Shi Jin meminta izin untuk mengajukan pertanyaan karena
mungkin ini kesempatan terakhir
mereka untuk bertemu dan membahas
tentang ciuman kemarin. Mo Yun langsung menyela tak perlu membahasnya.
“Lalu, aku harus bagaiamana? Haruskah aku meminta maaf Atau mengakui perasaanku padamu?” tanya Shi Jin binggung, Keduanya saling menatap cukup
lama.
“Kau... memang sangat menarik. Pria yang menarik tapi juga
berbahaya Dan aku
tak suka berbahaya. Setiap
kali aku menatapmu, aku
merasa terpesona.”akui Mo Yun
Teringat saat pertama kali pertemu dirumah sakit tatapan
Mo Yun yang benar-benar berbeda lalu saling menatap ketika menjahit bagian
pinggangnya terluka kena sayatan pisau.
Setelah itu Shi Jin harus pergi disaat mereka pertama
kali mengajaknya untuk menonton dengan menaiki helikopter di atap gedung rumah
sakit. Di pertemuan kedua mereka, di dalam bioskop Mo Yun bertanya apakah Shi
Jin akan pergi sekarang. Shi Jin meminta maaf karena harus pergi sekarang.
Akhirnya Mo Yun duduk sendirian didalam bioskop.
Di pertemuan terakhir mereka di Korea, Shi Jin menceritakan
tak bisa memberitahu tentang
tugasnya. Di lapangan terbang, Mo Yun melihat Shi Jin menatap sedih peti mayat
yang akan dibawa kembali ke negeranya. Ketika sampai di basecamp, Mo Yun
bertanya apakah yang tadi teman Shi Jin yang mengaku kalau itu adalah
rekannya.
Mo Yun mengartikan bisa saja Shi Jin seperti itu
akhirnya. Shi Jin mengingat kenangannya
dengan pakaian tentara gabungan lengkap, lalu meminta Mo Yun tak perlu membahas
tentang itu lagi.
“Aku berharap kita bisa memiliki lebih banyak waktu. Jadi, aku bisa meluruskan
pikiranku ini, Menyingkirkan
ketakutanku. Dan
meluangkan waktu untuk berpikir... apakah
aku bisa menjadi Seorang pacar dari pria yang berbahaya, tapi ini juga menarik.” Ungkap Mo Yun
“Sayangnya kau... terus saja meninggalkanku begini. Aku tak mungkin marah karena sikapmu ini Ataupun melarangmu untuk pergi. Aku merasa seperti orang bodoh dengan pikiran yang kacau
ini. Sekarang... aku sungguh tak menyukaimu. Jadi, minta maaflah. Aku akan mendengarnya.” Kata Mo Yun, Shi Jin menatap Mo Yun tanpa berkedip.
Shi Jin pun akhirnya meminta maaf atas sikapnya yang
mencium Mo Yun, dan berharap
bisa menjaga dirinya, lalu memberikan hormat
dan pergi.
Didalam kamar
Mo Yun menyalakan lilin untuk mendoakan orang-orang yang
ada disekelilingnya, lalu melamun dengan keputusan tak membiarkan Shi Jin
menyatakan perasaanya karena rasa takutnya dikecewakan kembali.
Shi Jin berbaring dengan menatap kalung militer
dilehernya, pikirannya melayang karena di tolak oleh Mo Yun, disampingnya ada
lingkaran obat nyamuk yang hampir habis, obat nyamuk dari Mo Yun, seperti
mengartikan hubunganya dengan Mo Yun juga akan habis karena akan kembali ke
Korea.
Pagi hari
Semua tentara mulai olahraga lari pagi dengan bertelanjang
dada. Mo Yun keluar dari tempat tinggalnya sementara melihat hanya ada Woo Geum
yang menjadi komando dibagian depan. Ki Bum lewat untuk mengambil air menyapa
Mo Yun yang terlihat binggung.
“Dimana Kapten Yoo? Dia tak ada di kantornya.” Kata Mo yun
“Dia sudah pergi semalam, karena harus mengejar pesawat sipil. Dia mungkin sudah berangkat
sekarang.” Ucap Ki Bum lalu memberikan hormat dan
pergi.
“Wah... Dia tak pernah berpikir dua kali.” Ucap Mo Yun dengan mata berkaca-kaca seperti merasa
kecewa.
Shi Jin tersenyum bahagia melihat foto keluarganya masih
tertempel di dinding, lalu memanggil ayahnya menunjukan foto keluarga mereka. Tuan
Yoo sedang merapihkan baju tentaranya, merasa seharusnya Shi Jin itu mengikuti saran ibunya untuk mejadi dokter atau hakim karena Tentara
jarang dihargai sekarang.
“Bisa saja jika otakku pintar. Tapi, yang pintar hanya ototku
ini. Dan otot
tak begitu berguna dalam
dunia hakim atau dokter.” Kata Shi Jin sambil
merapihkan kancing baju ayahnya.
“Semoga ayah bisa sehat selalu dan panjang umur. Aku akan naik jabatan agar ayah bangga berfoto
denganku.” Kata Shi Jin merapihkan dasi yang
dipakai oleh ayahnya.
“Aigoo.... Memangnya atasan apa yang akan menaikkan jabatanmu begitu saja? Kau bahkan menyia-nyiakan
promosimu itu.” Keluh Tuan Yoo, Shi Jin hanya tersenyum
mendengarnya.
Tuan Yoo bertanya apakah pakaian sudah rapih sekarang, Shi
Jin mengatakn sudah memasangnya seperti yang diajarkan ayahnya dan meminta sang ayah menegapkan bahunya.
“Dalam dunia tentara, terkadang kau lebih bangga
menjalankan tugasmu
dari pada mendapat promosi. Kau
adalah anak ayah.” Kata Tuan Yoo merapihkan
baju anaknya dengan melihat lambang jabatan di bagian kerah baju anaknya.
Seseorang memberitahu semuanya sudah siap jadi mereka
bisa masuk sekarang. Shi Jin menyuruh ayahnya masuk lebih dulu karena ingin
mengambil foto ibunya lebih dulu.
Didalam ruangan studio foto, Shi Jin dengan bangga
memegang foto ibunya yang sudah meninggal dan foto bersama dengan ayahnya. Tuan
Yoo terlihat sedikit tegang tapi Shi Jin bisa memperlihatkan senyumanya pada
kamera.
Dae Young meniup peluit, Tentara Junior berteriak “Trainee
no. 17. Aku akan meluncur.” Saat meluncur di tali
flying fox, jerit ketakutan terdengar, dan ternyata Dae Young berada diatas
pundak anak buahnya melihat latihan flying fox untuk calon tentara baru.
Tentara Junior terus berteriak meminta tolong, sampai
diujung harus bertabrakan dengan matras dan buru-buru memanjat dinding untuk
menyelamatkan diri. Akhirnya semua mendapatkan hukuman dengan berjongkok
berdiri beberapa kali lalu push up. Si pria yang mengendong Dae Young di
pundaknya pun menahan diri untuk tak terjatuh.
“Sepertinya ada yang salah dengan tubuh kalian, mungkin kepala
kalian, benarkan?” ucap
Dae Young, salah satu tentara menjawab “tidak”. Dae Young pun memerintahkan
untuk menganti posisi.
Tentara yang satu menurunkan Dae Young dan yang lainnya
bergantian mengendong Dae Young di pundaknya. Dae Young bertanya apakah meraka
mau membunuhnya, tentara disampingnya menjawab “Iya.. Pak!!” dengan lantang.
“Kau tak bisa membunuhku dengan stamina lemah itu. Aku akan memberikanmu waktu 30 detik untuk kembali ke
gerbang.” Perintah Dae Young menyuruh tentara Juniornya untuk
hadap kiri.
“Jika aku masih melihat wajahmuvnanti, aku akan menjadi lawanmu. Kita harus tingkatkan stamina
kalian.” Tegas Dae Young lalu menyuruh berlari, tentara satu pun
berlari sekuat tenaga dan Dae Young mulai memakai peluitnya kembali.
“Trainee yang ganteng.... Siap untuk meluncur.” Jerit Shi Jin dari ujung flying fox tanpa mengunakan
pakain tentara langsung meluncur dengan gagah berani.
Dae Young meminta untuk diturunkan dari gendongan, semua
tentara junior melonggo melihat cara Shi Jin meluncur tanpa ada rasa ketakutan
sedikitpun bahkan nyaris sempurna, bahkan memberikan dua jarinya ketika sampai
diujung lainya. Dae Young mengejek Shi Jin Si "Trainee",
tak usah sombong dan menyuruhnya untuk cepat turun. Shi Jin pun
melemparkan tali kebawah. Dae Young memberitahu tentara juniornya untuk
memperhatikan baik-baik karena itu adalah gerakan sempurna untuk posisi Rappel.
Shi Jin turun seperti sedang buggi jumping dari tembok,
semua langsung melonggo takjub melihatnya. Dae Young bertanya apakah Shi Jin
sedang dibebas tugaskan dan kenapa ia bisa ada ditempatnya melatih. Shi Jin
mengaku sangat merindukan dan bertanya kapan Dae Young selesai berkerja karena
ingin mengajak minum bir yang banyak.
Dae Young menuangkan bir sambil bertanya Apa
acara penyambutan untuk
ayah Shi Jin berjalan lancar. Shi Jin menceritakan Acaranya sangat mengharukan, bahkan ia hamper menangis saat ayahnya dapat buket bunga. Dae Young mengaku senang Shi Jin bisa kembali dengan
selamat dan mereka cheers dengan mengatakan “hormat”
Tiga orang tentara datang berbicara dengan suara keras
kalau mereka sudah lama sekali tak bertemu, jadi mereka harus minum soju dan
mulai permainna. Dae Young langsung memalingkan wajah melihat tentara yang
datang. Shi Jin melihat sikap temannya bertanya apakah mengenal tentara itu.
Dae Young mengaku dulunya pernah menjadi "Instruktur
jahat" mereka. Shi Jin mengeluh dengan
sikap temanya, Dae Young pikir tak akan masalah karena pasti tak
terlihat seperti
tentara sekarang dengan menaikan kerah
bajunya. Shi Jin yakin dengan pakaian itu semua orang pasti tahu Dae Young itu
tentara dan pasti akan langsung mengenalinya.
Tentara itu pun akhirnya mengenali Sersan
Mayor Seo Dae Young sambil berjalan mendekat untuk
menyakinkanya. Dae Young merasa sekarang sudah ketahuan dan berusaha menutupi
wajahnya dengan rompi. Shi Jin bertanya dimana rute memutar balik. Dae Young
memberitahu Arah jam 5 dari tempat
duduk Shi Jin.
Shi Jin pun menaruh uang diatas meja, tentara pun
mendekati keduanya merasa sangat yakin didepannya adalah Sersan
Mayor Seo Dae Young lalu bertanya apakah masih
mengingat mereka. Dae Young dan Shi Jin pun menatap ketiganya.
“Dulu, kau pernah berjanji sesuatu pada kami saat menjadi instruktur
kami. Kau
berjanji, bahwa kau akan melawan
kami berdasarkan level.” Kata si tentara
“Bukan, tapi saat kita ketemu di
luar. Dan
sekarang, kita tak sedang di
luar, tapi di dalam.” Ucap Dae Young menyangkal,
Shi Jin pun mengangguk setuju.
“Dan untuk apa aku berkelahi
denganmu?” kata Dae Young dengan mata melotot, Shi
Jin pun tertawa untuk mencairkan suasana yang tegang, menurutnya semua ini
sangat lucu.
“Kau harusnya menyimpan kenangan berharga itu di dalam hatimu
saja.” Kata Shi Jin menepuk pundak si tentara
Tentara itu tak terima kalau harus menyimpan sebagai
kenangan yang berharga. Shi Jin berbisik Dalam
hitungan ketiga, berdirilah dan mulai menghitung
dari satu, Dae Young langsung loncat kehitungan ketiga dan berlari dengan
cepat. Shi Jin sempat binggung melihat Dae Young sangat cepat.
Dae Young pun mendarat diatas meja lantai bawah, lalu Shi
Jin pun ikut turun disampinganya. Keduanya tersadar seluruh meja di penuhi oleh
tentara, Shi Jin binggung berpikir hari ini adalah Hari Angkatan Bersenjata karena memenuhi restoran. Atasan mereka berteriak
menyuruh anaknya buahnya menangkap keduanya.
Semua tentara mulai berdiri dari mejanya, Dae Young
memberitahu Arah jam 2 dan
langsung menghitung ke angkat tiga. Shi Jin yan belum siap berteriak kalau
dirinya bisa mati apabila harus melawan semua tentara itu. Dae Young dan Shi
Jin berusaha melawan dengan teknik tanpa melukai lalu meloncat dari balkon dan
berlari menyusuri jalan pertokoan.
Tentara yang lain dengan jumlah puluan sudah siap
mengejar keduanya, Shi Jin dan Dae Young sempat terjebak di antara dua jalan
tapi bisa kabur dengan menaiki tangga dan masuk ke dalam toko alat-alat musik.
Keduanya sudah keluar dari toko dan masuk ke perumahan tentara yang lain
menyuruh mereka berhenti.
Shi Jin dan Dae Young akhirnya bisa bersembunyi dibalik
dinding dengan wajah ketakutan mendengar bunyi langkah kaki tentara berada
didekat mereka. Setelah semuanya pergi, keduanya seperti baru bisa bernafas
lega. Dae Young pun mengintip untuk melihat apakah tentara benar-benar sudah
pergi jauh.
“Kau tak bisa menghitung, Kan? Apa setelah angka "1" itu angka "3"?” keluh Shi Jin
“Aku memang tak pintar matematika. Kenapa bukan kau yang menghitung
tadi?” balas Dae Young lalu mengeluh sangat lelah setelah
berlari sekian jauh.
“Sepertinya instruktur kita ini semakin kaku saja. Ahh.... , sudah waktunya aku menghajarmu sekarang. Saat aku masih calon perwira di Akademi Militer, Kau juga jadi, "Instruktur jahat"untuk ku. Kau ingat?” teriak Shi Jin tak terima
“Aku ingat. Jadi, kau mau berkelahi sekarang?” ucap Dae Young menantang
“Aku tidak jadi mengingatnya, karena Aku hanya mau mengingat masa-masa yang indah saja.” Kata Shi Jin dan mengeluh rasa mabuknya jadi hilang
setelah berlari
Keduanya pun bersandar di dinding bersamaan, Dae Young
bertanya apakah Shi Jin sudah meminum wine itu. Shi Jin mengaku hanya
"mencicipinya". Dae Young pikir Shi Jin
minum sendirian. Shi Jin menceritakan meminumnya bersama dengan Dr. Kang Mo Yun. Dae Young bertanya lagi apakah hubungan keduanya
berjalan lancar.
Shi Jin merasa tidak sama
sekali dan merasa sepertinya ia dicampakan pacarnya setiap kali
mendapatkan libur dari tugas tentaranya. Ia pun tak menyangkal masih
merindukannya, tapi merasa yakin pasti
akan baik-baik
saja nanti. Dae Young pikir Shi Jin itu bahkan
belum melakukan
usaha lainnya. Shi Jin membenarkan lalu mengejek
temanya itu sendiri juga sama kali tidak pernah berusaha jadi tak pantas jadi
Penyemangat dalam hal ini
“Aku bukannya tidak mau berusaha. Masalahnya adalah, aku sama sekali tak diberikan kesempatan.” Kata Dae Young membela diri.
“Kita memang pria yang bodoh.” Pikir Shi Jin dengan nada masih terengah-engah.
“Ya, kita baru merasa bodoh jika kita sedang bersama.” Balas Dae Young
Keduanya sama-sama tertunduk untuk mengatur nafasnya, Dae
Young pun pamit pergi. Shi Jin bertanya kemana Dae Young akan pergi, Dae Young
memberitahu mau pulang dan rumah
ada didekat lingkungan itu. Shi Jin kesal karena Dae Young sengaja berlari
kearah sini agar bisa menghemat tarif taxi, Dae Young tak membahasnya langsung mengucapkan selamat berlibur
dan memberikan hormat lalu pergi. Shi Jin makin kesal karena Dae Young tak
memintanya untuk mampi makan ramen, Dae Young tetap berjalan sambil melambaikan
tanganya.
Dae Young berjalan ke arah rumahnya, ponselnya berdering
dan melihat Myung Joo yang menelp dengan memberanikan diri mengangat telpnya.
Myung Joo sedang berada di Urk kaget karena telpnya diangkat sambil berteriak
“hallo” tapi tak ada sahutan. Lalu bertanya apakah Dae Young tak mau berbicara
dengannya, Dae Young yang mendengarnya hanya diam.
“Kau akhirnya mengangkat
teleponku!” jerit Myung Joo bahaia.
“Kenapa kau mengangkatnya? Apa kau baik-baik saja? Bicaralah, aku tahu kau
mendengarku.” Ucap Myung Joo tapi Dae Young tetap
saja diam mendengar suara Myung Joo.
“Ya, sudahlah.... Kau hanya perlu mendengarku saja. Jangan tutup teleponnya, mengerti? Aku baik-baik saja di sini. Aku selalu memakai seragamku Jadi, nyamuk tak bisa menggigitku Dan juga, kesehatanku stabil. Aku sangat merindukanmu, Seo Dae Young.” Cerita Myung Joo, Dae Young hanya diam dengan mata
berkaca-kaca mendengarnya.
“Apa Kau sudah bertemu Si Jin? Dia selalu mengejekku di sini. Dia mengejekku bahwa aku dating ke sini untuk bisa melihatmu. Dia bilang aku cantik, tapi aku jadi jelek saat kebanggaanku
hilang. Walaupun begitu, aku tak peduli dengan kebanggaanku itu. Karena aku tahu Seo Dae Young sangat mencintaiku.” Ungkap Myung Joo dengan mata berkaca-kaca
Dae Young mengingat saat tangan mereka saling
bergandengan dengan memasuka ke sela-sela jari tangan dan saling mengusap.
Ketika Myung Joo dengan sengaj menaruh krim dimulutnya agar bisa dicium, Dae
Young langsung menghapusnya dengan tanganya.
Myung Joo berada diluar cafe sengaja seperti sedang
mengecup Dae Young yang berada di dalam cafe dan mereka selfie bersama. Myung
Joo langsung berlari dari rumahnya ketika melihat Dae Young yang datang malam
hari dirumahnya, Dae Young tersenyum bahagia mendapat pelukan hangat dari Myung
Joo.
“Apa Kau masih mendengarku?” tanya Myung Joo yang menelp bersandar dengan kontainer
rumah sakit. Dae Young tertunduk diam
“Tapi, apa kau tak bisa mendengarkan hembusan napasmu?” ucap Myung Joo, Dae Young pun memperdengarkan hembusan
nafasnya.
Disisi lain
Mo Yun menerima pesan dari Ji Soo “Kau sudah mau kembali ke Korea, 'kan? Aku
sudah siapkan wine untukmu.” Mo Yun membalas dengan nada bercanda “Aku tak suka minum
dengan wanita. Kau harus
menyiapkanku pria, pria yang baik.”
“Bagaimana
dengan pria yang kau temui di sana? Apa kau tak
menyukainya lagi?” tanya Ji Soo
“Tidak, dia adalah
pria yang terbaik.” Ketik Mo
Yun
Shi Jin membuka jaketnya dan pergi ke halte bus terdekat,
lalu naik ke bus dengan perasaan sedih karena tak ada teman ketika sedang
berlibur. Ia pun mengeluarkan kepala ke jendela tanpa sada ada iklan rumah
sakit Mo Yun tertempel dibagian bus.
“Aku seharusnya tak menerima permintaan maafnya, Seharusnya aku memeluknya Dan mengakui perasaanku. Akulah orang yang melepas kesempatan
itu. Dia pasti tidak menyukaiku, 'kan?” Mo Yun
melihat balasan tulisan pesannya tapi akhirnya memilih untuk menghapusnya
Shi Jin main billard sendirian, ketika sedang mengunyah
es batu dalam minumanya. Dae Young datang dengan mengunakan baju garis-garis
yang sama. Dengan cepat Shi Jin mengambil gambar Dae Young dengan ponselnya,
Dae Young berteriak dengan menutupi wajahnya dengan baju kemejanya.
Myung Joo tersenyum sumringah melihat foto-foto Dae Young
yang dikirimkan oleh Shi Jin. Chul Ho melirik ingin tahu apa yang membuat Myung
Joo tersenyum dan tanpa sadar Myung Joo memberikan bettadine sampai ke bagian
lengan padahal yang terluka dibagian tangan.
Chi Hoon memompa air dengan sekuat tenaga, Mo Yun mencuci
semua wajah anak-anak yang sangat kotor satu persatu begitu juga Min Ji
membantu Mo Yun mencuci semua wajah dari anak-anak. Pasien yang dulu sempat
dirawat karena keracunan timah datang dengan memberikan Mo Yun sebuah gambar.
Mo Yun melihat ada dua orang berdiri dibawah pohon.
Flash Back
Mo Yun yakin Shi Jin itu bisa menerjemahkannya,
lalu dengan bahasa korea dan memperagakan kalau mereka
akan sakit apabila menjilat-jilat barang-barang yang mengandung timah.
“Kalian harus berjanji untuk tak menjilati benda ini. Mengerti?” ucap Mo Yun dengan Shi Jin yang terus menatapnya.
“Jika kalian menjilati benda ini lagi, akan kutembak kalian!” kata Shi Jin dengan bahasa Urk, semua anak tertawa
mendengarnya.
“Sebelum kalian makan, kalian harus cuci tangan dulu.” Ucap Mo Yun dengan memperagakan cara cuci tangan yang
benar.
“Kalian juga akan kutembak jika
kalian tak
mencuci tangan sebelum makan.”kata Shi Jin dengan
bahasa Urk
Anak-anak kembali tertawa, Mo Yun heran melihat anak-anak
itu malah tertawa dan berpikir Shi Jin itu mengatakan sesuatu yang konyol lagi. Shi Jin berdalih kalau anak-anak
memang sering tertawa. Dan Mo Yun pun hanya bisa
diam saja.
Shi Jin terdiam seperti mengingat juga kenangan dengan Mo
Yun, ia duduk sendirian ditepi danau dengan memasang tenda. Akhirnya ia menelp
Dae Young bertanya dimana posisinya sekarang. Da Young dengan gaya militer
memberitahu sedang ada di Pangkalan militer.
“Aku sedang memancing di
Yangpyeong. Udara
segar dan airnya sangat segar, Di sini seperti sedang melakukan terapi dengan damai” ucap Shi Jin ingin
membuat iri.
“Lalu, kenapa kau meneleponku?” balas Dae Young, Shi Jin pun mengaku kalau ia bosan dan
meminta agar Dae Young mau menemaninya.
Dae Young terlihat sangat serius menatap layar
komputernya, Shi Jin mengaku sangat ketakutan mendengar ada suara burung hantu.
Dae Young tak peduli dan langsung menutup telpnya. Shi Jin kembali menelp Dae
Young, dengan nada panik memberitahu ada harimau yang datang, tapi triknya tak berhasil
karena telpnya ditutup kembali.
Shi Jin dengan helaan nafas menyenderkan tubuhnya, dan
mengeluarkan sebuah batu dari saku bajunya dan menatapnya dalam-dalam.
Flash Back
Didalam bangkai perahu
Mo Yun meceritakan tak
melakukan operasi lagi karena Kemampuannya tak diakui lagi di ruang operasi, jadi saat ia kembali ke Korea nanti akan merebut kembali
posisi itu dan pasti akan sangat sibuk. Shi Jin seperti bisa mengerti dan melihat tangan Mo Yun
mengenggam sesuatu. Akhirnya Mo Yun memberikan sebuah batu pada Shi Jin.
“Mungkin kau memiliki kesempatan yang lebih besar. Kita lihat saja... apakah kau masih bisa kembali ke sini?” kata Mo Yun
Shi Jin terus menatap batu yang diberikan Mo Yun di pulau
tak berpenghuni.
Mo Yun berdiri di pinggir tebing, melihat kebawah ada
pulau tempat bangkai kapal dan pernah didatanginya oleh Shi Jin. Diatas kapal
mereka pernah mengobrol tanpa mengunakan pakaian tentara hanya Mo Yun dan Shi
Jin saja.
Daniel datang dengan mobil jeep yang pernah terjun ke
laut dan bisa hidup kembali seperti awalnya. Mo Yun tak percaya kalau itu mobil
yang pernah dipakainya. Daniel turun dari mobil membenarkan kalau itu mobil
yang sebelumnya rusak berat.
“Kemampuan bengkelmu terlalu hebat untuk menjadi dokter.” Komentar Mo Yun
“Ya, mungkin karena itulah penghasilanku lebih banyak di
bengkel.” Balas Daniel
Mo Yun tersenyum, Daniel mendengar Mo Yun yang akan
pulang hari ini, Mo Yun membenarkan dan mengucapkan terimakasih karena sudah
membantunya lalu memberikan sebuah amplop dan merasa uang itu tidaklah seberapa, tapi memohon agar Daniel mau menerimanya.
Daniel menolak lalu mengeluarkan selembar brosur untuk
membayarnya dengan memberikan sumbangan $10/bulannya. Mo Yun setuju akan membayarnya secara angsuran. Daniel
juga mengucapkan Terima
kasih dan berpesan agar menghubunginya jika ingin melakukan petualangan penderitaan
lagi.
Mo Yun merasa kegiatan yang dilakukan sekarang sudah lebih dari cukup jadi ia akan kembali ke dunianya yang sebenarnya dan
bertanya apakah Daniel akan tetap tinggal di Urk. Daniel pikir masih tetap
tinggal di Urk karena sekarang masih masa cutinya tapi juga tak akan tahu, mungkin rencananya bsia
berubah besok. Keduanya pun saling berjabat tangan untuk saling bisa menjaga
diri dan kesehatan. Mo Yun juga meminta untuk menitipkan salam pada Ye Hwa.
Ye Hwa berjalan di bukit untuk mengambil bunga liar, lalu
melihat ada kupu-kupu yang terbang sangat dekat denganya. Tiba-tiba ribuan
burung hitam datang ke arah Urk dan bersuara sangat nyaring.
Mo Yun mencatat semua barang medis yang ada dirak, Myung
Joo masuk menanyakan sedang apa Mo Yun disana padahal semua orang sudah
menunggunya. Mo Yun memberitahu akan selesai jam 5 nanti. Myung Joo menyuruh Mo
Yun untuk lebih cepat lagi berkerjanya. Mo Yun melirik sinis dan kembali
melihat obat yang ada dirak mulai Hepatamine, Freamine.
“Karena ini adalah pertemuan kita
yang terakhir.
Apa aku bisa bertanya?” kata Myung Joo sinis, Mo
Yun mengatakan tidak sambil menghitung kembali obat dirak
“Apa kau menyukai Shi Jin-sunbae?” tanya Myung Joo blak-blakan, Mo Yun terdiam dan menatap
Myung Joo
“Ekspresimu sudah memberitahuku
jawabanmu. Terima
kasih.” Komentar Myung Joo, Mo Yun heran untuk apa mengucapkan
terimakasih karena ia tidak
menjawabnya.
“Tapi, seluruh bagian tubuhmu menjawab semuanya.” Balas Myung Joo lalu merasakan ponselnya bergetar.
Myung Joo tak percaya karena kebetulan sekali Shi Jin itu
menelpnya, Mo Yun kaget karena Shi Jin menelp Myung Joo ketika ada didepanya.
Myung Joo mengaku sangat senang Shi Jin menelpnya, dengan menyebut panggilan Mo
Yun, mulai dari Dr. Kang,
Nn. Kang atau Mo Yun karena tak tahu harus memanggil dengan panggilan apa.
“tapi, apakah dia menyukaimu?” tanya Myung Joo, Mo Yun berteriak karena menanyakan hal
itu pada Shi Jin dan ingin mengambil ponselnya, didalam cafe, Shi Jin terkejut
dan langsung berdeham mendengarnya.
“Hei.... Kenapa kau tak mengatakan "Hormat"
padaku?” tegur Shi Jin menutupi rasa paniknya mendengar
pertanyaan Myung Joo
“Memangnya kau pikir aku ini
siapa? Teman
atau perwira senior?” tanya Myung Joo, Shi Jin
mengaku sebagai kakak dari tetangganya.
“Aku sedang minum kopi dengan Dae
Young. Aku pesan
latte, dan dia
pesan espresso. Tapi,
sepertinya dia tak tahu
bagaimana meminumnya.” Cerita Shi Jin melihat cara
Dae Young minum sambil melamun
“Dia sudah tahu, karena Aku sudah mengajarinya.” Kata Myung Joo
Shi Jin pun bertanya apa maksud pertanyaan Myung Joo
tadi, Myung Joo mengaku hanya ingin membuatnya bingung dan menceritakan sedang
berdebat dengan Mo
Yun sekarang. Mo Yun menahan rasa kesalnya. Shi Jin menegur Myung Joo tak
boleh mengganggu warga sipil.
Myung Joo merasa Shi Jin itu suka
mengubah topik sekarang, lalu bertanya apakah Shi
Jin ingin tau bagaimana reaksi Mo
Yun sekarang. Mo Yun mengumpat Myung Joo sudah gila dan menyuruh untuk menutup
telpnya. Shi Jin menebak Mo Yun pasti marah. Myung Joo memberitahu Mo Yun
sangat marah tapi masih terlihat sangat cantik. Shi Jin tersenyum mendengarnya
memberikan semangat pada Myung Joo untuk berkerja dan menutup telpnya.
“Padahal aku berharap, dia mau bicara denganmu, Sepertinya dia kaget tadi.” Ucap Myung Joo setelah menutup telpnya.
“Tentu saja.... Dia pasti tak menyangka pembicaraan yang tadi.” Balas Mo Yun ketus
“Apa karena sikapmu ini dia bisa menyukaimu?” ejek Myung Joo, terdengar teriakan Sang Hyun untuk tim
medis untuk melakukan foto lebih dulu.
Myung Joo menyuruh Mo Yun segera keluar karena itu tujuan
mereka datang ke daerah konflik. Mo Yun menegaskan memang itu tujuannya tapi bukan hanya itu saja, dan memberikan berkas ditangan
Myung Joo, karena tak bisa menyelesaikan pekerjaan akibat gangguan darinya maka menyuruh Myung Joo
menghitung persedian obat dan serahka pada PBB, dengan sinis berharap Myung Joo
bisa selamat kembali ke Korea.
Semua tim medis berkumpul dengan wajah gembira karena
mereka akan segera kembali ke korea sebuah spanduk pun dipegan sebagai tanda
kalau rumah sakit mereka mengirimkan relawan. Hanya Mo Yun yang tertunduk sedih
harus meninggalkan Urk. Ki Bum pun memberikan aba-aba untuk mengambil gambar.
“Terima kasih atas kerja keras
kalian. Berkat
kerja keras kalian, Komandan
meminta kami mengantar kalian
dengan helikopter.” Kata Woo Geum, semua
menjerit bahagia.
“Jadi, kami tak perlu naik bus selama 4 jam lagi?” tanya Min Ji
“Kalian akan tiba di bandara dalam waktu 30 menit saja. Karena ada limit beratnya, maka kalian akan dibagi dalam 2 tim.” Jelas Woo Geum
Tim Sang Hyun dan Tim Jae Ae mulai melakukan suit untuk
menentukan siapa yang akan pergi lebih dulu. Mo Yun tetap diam seperti tak
peduli siapa yang akan duluan harus naik helikopter.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar