Shi Jin memerintahkan Mo Yun untuk menyelamatkan Argus,
karena ia harus melakukan tugasnya sebagai dokter dan jika mereka harus membunuh seseorang makan ia yang
akan maju. Mo Yun melihat Argus yang terkapar berusaha mengambil pistol.
Fatima memohon agar tak menyelamatkan Argus, dan
membiarkan saja mati. Argus tetap menyuruh anak buahnya agar menembak supaya
menutup mulutnya, Mo Yun melihat Argus terkapa memberitahu pasienya itu mengalami
syok karena pendarahan,
jadi mereka harus memindahkannya.
“Ini adalah keputusanmu. Kau bisa menjatuhkan senjatamu dan membawanya masuk ke dalam Atau membiarkan dia mati di sini. Aku sarankan... untuk memilih yang terakhir.” Kata Shi Jin dengan pistol yang terus mengarah pada
anak buah Argus.
Argus berteriak kesakitan ketika Mo Yun berusaha membedah
bagian pinggangnya, Mo Yun meminta agar buah Argus agar memegang erat-erat
tubuh Argus. Argus menjerit kesakitan mengatakan kalau operasi kali ini sangat
menyakitkan.
“Apa kau memberiku obat penghilang rasa sakit?” tanya Argus
“Aku lupa, karena aku bukanlah dokter yang terampil.” Kata Mo Yun berpura-pura sambil memperlihatkan peluru
yang berhasil dikeluarkanya.
Suara Walkie Talkie terdengar Dae Young yag memanggil Shi
Jin, Tommy yang mengancukan pistol bisa mengartikan kalau tentara
Korea akan dating dan bertanya apakah mereka
harus memanggil orang-orang mereka.
“Jika tentara Korea datang, Maka kita harus mundur karena Mereka bukan lawan kalian..” Kata Argus yang sudah dipapah oleh anak buahnya lalu
mengajak Fatima untuk pergi bersama. Mo Yun langsung menghalanginya.
“Kau tak bisa membawanya. Aku memang sudah mengeluarkan
pelurunya, tapi kau
harus tetap ke rumah sakit. Operasi
tadi memang berhasil, jadi kau
tak mati tadi.” Ucap Mo Yun menghalangi Fatima
“Hei Cantik, saat kita bertemu lagi nanti, aku janji, kau akan mati dengan wajah cantikmu itu.” Ancam Argus pada Fatima yang berlindung dibalik badan
Mo Yun
“Jika kau mau pergi, sebaiknya kau lari cepat Dan juga sejauh yang kau bisa. Kebaikanku hanya sampai sini
saja.” Ucap Shi Jin dengan menahan amarahnya.
Beberapa anak yang diduga mengidap campak dinaikan ke
dalam mobil. Dae Young membahas tentang Argus yang dulu menjadi tentara
sekarang sudah berhenti. Shi Jin menceritakan Argus sekarang menjadi
pedagang senjata dan pernah
bertemu dengannya di kota.
“Jika Pasukan Khusus berhenti,
hanya ada 1 pilihan,
tentara bayaran atau penjahat Dan dia adalah anggota Pasukan
Khusus yang
berhenti untuk mengejar uang, ini adalah proses hidup.” Komentar Shi Jin, Dae Young hanya terdiam mendengarnya.
Beberapa anak langsung diperiksa oleh dokter dalam
medicube. Song Hyun ikut memeriksa bersama Ja Ae didekatanya. Ja Ae sudah tahu
setelah terjadi bencana alam, maka akan ada penyakit campak dan
kolera.
“Pertama operasi VIP tak terduga,
lalu gempa dan
sekarang penyakit menular. Sudah
kubilang, saat pertama datang
ke sini, untuk mengajakmu kabur..” ucap Sang Hyun dan
mendapatkan lirikan sinis dari Ja Ae. Ja Ae mengajak pasien anak kecilnya untuk
keluar karena pemerikasaan sudah selesai.
“Demamnya memang sudah turun, tapi kita masih belum bisa
tenang. Aku
mendapat tanda-tanda pneumonia.” Ucap Mo Yun sambil
memperlihatkan hasil CT Scan.
“Pneumonia bukanlah penyakit
serius. Dan kita
bisa menangani campak. Lalu kau
juga harus pergi ganti baju
dan hilangkan darah dari tanganmu.” Kata Sang
Hyun sambil bertanya darah apa yang ada ditangan Mo Yun.
Mo Yun mencuci tangan di tempat penampungan air pikiranya
kembali melayang saat mengoperasi Argus yang terkena peluru.
Flash Back
Argus melihat Shi Jin yang terus mengacungkan senjata
pada anak buahnya, lalu berkata pada Mo Yun kalau ia pasti sudah tahu berada
dengan pria yang sangat berbahaya disampingnya.
“Kesempatan untuk terluka lebih tinggi saat kau bersama pria
bersenjata.” Ucap Argus tertawa mengejek, Mo Yun
hanya bisa diam mendengarnya.
Mo Yun mencuci besih semua darah yang ada ditanganya,
tiba-tiba Min Ji datang berteriak memberitahu tentang seorang gadis yang datang
bersamanya, dengan wajah panik kalau gadis itu ingin pergi dari rumah sakit.
Mo Yun membawakan sepiring kue dan roti serta menuangkan
segelas susu menyuruh Fatima untuk makan dulu setelah itu mereka akan bicara.
Fatima dengan sengaja menyenggol gelas susu sampai tumpah, menanyakan alasan Mo
Yun menyelamatkan Argus karena seharusnya membiarkan
mati saja.
“Aku menyelamatkanmu menjadi
seorang pembunuh
jika kau membiarkannya mati.” Jelas Mo Yun
“Jadi Kau menghentikanku menjadi seorang pembunuh? Tapi, kau tak bisa melindungiku.” Ucap Fatima
“Ada tentara di sini, kau tak akan terbunuh.” Kata Mo Yun menyakinkan
“Kau bilang Tentara? Kau mau percaya pada tentara? Apa kau pernah melihat perang? Apa Kau pernah lihat tentara dalam
perang? Sepertinya
tidak? Jadi, minggir
karena aku mau pergi.” Ejek Fatima kesal dan
berdiri untuk pergi. Mo Yun kembali mendudukan fatima dikursi. Fatima bertanya
apa yang akan dilakukan Mo Yun padanya.
“Kau bisa terus menyalahkanku,
tapi makanlah
dulu. Dan
pikirkan lagi, jika kau
ingin kabur.” Kata Mo Yun kembali menuangkan susu
digelas yang lain, Fatima cemberut sambil melipat tanganya didada.
Ji Soo yang mendengar cerita dari orang-orang yang baru
pulang ingin lebih detail lagi keadaan di Urk, Dokter Pria menceritaka mereka
sudah berlari dan melihat pembangkit listrik runtuh, lalu tanahnya terbelah dua. Truk-truk hancur begitu saja, korban berjatuhan dan Banguanannya hilang, keadaan seperti itu Sangat
mengerikan.
“Lalu, kenapa masih ada tim kita di sana?” tanya Eun Ji yang ikut mendengarkannya.
“Ah, semua tim juga mau pulang. Tapi, masih ada pasien di sana, dan kita kekurangan tim medis. Hanya Tinggal beberapa hari memang tidak masalah, Dan
sekarang, kami yang pulang
ke sini merasa menyesal.” Cerita si dokter pria
“Maaf menyela pembicaraan kalian, tapi, kenapa Chi Hoon tidak
pulang? Dia ada
dalam daftar. Tapi, kenapa
dia tak ada dalam pesawat?” tanya Hee Eun datang
dengan wajah panik
“Ah, itu karena tepat sebelum kami berangkat, ada pasien gawat darurat, jadi dia menyerahkan kursinya.” Cerita Dokter pria, Ji Soo memuji Lee Chi Hoon adalah dokter sejati sekarang.
“Apa sungguh karena pasien? Dia tak selingkuh, 'kan? Kenapa dia tak pernah meneleponku, bahkan sekalipun? Coba pikir-pikir lagi. Apa ada sikapnya yang aneh?” tanya Hee Eun menaruh curiga pada suaminya.
Diruang rawat Urk
Sang Hyun menceritakan sesuatu yang aneh tentang
seseorang terlihat dari sikapnya yang seolah-olah
sedang diintai. Min Ji bertanya siapa yang
sedang dibicarakannya. Ja Ae memberitahu kalau itu adalah Pasien palsu yang
mengambil kursi
pesawat Dr. Lee Chi Hoon.
“Dia selalu mengemis, tapi pada akhirnya dia tak naik pesawat
juga. Mereka
tak bisa menemukannya, jadi
satu kursi tetap kosong.” Cerita Ja Ae, Min Ji tak percaya ternyata Manager Jin
tak naik pesawat
“Jadi, sebenarnya dia duduk di sana” ucap Sang Hyun, Ja Ae bertanya siapa orangnya. Sang
Hyun mengatakan itu adalah jiwanya yang duduk dikursi penumpang.
Min Ji menghela nafas memuji Sang Hyun yang sangat lucu
dengan sikapnya, Ja Ae melirik sinis ingin memarahi anak buahnya, tapi yang
terjadi ia malah ikut seuju dengan Min Ji karena Sang Hyun terlihat sangat
lucu.
Dalam ruang penyimpanan obat.
Mo Yun memberitahu
virus campak
mulai menyebar luas dan PBB juga
sudah mengeluarkan
peringatan tentang penyakit campak. Myung Joo juga sudah mendapatkan telp dan membawa
vaksin MMR yang
cukup, jadi Mo
Yun jangan khawatir.
“Ada lebih dari 10 anak. Apa aku ikut denganmu saja?” kata Mo Yun
“Apa perlu kau bersikap melow sekarang ini? Prajurit yang bertugas besok adalah Sersan Mayor Seo. Ini adalah kunjungan tugas dicampur dengan kunjungan
pribadi.” Kata Myung Joo sambil bersandar di rak
“Kau ini terlalu serius.” Balas Mo Yun lalu mengetahui Myung Joo akan berangkat
pagi hari
Myung Joo heran melihat sikap ramah padahal sebelumnya terlihat masih dendam padanya, Mo Yun merasa bangga dirinya itu adalah
orang yang jauh
lebih dewasa daripada Myung Joo lalu memberikan
semangat semoga sampai ke tujuan esok lalu keluar ruangan. Myung Joo melihat Mo
Yun sekarang bukan lagi si Kakak Ipar yang Menakutkan sekarang.
Myung Joo berteriak gembira dengan mobil tentara terbuka
melihat cuacanya
enak sekali lalu mengoda Dae Young kalau lebih
suka dengan pria yang
duduk disebelahnya. Dae Young membalas
kenapa Myung Joo senang pergi bertugas bersama pria hitam seperti dirinya.
“Aku memiliki standar yang tinggi” kata Myung Joo tak ingin diremehkan
“Apa Kau yakin standarmu tinggi?” balas Dae Young mengejek
“Apa kau tak pernah bercermin? Jika kau tak mau lihat mukamu, biarkan aku saja yang melihatnya
terus.” Ucap Myung Joo mengoda kembali. Keduanya sama-sama
tersenyum.
“Apa kau tahu, yang akan kau lakukan jika kau berhenti jadi
tentara?” tanya Dae Young, Myung Joo bertanya balik apakah
sekarang Dae Young sedang membahas sesuatu yang serius. Dae Young menegasakan
dirinya sedang serius.
“Ini adalah tugas yang berbahaya, dan kita akan sering berpisah.” Kata Dae Young
“Apa pertanyaanmu itu untuk kebaikanku? Dan Kau khawatir padaku?” ucap Myung Joo. Dae Youn memberikan pilihan lain yaitu
mengkhawatirkan tentang
hubungi mereka.
“Entah kenapa, aku merasa sangat terharu sekarang. Tapi, aku baik-baik saja. Aku menyukai Sersan Seo Dae Young
yang sekarang. Seo Young
Dae-ku ini tetap gagah dalam
seragam tentara ataupun tidak. Hanya
itu saja. Dan kau Kecuali diriku, tak ada yang boleh menyentuh seragammu.” Ucap Myung Joo memperingatinya.
Keduanya sampai di desa berhantu, Myung Joo binggung
karena tak melihat satu orangpun ada ditempat itu. Dae Young melihat hanya
tenta tanpa penghuni berbeda dengan sebelumnya saat datang. Myung Joo melihat
desa itu sudah benar-benar kosong dengan wajah panik.
Di Barak Pusat
Letnan Yoon memperlihatkan foto Argus merasa Shi Jin
sudah mengetahuinya kalau pria itu adalah mantan
tentara Amerika, dan sekarang menjadi pedagang senjata illegal serta masuk dalam pasukan saat Kapten Kim Jin Suk
meninggal. Shi Jin membenarkan dan mengingat saat
teman satu timnya tertembak dan menyelamatkan Argus masuk ke dalam helikopter.
“CIA ingin bekerja sama dengan kita melalui Kepala Komite
Militer PBB.”jelas Letnan Yoon
“Apakah itu adalah operasi
gabungan untuk
menyelesaikan masalah ini?” tanya Shi Jin
“Tidak.... Misi ini bukanlah tentang keadilan, tapi tentang politik.” Jawab Letnan Yoon, anak buah Letnan memberikan sembuah
foto tentara berkulit hitam memberitahu kalau itu namanya Kolonel Amang, yang bertugas di Utara Urk.
“Mereka ingin melakukan kudeta dan membangun pemerintahan
pro-Amerika. Jadi,
mereka menyediakan senjata untuk
Kolenel Amang melalui Argus.” Cerita Letnan Yoon
Dibalik itu semua sebuah kontainer sudah membawakan
banyak senjata didalam kotak kayu, Argus sedang menunggu barang dengan melihat
pelabuhan didepanya. Seorang pria memata matai dari teropongnya didalam mobil.
“Pasukan Delta sudah melaksanakan misinya. Dan mereka bilang, dia juga adalah temanmu.” Jelas Letnan Yoon, Shi Jin mengingat tentara yang
pernah bertugas di Afganistan untuk melepaskan sandera.
“Sampai misi ini selesai. Susun rencana saat mereka mulai memanipulasi
Agus, Aku
memintamu bekerja sama untuk menghindari
konflik dengan mereka. “ ucap Letnan Yoon
“Kita tak bisa melakukan tindakan pencegahan. Tapi, ini adalah misi dasar kita untuk menjaga ketertiban umum.” Kata Shi Jin
“Kapten Yoo Si Jin. Aku, Komandan yang
memerintahkanmu, ini
bukanlah sebuah laporan. Aku
terbang jauh-jauh ke sini karena
percaya pada kalian. Dalam
10 menit, kau harus
terbang dan Kau harus menjaga kepercayaanku. Ini adalah perintah. Mulai sekarang, tentara kita tak akan mengambil misi ini.” tegas Letnan Yoon, Shi Jin pun mengerti
Dae Young menceritakan Polisi yang memindahkan anak-anak itu ke panti asuhan CTA tapi ia merasa ada yang aneh dengan hal itu. Shi Jin hanya melamun mendengar
cerita Dae Young, akhirnya Dae Young memanggil Shi Jin untuk menyadarkan dari
lamunannya.
“Mulai sekarang, kita tak bisa mencampuri masalah
Argus. Aku baru saja kembali dari
markas. Dan Apa yang aku katakan padamu adalah... sebuah rahasia.” Kata Shi Jin, Dae Young pun hanya bisa diam karena
mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Shi Jin yang gelisah memilih untuk duduk dibawah
reruntuhan sambil melepaskan semua senjatanya. Mo Yun membawa secangkir kopi
melihat Shi Jin duduk diam lalu memberikan gelas kopinya karena pacarnya itu
seperti membutuhkan tambahn gula. Shi Jin menatapnya, Mo Yun memberitahu kalau itu
kesempatan terakhirnya. Shi Jin akhirnya mengambil gelas kopinya dan
mengucapkan terimakasih.
“Apa kau mau minum juga?” tanya Shi Jin, Mo Yun menolak karena takut gemuk jadi
menyuruh Shi Jin minum saja dan menganggapnya sebagai obat.
“Bagaimana dengan anak-anak dari Desa Berhantu itu? Aku belum melihat Letnan Yoon.” Tanya Mo Yun duduk disamping Shi Jin
“Pasukan kami sudah mengurusnya dan Pemerintah Urk akan menyediakan fasilitas medis.” Cerita Shi Jin berusaha untuk menenangkan
“Baguslah.... Anak-anak yang ada di MediCube
juga sudah
diobati, jadi mereka kembali sehat.” Cerita Mo
Yun bahagia
“Jadi, itu yang menyibukkanmu? Kau sampai lupa merapikan
rambutmu.” Kata Shi Jin melihat rambut Mo Yun yang
berantakan lalu meminta untuk memegang gelasnya.
Mo Yun merasa Tiap kali Shi Jin meminta memegang sesuatu pasti mau
melakukan yang aneh-aneh. Shi Jin ingin mengikat
rambut Mo Yun, tapi Mo Yun langsung menghindar karena belum keramas. Shi Jin
pikir mereka kekurangan air jadi tak sempat keramas dan mengejeknya Mo Yun yang
jarang keramas, jadi tak
perlu jadi terlihat wanita yang suka keramas.
Mo Yun merasa Shi Jin sudah salah orang, Shi Jin mengeluh
Mo Yun seperti orang yang baru pertama kali bertemu saja, lalu mengikat rambut
pacarnya tanpa peduli sudah keramas atau belum. Mo Yun pikir bisa melakukan
sendiri nanti, Shi Jin mengoda kalau mereka sedang berkencan tugas seorang pria
adalah melakukan “tugas” seperti yang dilakukanya. Mo Yun tersenyum
mendengarnya.
“Aku juga akan melakukan hal yang sama nanti. Aku pasti akan melakukan apa yang bisa kau lakukan.” Kata Mo Yun, Shi Jin menatap Mo Yun mengatakan kalau
itu adalah janjinya. Mo Yun mengangguk akan mengingat janjinya, Shi Jin pun
mengelus rambut Mo Yun.
“Ini adalah Ms. B. Paket dari Korea telah
sampai.” Mo Yun mendengar suara dari walkie
talkienya langsung bahagia karena mendapatkan Paket. Shi Jin menarik tangan Mo
Yun yang akan pergi.
“Apa kau meninggalkanku hanya karena paketnya datang? Sekarang Paket atau aku?” ucap Shi Jin kesal
“Tentu saja, aku pilih kau.” Kata Mo Yun lalu berlari ingin mengambil paketnya.
Ja Ae memberikan paket untuk Mo Yun dari Ji Hoo, Mo Yun
memuji temanya sejatinya itu memang paling baik, lalu mencium bau itu dari
korea. Ja Ae mencoba mencium kardus lainnya, Mo Yun menjelaskan kalau yang
dicium itu Bau kotak kardus Korea lalu melihat kardus yang dipegang Ja Ae dan mengatakan akan
mengantarkan paket itu. Ja Ae berkomentar kalau mereka
terlihat sangat akrab.
Sang Hyun pun masuk bergantian dengan Mo Yun yang baru
keluar ruangan, bertanya pada Ja Ae apakah paket untuk Ja Ae sudah datang. Ja
Ae binggung kenapa Sang Hyun mencari paket untuk dirinya bukan miliknya
sendiri, lalu memberikan sebuah kotak dengan mengatakan Ada
paket yang mengejutkan untuknya.
Sang Hyun langsung membuka isi kotak, Ja Ae penasaran
bertanya dari siapa pengirimnya. Sang Hyun mengatakan paket itu dari dirinya
sendiri, sebuah sepatu kets putih dan diberikan pada Ja Ae kalau itu untuknya
dan ukurannya 240. Ja Ae memanggil Sang Hyun yang akan meninggalkan ruangan,
Sang Hyun mengatakan tak butuh ucapan terimakasih.
Ja Ae memberitahu ukuran kakinya itu 230. Sang Hyun
sambil memutar tubuhnya mengatakan tak masalah karena tak ada yang
mengetahuinya lalu keluar dari ruangan. Ja Ae kesal karena ia nanti yang
memakainya tapi setelah itu tersenyum bahagia menerima hadiah langsung dari
Sang Hyun yang dipesan langsung dari korea.
Diruang makan
Mo Yun melihat pesan di kotak [Yang semangat, Oppa. Aku merindukanmu, Oppa.] lalu memberitahu Dae Young melalui Walkie talkie Ada
paket dari Shin Jae
Young dan menanyakan keberadannya. Dae Young dan Shi Jin
sedang ada ditenda langsung melotot kaget mendengarnya, lalu Dae Young
menanyakan keberadan Mo Yun sekarang.
Keduanya langsung melempar
kertas berkas dan berlari sekencang mungkin, Mo Yun memberitahau ada diruang
makan dan bertanya apakah ia harus menunggunya. Myung Joo yang ikut
mendengarnya terlihat sangat kesal dan langsung keluar dari ruangan obat. Shi
Jin dan Dae Young benar-benar panik berusaha berlari sekuat tenaga.
Mo Yun mengoyang-goyangkan kardus penasaran dengan
isinya, beberapa anak buah memberikan hormatpun tak dibalas oleh Shi Jin dan
Dae Young karena harus berlari kecepat ke ruang makan. Myung Joo tiba-tiba
datang membuat Mo Yun kaget karena harus memeriksanya dan melihat pesan ditulis dengan lambang hati dibagian
belakang.
“Apa Sersan Seo punya adik
perempuan?” ucap Mo Yun, Myung Joo berteriak kalau
Dae Young itu anak tunggal. Mo Yun pikir bukan dirinya yang salah dan harus
kena marah.
Myung Joo langsung membuka paket, Mo Yun khawatir
melihatnya. Myung Joo melihat ada sebuah foto yang terselip pada kartu dan
mengumpatnya. Mo Yun mengintip, dan ikut marah karena melihat Shi Jin ada
difoto itu dengan dua wanita yang ada disana. Ia membaca pesan yang ditulis pada kartu “Hari saat kami bertemu
dengan Yoo Si Jin-oppa. Kenangan ini untukmu.”
“Pria-pria ini... Hei Yoon, siapkan pistolmu.” Ucap Mo Yun benar-benar geram.
Dua pria datang dengan nada terengah-engah dan keringat
bercucuran mengatakana kalau semua salah paham. Myung Joo memperlihatkan foto
yang didapatkan, dengan begitu kesalahpamanan seperti apa apabila menemukan bukti sudah jelas.
“Sepertinya, kau tersenyum bahagia dalam foto ini, Yoo Si Jin.” Sindir Mo Yun
“Aku tidak tersenyum, Mungkin terlihat seperti
tersenyum, tapi itu
hanyalah pose lucu saja, benarkan?” kata Shi Jin menepuk belakang Dae Young untuk
membantunya.
“Dia adalah adik sepupuku, kau tak tahu dia adalah pramugari ‘kan?” kata Dae Young
“Jadi, paket ini dating dari adik sepupumu. Tapi, kenapa kalian berlarian ke
sini?” tanya Mo Yun heran
“Karena mereka sudah ketahuan. Jadi Diantara mereka berdua, yang mana adik sepupumu? Kalian harus jawab pada hitungan
ketiga.” Kata Myung Joo
Shi Jin menyebut sebelah kiri sementara Dae Young
menyebut sebelah kanan. Lalu keduanya kembali menganti jawaban tapi yang
terjadi kembali tak cocok. Myung Joo menghela nafas karena ternyata keduanya
sudah ketahuan berbohong. Dae Young mengaku hanya ikut saja blind-date dengan Kapten tak ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan.
“Apa kau mau membunuh Kaptenmu sekarang?” bisik Shi Jin, Dae Young membenarkan.
“Sepertinya kau selalu
meneleponnya karena
dia tahu alamatmu di Urk.” Kata Mo Yun
“Jadi, itu benar, ya? Kenapa kau bisa begitu, Sersan
Seo? Aku
sungguh tak menyangkanya. Aku
sudah menceramahinya, tapi dia
akan sadar nanti.” Ucap Shi Jin membela diri
dengan menuduh Dae Young
Mo Yun tak ingin mendengar Shi Jin kembali bercanda dan
mengajaknya untuk ikut denganya, Dae Young ingin ikut keluar, Myung Joo
menyindir Dae Young yang masih bisa bergerak. Dae Young pikir Myung Jo sudah selesai
bicara denganya lalu menyuruh Shi Jin cepat mengikuti Mo Yun keluar ruangan.
Shi Jin mengeluh ingin sekali terus bersama Dae Young dan akhirnya memilih
keluar ruangan.
“Aku harap kau tak salah paham, itu semua adalah masa lalu.” Jelas Dae Young
“Ya, memang. Jadi, foto ini berasal dari masa lalu?.” Ucap Myun Joo tak percaya, Dae Young mengaku foto itu
dari Seoul.
Dibalik dinding, Kwang Nam meminta uang karenan tebakanya
benar dua ketua mereka melakukan blind date, Chul Ho ingat saat keduanya menghilang
dari pesta ulang tahun
Bravo Park dulu, Woo Geum mengeluh kesal dan
merelakan uang 20ribu won sambil mengomel kalau keduanya bilang mau pergi
kerumah duka ayah teman SMA.
Kwang Nam pikir keduanya itu tak punya teman di SMA yang
sama, Chi Hoon yakin mereka bisa memberitahu tapi sudah bisa melihat dari pakaian yang mereka gunakan
sangat rapih bahkan sempat berpikir
keduanya yang akan jadi host acaranya.
Myung Joo bisa mengerti itu alasan Dae Young
menghindarinya padahal selama ini berpikir karena ayahnya. Dae Young menegaskan
kalau alasannya menghindar itu memang karena alasan ayah Myung Joo. Myung Joo
tak terima begitu saja dan bertanya apa yang dikatakan sebelumnya. Dae Young
terlihat lupa yang dikatakan
“Sudahlah. Sejauh mana kencan
kalian?” tanya Myung Joo
“Kami hanya pergi sampai pintu gerbang saja.”kata Dae Young
“Apa kau tak mengerti maksudku? Sejauh mana kalian berkencan? Apa
kalian saling bersentuhan
atau tidak?” tanya Myung Joo
Di luar ruangan
Shi Jin meyakinkan pacarnya kalau tak sejauh itu dan tak
mungkin berbohong karena mereka hanya minum teh bersama saja. Mo Yun memuji Shi
Jin ternyata pria yang baik. Shi Jin tersipu malu merasa Mo Yun tak perlu
memujinya.
“Jadi, kau minum teh dengan
wanita? Dan aku
malah berpikir, saat kita berpisah,
kau tak akan bermain wanita lagi. Percuma
saja aku khawatir padamu Ternyata
kau menikmati waktu indahmu.” Sindir Mo Yun
“Itu bukanlah waktu yang indah. Dan jujur saja, itu hanyalah
sebuah persahabatan,
aku tak mungkin menolak.” Jelas Shi Jin, Mo Yun tak
percaya hanya sekedar persahabatan.
“Bukannya tak bisa menolak, dari
wajahmu saja
sudah ketahuan kau juga menikmatinya.” Kata Mo
Yun
“Kau terlalu kolot, dan sepertinya sudah salah paham. Wajahku memang kan seperti ini, aku minum teh dengan ekspresi
itu.” Kata Shi Jin membela diri
Myung Joo tak ingin Dae Young bercanda lagi dan tak bisa percaya mereka itu hanya minum atau sampai mengantarnya
pulang. Dae Young mengaku tidak mengantarnya. Myung Joo mengancam Dae Young akan mati apabila
berbohong.
“Aku mengantarnya pulang. Tapi, bukan mobilku, mobil milik Kapten. Aku juga tak mengerti kenapa bisa dia membawa mobilnya.” Jelas Dae Young berusaha membela diri.
Diluar ruangan
Mo Yun pikir Shi Jin bisa membuatnya percaya dengan semua
ceritanya. Shi Jin hanya meminta Mo Yun untuk melupakannya bahkan tak ingat namanya. Mo Yun pun menyindir nama yang tak diingat pacarnya itu bisa membuat berlarian sampai terengah-engah.
Shi Jin melirik kearah lain dan akhirnya mengaku kalau
bukan dirinya di foto itu. Mo Yun berteriak kesal karena Shi Jin tak
mengakuinya, bunyi ponsel Mo Yun berdering. Ia mengatakan kalau orang itu sudah
menyelamatkan Shi Jin sekarang. Shi Jin penasaran siapa yang menelp Mo Yun dan
berpikir itu seorang pria.
Mo Yun pikir Shi Jin tak punya hak untuk bertanya, dan
bertanya apa yang akan dilakukan apabila yang menelpnya wanita atau pria. Shi
Jin menegaskan apabila wanita akan mentraktir makan dan apabila pria akan
mentraktirnya minum, lalu dengan senyuman jahil mengatakan kalau orang itu
sudah menyelamatkanya sekarang. Mo Yun berteriak kesal kalau yang menelpnya itu
Ketua RS. Haesung, Shi Jin tersenyum
melihat Mo Yun yang berteriak kesal padanya.
Mo Yun menerima telp dari Ji Soo di dekat medicube, Ji
Soo yakin Mo Yun itu sudah menerima paketnya dan seharusnya mengucapkan
terimakasih padanya. Mo Yun meminta maaf karena sedang
sibuk jadi juga belum membukanya.
“Kau sibuk apa? Apa kau Kencan? Kudengar, kau ciuman dengan
kapten.” Ucap Ji Soo, Mo Yu kaget Ji Soo bisa mengetahuinya.
“Menurutmu? Mereka memberitahuku Dan kau bertengkar hari ini,
'kan?” kata Ji Soo, Mo Yun makin kaget karena Ji Soo juga tahu
tentang hal itu
“Aku sudah menduganya. Sepertinya, hubungan kalian tak akan berlanjut” komentar Ji Soo, Mo Yun meminta temanya itu diam saja. Ji
Soo lalu memberitahu Mo Yun, Hee Eun ingin bicara juga.
“Halo, ini aku Jang Hee Eun. Apa kau hanya menutupi bahwa Chi Hoon sebenarnya sudah meninggal?” ucap Hee Eun curiga, Mo Yun heran dan bertanya apakah
Chi Hoon belum juga menelpnya.
Hee Eun menceritakan Chi Hoon belum menelpnya dan
berpikir ia akan dicampakan
dengan bayi yang ada dikandunganya. Mo Yun mengumpat kesal karena Chi Hoon tak
memberika kabar pada keluarganya dan meminta Hee Eun menunggu karena suaminya
itu sekarang sedang tugas berjaga.
Min Jae melihat cairan yang dimasukan Chi Hoon pada
suntikan, lalu berpura-pura tertidur. Chi Hoon memberitahu akan memberikan obat
penghilang rasa sakit dan Suntikannya
akan sedikit sakit. Min Jae langsung menarik
tanganya menolak untuk disuntik dan meminta agar meninggalkan sendirian karena
dengan melihat wajahnya merasa tambah sakit saja.Chi Hoon tetap ingin menyuntikan obat, Min Jae kesal
karena Chi Hoon tak mendengarnya untuk pergi.
“Bagaimana aku tahu apa yang kau suntikkan padaku? Apa kau bisa dipercaya? Kau pasti kesal melihatku sudah selamat sekarang.” Ucap Min Jae duduk diatas tempat tidurnya lalu menyuruh
Chi Hoon pergi saja dan tak usah mengobatinya.
“"Tolong aku. Aku mohon... Keluarkan aku." Aku takut.... Apa yang kau katakan itu memang benar. Pada saat itu, aku bukanlah seorang dokter. Maaf... karena aku meninggalkanmu di
sana.”cerita Chi Hoon sambil menangis
“Kau memang sangat egois. Apa kau mengakui kesalahanmu agar kau bisa merasa lebih
tenang?” ucap Min Jae mengejek
“Aku juga berharap itu akan berhasil. Aku hanya... tak tahu apa yang harus aku
lakukan. Katakanlah... Aku akan melakukan apapun yang kau katakan.” Bagaimanapun aku memikirkannya, hanya
kau satu-satunya yang
ingin aku ajak bicara.”Ucap Chi Hoon terus
menangis.
“Bahkan jika begitu, aku tak akan melepaskan bebanmu. Kau juga tak membantuku dan tak mengeluarkanku. Jadi, tak perlu bicara denganku. Aku tak akan membantumu.” Kata Min Jae lalu kembali berbaring.
Chi Hoon pun akhirnya memberitahua akan meminta Sang Hyun
yang akan mengobatinya dan berpesan agar tak lupa minum obat lalu keluar dari
ruangan. Min Jae melihat Chi Hoon yang pergi seperti memiliki rasa iba tapi
ingin Chi Hoon merasakan yang dirasakanya.
Chi Hoon kembali menangis di bawah reruntuhan, dari
walkie talkie terdengar suara Mo Yun yang mencarinya karena tak menemukan di
ruangan Medicub. Chi Hoon langsung mematikan walkie talkienya dan kembali
menangis.
Anak yang pernah terkena keracunan timah datang memegang
kepala Chi Hoon, dengan bahasa Urk melihat Chi Hoon sedang terluka. Chi Hoon
memegang tangan si anak yang terlihat kotor, dulu ia sangat jijik untuk
memegang tangan yang kotor.
“Kapan kau datang ke sini? Apa kau datang ke sini sendirian? Kenapa kau selalu sendirian? Di sini kan berbahaya.” Ucap Chi Hoon sambil terus menangis
“Kenapa kau merasa terluka?” kata si anak yang melihat Chi Hoon terus saja menangis
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar