peti menaruh bunga didepan bendara inggris, ada satu foto
dibawah pesawat.
Flash Back
Setelah melakukan foto bersama, Shi Jin memuji sesama
rekannya yang bergabung melakukan perdamaian. Shi Jin memanggil salah satu
kaptennya (Pria yang meninggal) dan mengajak foto bersama, lalu mereka membuka
penutup mulutnya, dengan senyum lebar sambil berpelukan mengatakan “kimchi”
Agus terlihat berdiri disamping mobilnya, melihat Shi Jin
berjalan meninggalkan peti tapi tatapan terus mengarah pada jasad temanya yang
telah tiada. Diluar lapangan udara dibelakang pagar kawat besi, Mo Yun berdiri
melihat pelayat lain dan Shi Jin yang masih tetap tak bisa beranjak dari
tempatnya berdiri.
Saat itu juga Agus masuk ke dalam mobil menyuruh Sopirnya
untuk segera pergi karena mereka harus kembali berkerja. Mobil Agus melewati
Shi Jin dan Mo Yun yang ada ditengah-tengah.
Malam harinya, Keduanya baru sampai di markas. Shi Jin
pikir hari ini cukup panjang dan melelahkan jadi menyuruh Mo Yun segera
beristirahat. Mo Yun bertanya sebelum Shi Jin pergi, apakah itu temanya, Shi
Jin menatap Mo Yun dengan binggung. Mo Yun menjelaskan maksudnya di lapangan
terbang tadi.
“Kenapa ragu-ragu bertanya? Kau pasti sudah penasaran sejak
tadi. Dia
adalah rekanku” ucap Shi Jin, Mo Yun bertanya apa
sebenarnya yang terjadi.
“Ini terjadi saat dia mencoba untuk membela perdamaian.”cerita Shi Jin
“Itu berarti... Itu berarti bahwa kau bisa
saja...” kata Mo Yun ragu
Shi Jin meminta Mo Yun Tak usah membicarakan hal itu, dan membuktikan kalau perkerjaannya sangat tak
menguntukan ditempat ini. Mo Yu menatap Shi Jin dengan mata berkaca-kaca. Shi
Jin mengucapkan selama malam dan berjalan pergi. Pelahan ia menaiki tangga dan
sempat duduk diatas tangga sebelum masuk sambil memegang topinya yang memiliki
3 bintang.
Pagi hari
Mo Yun melihat beberapa tentara sedang berlari
bertelanjang dada, sambil bernyanyi tapi tak melihat Shi Jin ikut berlari
dibelakangnya. Ia berusaha memanggil seseorang, Woo Geum akhirnya berhenti
menghampiri Mo yun.
“Aku belum melihat Kapten.
Yoo sejak tadi. Apa
dia sedang keluar?” tanya Mo Yun
“Dia sedang mendatangi komite kedisiplinan.” Kata Woo Geum
“Komite kedisiplinan? Kenapa? Bukannya hukumannya sudah
selesai?” ucap Mo Yun binggung
“Sepertinya tidak, Melanggar perintah sangat dilarang dalam dunia militer Dan kau adalah orang yang tetap ingin melakukan operasi
itu. Bagaimana
kau bisa tak tahu?” tegas Woo Geum terlihat
kesal dengan Mo Yun.
[ Markas Taebaek]
Pihak komite kedisiplinan mengatakan tak bisa memberikan hukuman mengenai
tindakan pembangkangan.Tapi, komite kedisiplinan juga berpendapat pembangkangan tak dapat dimaafkan.
“Oleh karena itu, mengenai insiden pada tanggal 18 Mei, kami memberikanmu hukuman yaitu pengurangan gaji selama 3 bulan. Apa kau keberatan?” ucap kepala Komite, Shi Jin dengan baju seragamnya
mengatakan tidak
“Dan juga, kau akan dikeluarkan
sebagai kandidat
dari promosi pemimpin skuadron. Apa
kau keberatan?” ucap kepala, Shi Jin kembali mengatakan
tidak, Ketua Komite pun menyuruh Shi Jin bubar. Shi Jin pun memberikan hormat
lebih dulu.
Shi Jin baru keluar dan kakinya langsung diselengkat
sampai jatuh tersungkur, Myung Joo tersenyum licik sambil mengejek Shi Jin
melamum sampai tak fokus seperti itu. Shi Jin kesal seperti ingin mencolok mata
Myung Joo.
“Kapan kau sampai?” tanya Shi Jin, Myung Joo menjawab kemarin
“Sepertinya kau sudah melakukan kesalahan, kan?”
kata Myung Joo, Shi Jin merasa tak usah khawatir padanya.
“Hei... Kau harusnya buka klinik yang mewah saja di Gangnam. Kenapa kau mau jauh-jauh datang ke sini?” ejek Shi Jin
“Dasar Kau ini. Aku kan juga punya cita-cita, Aku pasti akan mendapatkan
bintang itu. Sepertinya,
aku akan duluan mendapatkan
bintang, Sunbae. Coba Lihatah kelakuanmu ini.” balas Myung Joo dengan bangga menepuk pundaknya ingin
menambah bintang
Shi Jin langsung
mengucapkan selamat, lalu melihat sikap Myung Joo pasti sudah tahu Dae Young kembali
Korea karena tak
pernah mencarinya. Myung
Joo menceritakan sudah bertemu dengannya di bandara. Shi Jin pikir sudah pasti
mereka bertemu, lalu mengejeknya apakah bandaranya tidak hancur. Myung Joo kesal karena
Shi Jin plin plan dalam memihak. Shi Jin tersenyum mengatakan akan selalu memihak negaranya, lalu matanya menatap
seorang yang dikenalanya.
Mo Yun berjalan dengan terburu-buru menanyakan sesuatu
pada tentara lain, Myung Joo melihat seorang wanita yang masuk tenda dan merasa
wajahnya tidak asing. Shi Jin
juga merasakan hal yang sama dan langsung pamit pergi dengan wajah panik.
“Apanya yang bukan urusanku? Ini semua adalah salahku. Kenapa hanya Shi Jin yang bertanggung jawab? Dia tak melakukan kesalahan apa
pun.” Ucap Mo Yun membela Shi Jin didepan Byung Soo.
“Tindakannya lah yang salah. Dia tak menaati perintah sebagai seorang tentara! Dan kau, kau adalah dokter dan harus menyelamatkan pasienmu. Itu adalah yang terpenting. Hukum militer sama sekali berbeda dengan hukum kedokteran.” Tegas Byung Soo dengan nada tinggi
“Aku juga ada di sana, jadi aku bisa menjadi saksi. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan!” ucap Mo Yun merasa tak terima Shi Jin mendapatkan
hukuman karena dirinya. Byung Joo mengebrak meja dan berdiri dari tempat
duduknya.
“Dengar aku, Dokter. Ini bukanlah pengadilan. Apa kau tahu hukumannya? Gaji Yoo Si Jin akan dikurangi selama 3 bulan, dan dia dikeluarkan dari daftar kandidat promosi. Apa kau bisa bertanggung jawab dengan hukumannya itu?” kata Byung Soo yang membuat Mo Yun terdiam.
Shi Jin masuk kedalam tenda langsung memberikan hormat, lalu
meminta maaf dan menarik Mo Yun keluar dari tenda.
Shi Jin mengemudikan mobilnya sampai keatas bukit dan
langsung turun tanpa banyak bicara. Mo Yun mengejarnya bertanya apa sebenarnya yang
diinginkan Shi Jin. Akhirnya Shi Jin
berhenti berjalan mengeluh Mo Yun yang selalu melakukan hal yang tak berguna.
“menurutmu ini Hal yang tak berguna? Aku baru saja mengacaukan kehidupan seseorang....” kata Mo Yun merasa bersalah
“Ini bukan karena kau. Apa kau pikir aku melakukannya hanya untuk menyelamatkan seorang
wanita?” tegas Shi Jin yang membuat Mo yun terdiam
“Apa kau ingat... luka tembak saat kita pertama kali bertemu dulu? Salah satu atasanku pernah
berkata padaku
pada hari pertamaku sebagai
Kapten Pasukan Khusus. "Tentara akan selalu
hidup dengan menggunakan kain kafan. Saat kau mati di negeri antah berantah demi kepentingan Bangsamu, maka tempat kematianmu itu akan menjadi kuburanmu. Dan seragammu akan menjadi kain kafanmu. Jadi Kau harus ingat itu
selama kau memakai seragammu itu. Jika kau menanamkan prinsip itu, kau akan mati secara terhormat, di mana dan kapan pun itu." Dan
aku menyerahkan hidupku untuk dia.” Tegas Shi
Jin
“Lalu saat itulah aku mendapatkan luka tembak itu. Seberapa kecil atau besarnya keputusanku itu, Termasuk rekan, kehormatan dan
juga kawajiban. Semuanya
sama saja bagiku. Aku
telah membuat keputusan atas
dasar prinsip itu dan
aku tak menyesali keputusanku. Tapi,
hanya karena prinsip itu... pelanggaran
hokum militerku
tak akan dihapus.” Ucap Shi Jin sambil meremas
topi baretnya, lalu berjalan mendekati Mo Yun
“Karena dunia militer punya
hukumnya sendiri. Dan
karena itu pula, kau
tak perlu ikut campur...Dr. Kang.” Kata Shi Jin memperingatkanya.
Mo Yun menatap Shi Jin meminta maaf karena
kekhawatiran telah menganggunya lalu masuk ke
mobil dan mengendarai sendiri dan meninggalkan Shi Jin sendirian.
Mo Yun menangis sambil menyetir mobil, sesekali
airmatanya dihapus dengan tanganya dan berusaha untuk konsterasi menyetir. Shi
Jin berjalan dibebatuan, terdengar suara menanyakan keberadaanya. Tapi Shi Jin
malah bertanya balik apakah temanya itu sampai dengan selamat dan memberitahu
sedang berada dipuncak
Temanya pikir Shi Jin itu sedang mengambil keputusan, Shi
Jin menegaska sedang ada di bukti sungguhan. Dae Young masih mengunakan seragam
lengkapnya menebak Shi Jin itu sedang dalam perjalanan pulang ke maskras. Shi Jin menyangkal kalau hanya jalan-jalan saja.
“Oh, ya sudahlah. Apa Kau sudang bertemu dengan Myung Joo?”
tanya Dae Young
“Apa itu pertanyaan yang penting sekarang? Aku baru saja kehilangan promosi dan juga gajiku!” jerit Shi Jin kesal
“Kau pantas mendapatkannya, karena Kau kehilangan banyak demi wanita
itu.” Komentar Dae Young sudah mengenal Shi Jin
“Aku tak melakukannya karena
wanita itu. Aku
membuat keputusan sebagai seorang tentara
untuk menyelamatkan orang.” Tegas Shi Jin mengelak
“Ya, dan juga "Orang yang cantik".” Ejek Dae Young
Shi Jin terlihat kesal karena Dae Young hanya mengejeknya, Dae Young
mengatakan tak juga karena hanya ingin menelp temanya saja, lalu bertanya
kembali apakah Shi Jin sudah bertemu dengan Myung Joo, Shi Jin pun menyindir
Dae Young yang tak tahu dengan mahalnya panggilan internasional itu dan dengan nada geram mengejek tagihan temanya itu akan
meledak hanya karena
seorang wanita lalu menutup telpnya.
Shi Jin turun dari mobil diantar oleh anak buahnya sampai
ke markas, lalu masuk ke dapur. Ia membuka lemari sesuai dengan perintah Dae
Young “Promosimu dicabut dan gajimu dikurangi. Sepertinya kau
membutuhkan minuman.”
Dan melihat sebotol wine yang masih disimpan.
Tiba-tiba diluar hujan turun dengan sangat deras
membahasi jendela, Mo Yun masuk dan keduanya saling menatap, lalu Mo Yun
memilih untuk pergi. Shi Jin langsung bertanya kenapa Mo Yun datang ke dapur. Mo
Yun mengaku ingin minum. Shi Jin
bertanya kenapa Mo Yun malah ingin keluar karenas seharus mengambil minum lebih dulu.
Mo Yun merasa Shi Jin itu ingin sendirian, Shi Jin
mengatakan tidak seperti itu dengan blak-blakan ingin Mo Yun menemaninya. Mo
Yun menengok, Shi Jin mengaku sudah tak uring-uringan lagi sekarang dan meminta
Mo Yun untuk mendekat. Mo Yun pun akhirnya mendekat bersandar di lemari.
Suasana canggung terasa, Shi Jin bertanya Mo Yun ingin
minum wine atau air putih. Mo Yun melirik, Shi Jin pun memberikan botol wine
dan mengambilkan gelas. Tapi Mo Yun langsung meminumnya dari botol dan gelas
ditanganya sia-sia. Mo Yun memberikan botolnya agar Shi Jin juga bisa minum.
“Pasukan yang bertugas tak diijinkan untuk minum
alkohol.” Ucap Shi Jin
“Jadi, untuk apa kau mengeluarkan botol ini?” kata Mo Yun heran
“Aku memang awalnya mau minum, Tapi, gagal karena ada saksi yang melihatku.” Ungkap Shi Jin, Mo Yun tersenyum mendengarnya.
“Maaf... karena aku sudah egois.” Kata Mo Yun menyadari kesalahanya.
“Aku juga mau meminta maaf, jadi Anggap saja aku sudah meminta
maaf.” Ucap Shi Jin, Mo Yun langsung menolaknya.
Keduanya saling menatap Shi Jin terlihat ketakutan, Mo
Yun mengejek Shi Jin yang tak perlu takut dan berpikir kalau ia bersikap egois
lagi, lalu bertanya Bagaimana cara Shi
Jin bisa pulang. Shi Jin
berjalan ke tiang dapur sambil menceritakan dirinya jalan kaki dan dengan
bangga hanya dirinya saja yang bisa sampai markas dengan
berjalan kaki.
Mo Yun pikir tidak seperti itu, karena melihatnya turun dari mobil tadi. Shi Jin melotot kaget dan merasa malu karena ketahuan,
dengan wajah kesal kenapa Mo Yun harus bertanya lagi. Mo Yun mengaku ingin
mendengar candaan Shi Jin lagi. Shi Jin tersenyum mendengarnya.
“Kau terlihat tampan dengan
seragam itu. Meskipun
pujianku yang tadi tak begitu
pantas bagi orang yang kena hukuman.” Kata Mo
Yun
“Bagaimana kau bisa tahu ini adalah seragamku?” goda Shi Jin menatap Mo Yun dengan menyandarkan
tubuhnya ke tiang. Mo Yun heran dengan pertanyaan Shi Jin,
“Wanita sangat menyukai seragam
itu.” Jelas Mo Yun
“Karena itulah aku suka jadi
tentara.” Ungkap Shi Jin banga
Mo Yun kembali tersenyum lalu meminum wine dari botol,
Shi Jin bertanya apakah rasanya enak. Mo Yun menganguk lalu memberikan botol
winenya agar Shi Jin mencoba juga. Shi Jin menatap Mo Yun mengaku ingin
menonton film dan minum
bersamanya. Mo Yun merasa Itu bisa saja menjadi kencan yang sempurna.
Shi Jin bertanya apakah Mo Yun ingin menonton film, Mo Yun
menolaknya, Shi Jin menanyakan alasan Mo yun menolaknya. Mo Yun mengatakan
ingin menonton film dengan seseorang danjuga sudah memikirkanya jika ia kencan
bersama dengan
pria tampan nantinya maka ia tak boleh nonton film yang bagus.
“Aku selalu melihat majalah tentang film Dan majalah itu
akhirnya... mengingatkanku
padamu karena film itu
menggambarkan Yoo Shi Jin
bagiku.” Akui Mo Yun kembali meminum winenya, Shi Jin terus
menatapnya, Mo Yun pikir Shi Jin itu ingin minum juga lalu menawarkannya.
“Aku tahu cara lain untuk
meminumnya.” Kata Shi Jin dan langsung mencium Mo
Yun.
bersambung ke episode 5
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar