Soo Hyun menatapnya, Hye Rim mengambil bunga tulip di
kursi lalau bertanya apa warna yang dilihatnya, Soo Hyun hanya melihatnya. Hye
Rim mengaku sebelumnya itu ungu tapi dimatanya itu warna Plum dan itu
menandakan cinta abadi lalu mengatakan perasaannya untuk
kesekian kali “Aku mencintaimu, Soo Hyun.” Dan
mengatakan dirinya itu berbeda dengan ibunya karena tidak
akan pernah meninggalkannya. Soo Hyun terdiam dengan mata
berkaca-kaca.
Hye Rim pun keluar ruangan meninggalkan bunga diatas
meja, Soo Hyun tetap terdiam seperti masih belum percaya kalau ada cinta yang
abadi.
Pagi hari
Soo Hyun minum susu sambil membaca koran, pesan masuk ke
dalam ponselnya. “Soo Hyun, datanglah
ruanganmu.”
Tulis Hye Rim dalam pesanya. Soo Hyun menatap ke arah ruangannya, seperti
berpikir ada apa didalam ruanganya.
Ketika masuk keruangan, melihat kaca diruanganya sudah
ditulis dengan spidol warna – warni.
[Soo Hyun sedikit
kasar, tapi dia tampan.]
[Soo Hyun kadang-kadang masak terlalu asin tapi dia pintar
memasak]
[Soo Hyun adalah pria romantis yang menunjukkanku film romantis ketika aku sedih.]
[Soo Hyun adalah
penulis yang buruk tapi dia mengatasinya dengan suaranya.]
Hye Rim sengaja menuliskan semuanya tentang Soo Hyun
dikaca dan memberikan cap bibirnya diakhir tulisan. Soo Hyun membaca tulisan
paling bawah [Soo
Hyun adalah pria yang aku cintai] wajahnya langsung tersenyum
bahagia membacanya.
Soo Hyun duduk dimeja kerjanya, mengingat ucapan Hye Rim
yang kembali ke Seoul karena ingin mengerjakan project yaitu proyek
penyembuhan Choi Soo Hyun dan meminta bantuanya.
Di ruang tengah, di fase pertama Hye Rim menyuruhnya
makan demi dirinya walaupun hanya sedikit. Ketika Clare datang dan membuat
pacarnya itu cemburu, Hye Rim menegaskan Soo Hyun memiliki
kewajiban untuk membayar
kebaikannya yang sudah dilakukanya. Terakhir kalinya, Hye Rim
menyatakan perasannya dan mengatakan tak akan pernah meninggalkannya.
Soo Hyun kembali mengusap bibirnya seperti memikirkan
semuanya.
Tuan Kim kaget karena Soo Hyun akan
menyerah pada eksperimennya. Soo Hyun pikir akan
sulit untuk melanjutkannya saat ini dan meminta
maaf. Tuan Kim ingat Soo Hyun itu pernah mengatakan hal ini sebelumnya lalu
bertanya apa masalahnya karena nanti ia yang akan mengurusnya.
“Ini bukan sesuatu yang bisa kau
bantu. Aku pikir
mungkin ada masalah dengan hipotesisku.” Jelas Soo
Hyun
“Salah satu yang mengklaim bahwa
wanita tidak mengenal cinta sejati. Apa
kau membicarakan tentang hal
itu?” ucap Tuan Kim, Soo Hyun membenarkan.
“Kau benar-benar akan membatalkan
seluruh Eksperiment! Apa yang harus kita lakukan
sekarang? Aku sudah
membuat anggaran untuk berinvestasi dalam penelitianmu dan kita sudah mulai hal dengan
Pemasaran.” Kata Tuan Kim kurang setuju dengan
keputusan Soo Hyun
“Aku akan melakukan yang terbaik
untuk menawarkan konseling sebagai seorang psikolog kepada Tim Pemasaran. Bagaimanapun juga, aku harus menghentikan eksperiment untuk saat ini.”ucap Soo Hyun, Tuan Kim benar-benar tak habis pikir
kalau Soo Hyun menghentikan eksperiment yang sudah dibuatnya.
Hye Rim menjelaskan ada sebuah kemungkinan yang jarang
sekali kalau Soo Hyun akan membatalkan eksperimentnya. Tuan Kim menanyakan alasanya padahal
perusahaanya sudah investasi banyak uang.
“Maaf, Ketua. Tapi apabila ia memutuskan seperti
itu maka, semua ini
akan menjadi pelanggaran pada kontraknya, kan? Bagaimana menangani kerusakan kontrol pada skala
perusahaan-besar dan
kau membiarkannya begitu? Sebagai
contoh, kau bisa memberinya hukuman, atau sesuatu.” Kata Hye rim. Tuan Kim sedikit kaget Hye Rim
mengusulkan untuk memberikan hukuman.
Soo Hyun dengan wajah cemberut duduk di ruang
konsultasinya dengan mengangkat kaki. Ketika Hye Rim masuk, Ia langsung
mengomel dengan rencana Hye rim dan bertanya apa yang diceritakan pada Tuan
Kim.
Hye Rim berpura-pura tak tahu karena hanya
dapat telepon darinya dengan permintaan untuk
memberi konsultasi pada Soo Hyun karena
sepertinya Soo Hyun sedang
banyak masalah. Lalu menyuruh Soo Hyun
pindah karena itu tempat duduknya dan Soo Hyun sebagai pasien harus ada di
kiri. Soo Hyun pun akhirnya pindah dengan wajah kesal.
