Myung Joo mencoba terus menghubungi Shi Jin dengan wajah
panik tapi tak ada jawaban sama sekali, lalu memberitahu Mo Yun kalau Shi Jin
pasti baik-baik saja karena mereka pasti pasti
bisa menyelamatkannya. Mo Yun mengangguk mengerti.
Myung Joo binggung melihat yang dilakukan Mo Yun sekarang. Mo Yun mengingat
tali sepatunya dengan kencang.
“Bersiap untuk lari kapan saja. Karena aku tak bisa jatuh.” Kata Mo Yun sambil mengingat saat Shi Jin mengingatkan
sepatu untuknya.
“Aku mohon, berhati-hatilah.” Ucap Shi Jin
Dan Mo Yun
membalas seolah-olah Shi Jin sedang berbicara padanya dan meminta agar
Shi Jin juga berhati-hati, matanya berkaca-kaca menatap reruntuhan bekas gempa
didepanya.
Didalam reruntuhan
“Tapi, wanita itu pasti sedang khawatir dan berpikir aku sudah
mati lalu berpikir, "Jika tahu begini, aku terima saja dia
kemarin."” Cerita Shi Jin yakin, Pria muda itu
merasa Shi Jin sedang dengan keadaan seperti ini.
“Tidak..... Karena aku lah yang khawatir sekarang” ucap Shi Jin lalu meminta korban mengulurkan
tanganya dan menanyakan namanya.
Pria muda itu memberitahu namanya Kang
Min Jae dan bertanya apa yang akan dilakukan Shi Jin dengan tangan dan
spidolnya. Shi Jin menuliskan dibalik tanganya kalau
itu adalah obatnya. Pria itu bertanya obat apa yang dimaksudnya.
“Hanya untuk berjaga-jaga jika hanya kau yang bisa selamat.” Kata Shi Jin
“Kau bicara apa, sih? Kita harus selamat bersama.” Ucap Min Jae sambil terbatuk-batuk
“Berhenti bicara.... Tenggorokanmu mulai membengkak. Jangan bicara dan diam saja.” Kata Shi Jin memeriksa bagian leher.
Min Jae pikir karena Tenggorakannya sudah bengkak, maka ia sudah sekarat. Shi Jin meyakinkan kalau Min Jae tak akan mati dan
menegaskan bahwa dirinya itu pria yang sangat bisa dipercaya. Min Jae merasa
tak melihat Shi Jin itu pria yang bisa dipercaya. Shi Jin merasa mata Min Jae
sedang sakit tapi ia sangat yakin dengan timnya jadi Min Jae harus percaya
juga.
Lalu keduanya mendengar sesuatu, Dae Young muncul dari
reruntuhan yang menutupi jalan masuk. Min Jae melihat Ahjussi yang lain sudah
datang menyelamatkanya. Dae Young meminta agar lain kali ditugas mendatang,
apabil Shi Jin masih hidup harus berteriak lalu
melemparkan botol obat. Min Jae
tersenyum bahagia bisa selamat, Dae Young melaporkan Shi Jin akan keluar jadi
meminta agar tim medis mempersiapkan diri.
Mo Yun langsung ke tempat pintu keluar, melihat seseorang
yang dibawa dengan tandu. Ji Hoon terdiam melihat korban yang dibawa keluar
dengan selamat. Mo Yun memeriksa pasien dengan menanyakan keadaan dan namanya.
Min Jae hanya terbatuk mengatakan kalau ia akhirnya masih bisa hidup.
Lalu Mo Yun melihat ada tulisan di bagian lengan “Kang Min Jae, Golongan darah:.
A, tekanan darah 130/110 pergelangan kaki kiri dan bahu kanan patah. Single” Teringat
kembali saat pertama kali melihat pasien ada tulisan dilengan kalau ia adalah
korban kecelakaan motor dan bertanya siapa yang menuliskan itu dilengan pasien.
Ia pun akhirnya menanyakan siapa yang menuliskan itu
ditanganya, Min Jae memberitahu kalau itu tulisan tentara Ahjussi yang
menyelematkanya, lalu mengucap syukur karena bisa
keluar dari reruntuhan dan masih hidup serta bisa
melihat dokter yang
cantik sepertinya.
“Jadi, ini balasan setelah menyelamatkan bocah? Sudah kubilang aku bukan Ajusshi.” Ucap Shi Jin keluar dengan berjalan seperti tak terjadi
apa-apa. Mo Yun pun meminta agar agar Min Jae dibawa ke Medicube.
Shi Jin berjalan mendekati Mo Yun lalu memberitahu masih
ada satu pasien lagi, dua tentara datang tandu. Myung Joo juga ikut bertanya
siapa pasienya. Shi Ji menunjuk dirinya sebagai korban dan juga pasien lalu
berbaring ditandu.
Mo Yun akan pergi untuk mengobati Min Jae, Shi Jin
menahannya lalu merasa Myung Joo itu sudah lupa. Myung Joo binggung, Shi Jin
bertanya apa yang ada dibenak Myung Joo ketika Dae Young berhasil keluar karena
dirinya yang memerintahka agar Dae Young keluar. Myung Joo merasa sudah
bersikap lebih ramah dan Shi Jin tak merasakanya.
Shi Jin memberi kode agar Myung Joo segera pergi, Myung
Joo mengerti akan segera mengobati pasien Min Jae sementara Shi Jin akan
ditangani oleh Mo Yun. Shi Jin merengek kalau dirinya itu benar-benar
kesakitan, Mo Yun merasa sudah tahu dan akan mengobatinya tapi mana bisa
memberikan pengobatan kalau Shi Jin terus memegang tanganya. Shi Jin pun
akhirnya melepaskan tanganya dengan nada mengeluh karena Mo Yun terlihat sangat
tenang sekali.
Da young keluar setelah menyelamatkan Min Jae, anak buah
yang lain datang menanyakan keadaanya. Manager Jin meminta dilepaskan dari
tangan Woo Geum dan Kwang Nam dan memperingatkan agar tak menyentuhnya. Shi Jin
melihat Manager Jin yang ikut masuk ke dalam area rentuhan.
“Semua orang baik-baik saja, hah? Coba Lihat! Korbannya bisa selamat. Lalu, apa masalahnya!!!” teriak Manager Jin
Dae Young tak bisa lagi menahan amarahnya dan langsung
memberikan tinjuan, lalu mengumpat menyuruh Manager Jin untuk mati saja. Shi
Jin tersenyum melihatnya dan memberikan jari jempolnya memuji Dae Young yang
sangat hebat.
Shi Jin melirik Mo Yun yang hanya diam mengobati bagian
tanganya, lalu mengeluh merasakan perih. Mo Yun tetap mengobati tanpa bicara.
Shi Jin merasa Mo Yun sengaja karena merasa sebagai alih bedah dan kembali
mengaduh kesakitan.
“Bahkan setelah selamat, aku tak dapat jawaban juga.” Keluah Shi Jin yang tak mendengar ucapan Mo Yun
“Apa kau masih bisa bercanda? Kau hampir saja mati.” Kata Mo Yun selesai mengobati Shi Jin, keduanya saling
menatap
“Aku tadi bilang, suntikanmu sakit.” Ucap Shi Jin ingin terlihat sakit dimata Mo Yun
“Aku sangat khawatir jika kau bisa saja meninggal.” Akui Mo Yun
Shi Jin merasa percaya pada Mo Yun jadi memang ingin
masuk ke dalam reruntuhan karena Mo Yun pasti tak akan
membiarkannya mati. Mo Yun tau Shi Jin itu selalu mempertaruhkan nyawamu seperti ini, Shi Jin menegaskan dirinya adalah pria yang suka bekerja keras. Dan bagian dari pekerjaannya adalah "Untuk tidak
mati".
Ki Bum masuk ruangan memberitahu kalau Kolonel Park Byung
Soo datang, Shi Jin kaget karena Byung Soo datang dan bertanya dimana
keberadaanya. Mo Yun menahan Shi Jin untuk pergi karena statusnya sekarang
menjadi seorang pasien. Shi Jin ingin
melepaskan infus karena Byung Soo yang datang, Mo Yun menegaskan Shi Jin tak
boleh pergi sebelum cairan infusnya habis dan apabila ingin keadaanya kembali
normal meminta agar segera berbaring.
“Beritahu Letnan Kolonel, jika dia
ingin mengatakan
sesuatu, maka datanglah ke sini.” Kata Mo
Yun pada Ki Bum
“Kau memintaku memberitahu itu
padanya?” ucap Ki Bum binggung karena sebagai bawahan tak mungkin
melakukan itu.
“Apa kau mau aku ditahan?” jerit Shi Jin tahu konsekuesinya, Mo Yun kembali
memarahi Shi Jin yang melawan perkataanya.
Shi Jin akhirnya menghormat pada Byung Soo dalam ruang
rawat. Byung Soo bertanya apakah Shi Jin terluka parah, Shi Jin mengatakan
tidak tapi Mo Yun mengatakan Shi Jin terluka parah. Akhirnya Shi Jin mengubah jawaban kalau ia terluka
parah.
“Pesawat akan datang menjemput tim medis Haesung lusa. Bersiaplah untuk pergi ke bandara pada pukul 13.00 lusa. Dan kau sebagai Ketua
Tim, tolong berikan aku
daftar tim yang lengkap.” Kata Byung Soo, Mo Yun
mengerti.
Manager Jin masuk ke dalam ruangan menemui Byung Soo
sebagai kolonel tentara, dengan sombongnya meminta agar Byung Soo mengikutinya
sebentar.
Manager Jin langsung memperlihatkan bekas luka di
bibirnya, lalu menunjuk Dae Young yang menghadap Byung Joo diruangan. Woo Geum
ikut ada disampingnya, sementara Shi Jin duduk dikursi roda sambil menerima
infus.
“Kau, saat kau menerima gaji dari pembayaran pajakku, tapi, aku malah mendapat pukulan seperti ini? Aku melakukannya karena aku punya alasan. Alasan untuk hidup!
Hah!” jerit Manager Jin, Byung Soo melihat pada anak buahnya
dan Manager Jin
“Dengar, aku tak akan memaafkan
kalian. Saat aku
medapatkan catatan medisku, maka aku
akan melaporkan dan menuntut kalian semuanya
Dengan begitu seragam kalian semua akan dicabut. Jadi, bersiaplah.” Kata Manager Jin
“Baiklah, kita bisa menyelesaikan lewat jalur hukum.” Ucap Byung Joo, Manager Jin dengan senang mendengarnya.
“Dan ingat, kau berada dalam area penyelamatan korban bencana, lalu hampir membunuh orang dengan
excavator. Kita
lihat, hukuman apa yang cocok untukmu. Aku
akan memanggilmu dalam
sidang militer, atas
percobaan pembunuhan, jadi semoga
catatan medis bisa membantumu.” Jelas Byung Soo,
Manager Jin membela diri kalau ia bukan tentara.
“Hei... Dengar, kalian pasukan tak
berguna, kenapa
kalian bisa membiarkan warga
sipil ini masuk area penyelamatan? Cepat
kemas peralatan kalian!” perintah Byung Soo
Semua langsung siap sedia, Byung Soo memerintahkan agar
berlari 100 putaran, kecuali Shi Jin yang sedang menerima cairan infus. Shi Jin
tersenyum, tapi Byung Soo memberikan hukuman 200 putaran. Shi Jin langsung
berdiri mengatakan akan lari bersama dengan timnya.
Dae Young dan Woo Geum membawa tas juga senjatanya sambil
berlari, sementara Shi Jin berlari tanpa membawa apapun. Shi Jin mengeluh
karena mereka berdua yan memukul Manager Jin tapi ia juga kena hukuman atau
dirinya memang yang tak tahu situasi sebenarnya. Dae Young merasa kalau
pergelangan tanganya tak sakit akan lebih banyak memberikan pukulan.
Shi Jin pikir Dae Young akan memukulnya, Dae Young
mengatakan pada si brengsek Manager Jin. Shi Jin merasa waktu mereka itu yang
aneh. Myung Joo yang melihat ketiganya berlari mengejek
hukumanya itu tidak sepadan
dengan pukulan ringan karena seharusnya memukulnya
sampai Manager Jin tak dapat bicara lagi. Shi Jin tetap merasa waktu seperti
itu memang aneh sambil berlari mundur.
Dae Young bertanya sudah berapa putaran, Woo Geum
mengatakan meeka baru 7 putaran. Dae Young mengatakan mereka sudah 27 putaran,
Woo Geum membenarka kalau mereka baru 7 putaran. Dae Young mengatakan kalau
dirinya mengatakan 27 putaran jadi ikuti saja. Shi Jin berlari melihat Mo Yun
bersandar di dinding sambil menatapnya. Shi Jin berjalan mundur mengatakan
harus konsultasi dengan dokternya karena ia sedang
sakit sekarang.
Mo Yun melihat Shi Jin yang melepaskan infusnya, dan
mengatakan kalau ucapannya itu tak berbohong kalau Shi Jin itu membutuhkan istirahat
lebih. Shi Ji merasa seharusnya Mo Yun tak ada ditempatnya
sekarang karena Mo Yun yang bisa menjadi alasaanya untuk bisa
beristirahat nanti.”
“Apa salahmu hingga kau harus dihukum berlari begini?” tanya Mo Yun.
“Aku tak melakukan sesuatu yang
salah.” Kata Shi Jin
“Tapi, ini adalah perintah, 'kan? Pekerjaanmu sungguh terasa tidak adil dan tak fleksibel.” Keluh Mo Yun, Shi Jin mengatakan kalau itulah yang
dinamakan aturan
“Lupakan aturan itu, aku hanya berharap kau tetap
hidup. Makanlah obat ini 30 menit setelah makan.” Ucap Mo Yun memberika bungkusan obat. Shi Jin pun
mengucapakan terimakasih telah menyelamatkanya.
“Aku akan memberikanmu daftar tim medis yang akan
diberangkatkan.” Kata Mo Yun berjalan pergi.
Shi Jin bertanya apakah mereka sudah membuat daftar, Mo
Yun memberitahu baru mau
merapatkannya. Shi Jin menarik tangan Mo Yun, lalu
bertanya apakah Mo Yun akan masuk daftar dan segera pulang ke Korea. Mo Yun
mengatakan kalau ini adalah kesempatannya untuk
meninggalkan Shi Jin. Shi Jin pun melepaskan tangan
Mo Yun membiakanya pergi.
Mo Yun sudah mengumpulkan semua timnya memberitahu 2 hari lagi, pesawat akan menjumput tim medis kita dan Masa sukarelawan sudah berakhir dan mereka bisa kembali sekarang Atau bisa tetap tinggal di sini.
“Dan setelah pemberangkatan ini, aku tak tahu kapan jadwal
selanjutnya. Kemarin,
kita bertahan di sini karena
tak punya pilihan. Tapi,
hari ini, kita punya pilihan. Angkat
tangan, jika
kalian ingin tinggal.” Kata Mo Yun, Ja Ae
mengangkat tanganya.
“Pasien gegar otak no. 8
membutuhkan MRI. Tolong
gunakan tempat dudukku untuk
mengirim pasien itu ke Korea.” Kata Ja Ae lalu
kembali pergi ke ruang medis, Sang Hyun mengeluh Ja Ae bisa dengan cepat
mengangkat tanganya.
“Tolong berikan tempat dudukku untuk pasien no. 10.” Kata Min Jin lalu segera pergi karena pasienya sudah
menunggu. Sang Hyun binggung dengan keputusan orang-orang yang ingin tetap
tinggal
Dokter lain meminta maaf karena memutuskan untuk pulang,
Sang Hyun setujur mereka seharusnya bisa pulang bersama. Mo Yun merasa rekanya
itu tak perlu meminta maaf dan tak perlu merasa tak enak hati karena mereka
semua sudah sangat membantu jadi mempersilahkan siapa saja yang ingin pulang.
Beberapa dokter dan perawat mengangkat tangan ingin
pulang ke korea. Mo Yun pikir Sang Hyun juga bisa mengangkat tangannya. Sang
Hyun marah karena Mo Yun menyuruhnya dan menegaskan kalau ia tak akan pulang
dengan wajah sedih mengatakan kalau jiwanya saja yang akan duduk di pesawat
itu. Mo Yun tersenyum karena Sang Hyun kembali berkerja lalu tersadar Chi Hoon
tak ikut rapat dengan mereka.
Chi Hoon melihat Min Jae yang sebelumnya tak berhasil
diselamatkanya sudah memakai kain penyanggah tangan yang patah dan merasa gatal
karena alergi obat yang masih ke dalam tubuhnya. Min Jae melihat Chi Hoon
berdiri didepan pintu. Chi Hoon pun memilih untuk berjalan pergi dengan wajah
gugup.
“Hei, kau bilang kau dokter, 'kan?” ucap Min Jae sudah ada didepan Chi Hoon dan Chi Hoon
hanya bisa diam
“Tapi, sepertinya bukan. Apa dokter bisa meninggalkan
pasiennya seperti
yang kau lakukan tadi?” sindir Min Jae lalu
berjalan pergi Chi Hoon hanya bisa diam karena meninggalkan korban dan memilih
untuk menyelamatkan diri sendirian.
Tepukan dibagian punggung Chi Hoon mengagetkanya, Mo Yun
bertanya apa yang sedang dilakukan juniornya itu padahal tadi mereka sedang
mengadakan rapat, Chi Hoon hanya bisa meminta maaf. Mo Yun melihat Min Jae
sedang berjalan ke bagian lainnya.
“Mereka bilang, kau lah yang menemukan pasien itu. Kau memang hebat, Lee Chi Hoon.” Puji Mo Yun
“Pemberangkatan kita sudah diatur. Ada yang tinggal, dan ada yang pulang. Aku sudah memasukkanmu dalam daftar, kau juga bisa pulang, karena Dr. Jang sudah mau melahirkan jadi, cepatlah pulang.” Kata Mo Yun, Chi Hoon mengangguk mengerti walaupun
dengan wajah gugup. Mo Yun melihat tangan Chi Hoon yang terluka, belum diobati.
Min Jae berjalan dengan botol infusnya, bertanya pada
salah satu perkerja apakah mereka melihat Manager Go, dan mengeluh hampir saja
mati karena mencari-cari si Kakek tua itu dan berpikir pria itu pasti tak khawatir
padanya. Pekerja itu menunjuk tempat Manager Go berada. Min Jae melihat daftar korban yang meninggal,
nama Go Jae Eul, laki-laki, Usia 54, cedera parah.
“Kakek tua.... Bukannya kita bisa selamat jika memakai helm pengaman? Karena itulah aku bisa selamat. Aku akhirnya menurut padamu... Kenapa kau meninggalkanku?” ucap Min Jae menangis histeris tak terima
Chi Hoon melihat dibalik dinding ikut menangis karena
masih merasa egois sebagai dokter dengan meninggalkan korban. Min Jae menangis
histeris sambil memeluk helm yang diberikan Manager Go sebelum gempa terjadi.
Beberapa reruntuhan masih terlihat, dua buah help dan
sepatu tentara ada dibagian depan. Shi Jin berbicara didepan sebagai Komandan
dari Markas Mohuru dan akan
memberikan laporan singkat tentang
penyelamatan hari ini
“Satu korban sedang dirawat, dan dua lainnya telah diberikan status meninggal. Korban hilang telah ditemukan
semua. Pada hari
ini pukul 11 pagi, gerakan penyelamatan
Mohuru telah resmi berakhir. Kalian
semua sudah bekerja sangat
keras dalam penyelamatan
ini. Tim medis
Haesung dan tentara Taebaek,
kalian sudah bekerja keras.” Kata Shi Jin, tim
medis pun saling mengucapkan terimakasih
“Mulai sekarang, pengelolaan pembangkit listrik ini akan dilanjutkan oleh perusahaan
Urk. Secara
keseluruhan, jadi Terserah
jika aku mau
menggali atau apapun itu. Jika
aku masih melihat tentara
dan dokter, aku akan....” kata Manager Jin
sombong dan terhenti karena mendengar bunyi sirine yang sangat keras.
Manager Jin panik mendengar bunyi sirine, Shi Jin
memberitahu 4 hari
yang lalu, pada jam yang
sama, gempa bumi telah terjadi jadi Mulai sekarang, sirene itu akan dibunyikan untuk memperingati
bencana itu, ketika sirene
berbunyi, hentikan aktivitas sejenak dan
mengheningkan cipta untuk mendoakan para korban.
Dae Young pun menyiapkan pasukan yang sedang posisi
istirahat, Shi Jin memakain topi tentaranya, lalu memberikan komando
menghentikan cinta dan semua tentara memberikan hormat sementara yang lainya
menundukan kepala kecuali Manager Jin pada Memorial
untuk memperingati korban
runtuhnya pembangkit listrik
Diruang makan
Min Ji pikir karena mereka bekerja
di rumah sakit sudah terbiasa dengan kematian tapi
menurutnya situasinya sangat berbeda sekarang. Ja Ae yakin secara fisik korban
akan sembuh tapi mentalnya pasti akan merasakan trauma.
“Setelah kejadian ini, aku sadar kita tak bisa tahu apa yang akan
terjadi. Sekedar
informasi saja, aku mau beli
mobil baru saat aku pulang nanti. Kau
mau mobil jenis apa?” tanya Sang Hyun pada Ja Ae.
Ja Ae binggung kenapa Sang Hyun harus bertanya padanya.
“Kenapa aku tak boleh bertanya
padamu? Kita
telah melalui masa-masa
sulit bersama.” Kata Sang Hyun, semua junior langsung
berteriak menyuruh mereka berpacaran saja.
Ja Ae ingin marah tapi terhenti karena banyak bunyi
deringan, Min Ji berteriak bahagia karena ponselnya kembali berfungsi. Ki Bum
masuk kedalam ruang makan berteriak kalau jaringan telp sudah kembali
berfungsi, semua dokter dan perawat sedari tadi memegang ponsel langsung keluar
termasuk Ja Ae.
“Sepertinya kalian sudah tahu. Meskipun tak ada sinyal, kalian tetap membawa ponsel
kalian.” Keluh Ki Bum seperti merasa tak berguna datang lalu
memberikan hormat dan pergi.
“Ibuku sepertinya baik-baik saja. Dia sudah pergi shopping, kakinya pasti sudah sembuh dan juga minum banyak kopi. Dia pasti dapat banyak teman.” Kata Mo Yun melihat ponselnya yang kembali aktif.
“Teman-temanku selalu menganggap diri mereka itu keren. Mereka bahkan tak menanyakan
kabarku atau
mengirimkanku emotion Hati.” Keluh Sang Hyun
Min Ji berteriak kaget tentang mantan pacarnya akan
menikah. Sang Hyun heran untuk apa mantan pacarnya itu
mengirimkan pesan semacam itu. Mo Yun melihat ponselnya bergetar dan keluar
dari ruangan untuk menerima telp.
“Aku memutuskan untuk mengirim pasien agar mengisi kursi yang kosong. Tim kami sudah mengetahui kondisi pasien, jadi, tolong lakukan pemeriksaan yang diperlukan.” Kata Mo Yun
“Kenapa kau malah khawatirkan
mereka? Pesawat
itu dikirim untuk menjemput kalian! Stasiun
penyiaran sedang panik
karena kau belum puang, dan
juga bangsal VIP sedang kacau. Kau
mau apa sekarang? Kita
membutuhkan idola kami.” Ucap Ji Soo mengejek, Mo
Yun merasa bangga kalau ia memang sebagai dokter idola
“Tak usah sok pahlawan Dan pulang lah saat pesawat itu datang. Karena kau adalah orang yang paling penting bagiku.” Ucap Ji Soo
Mo Yun meminta teman tak usah khawati karena tugas
berbahayanya hampi selesai. Ji Soo bertanya apakan Chi Hoon melakukan sesuatu
yang aneh menceritakan sang istri selalu merengek padanya, karena suaminya
itu tidak
meneleponnya. Chi Hoon membiarkan deringan telpnya
seperti masih belum bisa menerima dirinya yang membiarkan korban dan
menyelamatkan dirinya sendiri, air matanya mengalir.
Daniel mencoba memperbaiki barang-barang yang rusak
karena gempa, Min Ji dan Ja Ae membawa sebuah kotak dan terdiam ketika melihat
ketampanan daniel.
“Bahkan di lokasi berbahaya
begini. kenapa
dia bisa terlihat begitu tampan?” ucap Min
Ji tak bisa menutupi rasa terkesimanya.
“Aku bersyukur, pria setampan dia hidup di dunia. Dia sungguh mengagumkan.” Kata Jae Ae
Daniel mengambil barang yang dibawa keduanya dan bertanya
apakah alat itu rusak. Min Ji membenarkan dengan wajah sangat terkesima, Daniel
binggung karena tak ada penjelasan. Min Jin menyadarkan diri mengatakan kalau
alat itu tak berfungsi dengan benar dan mendengar Daniel pandai dalam
memperbaiki barang.
“Kalian datang ke tempat yang
tepat. Aku jago
dalam mengobati manusia dan juga
mesin. Aku bisa memperbaiki semuanya. Satu-satunya
yang tak bisa kuperbaiki mungkin
hati seorang wanita.” Kata Daniel
Dua wanita langsung menjerit mendengar gombalan Daniel.
Sang Hyun sedang lewat melihat Ja Ae sedang tertawa bersama Daniel langsung
berlari mendatanginya.
“Kenapa aku harus melihat situasi seperti ini sekarang? Kenapa ada pria berkostum awan di sini?” ucap Sang Hyun lalu menyuruh mereka untuk segera bubar
karena tak boleh berbincang seperti itu.
Shi Jin membantu Dae Young memberikan cap pada berkas,
Dae Young bertanya apakah Shi Jin sudah menelp ayahnya. Shi Jin pikir lebih
baik jika ayahnya tidak
meneleponnya lalu bertanya balik pada temanya. Ia
lalu teringat Dae Young itu tak perlu lagi menelp karena orang itu ada di
sini dan tagihan telpnya
pasti tidak membengkak.
“Aku juga tak menyangka kami bekerja dalam area yang sama. Mungkin karena bencana gempa bumi inilah yang mempertemukan kami.” Kata Dae Young
“Ya, karena itulah, sebaiknya kalian membuat keturunan di sini.” Goda Shi Jin
“Sunbae, Komandan ingin berbicara dengan "menantunya kesayangannya"...” jerit Myung Joo masuk kedalam ruangan dan terdiam
karena ada Dae Young didalam ruangan.
Shi Jin memberikan kode, Dae Young melirik pada Shi Jin.
Myung Joo langsung mematikan telp buru-buru. Shi Jin berteriak panik kaena
Myung Joo menutup telp dari komandan begitu saja. Myung Joo mengaku kalau itu
hanya telp dari ayahnya. Dae Young mengulang kalau Myung Joo mengatakan
“menantu”. Shi Jin membela diri kalau Dae Young tadi salah dengar karena yang
dikatakan itu “Kapten”
“Jangan percaya pada siapapun di
dunia. Apakah
kalian menusukku dari belakang?” kata Dae Young sinis,
Shi Jin menegaskan meeka tak pernah menusuknya.
“Apa dia sedang cemburu sekarang?” komentar Myung Joo, Shi Jin meminta Myung Joo tak
banyak bicara.
“Letnan Yoon yang bilang
"menantu", tapi
kenapa kau malah menyalahkanku Kenapa
kau tak memarahi
Letanan Yoon saja? Dasar
pengecut.” Keluh Shi Jin lalu memilih untuk pergi
saja karena ingin berobat karena hatinya itu sekarang sedang sakit.
“Apa kau suka masuk ke ruangan pria sendirian begini?” tanya Dae Young dengan nada cemburu berdiri didepan
Myung Joo
“Jadi, benar kau memang cemburu, kan? Lanjutkanlah.” goda Myung Joo
“Bagaimana jika aku memang
cemburu?” ucap Dae Young, Myung Joo mengatakan akan memberikan
hadiah dan yang pasti Da Young tak akan pernah menyesalinya.
Terdengar Daniel yang sedang mengecel radio pemancar dan
sudah kembali berfungsi. Mo Yun memuji Daniel yang bisa
memperbaikinya, Daniel mengatakan salah satu cara
merawat pasien yaitu dengan mengunakan musik, karena Musik mengubah banyak hal. Mo Yun pun akan memilihkan lagu yang akan diputar dari
ponselnya.
Pria dengan tertusuk dadanya sudah bisa duduk dan
mendengar lagu yang diputar, begitu juga perawat lain yang sedang merawat
pasien lainya terlihat bahagia mendengar lagi yang diputar. Semua pasien juga
terlihat tersenyum walaupun badan mereka terlihat sakit.
Ja Ae sedang ada diruangan obat, Sang Hyun datang
membawakan segelas minuman dengan memegang tanganya. Ja Ae terdiam, dan
terlihat gugup langsung meminum habis sampai mengunyah es batu yang masih
sangat keras. Sang Hyun tersenyum melihat Ja Ae yang salah tingkah.
Dae Young dan Myung Joo saling berpadangan mendengar lagu
yang diputar, Myung Joo mengatakan hanya mereka berdua yang ada diruangan itu
dan juga musik sudah diputar dan mersa kalau suasananya sudah sangat romantis.
Dae Young hanya diam menatap Myung Joo
“Kenapa kau diam saja? Bukannya kau harus melakukan sesuatu sekarang?” ucap Myung Joo, Dae Young membenarkan.
Myung Joo pun meminta agar Dae Young melakukanya dengan
melangkah lebih dekat. Dae Young menatap Myung Joo memilih untuk melangkah
mundur, mengatakan kalau akan pergi bertugas sekarang lalu memberikan hormat
dan pergi. Myung Joo hanya bisa diam karena yang diinginkanya tak terkabul.
Shi Jin masuk ke ruangan tempat menyiarkan lagu,
memberikan jempolnya karena Daniel berhasil memperbaikinya walaupun sudah rusak
parah. Lalu bertanya lagu apa yang akan diputar selanjutnya. Daniel juga tak
tahu karena Mo Yun yang mengatur playlistnya.
“Aku tahu, keadaan
seperti ini pasti akan terjadi, aku harusnya tidak
ke sini.” Terdengar suara
Mo Yun sedang menangis diputar , Shi Jin dan Daniel binggung
“Kau akan menyelamatkanku kan, Yoo
Si Jin? Kau tak
datang, kan? Sepertinya aku akan jatuh sebelum kau sampai di sini. Meskipun begitu, Yoo Si Jin, kau adalah orang yang pertama yang akan menemukan
jasadku nanti.” Ucap Mo Yun yang membuat rekaman suara
di ponselnya ketika berada ditebing dan akan jatuh ke laut
“Tapi, jika aku tahu akan mati seperti ini, harusnya aku
memberitahumu perasaaanku yang sebenarnya. Aku merasa bahagia bisa dicium oleh pria yang
sangat tampan. Hatiku merasa sangat bahagia.”
Shi Jin tersenyum mendengar suara rekaman, Mo Yun berlari
dengan cepat karena suara bisa terdengar oleh seluruh orang. Shi Jin tersenyum
ketika melihat pintu ruangan terbuka.
bersambung ke part 9
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
gomawo onnie...dtnggu eps slnjtnya,,,semangat
BalasHapusHahaha... akhirnya Mo Yun ketauaaaaan, Liat gayanya seperti jual mahal tp malah pengakuannya kedengeran kemana2. Tp aku jg tertarik melihat hub Dae Young sm Myung Joo yang bikin geregetan ... Semoga Dae Young ga galau lg, dia ga bth ngaku cinta sm Myung Joo tp sama ayahnya Myung Joo ... hahaha...
BalasHapusMakasih Mb Dee yang cpt banget bikin rekapnyaa...
Moyun pasti merah padam.....hahaha....pengakuan yg mencengangkan......
BalasHapusFinally....mau ngeles macam apa lagi coba sama shi jin.....hihihi
Kamsahamnida bak diyah.....
Biarpun dah ntn episode ini bbrp kali tp ga bosen2 jg. Dan blom lengkap klo blom baca sinopsisnya. Thank Mba Diah, di tunggu next episodenya minggu depan.. :-)
BalasHapusBiarpun dah ntn episode ini bbrp kali tp ga bosen2 jg. Dan blom lengkap klo blom baca sinopsisnya. Thank Mba Diah, di tunggu next episodenya minggu depan.. :-)
BalasHapusJudul lagu yang diputar sebelum suara rekaman itu apa ya?...
BalasHapusEnak banget dengernya..
pliss bales buat yg tau judul dan penyanyi nya yaa