Mo Yun mengomel sendiri mencari kemana perginya Chi Hoon,
suara dari walkie talkie memanggil Mo Yun, Sang Hyun dan juga Ja Ae meminta
agar cepat datang tempat penyimpanan karena ada situasi darurat. Min Ji sudah merapihkan obat-obatan yang beserakan
dilantai.
Sang Hyun da Ja Ae datang bersamaan, lalu Mo Yun
menyusul. Sang Hyun melihat gembok yang sudah dibobol jadi mengartikan ada yang
sengaja masuk ke dalam tempat penyimpanan, lalu bertanya apakah ada yang
hilang. Min Ji memberitahu Semua analgetik narkotik hilang.
“Codeine, morfin, fentanyl dan antalgin. Semuanya juga hilang.” Jelas Min Ji
“Kapan terakhir kali kau
mengeceknya?” tanya Mo Yun pada Ja Ae
“Jam 11 pagi dan Tak ada orang asing atau pasien yang hilang. Aku juga tak tahu apa yang
terjadi.” Kata Ja Ae kebingungan
“Meskipun tak ada pasien yang menghilang, pasti ada orang lain.” Kata Mo Yun lalu berbicara pada Walkie Talkie mencari
keberadan Fatima
Fatima sudah ada di telp umum menelp Tommy, memberitahu
sudah mencuri semua pil seperti yang diperintahkan, lalu bertanya harus dibawa kemana semua barang-barang itu. Tommy memberitahu
satu tempat, Fatima pun memberikan ungkapan rasa rindunya yang teramat dalam
dan mereka bisa lari bersama setelah menjual semua barang-barang itu.
Shi Jin dan Mo Yun masuk ke dalam bar. Mo Yun merasa
Fatima tak mungkin ada disana, Shi Jin mengatakan mereka membutuhakan informasi
ditempat itu lalu bertemu dengan pemilik bar yang sexy. Pertama-tama, Shi Jin
menanyakan kabar si wanita bule dengan ramah. Wanita bule merasa Shi Jin butuh
sesuatu lebih
dari balasan sapaannya, dan langsung to the point bertanya apa
yang dibutuhnya.
“Informasi.... Dia mengenakan gaun merah, dan perempuan berumur 15 tahun. Dia mencuri narkotika.” Ucap Shi Jin
“Sudah kubilang padamu. Di sini, kami menjual semuanya... kecuali wanita dan juga informasi.” Kata wanita bule
“Kau tak perlu memberitahuku, tapi pasti ada orang lain yang
bisa. Tolong bantu kami. Dia baru berusia 15 tahun. Kita harus menemukannya sebelum orang lain.” Jelas Shi Jin, Si wanita bule pun mengeluarkan
ponselnya bertanya pada seseorang dimana pasar
yang biasa
menjual narkotika.
Di depan sebuah bangunan gudang yang akan runtuh, Shi Jin
yakin Fatima pasti ada di dekat situ.
Mo Yun binggung cara mereka bisa menemukannya apakah mereka harus berkeliling
mencarinya. Terdengar jeritan seseorang dari dalam bangunan, Mo Yun langsung
berlari dengan wajah panik. Shi Jin pun langsung mengikutinya.
Fatima terpakar setelah dipukul sambil memukul Tommy yang
berbohong. Tommy merasa tak bersalah hanya Fatima saja yang terlalu mempercayai
semua omonganya lalu menyuruhnya untuk mengikutinya dan mengancam akan
memukulnya lebih keras apabila melawan. Fatima langsung mengigit tangan Tommy
dengan keras.
Mo Yun datang meminta Tommy tak memukul Fatima, Teman
Tommy heran melihat ada tentara yang datang juga. Tommy pikir mereka tak perlu
khawatir karena memiliki banyak senjata dan enam orang yang lainya langsung
mengancungkan senjata membuat Mo Yun dan Shi Jin dengan refleks mengangkat
tangannya.
“Aku tak tahu siapa yang kalian cari, tapi semoga itu bukan kami.” Ucap Tommy
“Senjata lagi? Apa tempat ini ladang senjata?” keluh Mo Yun ketakutan
“Itu karena kau langsung berlari tanpa buat rencana dulu.” Bisik Shi Jin yang menyalahkan Mo Yun
“Fatima mungkin akan dipukuli lagi jika kita tidak lari.” Kata Mo Yun
“Ya, kau memang hebat dan sudah menyelamatkannya, tapi kita berdua mungkin
tertembak.” Balas Shi Jin
Teman Tommy penasaran apa yang dibicarakan keduanya,
karena mengunakan bahasa korea. Tommy pikir tak perlu dipedulikan lalu menyuruh
Shi Jin Turunkan senjata
kalau mereka tak mau mati. Mo Yun panik karena senjata Tommy sudah mengarah
padanya. Shi Jin mengatakan masih ada jalan keluarnya yang lainya, melihat ada tujuh pria bersenjata dan
menyuruh Mo Yun menghadapi yang kanan sementara ia akan menghadapi yang kiri.
Mo Yun melirik kesal karena ia mendapat tugas melawan
lima pria bersenjata sementara Shi Jin hanya dua orang, Shi Jin mengodanya
dengan berbisik supaya Mo Yun tak perlu takut, lalu berjalan ke arah Tommy,
untuk membuat kesepakatan.
“Aku akan menjatuhkan senjataku Dan bebaskan kedua wanita ini.” kata Shi Jin,
“Apa maksudmu? Kau turunkan senjatamu, dan wanita itu berlutut, sekarang.” Kata Tommy, Shi Jin hanya bisa mengumpat kesal karena
berpikir Tommy akan setuju dengan tawarannya.
Mo Yun kesal merasa Shi Jin masih saja bisa bercanda
dengan keadaan genting seperti ini. Shi Jin pikir bercandanya itu sudah
selesai, dan meminta Mo Yun mendengarnya dengan baik-baik, ketika ia mengatakan
“sekarang” maka Mo Yun keluar dan bawa mobil ke depan gedung.
“Aku membutuhkan waktu 5 menit. Jika aku tak keluar selama 5
menit, Tinggalkan
aku, itulah cara yang terbaik
yang bisa kau lakukan. Kau
mengerti?” kata Shi Jin, Mo Yun menganggu
mengerti. Teman Tommy penasaran apa yang dikatakan Shi Jin pada wanita itu.
“Diam dan turunkan senjatamu.” Ucap Tommy berjalan mendekati Shi Jin.
“Baiklah.... Santai saja... Aku akan menjatuhkannya. Apa aku taruh di sini?” ucap Shi Jin perlahan menaruh senjata dibawah.
“Lagipula, aku tak bisa menggunakan senjata ini. Jika aku menggunakannya, aku harus mengetik satu juta
laporan. Karena
itulah... Aku
harus meminjam senjata kalian.” Kata Shi Jin dengan
cepat memelintir tangan Tommy dan mengambil pistolnya, lalu berteriak
“sekarang”
Mo Yun langsung berlari keluar, Fatima bersembunyi
ditempat yang aman, Shi Jin melakukan teknik bela dirinya dan hanya menembak ke
arah semen dan tanah yang membuat para bule berlari ketakutan. Dengan
pengalamanya, membuat bule itu tak bisa berlari karena kakinya kena pukul
gangang pistol lalu melemparnya dan membuat perut bule lain kesakitan.
Shi Jin berjalan mundur lalu mengandeng Fatima untuk
berjalan keluar, tapi dua pria bule masih bisa berdiri dan memegang senjatanya.
Mo Yun panik duduk didalam mobil karena Shi Jin belum juga keluar padahal sudah
lima menit, akhirnya ia memilih untuk pergi dengan memundurkan mobilnya.
Sementara Shi Jin masih saling menembak.
Tiba-tiba mobil Mo Yu menembus dinding kayu yang membuat
bule berjalan mundur bahkan sampai terjatuh karena panik. Mo Yun kembali memundurkan
mobilnya, hampir saja tangan Shi Jin terlindas karena ingin mengambil pistol.
Mo Yun langsung menyuruh Fatima masuk ke dalam mobil. Shi Jin masih memberikan
sekali tembakan lalu berlari keluar mengejar mobil Mo Yun.
Mo Yun berteriak gembira karena pengalaman tadi sangat
keren sekali dan melihat kebelakang tak akan ada orang yan mengikuti mereka
dari belakang, lalu kembali menjerit bahagia karena mereka bisa berhasil.
“Aku masih bisa merasakannya ketegangan itu, apa karena ini kau menjadi tentara? Aku bisa mengalahkan penjahat!” jerit Mo Yun bahagia
“Apa kau tak sadar hamper membunuhku juga tadi?” keluh Shi Jin dengan wajah kelelahan
“Kupikir, kau akan menghindar dan Aku berhasil mengalahkannya.” Kata Mo Yun bangga
“Bagaimana dia bisa jadi dokter dengan otak seperti itu?” ejek Shi Jin
Mo Yun lalu merasakan sesuatu yang terjadi pada mesin
mobilnya yang tiba-tiba berbunyi, mobil akhirnya bisa kepinggir dan kap mobil
mengeluarkan asap. Shi Jin pikir itu karena Mo Yun menghempaskan ke dinding
tadi, dan mengejek kalau itu mobil ketiga yang dirusaknya.
Tim Dae Young sudah memasang garis polisi yang berisi
ranjau, Dae Young melihat dari kejauhan Myung Joo yang berjalan menyurusi tanda
garis polisi yang aman untuk berjalan. Pikirannya kembali melayang pada Ayah
Myung Joo.
“Tapi, aku tak ingin
memiliki menantu seorang sersan mayor. Kau harus berhenti
menjadi tentara Dan bekerja lah di perusahaan milik ibu Myung Joo. Pikirkan hal ini sampai tugas luar negerimu
selesai. Kau harus kembali ke Korea dan memberitahuku
keputusanmu.”
Dae Young lalu memarahi Myung Joo yang tak mendengar
laranganya untuk menunggu di zona aman karena di tempatnya berbahaya. Myung Joo duduk dibelakang mobil dengan wajah cemberut
mengatakan Zona aman
itu membosankan lalu memerintah Dae Young Melangkah
ke kiri 2 kali lalu tegapkan wajahnya. Dae Young tetap saja diam.
“Belakangan ini, kau selalu membangkang perintah atasaanmu,
ya? Tegapkan
wajahmu.”
Perintah Myung Joo, Dae Young pun melangkah sesuai perintah Myung Joo
“1 langkah ke depan.” Kata Myung Joo, Dae Young kembali mengikutinya.
Myung Joo mengeluarkan cream sunblock, lalu mengoleskan
pada wajah Dae Young tanpa malu-malu. Dae Young bertanya apa sebenarnya yang
dilakuka Myung Joo ini. Myung Joo merasa tak
meminta untuk rekonsiliasi tapi hanya
menyentuhnya. Dae Young memegang tangan Myung Joo,
mengatakan kalau banyak orang yang melihat mereka. Myung Joo heran dengan Dae
Young yang mengatakan hal itu.
“Apa kau tahu, ini adalah perlakukan yang tidak benar?” kata Dae Young
“Kenapa? Apa tindakanku tidak benar karena aku bukan pramugari?” balas Myung Joo sinis, Dae Young mengelus tangan Myung
Joo dengan lembut.
“Itu karena kau adalah Letnan Yoon Myung Joo” kata Dae Young mengoda
Myung Joo kali ini yang malu karena banyak orang yang
melihat mereka, Dae Young langsung menarik Myung Joo untuk lebih dekat lagi dan
mengatakan tak akan mempedulikan dengan anggotanya, Myung Joo langsung menutup matanya,
Dae Young mendekat dan akan menciumnya. Suara Shi Jin terdengar dari walkie Talkie
“Ini adalah Big
Boss. Aku berada di 15km dari barak. Mobilku mogok. Jika ada tentara yang ada di dekat sini, tolong jawab.”
Keduanya kembali membuka matanya, Dae Young pun harus membalasnya. Karena tak bisa mengalahkan pria yang satu ini. Myung Joo kesal dengan Si Jin yan merusak suasana
romantisnya saja.
“Ini adalah Wolf. Kami sedang bertugas di dekat Desa Berhantu. Apa yang terjadi? Kenapa kau selalu saja terjebak di jalan?” balas Dae Young
“Entahlah.. Tolong kirimkan bantuan.” Kata Shi Jin sambil memeriksa mobil, Dae Young pun akan
mengirimkan Sersan Gong ke tempat Shi Jin.
Di tepi tebing
Shi Jin berjalan mendekati Mo Yun sedang melihat Fatima
yang duduk tak jauh darinya. Mo Yun heran dengan Fatima yang bisa
tahu tentang
obat penghilang rasa sakit. Shi Jin pikir
Fatima pasti
tahu, obat mana yang
mahal dan mana yang murah. Mo Yun memberitahu Obat
yang paling bisa menyelamatkan
orang adalah obat yang
murah seperti antiseptik, antibiotik
dan vaksin jadi Akan
lebih baik jika Fatima lebih
belajar tentang hal itu.
“Kejahatanmu sudah ketahuan.” Ucap Mo Yun dengan bahasa korea pada Fatima lalu
bertanya bagaimana cara mengatakan dalam bahasa inggris Shi Jin rasa Fatima sudah
mengerti dengan ucapanya.
“Mulai sekarang, kau harus melakukan apa yang kuminta. Kau tak punya pilihan, Kembalilah bersekolah.” Ucap Mo Yun, Fatima membalas dengan ketus untuk apa
memperdulikan dirinya.
“Aku menyelamatkanmu karena aku
peduli Dan
jangan membalas perkataanku. Karena kau terus membangkang, aku jadi tak bisa dalam
bahasa Inggris. Aku
merasa mual. Lagi pula,” ucap Mo Yun mengomel dengan
bahasa korea, Shi Jin tersenyum mendengarnya.
“aku akan membayarkan biaya
sekolahmu. Jadi,
selesaikan sekolahmu dan Tentu
saja itu tak gratis. Aku
hanya meminjamkan padamu. Jadi,
kau harus mengembalikannya, mengerti?” ucap Mo Yun pada Fatima dengan bahasa inggrisnya.
“Apa menurutmu dia mengerti apa yang kukatakan?” tanya Mo Yun pada Shi Jin. Shi Jin pikir Bagian
"Yang tak gratis" itu
sangatlah jelas.”
“Aku memang menekankan bagian itu. Aku sudah berjanji padanya. benarkan?” ucap Mo Yun dengan helaan nafas, Shi Jin mengelus
rambut Mo Yun dengan senyuman. Mo Yun mengingatkan kalau ia belum keramas. Shi
Jin pun melepaskan tanganya.
Mo Yun duduk dimeja makan sambil memejamkan mata membiarkan
kipas angin diatap berputar cukup kencang. Shi Jin datang duduk dimeja bertanya
apa yang sedang dilakukan Mo Yun dimeja makan. Mo Yun mengatakan sedang
mengeringkan rambutnya karena tempat itu adalah sumber angin yang terbaik.
Shi Jin mengodanya Mo Yun yang akhirnya keramas, tapi
masih curiga apakah ia benar-benar sudah keramas dan bertanya apakah airnya
menyala dengan baik. Mo Yun kesal menyuruh Shi Jin tidur saja. Shi Jin pikir
masih terlalu sore untuk tidur dan mengajak untuk makan mie bersama. Mo Yun
kesal dengan Shi Jin yang mencoba mengodanya. Dengan senyuman manis, Shi Ji
mengatakan kalau itu undangan yang tulus darinya dengan mengeluarkan mie dari saku celananya.
Mo Yun pun langsung setuju, Ki Bum datang memberitahu
sudah menyiapkan
air mendidih. Shi Jin memesan Dua
mangkuk mie pedas, Ki Bum dengan senang hati akan membuatkanya
lalu keluar dari ruangan. Mo Yun lalu bertanya dengan mobil yang mereka gunakan
tadi apakah masih bisa diperbaiki.
“Masih sedang diperbaiki, Kau
masih punya utang karena merusak
mobil Daniel, dan
sekarang ada lagi. Tapi,
paling parah biaya
sekolah anak itu. Apa
kau sungguh mau membiayai
sekolah Fatima?” ucap Shi Jin, Mo Yun heran
kenapa Shi Jin membahas hal itu.
“ternyata Dokter punya gaji besar, yah. Memberikan uluran tanganmu pada orang lain, itu berarti kau memiliki tanggung jawab yang lebih.” Kata Shi Jin
“Aku hanya melakukan apa yang aku bisa lakukan. Bahkan jika itu menyulitkanku. Apa kau ingat siapa yang mengatakan ini? Aku tak banyak membaca buku” kata Mo Yun mengejek
“Kau tak bisa mengulurkan tanganmu pada siapa pun yang kau temui Dan itu tak akan mengubah dunia.” Ucap Shi Jin berusaha menyadarkan
“Aku tak akan bisa mengubah dunia. Tapi, hidup Fatima akan berubah. Dan itu adalah dunia Fatima. Hanya itu saja.” Jelas Mo Yun
Shi Jin ingat kalau Mo Yun mengatakan kalau ia bukan
dokter yang baik, Mo Yun membalas kalau Shi Jin yang mengatakan kalau ia adalah
dokter yang seperti itu. Shi Jin heran melihat Mo
Yun yang selalu saja membuatnya kagun dan semakin jatuh cinta padanya. Keduanya
saling menatap, Mo Yun memberitahu kalau ia adalah wanita yang punya banyak
utang dan mungkn dengan hutang-hutang itu akan
diputus oleh pacarnya.
Shi Jin tersenyum mendengarnya lalu mengucapkan
terimakasih karena sudah menyelamatkannya hari ini. Keduanya kembali saling
menatap dengan senyuman, Ki bum membawakan pesanan Shi Jin Dua
mangkuk mie pedasnya serta membawa kimchi. Mo Yun
dengan senang hati akan mulai memakannya tapi tiba-tiba lampu mati dan membuat
semua ruangan gelap gulita.
Mo Yun mengeluh mie mereka akan mengembang nanti dan
bertanya apakah Shi Jin tak memiliki senter. Shi Jin bertanya apakah Mo Yun mau
makan seperti
Pasukan Khusus. Mo Yun melihat mangkuk mie didepanya
terlihat lucu karena mengunakan cahaya untuk ditempat gelap.
“Aku jadi mengalami hal-hal yang
aneh seteleh
bertemu Pria Pasukan Khusus.” Ucap Mo Yun terlihat
sangat bahagia.
“Kau cocok menjadi tentara dan Kau memang harusnya bersama dengan Pria Pasukan Khusus.” Kata Shi Jin sudah mengunakan alat bantu pengelihatan
dikepalanya sambil makan mie.
“Apa lagi yang bisa aku lakukan? Apa kita main sepak bola saja? Aku akan memamerkannya di Korea nanti bahwa aku bisa main sepak
bola dalam keadaaan gelap” kata Mo Yun bahagia lalu mengajak
Shi Jin bersulang untuk makan mie
bersama
Manager Jin terlihat menahan buang air besarnya, dan
merasa bersyukur karena bisa keluar juga karena selama ini hanya bisa minum air
minum dikarenaka berlian itu dan ia menatakinya dengan koran karena semua
berlian akan keluar dari belakang. Disebuah kawasan tempat tinggal yang sunyi
hanya terdengar teriakan Manager Jin yang sedang buang air besar.
Terdenga bunyi ketukan pintu, Manager Jin mengintip dari
lubang, seorang pria berkumis memperlihatkan amplop ditanganya. Manager Jin pun
membuka pintu, walaupun masih dirantai dan melihat paspor dengan wajah dirinya
yang sudah diedit dengan nama mohammad kamal dan tiket pesawat dari Urk ke
Seoul. Gulungan uang dolar pun dibayarkan pada si pria berkumis.
Manager Jin melihat berlian yang sudah ada didalam mangku
dan merasakan bau yang sangat menusuk dihidungnya, Ketika mulai memakan satu
butir ia langsung merasakan mual karena bau berlian yang berubah tapi ia
berusaha untuk menelan semuanya.
Manager Jin sudah mengunakan jubah dikepala seperti orang
Arab dan juga kumis, pada pemeriksaan tas bisa lolos, lalu masuk ke bagian
imigrasi dengan memeriksa paspor. Penjaga melihat wajah Manager Jin yang
dicocokan dengan wajah di paspor. Wajah Manager Jin terlihat banyak keluar
keringat saat ada didepan petugas dan berusaha untuk tak gugup.
Shi Jin kaget mengetahui Manager Jin yang tertangkap
di bandara. Dae Young menceritakan Manager Jin yang
membawa paspor palsu Tapi
yan aneh polisi
Mohuru yang menangkapnya, bukan
Angkatan Darat AS atau Interpol dan Kedutaan
hanya memintanya untuk mengidentifikasi Manager Jin. Shi Jin mengartikan ada yang
meminta polisi
untuk menangkap Manager Jin.
Min Jae tiba-tiba datang dengan botol infus dikepalanya
menduga kalau itu karena berlian karena teringat dengan Manager Jin yang
dilihatnya memiliki banyak menyimpan berlian. Shi Jin meminta Min Jae
menjelaskan lebih detail lagi.
“Aku melihatnya setiap hari, naik kendaraan gratis dan memasukkannya ke dalam brankasnya.” Cerita Min Jae, Shi Jin heran kenapa Manager Jin bisa
menaiki kendaraan gratis dan bertanya apakah itu melewati perbatasan.
“Iya..... Dia selalu naik kendaraan gratis sendirian. Aku juga pernah melihat ada noda darah di celananya.” Cerita Min Jae melihat ada noda darah di kaos kaki
Manager Jin dan merasa tak percaya ternyata yang dilihat itu berlian sungguhan lalu mengumpat si Manager Jin memang mencurigakan.
“Kenapa kau baru bilang sekarang?” keluh Dae Young
“Menurutmu kenapa lagi? Aku sibuk bertahan hidup kemarin.” Kata Min Jae menunjuk botol infus yang ada diatas
kepalanya.
“Pasti karena berlian itu dia meminta kita membongkar kantornya
dulu.” Pikir Dae Young, Min Jae juga yakin dengan hal itu lalu
menanyakan berapa harga dari berlian yang dilihatnya.
“Aku merasakan firasat yang buruk. Biasanya dalam kasus seperti ini, polisi akan menemukan sebuah mayat yang tak dikenal.” Kata Shi Jin, Min Jae menyambar kalau itu pasti mayat dari Manager
Jin. Shi Jin langsung menutup mulut Min Jae agar tak banyak
bicara.
“Aku merasa ini adalah awal dari sebuah laporan panjang.” Pikir Shi Jin, Dae Young merasa dirinya yang akan menulis laporan
panjang itu lalu keduanya berjalan pergi.
Min Jae bertanya kemana mereka akan pergi karena ingin
tahu berapa harga berlian yang dimiliki oleh Manager Jin, lalu menjerit
kesakitan karena botol infusnya jatuh dan membuat infusnya terlepas, merasa
kalau dua pria itu tak tahu harga berlian itu.
Disebuah gudang
Manager Jin sudah diikat hanya mengunakan pakaian
dalamnya, Tommy memeriksa semua barang bawaan Manager Jin lalu memberitahu
Argus sudah mencarinya tapi tetap tak menemukanya. Argus merasa tak percaya
karena Tommy belum memeriksa bagian perut Manager Jin.
Tommy menyuruh anak buahnya agar membawa Manager Jin
keatas meja untuk membedahnya, Manager Jin panik dan berusaha melawa tapi pisau
lipat ditangan Tommy akan mulai membedahnya. Tiba-tiba beberapa tembakan masuk
ke sisi jendela lalu gas air mata mulai memasukin ruangan. Argus berusaha kabur
dari ruangan yang mungkin akan membuatnya pingsan.
Pasukan khusus datang dengan mengunakan slayernya lalu
menyuruh mereka semua menurunkan senjata. Sebuah lampu laser berwarna merah
mengarah pada Argus yang akan kabus, seseorang masuk siap untuk menembakannya.
Argus mengangkat tanganya, Shi Jin memerintahkan Argus tak bergerak.
“Jika kau bergerak, kau akan mati kali ini.” ucap Shi Jin lalu membuka penutup wajahnya. Dae Young
memberitahu Sasaran
sudah diamankan dan Target sudah
aman.
“Apa kita kembali tanpa membawa semua yang ada di sini?” tanya Woo Geum yang sudah membuat semua bule berlutut.
Shi Jin mematikan sinar leher pada kepala Argus
“Seperti yang sudah direncanakan, kita hanya akan membawa warga negara kita yang bersalah ini. Tim Alpha, mundur.” Ucap Shi Jin berjalan mundur meninggalkan tempat
penyanderaan.
Diruang rawat
Manager Jin sudah berbaring dengan tangan terborgol,
sambil terbatuk-batuk. Shi Jin bertanya apakah semua berlian itu milik Argus.
Manager Jin pura-pura tak tahu karena diseret ke medicub hanya dengan pakaian dalaman
saja, jadi tak ada yang dibawanya.
“Katakan padaku dan Beritahu aku, seberapa penting urusanmu dengan Agus... agar kau layak untuk dilindungi.” Kata Shi Jin menyakinkan.
“Ya, Tuhan. Aku kesakitan..... Tolong panggilkan dokter.” Kata Manegar Jin sambil terbatuk-batuk. Mo Yun
berteriak dokter sudah datang.
“Dan sepertinya, aku menemukan apa yang kau cari. Sepertinya, kau sudah terlalu tua untuk bisa keselek
"batu".” Kata Mo Yun memperlihatkan
foto CT Scan.
Shi Jin tak percaya Manager Jin itu menelan semua
berlianya, lalu meminta agar tak usah berpura-pura kesakitan lagi. Manager Jin
tiba-tiba langsung muntah darah, Mo Yun memeriksa bagian dada memberitahu Napasnya
dan detak jantungnya lemah, Sepertinya
berlian itu menyebabkan
pendarahan dalam lalu memerintahkan timnya
agar menyiapkan ruang operasi karena Ada pasien gawat darurat
Didalam ruang operasi
Mo Yun heran karena memanggil Sang Hyun untuk membantunya
operasi tapi malah Myung Joo yang sudah mengunakan pakaian operasi lengkap. Ja
Ae memberitahu Sang Hyun sedang tak enak badan jadi sengaja untuk memanggil Myung Joo. Myung Joo
menjelaskan kalau datang sebagai pengantinya lalu melihat tekanan
darah pasien menurun. Mo Yun pun memutuskan harus melakukan pembedahan dan meminta Pisau bedah.
Operasi mulai berjalan, Myung Joo melihat Manager Jin mengalami pendarahan parah, merasa tak percaya pria itu menelan berliannya. Mo Yun membernakan dan sebentar lagi mereka akan melihat berlian berdarah dan melihat beberapa organ sudah rusak lalu meminta
Myung Joo memegang pembuluh lainya.
Tiba-tiba datang muncrat ke pada Myung Joo dan Mo Yun,
Myung Joo meminta maaf karena menyentuh pembuluh yang salah. Mo Yun mengatakan masih bisa mengatasinya lalu melihat
ada lendir yang menempel disarung tanganya lalu menyimpulkan kalau bukanlah
pembuluh tapi Tumor di kelenjar getah beningnya telah terbuka
“Berlian telah menyebabkan
pendarahan dalam. Tapi,
apa yang menyebabkan limfomanya?” ucap Myung
Joo melotot binggung. Mo Yun mengingat sebelum operasi Manager Jin batuk
berdarah
“Jika dia memang tak berpura-pura batuk saat itu...” kata Mo Yun lalu berteriak pada semua timnya untuk
menjauhkan tangan mereka. Semua tim langsung menjauh dari Manager Jin.
“Dia batuk, kesulitan bernafas,
dan... hipertrofi
di kelenjar getah bening. Semua
gejala menunjukkan bahwa
dia memiliki virus Influenza. Kondisi ini pasti disebabkan oleh tipe virus M. Sampai kita bias melakukan diagnosis, ruang operasi ini disegel. Selain Dr. Yoon dan aku yang sudah terkontaminasi, yang lainnya harus keluar.” Kata Mo Yun, Ja Ae menanyakan kelanjutan operasinya
dengan wajah binggung.
“Kita harus menyelesaikannya
sendiri.” Kata Mo Yun, Myung Joo menganguk siap untuk menjalankan
operasi karena hanya mereka berdua yang sudah terkena darah.
Dae Young dan Shi Jin kaget mengetahui virus yang dibawa oleh
Manager Jin, Shi Jin bertanya apa yang dimaksud dengan Virus tipe M dan meminta
agar dijelaskan secara detail. Sang Hyun menjelaskan Virus tipe M adalah
salah satu virus yang
diidentifikasi oleh WHO.
“Diagnosis lebih lanjut diperlukan
untuk mengetahui
apakah virus ini adalah M2 atau M3.” Jelas Sang
Hyun sambil terbatuk-batuk, Dae Young bertanya apa perbedaanya.
“M2 berarti virus yang sedikit lebih bahaya dari virus flu. M3 berarti virus yang sedikit lebih aman daripada virus Ebola.” Jelas Sang Hyun.
Shi Jin dan Dae Young langsung masuk ruang medicube
dengan wajah panik, Min Jin menahanya agar keduanya tak masuk dan mereka bisa
bicara dari depan pintu. Shi Jin melihat Mo Yun sedang diambil darah dan
menanyakan keadaanya, apakah ada yang terluka. Mo Yun melihat wajah ShiJin
panik didepan pintu.
“Aku tak akan jatuh sakit secepat
itu dan juga harus tetap menunggu. Karena Aku
akan melakukan tes darah.” Kata Mo Yun. Dae Young
memanggil Myung Joo
“Aku merasa senang sekali. Kau berlari ke sini lebih cepat dibanding saat paket pramugari
itu datang.” Komentar Myung Joo pada Dae Young
“Apa kau baik-baik saja?” teriak Dae Young dengan wajah panik, Myung Joo mengejek
kalau sekarang baru saja membuat Seo Dae Young takut.
Mo Yun mendekati pintu setelah melakukan pengambilan
darah, Shi Jin bertanya apakah ada yang bisa dibantu dan meminta mengatakan
saja sekarang. Mo Yun mengatakan butuh jawaban.
“Siapa yang menulis "Hari aku
bertemu dengan Shi Jin-oppa" dengan lambang
hati itu Apa
wanita yang duduk di
sebelah kanan atau kiri?” tanya Mo Yun, Shi Jin
mengaku yang ada disebelah kiri dan wajah wanita itu sangat imut.
“Ahh. Begitu yah... Dia
memang sangat imut. Dan
aku mau pria didepanku ini
selalu menjawabku
jujur seperti ini.” goda Mo Yun, Shi Jin
menegaskan sekarang bukan saatnya untuk bercanda.
“Sikap kalian terlihat seperti kami sudah mati saja. Mereka seperti ingin melakukan semua permintaan terakhir kita.” Kata Myung Joo sudah selesai mengambil dara dan
langsung menatap pasangan masing-masing.
“Kalian tak perlu khawatir. Kami tak akan mati.” Kata Myung Joo membalas tatapan Dae Young yang terlihat
sangat panik
Ja Ae pun menyakinkan karena mereka sudah selesai
mengambil sampel darah dan bertanya apakah di Urk ada rumah
sakit yang
memiliki lab yang bias melakukan
tes PCR. Chi Hoon memberitahu Rumah
sakit di kota bisa melakukan tes
di pagi hari. Myung Joo tahu Pangkalan
militer Amerika juga memiliki
lab dan Jaraknya 20 menit tapi tak begitu yakin mereka mua berkerja sama.
Shi Jin meminta menyerahkan sample darah itu padanya dan
Dae Young mengatakan kalau mereka akan menyiapkan kendaraan. Myung Joo berkaca-kaca melihat Dae Young berlari sangat
cepat untuk menyiapkan mobil dan segera pergi ke lab. Mo Yun juga menatap Shi
Jin yang berusaha menghubungi seseorang.
Pangkalan Militer Amerika.
Tentara yang pernah berkerja sama dengan Shi Jin melihat
tiga botol sampel darah, meminta keduanya tak perlu takut karena Wabah
virus menjadi urusan mereka juga. Dae Young dan Shi Jin mengangguk mengerti dengan wajah
sangat panik.
Dalam ruang isolasi, masih ada Manager Jin yang terbaring
setelah operasi. Myung Joo melihat monitor, Tekanan darah
dan detak jantung Manager Jin sudah
stabil. Mo Yun menyimpulkan mereka sudah
melakukan operasi
yang bisa dilakukan. Myung Joo bertanya apa yang harus
dilakukan mereka sekarang. Moo Yun pikir kalau mereka tinggal menunggu hasilnya
untuk pasien dan mereka berdua.
Dokter keluar dari ruang lab, memberitahu hasil dari
sample darah yang Shi Jin bawa telah
dipastikan mengidap virus M3. Shi Jin berusaha
menyakinkan kalau itu virus M3. Dokter sangat yakin Pasien positif dan satu dari dua dokter juga positif terkena virus. Shi
Jin dengan wajah tegang bertanya siapa orangnya.
Diruang isolasi, sudah ada bongkahan berlian kecil
berlumuran darah, Myung Joo masih tak percaya melihat berlian
berdarah dan apakah itu berlian sungguhan. Mo Yun bertanya kira-kira
berapa harga berlian itu dan hanya mereka yang tahu jumlah berlian yang
dikeluarkan dari perut Manager Jin.
“Apa kau ingin mengambil satu
berlian?” tanya Mo Yun mengoda
“Aku tak menyangka kau seperti
ini. Tapi Kau memang wanita yang bijaksana.” Kata Myung Joo dengan senyuman, keduanya pun sama-sama
tersenyum.
Dae Young dan Shi Jin kembali masuk ke dalam ruang
medicube, bahkan Dae Young langsung menerobos masuk dan memeluk Myung Joo
dengan erat. Myung Joo mengumpat Dae Young sudah gila dan berusah mendorong Dae
Young untuk segera keluar dari ruangan karena sedang dikarantina, tapi Dae Young
tetap memeluknya.
Shi Jin perlahan ikut masuk ke dalam ruangan, tangan
Myung Joo tiba-tiba lemah, Shi Jin dan Mo Yun saling menatap dengan mata
berkaca-kaca. Myung Joo sudah bisa tahu kalau ia positif terkena virus M. Air
mata Dae Young pun langsung turun di pipinya.
bersambung ke episode 11
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Wuah kisah cinta nya myung joo sama dae yong berliku bgt yah.....poor myung joo......
BalasHapusKamsahamnida bak diyah......
Ah semua nya kiyowo
BalasHapus