“Bagaimana perasaanmu belakangan
ini?” tanya Hye Rim, Soo Hyun dengan wajah kesal mengatakan
biasa saja tapi ia langsung mencondongkan badanya.
“Oh yeah. Sesuatu yang aneh telah
terjadi. Aku seorang
psikolog, dan peramal dari lantai bawah bilang dia akan memberi konsultasi padaku. Bukankah itu lucu?” ucap Soo Hyun menyindir
“Dan
apakah kau tidur dengan baik?” tanya Hye Rim, Soo Hyun mengangguk.
“Pembohong. Kau tidak bisa tidur
dan makan dengan baik, kan?” ucap Hye Rim
“Aku setidaknya bisa minum segelas susu, Dan
juga, pasien dibolehkan berbohong sebanyak yang ia mau. Tugas psikolog adalah untuk
menangkap kebohongan itu dan
untuk mencari tahu di mana masalahnya,
seperti jenis
luka psikologis yang mereka mungkin
dimiliki, dan membantu mereka
dengan tepat.” Tegas Soo Hyun membuat pertahanan diri
“Aku bisa mengatasinya sendiri. Kau bahkan tidak menangis
belakangan ini kan?” ucap Hye rim, Soo Hyunpikir
tak ada yang perlu ditangisi akhir-akhir ini.
“Ibumu datang kembali.” Ucap Hye Rim, Soo Hyn terdiam sejenak, tapi menurutnya
lebih aneh lagi ketika seseorang menangis seperti anak kecil diusianya yang
sudah 36 tahun.
“Dia seorang ibu yang
meninggalkanmu ketika kau masih berumur 6 tahun. Karena
itu, kau telah kehilangan kenanganmu sebelum itu dan kau masih mengalami rasa
sakit ketika terkena tetesan cairan. Menangislah ketika kau sedih dan marah ketika kau marah, mengekspresikan perasaanmu
seperti ini ialah apa yang biasanya dilakukan oleh orang normal. Bukankah respon yang natural
bagimu untuk menangis jika kau sudah bertemu ibumu?” tegas Hye Rim, Soo Hyun sempat memalingkan wajahnya
ketika Hye Rim berbicara.
“Kuantitas air mata, per detik, bervariasi dari orang ke orang Dan juga, mungkin mekanisme
pertahanan di tempat. Tidak
semua mekanisme pertahanan pada dasarnya buruk. Aku sudah melampaui dengan menggali studi psikologiku. Itu mekanisme pertahanan yang
cukup diinginkan, bukankah itu menurutmu?” ucap Soo
Hyun panjang lebar, Hye Rim terdiam
“Kau tidak begitu paham apa yang
aku katakan, karena
aku menggunakan istilah khusus, kan? Cukup
tanyakan apapun. Jika
ada sesuatu yang memberatkanmu, aku akan membantumu mengatasinya.” Kata Soo Hyun dengan nada menyindir, Hye Rim hanya bisa
diam karena Soo Hyun bisa membuatnya tak berkutik.
Yoo Rim mengeluarkan barang-barang dari koper sambil
mengeluh karena terburu-buru ada banyak hal yang dilupakan. Seperti charger, pakaian dalam,
dan kaos kaki. Ji Ho juga lupa tidak membawa
rubik, sehingga tangannya terasa
kosong.
“Tidak bisakah kita pergi ke toko
dan membeli semua itu?” kata Ji Ho
“Kita harus berhemat dan menabung!
Bagaimana kita bisa membeli semua itu? Dan
juga, aku membeli kamera baru bulan ini jadi aku tidak punya banyak uang yang
tersisa.” Ucap Yoo Rim kesal karena melupakan chargeran dirumah kakaknya.
“Tak akan ada masalah jika kau
tidak menjawab panggilan Hye Rim, bisa
jadi masalah kalau kau tidak menjawab panggilan dari kantormu.” Pikir Ji Hoo
“ Itu tak masalah karena
aku sedang mengambil cuti
sekarang, tapi tetap... Ini
tidak akan berhasil jadi Aku
akan menyelinap dan mengambil barang-barang
itu.” Kata Yoo Rim penuh keyakinan. Ji Ho bertanya bagaimana
caranya.
Yoo Rim mengendap-ngendap masuk ke rumah lewat lantai
dua, ketika akan naik ke lantai tiga tak sengaja bertemu dengan Seung Chan. Ia
terlihat kaget, tapi Seung Chan terlihat tenang dan menyapanya. Yoo Rim pun
buru-buru pergi ke lantai tiga untuk mengambil semua barang-barangnya.
Seung Chan menelp Hye Rim yang ada dicafe, Hye Rim keluar
dari dapur dengan wajah marah karena adiknya datang ke rumah dan akan segera
bergegas ke lantai tiga. Seung Chan pikir Hye Rim tak bisa melakukan itu,
karena menurutnya apabila menangkap Yoo Rim sekarang apakah mungkin memberitahu
keberadaan Ji Ho sekarang.
Sambil melirik ke lantai atas, Seung Chan yakin Yoo Rim
akan bertindak semaunya setelah itu dan kabur lagi. Hye Rim pikir seperti itu,
dengan wajah kebinggunan bertanya apa yang harus dilakukanya sekarang.
Yoo Rim keluar dari lantai dua dengan membawa satu koper
besar lagi dan sempat menoleh ke arah cafe takut kakaknya memergokinya. Ia pun
sempat menoleh kebelakang untuk memastikan tak ada orang yang mengikutinya, Hye
Rim langsung bersembunyi di dalam mobilnya. Yoo Rim pun buru-buru masuk ke dalam
taksi yang menunggunya.
Hye Rim melihat adiknya yang masuk ke dalam taksi dan
teringat dengan ucapan Seung Chan “Ada satu jawaban. Kau
harus mengikutinya.” Dengan wajah marah
mengikuti taksi adiknya.
Sementara dirumah Ji Ho sedang membantu Yoo Rim mengeringkan
rambut. Yoo Rim mengangkat rambutnya membuta Ji Ho mengeringkan bagian belakang
rambutnya. Ji Ho seperti langsung lemas melihat leher Yoo Rim lalu memuji lehernya itu sangat cantik.
“Aku dengar bahwa kau jatuh cinta
pada kakakku karena alasan yang sama.” Ucap Yoo
Rim cemberut, Ji Ho menyangkan kalau kakaknya tak ada apa-apanya dibanding Yoo
Rim.
“Ah... Ini pertama kalinya mendengar
kalau aku lebih cantik daripada Hye Rim.” Kata Yoo
Rim tersenyum bahagia sambil mengelus pipi Ji Ho dengan mesra.
Tiba-tiba pintu rumahnya di buka dengan kasar, Ji Ho dan
Yoo Rim kaget melihat Hye Rim yang datang ke tempat mereka tinggal sementara.
Hye Rim menyindir keduanya sedang bersenang-senang bermain rumah-rumahan. Yoo
Rim tak percaya kakaknya bisa menemukannya. Hye Rim langsung mengambil bantal
dan memukul Ji Ho dan adiknya sambil mengomel keduanya Seperti
hidup bahagia dengan mengabaikan
realitas kehidupan.
Keduanya duduk berlutut dilantai, Hye Rim duduk disofa
menatap keduanya lalu berdiri berbicara pada Ji Ho, memberitahu kalau ia
menikah diusia yang sama denganya yaitu 21 tahun, tapi setelah itu Hye Rim
menunjuk ke wajahnya kalau akhirnya yang terjadi ketika menikah diusia muda.
“Apakah aku terlihat memiliki
kehidupan yang bagus? Huh?” ucap Hye Rim mencoba
menyadarkan keduanya.
“Kau punya kehidupan yang bagus.
Ini hanya karena suamimu yang sialan itu.” Kata Yoo
Rim melihat kehidupan kakaknya.
“Sebagian salahku bahwa suamiku
selingkuh dariku. Kita
menikah karena kita saling menyukai tapi
kita tidak mengenal baik satu sama lain. Jadi kita berselisih tentang
segala sesuatu dari cara kita menekan
pasta gigi, cara
membereskan setelah kami menikah...” jelas Hye Rim masalah kecil yang ada dalam
pernikahan.
“Kami berdua menekan pasta gigi dari
bawah. Benarkan Ji Ho?” ucap Yoo Rim, Ji Ho membenarkan tapi
menurutnya tentang membersihkan kamar.
Yoo Rim menegaskan mereka tidak
bisa lakukan setiap hari dan akan melakukan tiga hari
sekali. Ji Ho setuju saja walaupun dari wajahnya terlihat tertekan. Hye Rim
melihat cara kehidupan dua anak muda yang
mereka jalani, menurutnya jika sang adik terus melakukan dengan cara
yang disukainya maka Ji Ho akhirnya akan meledak.
Ji Ho mengatakan kalau ia bukan gunung berapi jadi tak
mungkin meledak, Yoo Rim mengatakan sudah melatihnya dengan
baik. Jadi, kakaknya tidak
usah cemas dan menurutnya kakaknya sudah tahu Ji Ho itu seperti keset
jadi ia bisa berjalan diatasnya. Hye Rim pun bisa mengerti dan berandai-andai
jika ia mengizinkan keduanya menikah.
“Bagaimana caramu mendapatkan
tempat tinggal?” tanya Hye Rim
“Kita akan mencari tempat yang
sewanya bulanan.” Ucap Yoo Rim
“Apartemen termurah sekarang itu
700,000 won per bulan. Bisakah kalian mengatasi hal itu? Yang lebih penting, bagaimana
kalian akan tidur di ruangan sekecil itu?” Kata Hye
Rim menyadarkan keduanya agar bisa berpikir jauh tentang pernikahan.
“Kita memeluk satu sama lain
dengan erat, dan kita
tidur seperti itu! Ada
masalah lagi? Coba Sebutkan!” ucap Yoo Rim menantang
“Baiklah.... Mari kita saling berhenti
menghubungi satu sama lain.” Kata Hye Rim tak ingin
menganggap Yoo Rim adiknya.
Ji Ho melonggo, Yoo Rim kaget dengan keputusan kakaknya
yang memutuskan hubungan dengan tiba-tiba. Hye Rim menjelaskan telah berusaha
keras untuk menjauhi adiknya dari
penderitaan yang sama dengannya dulu, tapi sikap adiknya malah seperti itu jadi sekarang ia
memilih tak peduli lagi dan lebih baik tidak
usah menemui satu sama lain, mulai dari sekarang dan
menganggap mereka berdua adalah orang asing.
Yoo Rim berteriak sebelum kakaknya pergi “Aku hamil” dan
mengaku tak ingin memberitahu hal itu tapi karena ia sudah memiliki anak
didalam perut jadi ingin segera menikah secepat mungkin. Hye Rim sempat ingin
jatuh pingsan mendengarnya, Ji Ho yang mendengarnya ikut kaget. Yoo Rim merasa
kakaknya itu akan memberikan selamat.
Hye Rim langsung memukul adiknya karena sudah gila bisa
hamil lebih dulu sebelum menikah, Yoo Rim mengeluh kakaknya yang memukul orang
sedang hamil. Hye Rim pun melampiaskan amarahnya pada Ji Ho karena bisa membuat adiknya hamil. Ji Ho meminta
maaf dengan tubuhnya yang lemah, Yoo Rim
menarik Ji Ho membela kalau itu bukan salahnya jadi lebih baik pukul saja
adiknya ini. Hye Rim dengan penuh amarah menyuruh keduanya hidup dengan
menyenangkan saja berdua, lalu keluar dari rumah.
Yoo Rim
mengejarnya, Ji Ho menariknya menanyakan apakah memang benar Yoo Rim itu
hamil. Yoo Rim pikir Ji Ho itu gila kalau percaya kalau semua itu hanya bohong
lalu mengejar kakaknya sampai ke depan rumah, berteriak meminta maaf atas
kesalahanya. Hye Rim memarahi adiknya yang berlari karena bisa terjadi
sesuatu pada anak yang dikandungnya.
Yoo Rim berjanji akan bahagia dan meminta agar tak
melarang merekan untuk menikah. Hye Rim dengan lirikan sinis menyuruh adiknya
pertama-tama adalah kembali kerumah setelah itu mereka akan bicara lagi setelah
adiknya pulang kerumah. Yoo Rim sedih melihat kakaknya yang pulang masuk ke
dalam mobilnya.
Seung Chan masuk ke dalam ruangan Prof Bae memberikan
materi yang dibutuhkanya. Prof Bae pun mengucapakan terimakasih walaupun
terlihat dingin setelah Seung Chan mengetahui kalau ia mengidap kanker. Seung
Chan pun akhirnya duduk dikursi menceritakan temanya yang terkena maag akut.
“Tapi dia sangat membenci rumah
sakit, jadi makan makanan yang sehat dan olahraga,Dan ketika mereka diperiksa di
rumah sakit, ternyata segalanya
baik-baik saja!” cerita Seung Chan,
“Jadi menurutmu aku bisa juga
seperti itu? Kau pikir
maag dan kanker punya skala yang sama?” ucap Prof
Bae
“Pada dasarnya, mereka berdua
adalah penyakit. Jadi
Dokter, walaupun kau tidak mau di operasi, tolong periksakan lah! Kau hidup dengan pikiran yang
positif sampai sekarang jadi
ada kesempatan kankernya juga akan membaik, kan?”
kata Seung Chan yakin
“Baiklah. Biar aku tunjukkan
kondisiku sekarang ini.” ucap Prof Bae
Keduanya datang ke rumah sakit, Dokter melihat keadaan
Prof Bae tidak baik melihat hasil pemerikasaan, Kanker Prof Bae sudah
menyebar ke hatinya. Seung Chan kaget
mendengarnya. Prof Bae pun hanya diam karena sudah tahu pasti sel kankernya
sudah semakin menyebar.
“Pengobatan radioaktif tidak akan
cukup pada saat ini. Dia
juga harus menjalani kemoterapi. Dan
tentunya, harus melakukan operasi
itu” jelas Dokter
“Berapa kemungkinan dia bisa
pulih?” tanya Seung Chan masih terlihat sangat yakin, Dokter
mengatakan Sekitar 30 persen. Prof
Bae hanya diam dengan semua akhir dari hidupnya.
Didepan rumah sakit, Seung Chan masih yakin kalau Prof
Bae itu masih punya kesempatan untuk bisa pulih daripada memiliki kanker lain yang akan timbul karena
tak diobati, jadi meminta agar melakukan operasi dan menjalani
pengobatan.
“Pengobatan kanker tiroid biasanya
sepuluh tahun atau lebih. Aku
pasti tidak akan dapat menyelesaikan
bucket list pada usia itu. Aku
akan menikmati hidupku selama aku masih punya kekuatan dan menyelesaikan 'bucket list'
milikku. Aku tidak ingin menyia2kan 10
tahun waktuku di rumah sakit.” Kata Prof Bae lalu
berjalan pulang sendirian, Seung Chan pun membiarkan Prof Bae pergi tanpa
ditemaninya.
Seung Chan melamun sambil mengingat pesan Prof Bae “Jangan beritahu
orang di kantor tentang kondisiku, tidak peduli apapun. Bila ada rumor tentang itu, aku akan kembali ke Pulau Jeju.”
Hye Rim terburu-buru ingin menanyakan sesuatu pada Seung
Chan tapi melihat wajahnya yang sedih langsung bertanya apakah terjadi sesuatu.
Seung Chan tersenyum mengatakan tak ada yang terjadi, Hye Rim bertanya apakah
ia boleh datang kerumahnya hari ini. Seung Chan menanyakan alasanya datang. Hye
Rim menjelaskan akan menirukan Choi Soo Hyun.
Seung Chan mengajak Hye Rim masuk ke rumah milik Soo
Hyun, Hye Rim menyakinkan lebih dulu kalau Soo Hyun akan pulang telat hari ini.
Seung Chan yakin karena kakaknya akan makan malam dengan
beberapa professor lalu bertanya apa yang
dicari Hye Rim dirumah kakaknya.
Hye Rim melihat anjing milik Soo Hyun dan sempat
mengelusnya memberitahu ingin mencari sesuatu seperti foto yang Seung Chan
berikan pada saat itu, menurutnya bisa menjelaskan tentang bekas psikologinya
jadi bisa membantunya. Seung Chan membawa ke kamar kakaknya, Hye Rim bertanya
apakah Soo Hyun itu memiliki mainan saat kecil atau album foto.
Seung Chan tak tahu tapi menurutnya kakaknya itu sudah
membuangnya saat pindah rumah. Hye Rim melihat
sekeliling ruangan, Seung Chan ingat kalau ibunya pernah membawakan sebuah
album dan perpikir harus memanggilnya ada datang juga. Hye Rim tak percaya ibunya bisa datang
kerumah, Seung Chan membenarkan bersama ayahnya datang ke Seoul karena ada
rekannya yang menikah.
Hye Rim bertanya apakah Seung Cahn memiliki yang lain
selain album foto, Seung Chan juga tak begitu tahu sambil melihat sekeliling
kamar kakaknya, untuk mencari tahu apa yang bisa membuka pikiran seseorang,
lalu membuka lemari kakaknya yang bisa menemukan sesuatu.
Hye Rim melihat sebuah kotak yang terbuka, ada sertifikat
dari Stanford dan terselip foto Soo Hyun yang memeluk erat Clare. Seung Chan
bertanya apakah itu bisa membantunya. Hye Rim dengan wajah cemberut mengatakan
bisa membantu menurutnya itu sesuatu yang ada sesuatu arah yang berbeda dari yang diperkirakan tapi
bisa menemukan sesuatu yang penting.
Seung Chan hanya bisa menghela nafas karena Hye Rim
menemukan foto kakaknya dengan mantanya, Hye Rim pun mengambil foto Soo Hyun
dan Clare serta kotak dari ponselnya. Setelah itu ia berjalan melihat tumpukan
buku disamping tempat tidur, berjudul [Etika dan Simbol dari
Shamanisme (perdukunan)] sementara di bagian atas buku berjudul [Antara
Frigiditas dan Gairah]
Hye Rim mencari sesuatu di tempat sampah, menemukan bon
pembelian kalung dengan kartu kredit sebesar 83ribu won. Ia mencari ke bagian
laptop ada pencarian terakhir " cintai masa lalu, Sosiologi, Jerome
Bruner" Hye Rim langsung melotot tajam karena Soo Hyun membeli kalung dan
juga mencari keyword tentang cinta masa lalu.
Hye Rim dengan wajah cemberut memperlihatkan foto sambil
bertanya apa yang diperlihatkanya. Soo Hyun melihat itu foto sebuah box kardus.
Hye Rim menjelaskan ada sesuatu didalam lemari pakaian dan itu adalah
barang-barangnya. Soo Hyun terlihat kaget karena Hye Rim menyelinap
masuk ke dalam kamarnya.
“Jawab pertanyaanku. Mengapa kau tiba-tiba melihat barang-barang saat berada di Stanford? Apa kau memikirkan Clare?” tuduh Hye Rim dengan nada cemburu. Soo Hyun ingin
menjelaskan tapi Hye Rim sudah kembali berbicara.
“ Apa
ini? Kau membeli kalung di
toko mewah, kan? Saat itu
aku ada di Daejeon juga. Mengapa
kau membeli itu? Untuk siapa?” ucap kata Hye Rim
dengan nada tinggi memperlihatkan bon yang ditemukan ditempat sampah, Soo Hyun
berusaha menjelaskan tapi Hye Rim memperlihatkan buku yang ada disamping tempat
tidurnya.
“Dan buku ini, tentang cinta masa
lalu! Lalu pencarianmu, tentang cinta masa lalu! Kenapa tiba-tiba kau berpikir
tentang cinta masa lalu? Itu semua Karena
Clare, kan? Dia
kembali, makanya kau mencari dan membaca hal seperti ini!” kata Hye Rim mengeluarkan semua rasa cemburunya.
Soo Hyun dengan tenang bertanya bolehkan ia memulai
bicara sekarang, Hye Rim menyuruh Soo Hyun bicara karena menurutnya hanya
mendengar semua alasan saja. Soo Hyun mengangkat foto box membenarkan kalau ia
membuka box itu kembali karena ada yang dicarinya.
“Aku ingin membuat omelet yang kau
suka dan punya resep dari teman kamarku
dulu yang jago memasak, resepnya ada di dalam sini. Apa kau tak percaya? Haruskah
aku memasakkannya untukmu sekarang?” ucap Soo
Hyun, Hye Rim lalu menanyakan foto dengan Clare terselip disana.
“Jadi Foto Clare ada di sana? Kau
seharusnya membuang itu, karena sudah
tidak berguna.” Kata Soo Hyun, Hye Rim melirik seakan
tak percaya.
“Lalu Kalung ini, aku membelinya untuk
seorang wanita Dan aku
sudah memberikan padanya.” Ucap Soo Hyun
memperlihatkan bonnya, Hye Rim bertanya siapa dan menurutnya itu Clare dan
terlihat makin marah.
Soo Hyun mengatakan kalau itu Hye Rim, Hye Rim melihat
kalau Soo Hyun itu bercanda. Soo Hyun
menjelaskan kalau itu anjing Pomeranian yang dimilikinya, Hye Rim terdiam. Soo
Hyun menyindir Hye Rim itu datang kerumahnya tapi tidak
melihatnya karena anjingnya itu memakai
kalungnya. Hye Rim teringat saat mengelus anjingnya
ada kalung yang melingkar di lehernya.
Setelah itu Soo Hyun mengangkat dua buku yang dibawa Hye
Rim kalau ia membaca buku itu karena pasienya, yaitu seorang wanita
yang mengalami kesulitan karena dicampakan oleh pacarnya, jadi pasienya itu terus
mereferensikan buku ini selama sesi konseling Jadi ia membacanya agar memahami itu.
“Aku kira kau tidak melihat buku
di setelah itu, Aku
membacanya karena dirimu. Penjelasan
selesai. Kau sudah tidak salah paham lagi kan sekarang?” kata Soo Hyun dengan menyandarkan badannya, Hye Rim
terdiam karena melihat Soo Hyun yang membaca buku tentang Shamanisme demi dirinya.
Prof Bae melihat Seung Chan akan kembali ke meja
receptionist memanggilnya agar mencarikan tiket pesawat. Seung Chan langsung mengerti, Prof Bae heran karena
Seung Chan tak bertanya kemana tujuanya pergi. Seung Chan bertanya kemana Prof
Bae akan pergi. Prof Bae mengatakan akan pergi ke Alaska dan akan
pergi dalam tiga minggu untuk
melakukan daftar keinginannya. Seung Chan mengerti.
“Tunggu. Apa Tidak ada lagi yang ingin kau
tanyakan?” tanya Prof Bae, Seung Can mengatakan
tak ada seperti tak peduli lagi apapun lalu kembali ke meja receptionist. Prof
Bae melotot kaget melihat sikap Seung Chan.
Seung Chan datang membawakan tiket perjalanannya, Prof Bae melihat harga tiketnya sangat mahal. Seung
Chan membenarkan karena itu tiket untuk
dua penumpang jadi bisa pergi bersamanya dan bertanya
apakah ia boleh pergi bersamanya. Prof Bae tersenyum menurutnya sangat membantu kalau Seung Chan bisa ikut.
“Tapi aku mencari tahu tentang sesuatu di
Alaska. Ini mungkin tak masalah untuku tapi tak tahu denganmu”
kata Seung Chan, Prof Bae pun menanyakan kenapa Seung Chan berpikir seperti
itu.
“Well, kau harus ada di pesawat
selama 15 jam. Apa kau
akan baik-baiksaja? Kau
memiliki sakit kanker. Daripada itu semua kita harus
pergi kota Fairbanks jika ingin melihat matahari terbit Tapi matahari jarang kelihatan
terbit ketika musim dingin jadi mungin akan terasa
malam sepanjang waktu, Dan juga, suhunya bisa menurun ke
minus 24 derajat celsius.” Jelas Seung Chan, Prof Bae bertanya apa sebenarnya yang
ingin dikatakan Seung Chan.
“Selain itu, cuaca akan sering
berubah-ubah. Ada badai
angin, badai, dan bahkan hujan es. Ini benar-benar
terlihat cukup ekstrim. Oh yah... Kau bilang kau juga ingin
lihat Machu Picchu, kan? Itu 2,400
meter di atas permukaan laut, Kau
bahkan mengalami kesulitan bahkan
mendaki bukit di sini.” Kata Seung Chan melihat
buku panduanya.
Prof Bae pun hanya bisa diam, Seung Chan menutup bukunya
memberitahu ada cara
kau dapat memecahkan semua masalah itu. Prof
Bae menegaskan tak akan mau melakukan operasi, Seung Chan berusaha menyakinkan Ada
30 persen kesempatan Prof Bae
bisa pulih kembali dan itu bukan hanya “30
persen” tapi ini adalah "30 persen
keseluruhan!" jadi Prof Bae tak bisa mengabaika
hal itu.
Prof Bae menegaskan kalau itu adalah hidupnya dan juga
keputusanya serta tidak ingin hidup seperti itu, jadi ia tetap akan pergi ke alasa 3 minggu dari
sekarang untuk melihat matahari terbit tak peduli Seung Chan mau ikut atau
tidak denganya. Seung Chan pun hanya bisa menghela nafas sambil menatap Prof
Bae yang tak mau mendengarnya.
Hye Rim baru selesai memberikan minuman untuk
pelangganya, Yoo Rim dan Ji Ho masuk ke cafe dengan membawa dua koper. Hye Rim
melirik sinis, Keduanya langsung terdiam karena disambut dengan lirikan sinis,
Hye Rim langsung menyuruh keduanya naik ke lantai atas.
Di lantai tiga, Hye Rim memberikan secangkir teh karena bagus
untuk hormon kehamilan wanita. Ji Ho meminta untuk
minum air, Hye Rim dengan ketus mengatakan Ji Ho tidak
bisa minum air itu di rumahnya lalu mengomel karena
membiarkan adiknya yang membawa barang berat karena itu sangat berbahaya bagi wanita hamil.
“Sudah berapa bulan kehamilanmu? Ahh..Tidak, mungkin belum terlalu
lama. Sudah berapa minggu?” tanya Hye Rim ingin
tahu
“Apa yang aku
lakukan? Kapan aku harus beritahu kalau aku tidak hamil?” gumam Yoo Rim kebingungan.
“Aku membeli susu, ikan teri dan keju. Struktur tulang bayi mulai
terbentuk sekarang. Jadi
kau harus makan makanan yang banyak kalsiumnya. Kau
juga Minum air putih, makan buah dan sayuran juga Dan jangan olahraga berlebihan,
mengerti?” ucap Hye Rim lalu melihat jamnya harus
segara pergi sekarang.
Yoo Rim bertanya mau kemana mereka. Hye Rim mengatakan sudah buat perjanjian untukmu di
OB/GYN karena harus tahu anak itu dalam posisi
yang benar dan tidak
ada masalah. Yoo Rim kaget kakaknya mau mengajaknya
ke dokter. Hye Rim menarik adiknya untuk pergi, Yoo beralasan kalau ini baru awal
kehamilannya, jadi masih merasa baik-baik saja. Hye Rim memberitahu akan
lebih berbahaya karena diawal kehamilan dan juga arus melihat jika akannya
baik-baik saja jika detak jantungnya sangat baik. Yoo Rim berusaha menahanya.
Tapi Hye Rim kembali memarahi Ji Ho sebagai ayah tak
melakukan apapun dan menarik adiknya untuk pergi. Yoo Rim dan Ji Ho
kebinggungan, Hye Rim terus menarik adiknya untuk segara turun.
Seung Chan melihat Hye Rim yang menarik-narik adiknya
menuruni tangga, tiba-tiba kakak beradik
itu pun jatuh dari tangga karena saling tarik menarik. Seung Chan dan Ji Ho
bingung untuk membantunya. Yoo Rim mengeluh perutnya terasa sakit, Hye Rim
panik dan menanyakan apakah bayinya baik-baik saja.
“Aku sedikit merasa tertusuk dibagian perut” ucap Yoo Rim, Hye Rim
yang panik langsung menyuruh Seung Chan menghubungi ambulance segera.
Yoo Rim berusaha menghalanginya, Seung Chan tetap menelp
119 untuk memanggil ambulance kalau ada wanita hamil dan terjatuh dari tanda lalu merasa sakit dibagian
perutnya. Yoo Rim berteriak “tidak” Hye Rim bertanya apa disangkalnya. Yoo Rim
mengatakan itu tentang bayinya kalau ia tak hamil.
Hye Rim mengerutkan dahinya, Yoo Rim meminta maaf karena
sudah bohong. Hye Rim
tiba-tiba tertawa dan merasa tak mengerti bisa tertawa mendengarnya lalu pergi
ke lantai tiga. Ji Ho dan Seung Chan binggung karena Hye Rim tak marah tapi
malah tertawa. Yoo Rim binggung karena berpikir kakaknya sudah mulai gila.
Soo Hyun sudah duduk didalam restoran, Seung Chan datang
dengan pria yang sudah memiliki uban dibagian rambutnya. Soo Hyun berdiri tapi
wajahnya terlihat dingin ketika keduanya duduk. Tuan Choi menanyakan ada apa
dengan ekspresi anaknya, sepertinya tidak senang bertemu ayahnya yanng tak pernah bertemu cukup lama. Soo Hyun hanya
diam.
Pelayan memberikan buku menu, Tuan Choi memesan dua menu A
Courses lalu bertanya pada Seung Chan apa yang ingin dimakanya, Seung
Chan dengan senyuman bahagia memilih menu B Course. Soo Hyun hanya bisa menghela nafas karena ayahnya tak
menanyakan padanya dan langsung memilih saja.
“Apa kerjaannya lancar? Aku dengar
kau juga mengajak adikmu
bekerja. Kau
bahkan tidak bisa menjaga adikmu dengan benar, sebagai seorang kakak. Tidak adakah tempat yang lebih
baik untuknya bekerja?” kata Tuan Choi, Seung Chan
pikir belum
siap untuk hal seperti itu.
“Karena aku sudah menghabiskan
banyak uang, mengirimmu belajar ke luar negeri. Kau seharusnya melakukan sesuatu
yang lebih hebat! Tapi
kau hanya jadi konselor sialan yang menghasilkan sedikit uang. Apa hanya itu saja yang bisa kau lakuan?” keluh Tuan
Choi, Soo Hyun hanya diam.
“Kau bahkan tidak bisa menjawabku?
Ini sungguh Mengecewakan! Ini mungkin karena kau mirip
dengan ibu sialanmu itu.” Ejek Tuan Choi, Soo Hyun
hanya tertawa mendengarnya. Tuan Choi bertanya kenapa Soo Hyun malah tertawa.
“Kau masih sama, bertingkah
semaumu karena kau sudah tua.” Ucap Soo Hyun, Seung
Chan tak percaya kakaknya begitu berani bicara dengan ayahnya.
“Apa Kau tahu bahwa aku tidak bisa
makan tiram, tapi kau malah memesan hidangan tiram untukku?” ucap Soo Hyun, Tuan Choi berdalih kalau Soo Hyun masih
membahas kalau ia tak bisa makan tiram diusianya sekarang.
“Kau harus bertindak sesuai usiamu
dan berhenti bersikap pilih-pilih!” kata Tuan Choi
mengejek
“Aku tahu, aku sudah sudah dewasa jadi mengapa kau memperlakukan aku
seperti anak kecil?” balas Soo Hyun dingin Tuan Choi
marah karena Soo Hyun berani melawanya,
“Kau bilang Seorang konselor? Mengapa
kau peduli dengan caraku bertahan hidup? Lalu kau
mengatakan mengirimku belajar ke luar negeri? Kau tidak pernah
menghabiskan satu sen pun untuk membantuku.” Tegas Soo
Hyun
“Kau pikir kau akan bisa pergi
jika aku tidak mengizinkan itu?” ucap Tuan Choi dengan
nada tinggi
“Aku belajar di luar negeri dengan uang yang aku peroleh sendiri! Kau tidak melakukan apapun dan berkontribusi dengan
hal itu” kata Soo Hyun dengan nada tinggi. Tuan Choi kaget anaknya memanggil “kau”
Seung Chan menegur kakaknya yang berbicara seperti itu ayahnya karena merek sudah lama tak bertemu.
“Kita perlu belajar untuk memiliki
karakteristik seseorang menjadi seorang ayah yang berkualitas. Yang kau lakukan adalah
memperlakukan anakmu seolah
mereka bawahanmu Dan
menunjukkan statusmu karena kau cukup kaya! Seseorang yang melakukan apa yang
dikehendakinya sepanjang waktu dan ingin
diperlakukan sebagai seorang ayah sekarang?!!” ucap Soo
Hyun meluapkan rasa kesalnya. Tuan Choi mulai mengumpat.
“Apa kau tahu kenapa aku belajar
di luar negeri? Aku
ingin pergi jauh sebisaku, sejauh-jauhnya
darimu. Aku
bahkan tidak tertawa ketika aku tertawa. Mengapa, kau mungkin bertanya hal itu? Aku hanya melakukannya karena kau
menekanku.” Tegas Soo Hyun lalu berdiri
mempersilahkan keduanya makan menu yang lezat untuk makan siangnya.
“Kau harus hidup lama..jika kau ingin memuaskan
keserakahan luar biasamu itu.” Ucap Soo Hyun lalu
pergi meninggalkan keduanya. Seung Chan ikut keluar mengikuti kakaknya.
Seung Chan menarik kakaknya dan bertanya kenapa kakaknya
bisa melakukan itu, Soo Hyun mendorong adiknya untuk menjauh. Seung Chan
menarik kakaknya kembali, merasa tak percaya kalau Soo Hyun mengatakan hal itu
pada seorang yang sudah berada diusia senja.
“Ini antara aku dan ayah...Pria sepertimu, yang selalu
dicintai saat masih kecil dan yang diizinkan melakukan semaunya, tidak
punya hak mengatakan ini padaku.” Tegas Soo
Hyun dengan mata melotot
“Kaulah yang mendorong kami pergi! Tentang Ayah... Aku tidak tahu
tentangnya, tapi ibu dan aku berupaya yang terbaik. Kami berusaha keras untuk melihat
bagaimana kita bias akrab
denganmu dan baik padamu. Tapi
siapa orang yang mendorong Ibu
dan aku untuk pergi? Itu kau!!!! Pada kenyataanya bahwa
keluarga kita jadi seperti ini, itu karena mu. Ini semua kesalahanmu.” Tegas Seung Chan merasa dirinya sudah dekat dengan
kakaknya lalu kembali masuk ke dalam restoran.
Soo Hyun kembali kerumah, duduk diatas meja kerjanya
membaca, pesan dari ibunya “Soo Hyun, aku minta maaf. Apa yang bisa aku lakukan
agar kau memaafkanku?” Ia
mengingat kembali saat diruang konsultasi melempar semua barang dilantai
meminta agar jangan pernah datang lagi.
Soo Hyun pergi ke hotel lalu ke di bagian receptionist untuk
memberitahu kamar tempat Ny. Seo Yeon Hui tinggal. Pegawai hotel menanyakan hubungan dengan Nyonya Seo. Soo Hyun terlihat diam karena tak bisa
mengatakan apapun lalu tak sengaja melirik ke arah lobby ada ibunya duduk
disana. Akhirnya ia memberitahu pegawai hotel kalau sudah menemukannya.
Nyonya Seo mengangkat telp dari anaknya dan
mengatakan akan
kembali beberapa hari. Soo Hyun yang tadinya ingin
mendekat malah terhenti. Nyonya Seo dengan penuh perhatian bertanya apakah
anaknya sudah makan lalu memarahi karena makan makanan instant, menyuruhnya
makan sup yang sudah ditinggalkanya dalam kulkas.
Soo Hyun masih diam mendengar pembicaran dengan anaknya.
Nyonya Seo kembali bertanya Bagaimana
dengan sekolahnya dan memujinya karena hanya bisa
mendapatkan dua tempat kuliah yang inginkanya. Soo Hyun memilih untuk pergi
karena ibunya akan pergi dan bersama dengan anak yang lainya.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar