PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 25 Maret 2016

Sinopsis Descendants of the Sun Episode 10 Part 1

Shi Jin memerintahkan Mo Yun untuk menyelamatkan Argus, karena ia harus melakukan tugasnya sebagai dokter dan jika mereka harus membunuh seseorang makan ia yang akan maju. Mo Yun melihat Argus yang terkapar berusaha mengambil pistol.
Fatima memohon agar tak menyelamatkan Argus, dan membiarkan saja mati. Argus tetap menyuruh anak buahnya agar menembak supaya menutup mulutnya, Mo Yun melihat Argus terkapa memberitahu pasienya itu mengalami syok karena pendarahan, jadi mereka harus memindahkannya.
Ini adalah keputusanmu. Kau bisa menjatuhkan senjatamu dan membawanya masuk ke dalam Atau membiarkan dia mati di sini. Aku sarankan... untuk memilih yang terakhir.” Kata Shi Jin dengan pistol yang terus mengarah pada anak buah Argus. 

Argus berteriak kesakitan ketika Mo Yun berusaha membedah bagian pinggangnya, Mo Yun meminta agar buah Argus agar memegang erat-erat tubuh Argus. Argus menjerit kesakitan mengatakan kalau operasi kali ini sangat menyakitkan.
Apa kau memberiku obat penghilang rasa sakit?” tanya Argus
Aku lupa, karena aku bukanlah dokter yang terampil.” Kata Mo Yun berpura-pura sambil memperlihatkan peluru yang berhasil dikeluarkanya. 

Suara Walkie Talkie terdengar Dae Young yag memanggil Shi Jin, Tommy yang mengancukan pistol bisa mengartikan kalau tentara Korea akan dating dan bertanya apakah mereka harus memanggil orang-orang mereka.
Jika tentara Korea datang, Maka kita harus mundur karena Mereka bukan lawan kalian..” Kata Argus yang sudah dipapah oleh anak buahnya lalu mengajak Fatima untuk pergi bersama. Mo Yun langsung menghalanginya.
Kau tak bisa membawanya. Aku memang sudah mengeluarkan pelurunya, tapi kau harus tetap ke rumah sakit. Operasi tadi memang berhasil, jadi kau tak mati tadi.” Ucap Mo Yun menghalangi Fatima
Hei Cantik, saat kita bertemu lagi nanti, aku janji, kau akan mati dengan wajah cantikmu itu.” Ancam Argus pada Fatima yang berlindung dibalik badan Mo Yun
Jika kau mau pergi, sebaiknya kau lari cepat Dan juga sejauh yang kau bisa. Kebaikanku hanya sampai sini saja.” Ucap Shi Jin dengan menahan amarahnya. 

Beberapa anak yang diduga mengidap campak dinaikan ke dalam mobil. Dae Young membahas tentang Argus yang dulu menjadi tentara sekarang sudah berhenti. Shi Jin menceritakan Argus sekarang menjadi pedagang senjata dan pernah bertemu dengannya di kota.
Jika Pasukan Khusus berhenti, hanya ada 1 pilihan, tentara bayaran atau penjahat Dan dia adalah anggota Pasukan Khusus yang berhenti untuk mengejar uang, ini adalah proses hidup.” Komentar Shi Jin, Dae Young hanya terdiam mendengarnya. 

Beberapa anak langsung diperiksa oleh dokter dalam medicube. Song Hyun ikut memeriksa bersama Ja Ae didekatanya. Ja Ae sudah tahu setelah terjadi bencana alam, maka akan ada penyakit campak dan kolera.
Pertama operasi VIP tak terduga, lalu gempa dan sekarang penyakit menular. Sudah kubilang, saat pertama datang ke sini, untuk mengajakmu kabur..” ucap Sang Hyun dan mendapatkan lirikan sinis dari Ja Ae. Ja Ae mengajak pasien anak kecilnya untuk keluar karena pemerikasaan sudah selesai.
Demamnya memang sudah turun, tapi kita masih belum bisa tenang. Aku mendapat tanda-tanda pneumonia.” Ucap Mo Yun sambil memperlihatkan hasil CT Scan.
Pneumonia bukanlah penyakit serius. Dan kita bisa menangani campak. Lalu kau juga harus pergi ganti baju dan hilangkan darah dari tanganmu.” Kata Sang Hyun sambil bertanya darah apa yang ada ditangan Mo Yun. 

Mo Yun mencuci tangan di tempat penampungan air pikiranya kembali melayang saat mengoperasi Argus yang terkena peluru.
Flash Back
Argus melihat Shi Jin yang terus mengacungkan senjata pada anak buahnya, lalu berkata pada Mo Yun kalau ia pasti sudah tahu berada dengan pria yang sangat berbahaya disampingnya.
Kesempatan untuk terluka lebih tinggi saat kau bersama pria bersenjata.” Ucap Argus tertawa mengejek, Mo Yun hanya bisa diam mendengarnya.
Mo Yun mencuci besih semua darah yang ada ditanganya, tiba-tiba Min Ji datang berteriak memberitahu tentang seorang gadis yang datang bersamanya, dengan wajah panik kalau gadis itu ingin pergi dari rumah sakit. 

Mo Yun membawakan sepiring kue dan roti serta menuangkan segelas susu menyuruh Fatima untuk makan dulu setelah itu mereka akan bicara. Fatima dengan sengaja menyenggol gelas susu sampai tumpah, menanyakan alasan Mo Yun menyelamatkan Argus karena seharusnya membiarkan mati saja.
Aku menyelamatkanmu menjadi seorang pembunuh jika kau membiarkannya mati.” Jelas Mo Yun
“Jadi Kau menghentikanku menjadi seorang pembunuh? Tapi, kau tak bisa melindungiku.” Ucap Fatima
Ada tentara di sini, kau tak akan terbunuh.” Kata Mo Yun menyakinkan
“Kau bilang Tentara? Kau mau percaya pada tentara? Apa kau pernah melihat perang? Apa Kau pernah lihat tentara dalam perang? Sepertinya tidak? Jadi, minggir karena aku mau pergi.” Ejek Fatima kesal dan berdiri untuk pergi. Mo Yun kembali mendudukan fatima dikursi. Fatima bertanya apa yang akan dilakukan Mo Yun padanya.
Kau bisa terus menyalahkanku, tapi makanlah dulu. Dan pikirkan lagi, jika kau ingin kabur.” Kata Mo Yun kembali menuangkan susu digelas yang lain, Fatima cemberut sambil melipat tanganya didada. 

Ji Soo yang mendengar cerita dari orang-orang yang baru pulang ingin lebih detail lagi keadaan di Urk, Dokter Pria menceritaka mereka sudah berlari dan melihat pembangkit listrik runtuh, lalu tanahnya terbelah dua. Truk-truk hancur begitu saja, korban berjatuhan dan Banguanannya hilang, keadaan seperti itu Sangat mengerikan.
Lalu, kenapa masih ada tim kita di sana?” tanya Eun Ji yang ikut mendengarkannya.
Ah, semua tim juga mau pulang. Tapi, masih ada pasien di sana, dan kita kekurangan tim medis. Hanya Tinggal beberapa hari memang tidak masalah,  Dan sekarang, kami yang pulang ke sini merasa menyesal.” Cerita si dokter pria
Maaf menyela pembicaraan kalian, tapi, kenapa Chi Hoon tidak pulang? Dia ada dalam daftar. Tapi, kenapa dia tak ada dalam pesawat?” tanya Hee Eun datang dengan wajah panik
Ah, itu karena tepat sebelum kami berangkat, ada pasien gawat darurat, jadi dia menyerahkan kursinya.” Cerita Dokter pria, Ji Soo memuji  Lee Chi Hoon adalah dokter sejati sekarang.
Apa sungguh karena pasien? Dia tak selingkuh, 'kan? Kenapa dia tak pernah meneleponku, bahkan sekalipun? Coba pikir-pikir lagi. Apa ada sikapnya yang aneh?” tanya Hee Eun menaruh curiga pada suaminya. 

Diruang rawat Urk
Sang Hyun menceritakan sesuatu yang aneh tentang seseorang  terlihat dari sikapnya yang seolah-olah sedang diintai. Min Ji bertanya siapa yang sedang dibicarakannya. Ja Ae memberitahu kalau itu adalah  Pasien palsu yang mengambil kursi pesawat Dr. Lee Chi Hoon.
Dia selalu mengemis, tapi pada akhirnya dia tak naik pesawat juga. Mereka tak bisa menemukannya, jadi satu kursi tetap kosong.” Cerita Ja Ae, Min Ji tak percaya ternyata Manager Jin tak naik pesawat
Jadi, sebenarnya dia duduk di sana” ucap Sang Hyun, Ja Ae bertanya siapa orangnya. Sang Hyun mengatakan itu adalah jiwanya yang duduk dikursi penumpang.
Min Ji menghela nafas memuji Sang Hyun yang sangat lucu dengan sikapnya, Ja Ae melirik sinis ingin memarahi anak buahnya, tapi yang terjadi ia malah ikut seuju dengan Min Ji karena Sang Hyun terlihat sangat lucu. 

Dalam ruang penyimpanan obat.
Mo Yun memberitahu   virus campak mulai menyebar luas dan PBB juga sudah mengeluarkan peringatan tentang penyakit campak. Myung Joo juga sudah mendapatkan telp dan membawa vaksin MMR yang cukup, jadi  Mo Yun jangan khawatir.
Ada lebih dari 10 anak. Apa aku ikut denganmu saja?” kata Mo Yun
Apa perlu kau bersikap melow sekarang ini? Prajurit yang bertugas besok adalah Sersan Mayor Seo. Ini adalah kunjungan tugas dicampur dengan kunjungan pribadi.” Kata Myung Joo sambil bersandar di rak
Kau ini terlalu serius.” Balas Mo Yun lalu mengetahui Myung Joo akan berangkat pagi hari
Myung Joo heran melihat sikap ramah padahal sebelumnya terlihat masih dendam padanya,  Mo Yun merasa bangga dirinya itu adalah orang yang jauh lebih dewasa daripada Myung Joo lalu memberikan semangat semoga sampai ke tujuan esok lalu keluar ruangan. Myung Joo melihat Mo Yun sekarang bukan lagi si Kakak Ipar yang Menakutkan sekarang.

Myung Joo berteriak gembira dengan mobil tentara terbuka melihat  cuacanya enak sekali lalu mengoda Dae Young kalau lebih suka  dengan pria yang duduk disebelahnya. Dae Young membalas kenapa Myung Joo senang  pergi bertugas bersama pria hitam seperti dirinya.
Aku memiliki standar yang tinggi” kata Myung Joo tak ingin diremehkan
“Apa Kau yakin standarmu tinggi?” balas Dae Young mengejek
Apa kau tak pernah bercermin? Jika kau tak mau lihat mukamu, biarkan aku saja yang melihatnya terus.” Ucap Myung Joo mengoda kembali. Keduanya sama-sama tersenyum.
Apa kau tahu, yang akan kau lakukan jika kau berhenti jadi tentara?” tanya Dae Young, Myung Joo bertanya balik apakah sekarang Dae Young sedang membahas sesuatu yang serius. Dae Young menegasakan dirinya sedang serius.
Ini adalah tugas yang berbahaya, dan kita akan sering berpisah.” Kata Dae Young

Apa pertanyaanmu itu untuk kebaikanku? Dan Kau khawatir padaku?” ucap Myung Joo. Dae Youn memberikan pilihan lain yaitu mengkhawatirkan tentang hubungi mereka.
Entah kenapa, aku merasa sangat terharu sekarang. Tapi, aku baik-baik saja. Aku menyukai Sersan Seo Dae Young yang sekarang. Seo Young Dae-ku ini tetap gagah dalam seragam tentara ataupun tidak. Hanya itu saja. Dan kau Kecuali diriku, tak ada yang boleh menyentuh seragammu.” Ucap Myung Joo memperingatinya.
Keduanya sampai di desa berhantu, Myung Joo binggung karena tak melihat satu orangpun ada ditempat itu. Dae Young melihat hanya tenta tanpa penghuni berbeda dengan sebelumnya saat datang. Myung Joo melihat desa itu sudah benar-benar kosong dengan wajah panik. 


Di Barak Pusat
Letnan Yoon memperlihatkan foto Argus merasa Shi Jin sudah mengetahuinya kalau pria itu adalah mantan tentara Amerika, dan sekarang menjadi  pedagang senjata illegal serta masuk dalam pasukan saat Kapten Kim Jin Suk meninggal. Shi Jin membenarkan dan mengingat saat teman satu timnya tertembak dan menyelamatkan Argus masuk ke dalam helikopter.
CIA ingin bekerja sama dengan kita melalui Kepala Komite Militer PBB.”jelas Letnan Yoon
Apakah itu adalah operasi gabungan untuk menyelesaikan masalah ini?” tanya Shi Jin
Tidak.... Misi ini bukanlah tentang keadilan, tapi tentang politik.” Jawab Letnan Yoon, anak buah Letnan memberikan sembuah foto tentara berkulit hitam memberitahu kalau itu namanya  Kolonel Amang, yang bertugas di Utara Urk.
Mereka ingin melakukan kudeta dan membangun pemerintahan pro-Amerika. Jadi, mereka menyediakan senjata untuk Kolenel Amang melalui Argus.” Cerita Letnan Yoon

Dibalik itu semua sebuah kontainer sudah membawakan banyak senjata didalam kotak kayu, Argus sedang menunggu barang dengan melihat pelabuhan didepanya. Seorang pria memata matai dari teropongnya didalam mobil.
Pasukan Delta sudah melaksanakan misinya. Dan mereka bilang, dia juga adalah temanmu.” Jelas Letnan Yoon, Shi Jin mengingat tentara yang pernah bertugas di Afganistan untuk melepaskan sandera.
Sampai misi ini selesai. Susun rencana saat mereka mulai memanipulasi Agus, Aku memintamu bekerja sama untuk menghindari konflik dengan mereka. “ ucap Letnan Yoon
Kita tak bisa melakukan tindakan pencegahan. Tapi, ini adalah misi dasar kita untuk menjaga ketertiban umum.” Kata Shi Jin
Kapten Yoo Si Jin. Aku, Komandan yang memerintahkanmu, ini bukanlah sebuah laporan. Aku terbang jauh-jauh ke sini karena percaya pada kalian. Dalam 10 menit, kau harus terbang dan Kau harus menjaga kepercayaanku. Ini adalah perintah. Mulai sekarang, tentara kita tak akan mengambil misi ini.” tegas Letnan Yoon, Shi Jin pun mengerti 


Dae Young menceritakan Polisi yang  memindahkan anak-anak itu ke panti asuhan CTA tapi ia merasa ada yang aneh dengan hal itu. Shi Jin hanya melamun mendengar cerita Dae Young, akhirnya Dae Young memanggil Shi Jin untuk menyadarkan dari lamunannya.
Mulai sekarang, kita tak bisa mencampuri masalah Argus. Aku baru saja kembali dari markas. Dan Apa yang aku katakan padamu adalah... sebuah rahasia.” Kata Shi Jin, Dae Young pun hanya bisa diam karena mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi. 

Shi Jin yang gelisah memilih untuk duduk dibawah reruntuhan sambil melepaskan semua senjatanya. Mo Yun membawa secangkir kopi melihat Shi Jin duduk diam lalu memberikan gelas kopinya karena pacarnya itu seperti membutuhkan tambahn gula. Shi Jin menatapnya, Mo Yun memberitahu kalau itu kesempatan terakhirnya. Shi Jin akhirnya mengambil gelas kopinya dan mengucapkan terimakasih.
Apa kau mau minum juga?” tanya Shi Jin, Mo Yun menolak karena takut gemuk jadi menyuruh Shi Jin minum saja dan menganggapnya sebagai obat.
Bagaimana dengan anak-anak dari Desa Berhantu itu? Aku belum melihat Letnan Yoon.” Tanya Mo Yun duduk disamping Shi Jin
Pasukan kami sudah mengurusnya dan Pemerintah Urk akan menyediakan fasilitas medis.” Cerita Shi Jin berusaha untuk menenangkan
Baguslah.... Anak-anak yang ada di MediCube juga sudah diobati, jadi mereka kembali sehat.” Cerita Mo Yun bahagia
Jadi, itu yang menyibukkanmu? Kau sampai lupa merapikan rambutmu.” Kata Shi Jin melihat rambut Mo Yun yang berantakan lalu meminta untuk memegang gelasnya.
Mo Yun merasa Tiap kali Shi Jin meminta memegang sesuatu pasti mau melakukan yang aneh-aneh. Shi Jin ingin mengikat rambut Mo Yun, tapi Mo Yun langsung menghindar karena belum keramas. Shi Jin pikir mereka kekurangan air jadi tak sempat keramas dan mengejeknya Mo Yun yang jarang keramas, jadi tak perlu jadi terlihat wanita yang suka keramas.
Mo Yun merasa Shi Jin sudah salah orang, Shi Jin mengeluh Mo Yun seperti orang yang baru pertama kali bertemu saja, lalu mengikat rambut pacarnya tanpa peduli sudah keramas atau belum. Mo Yun pikir bisa melakukan sendiri nanti, Shi Jin mengoda kalau mereka sedang berkencan tugas seorang pria adalah melakukan “tugas” seperti yang dilakukanya. Mo Yun tersenyum mendengarnya.
Aku juga akan melakukan hal yang sama nanti. Aku pasti akan melakukan apa yang bisa kau lakukan.” Kata Mo Yun, Shi Jin menatap Mo Yun mengatakan kalau itu adalah janjinya. Mo Yun mengangguk akan mengingat janjinya, Shi Jin pun mengelus rambut Mo Yun.

Ini adalah Ms. B. Paket dari Korea telah sampai. Mo Yun mendengar suara dari walkie talkienya langsung bahagia karena mendapatkan Paket. Shi Jin menarik tangan Mo Yun yang akan pergi.
Apa kau meninggalkanku hanya karena paketnya datang? Sekarang Paket atau aku?” ucap Shi Jin kesal
Tentu saja, aku pilih kau.” Kata Mo Yun lalu berlari ingin mengambil paketnya. 


Ja Ae memberikan paket untuk Mo Yun dari Ji Hoo, Mo Yun memuji temanya sejatinya itu memang paling baik, lalu mencium bau itu dari korea. Ja Ae mencoba mencium kardus lainnya, Mo Yun menjelaskan kalau yang dicium itu Bau kotak kardus Korea lalu melihat kardus yang dipegang Ja Ae dan mengatakan akan mengantarkan  paket itu. Ja Ae berkomentar kalau mereka terlihat sangat akrab.
Sang Hyun pun masuk bergantian dengan Mo Yun yang baru keluar ruangan, bertanya pada Ja Ae apakah paket untuk Ja Ae sudah datang. Ja Ae binggung kenapa Sang Hyun mencari paket untuk dirinya bukan miliknya sendiri, lalu memberikan sebuah kotak dengan mengatakan Ada paket yang mengejutkan untuknya.
Sang Hyun langsung membuka isi kotak, Ja Ae penasaran bertanya dari siapa pengirimnya. Sang Hyun mengatakan paket itu dari dirinya sendiri, sebuah sepatu kets putih dan diberikan pada Ja Ae kalau itu untuknya dan ukurannya 240. Ja Ae memanggil Sang Hyun yang akan meninggalkan ruangan, Sang Hyun mengatakan tak butuh ucapan terimakasih.
Ja Ae memberitahu ukuran kakinya itu 230. Sang Hyun sambil memutar tubuhnya mengatakan tak masalah karena tak ada yang mengetahuinya lalu keluar dari ruangan. Ja Ae kesal karena ia nanti yang memakainya tapi setelah itu tersenyum bahagia menerima hadiah langsung dari Sang Hyun yang dipesan langsung dari korea. 

Diruang makan
Mo Yun melihat pesan di kotak [Yang semangat, Oppa. Aku merindukanmu, Oppa.] lalu memberitahu Dae Young  melalui Walkie talkie Ada paket dari Shin Jae Young dan menanyakan keberadannya. Dae Young dan Shi Jin sedang ada ditenda langsung melotot kaget mendengarnya, lalu Dae Young menanyakan keberadan Mo Yun sekarang.
Keduanya langsung melempar kertas berkas dan berlari sekencang mungkin, Mo Yun memberitahau ada diruang makan dan bertanya apakah ia harus menunggunya. Myung Joo yang ikut mendengarnya terlihat sangat kesal dan langsung keluar dari ruangan obat. Shi Jin dan Dae Young benar-benar panik berusaha berlari sekuat tenaga. 

Mo Yun mengoyang-goyangkan kardus penasaran dengan isinya, beberapa anak buah memberikan hormatpun tak dibalas oleh Shi Jin dan Dae Young karena harus berlari kecepat ke ruang makan. Myung Joo tiba-tiba datang membuat Mo Yun kaget karena harus memeriksanya dan melihat pesan ditulis dengan lambang hati dibagian belakang.
Apa Sersan Seo punya adik perempuan?” ucap Mo Yun, Myung Joo berteriak kalau Dae Young itu anak tunggal. Mo Yun pikir bukan dirinya yang salah dan harus kena marah.
Myung Joo langsung membuka paket, Mo Yun khawatir melihatnya. Myung Joo melihat ada sebuah foto yang terselip pada kartu dan mengumpatnya. Mo Yun mengintip, dan ikut marah karena melihat Shi Jin ada difoto itu dengan dua wanita yang ada disana.  Ia membaca pesan yang ditulis pada kartu Hari saat kami bertemu dengan Yoo Si Jin-oppa. Kenangan ini untukmu.
Pria-pria ini... Hei Yoon, siapkan pistolmu.” Ucap Mo Yun benar-benar geram. 

Dua pria datang dengan nada terengah-engah dan keringat bercucuran mengatakana kalau semua salah paham. Myung Joo memperlihatkan foto yang didapatkan, dengan begitu kesalahpamanan seperti apa apabila menemukan  bukti sudah jelas.
Sepertinya, kau tersenyum bahagia dalam foto ini, Yoo Si Jin.” Sindir Mo Yun
Aku tidak tersenyum, Mungkin terlihat seperti tersenyum, tapi itu hanyalah pose lucu saja, benarkan?” kata Shi Jin menepuk belakang Dae Young untuk membantunya.
Dia adalah adik sepupuku, kau tak tahu dia adalah pramugari ‘kan?” kata Dae Young
Jadi, paket ini dating dari adik sepupumu. Tapi, kenapa kalian berlarian ke sini?” tanya Mo Yun heran
Karena mereka sudah ketahuan. Jadi Diantara mereka berdua, yang mana adik sepupumu? Kalian harus jawab pada hitungan ketiga.” Kata Myung Joo

Shi Jin menyebut sebelah kiri sementara Dae Young menyebut sebelah kanan. Lalu keduanya kembali menganti jawaban tapi yang terjadi kembali tak cocok. Myung Joo menghela nafas karena ternyata keduanya sudah ketahuan berbohong. Dae Young mengaku  hanya ikut saja blind-date dengan Kapten tak ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan.
Apa kau mau membunuh Kaptenmu sekarang?” bisik Shi Jin, Dae Young membenarkan.
Sepertinya kau selalu meneleponnya karena dia tahu alamatmu di Urk.” Kata Mo Yun
Jadi, itu benar, ya? Kenapa kau bisa begitu, Sersan Seo? Aku sungguh tak menyangkanya. Aku sudah menceramahinya, tapi dia akan sadar nanti.” Ucap Shi Jin membela diri dengan menuduh Dae Young
Mo Yun tak ingin mendengar Shi Jin kembali bercanda dan mengajaknya untuk ikut denganya, Dae Young ingin ikut keluar, Myung Joo menyindir Dae Young yang masih bisa bergerak. Dae Young pikir Myung Jo sudah selesai bicara denganya lalu menyuruh Shi Jin cepat mengikuti Mo Yun keluar ruangan. Shi Jin mengeluh ingin sekali terus bersama Dae Young dan akhirnya memilih keluar ruangan.

Aku harap kau tak salah paham, itu semua adalah masa lalu.” Jelas Dae Young
Ya, memang. Jadi, foto ini berasal dari masa lalu?.” Ucap Myun Joo tak percaya, Dae Young mengaku foto itu dari Seoul.
Dibalik dinding, Kwang Nam meminta uang karenan tebakanya benar dua ketua mereka melakukan blind date, Chul Ho ingat saat keduanya menghilang dari pesta ulang tahun Bravo Park dulu, Woo Geum mengeluh kesal dan merelakan uang 20ribu won sambil mengomel kalau keduanya bilang mau pergi kerumah duka ayah teman SMA.
Kwang Nam pikir keduanya itu tak punya teman di SMA yang sama, Chi Hoon yakin mereka bisa memberitahu tapi sudah bisa melihat dari pakaian yang mereka gunakan sangat rapih bahkan  sempat berpikir keduanya yang akan jadi host acaranya.
Myung Joo bisa mengerti itu alasan Dae Young menghindarinya padahal selama ini berpikir karena ayahnya. Dae Young menegaskan kalau alasannya menghindar itu memang karena alasan ayah Myung Joo. Myung Joo tak terima begitu saja dan bertanya apa yang dikatakan sebelumnya. Dae Young terlihat lupa yang dikatakan
Sudahlah. Sejauh mana kencan kalian?” tanya Myung Joo
Kami hanya pergi sampai pintu gerbang saja.”kata Dae Young
Apa kau tak mengerti maksudku? Sejauh mana kalian berkencan? Apa kalian saling bersentuhan atau tidak?” tanya Myung Joo
Di luar ruangan
Shi Jin meyakinkan pacarnya kalau tak sejauh itu dan tak mungkin berbohong karena mereka hanya minum teh bersama saja. Mo Yun memuji Shi Jin ternyata pria yang baik. Shi Jin tersipu malu merasa Mo Yun tak perlu memujinya.
Jadi, kau minum teh dengan wanita? Dan aku malah berpikir, saat kita berpisah, kau tak akan bermain wanita lagi. Percuma saja aku khawatir padamu Ternyata kau menikmati waktu indahmu.” Sindir Mo Yun

Itu bukanlah waktu yang indah. Dan jujur saja, itu hanyalah sebuah persahabatan, aku tak mungkin menolak.” Jelas Shi Jin, Mo Yun tak percaya hanya sekedar persahabatan.
Bukannya tak bisa menolak, dari wajahmu saja sudah ketahuan kau juga menikmatinya.” Kata Mo Yun
Kau terlalu kolot, dan sepertinya sudah salah paham. Wajahku memang kan seperti ini, aku minum teh dengan ekspresi itu.” Kata Shi Jin membela diri 

 Di ruang makan
Myung Joo tak ingin Dae Young  bercanda lagi dan tak bisa percaya mereka itu hanya minum atau sampai mengantarnya pulang. Dae Young mengaku  tidak mengantarnya. Myung Joo mengancam Dae Young akan mati apabila berbohong.
Aku mengantarnya pulang. Tapi, bukan mobilku, mobil milik Kapten. Aku juga tak mengerti kenapa bisa dia membawa mobilnya.” Jelas Dae Young berusaha membela diri. 

Diluar ruangan
Mo Yun pikir Shi Jin bisa membuatnya percaya dengan semua ceritanya. Shi Jin hanya meminta Mo Yun untuk melupakannya bahkan tak ingat namanya. Mo Yun pun menyindir nama yang tak diingat pacarnya itu  bisa membuat berlarian sampai terengah-engah.
Shi Jin melirik kearah lain dan akhirnya mengaku kalau bukan dirinya di foto itu. Mo Yun berteriak kesal karena Shi Jin tak mengakuinya, bunyi ponsel Mo Yun berdering. Ia mengatakan kalau orang itu sudah menyelamatkan Shi Jin sekarang. Shi Jin penasaran siapa yang menelp Mo Yun dan berpikir itu seorang pria.
Mo Yun pikir Shi Jin tak punya hak untuk bertanya, dan bertanya apa yang akan dilakukan apabila yang menelpnya wanita atau pria. Shi Jin menegaskan apabila wanita akan mentraktir makan dan apabila pria akan mentraktirnya minum, lalu dengan senyuman jahil mengatakan kalau orang itu sudah menyelamatkanya sekarang. Mo Yun berteriak kesal kalau yang menelpnya itu Ketua RS. Haesung, Shi Jin tersenyum melihat Mo Yun yang berteriak kesal padanya. 

Mo Yun menerima telp dari Ji Soo di dekat medicube, Ji Soo yakin Mo Yun itu sudah menerima paketnya dan seharusnya mengucapkan terimakasih padanya. Mo Yun meminta maaf karena sedang sibuk jadi juga belum membukanya.
Kau sibuk apa? Apa kau Kencan? Kudengar, kau ciuman dengan kapten.” Ucap Ji Soo, Mo Yu kaget Ji Soo bisa mengetahuinya.
Menurutmu? Mereka memberitahuku Dan kau bertengkar hari ini, 'kan?” kata Ji Soo, Mo Yun makin kaget karena Ji Soo juga tahu tentang hal itu
Aku sudah menduganya. Sepertinya, hubungan kalian tak akan berlanjut” komentar Ji Soo, Mo Yun meminta temanya itu diam saja. Ji Soo lalu memberitahu Mo Yun, Hee Eun ingin bicara juga.
Halo, ini aku Jang Hee Eun. Apa kau hanya menutupi bahwa Chi Hoon sebenarnya sudah meninggal?” ucap Hee Eun curiga, Mo Yun heran dan bertanya apakah Chi Hoon belum juga menelpnya.
Hee Eun menceritakan Chi Hoon belum menelpnya dan berpikir ia akan dicampakan dengan bayi yang ada dikandunganya. Mo Yun mengumpat kesal karena Chi Hoon tak memberika kabar pada keluarganya dan meminta Hee Eun menunggu karena suaminya itu sekarang sedang tugas berjaga. 

Min Jae melihat cairan yang dimasukan Chi Hoon pada suntikan, lalu berpura-pura tertidur. Chi Hoon memberitahu akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan Suntikannya akan sedikit sakit. Min Jae langsung menarik tanganya menolak untuk disuntik dan meminta agar meninggalkan sendirian karena dengan melihat wajahnya merasa tambah sakit saja.Chi Hoon tetap ingin menyuntikan obat, Min Jae kesal karena Chi Hoon tak mendengarnya untuk pergi.
Bagaimana aku tahu apa yang kau suntikkan padaku? Apa kau bisa dipercaya? Kau pasti kesal melihatku sudah selamat sekarang.” Ucap Min Jae duduk diatas tempat tidurnya lalu menyuruh Chi Hoon pergi saja dan tak usah mengobatinya.
"Tolong aku. Aku mohon... Keluarkan aku." Aku takut.... Apa yang kau katakan itu memang benar. Pada saat itu, aku bukanlah seorang dokter. Maaf... karena aku meninggalkanmu di sana.”cerita Chi Hoon sambil menangis

Kau memang sangat egois. Apa kau mengakui kesalahanmu agar kau bisa merasa lebih tenang?” ucap Min Jae mengejek
Aku juga berharap itu akan berhasil. Aku hanya... tak tahu apa yang harus aku lakukan. Katakanlah... Aku akan melakukan apapun yang kau katakan.Bagaimanapun aku memikirkannya, hanya kau satu-satunya yang ingin aku ajak bicara.”Ucap Chi Hoon terus menangis.
Bahkan jika begitu, aku tak akan melepaskan bebanmu. Kau juga tak membantuku dan tak mengeluarkanku. Jadi, tak perlu bicara denganku. Aku tak akan membantumu.” Kata Min Jae lalu kembali berbaring.
Chi Hoon pun akhirnya memberitahua akan meminta Sang Hyun yang akan mengobatinya dan berpesan agar tak lupa minum obat lalu keluar dari ruangan. Min Jae melihat Chi Hoon yang pergi seperti memiliki rasa iba tapi ingin Chi Hoon merasakan yang dirasakanya. 


Chi Hoon kembali menangis di bawah reruntuhan, dari walkie talkie terdengar suara Mo Yun yang mencarinya karena tak menemukan di ruangan Medicub. Chi Hoon langsung mematikan walkie talkienya dan kembali menangis.
Anak yang pernah terkena keracunan timah datang memegang kepala Chi Hoon, dengan bahasa Urk melihat Chi Hoon sedang terluka. Chi Hoon memegang tangan si anak yang terlihat kotor, dulu ia sangat jijik untuk memegang tangan yang kotor.
Kapan kau datang ke sini? Apa kau datang ke sini sendirian? Kenapa kau selalu sendirian? Di sini kan berbahaya.” Ucap Chi Hoon sambil terus menangis
Kenapa kau merasa terluka?” kata si anak yang melihat Chi Hoon terus saja menangis
bersambung ke part 2 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar