Si kakek tua tidur di sofa dengan suara mendengkur yang
sangat keras, temannya mengejek menyuruh si kakek itu lebih baik tidur saja
dirumah. Si kakek itu pun bangun sambil mengeluh kalau penyanggah tanganya
itu tak nyaman dan langsung melepaskan
gipsnya. Temanya menyuruh si kakek tak perlu melakukan hal itu pada Jung Gi.
“Aku memang berbohong tentang
patah tulang, tapi aku keseleo!” kata si kakek
memperlihatkan tanganya sudah baik-baik saja.
“Wow, sepertinya kau mendapatkan
tumpangan gratis! Apa
orang itu masih belum tahu?” tanya teman lainya.
“belum tahu, dia sangat baik, tidak seperti
orang-orang belakangan ini! Aku
hanya perlu melakukannya tiga hari lagi.” Kata si
kakek tertawa bahagia. Temenanya mengejek keresakaannya itu membuat kepalanya
semakin botak.
Da Jung tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan melihat si
kakek tanpa mengunakan gips, Si kakek langsung cepat-cepat memasang gipsnya
kembali.
Hyun Woo yang mendengar rencana Gold merasa tindakan
bukan hanya sekedar "berlebihan." Tapi bertindak
seperti penjahat. Mi Ri mengartikan mereka
bisa kehilangan begitu saja dan hanya duduk diam saja. Young Mi mengatakan
mereka tidak bisa melakukan apapun karenapunya banyak utang dengan semakin lama menahanya maka akan semakin buruk.
Mi Ri mengumpat kesal dengan situasi yang langsung
berubah. Jung Gi keluar dari ruangan Direktur Jo dengan wajah lemas, lalu
menyuruh Hyun Woo agar membuat pemesanan di restoran untuk besok, tempat yang paling disukai oleh Direktur Kim. Hyun Woo
kaget mendengarnya,
“Formula kita dicuri dan sekarang
dia ingin kita mentraktirnya makan malam juga?”
keluh Hyun Woo tak percaya, Jung Gi meminta mereka mengerjakanya saja.
“Hidup sungguhlah
sulit.” Gumam Jung Gi menatap layar komputernya
dengan helaan nafas
Keempatnya makan bersama di sebuah ruangan restoran
dengan duduk bersila, tangan Direktur Kim yang nakal sempat meraba paha pelayan
saat membawakan minuman. Da Jung melirik sinis melihat tingkah atasanya.
Direktur Kim melihat makanan diatas meja sangat enak. Direktur Jo pun melihat
sushi buatan restoan itu sangat enak.
Da Jung pun menaruh kontrak diatas meja, dengan mengatakan apabila mereka punya
masalah dengan syaratnya, lebih baik selesaikan
dengan cepat. Direktur Jo ingin mengeluarkan sesuatu
dari saku jasnya, tapi Direktur Kim mengeluh kalau itu terlalu terburu-buru dan
menegur Da Jung meletakan surat kontrak diatas meja makan.
“Direktur Jo.... Kau
akan mengurus aku hari ini kan?” ucap Direktur Kim
“Tentu saja! Aku akan memberikan
pelayanan penuh padamu hari ini!” kata Jung
Gi menuangkan arak dan mengajak mereka
mulai minum. Da Jung terlihat cemberut
melihat tingkah bosnya, Direktur Kim merasa senang setelah minum
“Ada banyak hal yang terjadi saat
melakukan bisnis, benarkan?” kata Direktur Jo,
Direktur Kim membenarkan.
“Sedikit ada ketegangan di antara
kita, tapi aku melakukan semua itu demi kebaikan Lovely kosmetik! Semua berkat Manajer Ok yang
mengurus apa yang kita tandatangani hari ini. Benar
begitu bukan?” ucap Direktur Kim, semua ikut tertawa
seperti menyetujuinya, kecuali Da Jung. Direktur Jo pun memuji Direktur Kim
yang memiliki rencana terhebat.
Jung Gi dan Direktur Jo mulai melayani Direktur Jo dengan
pergi ke tempat karaoke dan juga ada seorang wanita cantik yang menemaninya. Da
Jung melihat jam tanganya yang sudah terbuang sia-sia. Jung Gi dan Direktur Jo
menyanyi sambil menuangkan wiski pada Direktur Kim. Da Jung mulai segelas wiski,
Direktur Kim memuji cara minumnya sangat bagus. Jung Gi terlihat gugup melihat
sikap Direktur Kim.
Direktur Kim menuangkan kembali pada gelas Da Jung yang
kosong, Direktur Jo pun mencoba mengalihkan kalau Direktur Kim juga harus
menuangkan padanya. Direktur Kim mengaku sangat
mempercayai, menghargai dan menghormati Da Jung dan
hanya Direktur Jo yang mengetahui hal itu.
“Dengar, kenapa aku setuju untuk
menandatangani serum yang disetujui oleh Manajer Ok? Aku tidak akan menandatangani
kontraknya sampai melihat Manajer Ok mabuk malam ini!” kata Direktur Kim memberikan syaratnya. Da Jung kembali
melirik sinis.
“Direktur... Kalau kau menunggu sebentar,
gadis di tempat ini akan segera kesini, direktur”
ucap Direktur Kim mulai mencoba merayu.
“Kau sepertinya sudah mabuk, jadi
mari kita selesaikan semuanya sekarang” kata Da
Jung kembali mengeluarkan kontrak kerja.
“Hei! Aku sudah bilang padamu, ada
perintah untuk hal seperti ini!” teriak Direktur Kim
dan mengajak mereka kembali minum.
Jung Gi pergi ke toilet langsung memuntahkan semua
whiskie yang diminumnya, ketika keluar dari toilet melihat Da Jung yang berdiri
didepan toilet. Jung Gi berusaha untuk lewat begitu saja tapi Da Jung
menanyakan alasan Jung Gi bisa setuju begitu saja. Jung Gi mengatakan itu
karena bosnya yang menginginkannya.
“Aku yakin mengatakan padamu bahwa
semua keputusan berada di tangan Lovely” ucap Da
Jung, Jung Gi menegaskan kalau mereka tidak punya pilihan. Da Jung mengejek Jung Gi yang memiliki pemikiran yang
sempit
“Bukankah ini sebabnya kau
menyuruhku untuk membuat serumnya? Untuk melakukan ini? Kau berbuat seperti ini supaya
kami bahkan tidak bisa menjualnya kepada perusahaan lain Dan menunjukkan kontrak
mengerikan ini di wajah kami. Perusahaan yang tidak memiliki kekuasaan seperti kami
tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujuinya”
ucap Jung Gi dengan nada sedikit marah
“Kenapa? Karena Perusahaan Gold
harus menandatangani kontrak dengan kami supaya kami bisa bertahan! Lalu Kenapa kau bertanya seolah-olah
kau tidak mengetahuinya? Apa
kau tahu bagaimana perasaan kami sekarang? Aku merasa kacau seperti orang
tua yang menjual anaknya. Jadi
jangan katakan pada kami " ini yang kau pilih untuk dirimu sendiri!"” jerit Jung Gi tak bisa menahan amarahnya kembali
berjalan.
“Bukankah seharusnya orang tua melindungi
anaknya? Aku pikir
kau akan menolak menandatangani kalau aku menawarkan kontrak seperti itu Kau bahkan tidak berusaha
bernegosiasi dan membodohi dirimu sendiri! Apa kau tidak pernah
mempertimbangkan bahwa kau dianiaya?” jelas Da
Jung dan berjalan lebih dulu, Jung Gi terdiam mendengar ucapan Da Jung.
Di dalam ruang karaoke
Sudah ada cap milik Direktur Jo mengenai Kontrak
OEM, Direktur Jo meminta agar wanita yang dibawanya
memberikan pelayanan yang bagus karena Direktur Kim itu adalah orang yang
penting, lalu menanyakan tentang surat kontraknya. Direktur Kim mengeluarkan cap sebagai tanda
tanganya dan menyuruh Direktur Jo memberikan cap sebanyak yang dinginkannya, Direktur
Jo pun mengucapkan terimakasih dan langsung memberikan cap pada semua kertas
kontrak kerja.
Direktur Kim yang melihat wanita cantik didepanya,
langsung memeluknya erat-erat. Da Jung masuk ruangan melihat tingkah Direktur
Kim yang sangat memalukan, Direktur Kim bertanya kemana saja bawahanya itu dan
menyuruh segera membawa surat kontrak dan pulang. Jung Gi baru masuk melihat
Direktur Kim sudah memelukan seorang wanita.
Direktur Jo pun memberikan surat kontrak yang akan dibawa
Da Jung, Jung Gi mencoba tersenyum melihat kontrak sudah ditanda tangani. Da
Jung melihat tingkah atasanya langsung merobek surat kontraknya, Ketiga pria
yang ada didalam ruanga kaget melihat Da Jung. Direktur Kim yang melihatnya
merasa Da Jung itu sudah gila melakukan itu semua.
“Aku tidak menyetujui kontrak ini,
dan tidak akan melakukannya!” tegas Da Jung dengan nada tinggi.
“Aku tidak akan membiarkan ini, Aku
akan membunuhmu!” ucap Direktur Kim mengambil
sesuatu yang diatas meja untuk dilempar.
Da Jung memutar botol ditanganya dan sudah siap melempar
juga, sambil mengumpat menantang Direktur Kim untuk melemparkan padanya.
Direktur Kim langsung menutup hidunganya mengejek Da Jung si penyihir dan
menyuruhnya untuk pergi.
Jung Gi dan Direktur Jo binggung melihat situasi yang
berubah. Da Jung menyuruh Direktur Kim agar mencari orang untuk
membersihkan kotorannya lalu keluar ruangan, Jung
Gi akhirnya mengejar Da Jung keluar ruangan. Direktur Kim berteriak kesal
dengan menurunkan buah nanasnya.
Jung Gi mengejar Da Jung sampai ke depan, tak percaya
bisa melakukan ini semua. Da Jung memutuskan berhenti dari ini semua. Jung Gi merasa kalau memang Da Jung akan
menghentikannya, seharusnya melakukannya dengan baik-baik dan tak perlu melakukan tindakan seperti itu.
“Takdir dari perusahaan kami
tergantung dari kontrak itu!” teriak Jung Gi
“Hiburlah Direktur Kim dan minta dia untuk
menghubungkan dengan eksekutif yang lain, tapi Aku
tidak akan melakukannya.” Ucap Da Jung dingin
“Ini tidak ada hubungannya
denganmu! Orang-orang
yang mendapatkan royalti akan ikut bersama kami! Yang kau lakukan hanyalah
berpura-pura tidak tahu!” jerit Jung Gi
“Itu ada hubungannya denganku, Kalau Direktur Kim mencuri
pekerjaanmu dan produk itu menjadi terkenal, maka Dia
akan mendapatkan bonus tahun depan dan aku akan mendapatkan promosi. Semuanya memanfaatkan orang-orang
seperti kalian sebagai batu lompatan. Itu
sebabnya aku tidak menyukainya” tegas Da Jung
“Kalau begitu, silahkan lakukan
itu! Lagipula memang selalu seperti itu! Berhentilah menganggu orang
banyak karena rasa keadilanmu!” jerit Jung Gi
Da Jung tak setuju dengan kalimat “Rasa
keadilan” karena merasa Jung Gi itu membelanya karena merasa
kasihan, dengan sedikit berteriak mengatakan kalau Jung Gi pengecut maka si bajingan Direktur Kim tidak dipecat dan
terus melanjutkan menjadi penguasa yang jahat,
jadi menurutnya lebih baik teruskaan hidup seperti itu daripada
menyalahkan orang lain lalu berjalan pulang
“Hanya karena aku
bawahan, Bukan berarti aku tidak bisa mengatakan sesuatu yang tidak adil. Tapi di dunia ini di mana seseorang bahkan tidak bisa menjadi bawahan saat
seseorang melindungi harga diri mereka.” Gumam Jung
Gi dengan mata berkaca-kaca
Direktur Kim sudah mulai mabuk membahas tentang tingkah
si penyihir Da Jung, sambil mengeluh kalau selama ini harus hidup dengan hal
seperti itu. Jung Gi kembali datang, Direktur Jo menyuruh Jung Gi lebih baik
duduk saja dengan sedikit mabuk merasa setuju kalau Da Jung itu wanita gila.
Jung Gi melirik karena Direktur Kim mencari gadis yang
tadi menghiburnya. Direktur Jo mengatakan wanita itu akan segera datang
kembali. Jung Gi pun dengan sangat terpaksa menerima minuman dari atasnya.
Direktur Jo melihat Direktur Kim mulai tak sadarkan diri setelah mabuk, lalu
menyuruh Jung Gi memanggil sopir penganti.
Pelayan mengendong Direktur Kim sampai masuk ke dalam
mobil, Direktur Kim pun membayar dengan uangnya sendiri pada sopir penganti.
Keduanya langsung membungkuk saat mobil Direktur Kim berjalan pergi. Direktur
Jo yang sedari tadi mencoba bertahan sedikit lemas. Akhirnya Jung Gi duduk disamping sopir melihat
dari kaca spion, Direktur Jo yang sudah tertidur.
“Kalian tidak tahu
bagaimana rasanya, dengan rasa putus asa mengatur posisi bawahan, karena
alternatifnya lebih buruk. Ah... Tidak, kalian semua tahu dengan baik perasaan
itu, Makanya kenapa dunia berjalan seperti itu.” Gumam Jung Gi sambil menatap keluar jendela
Jung Gi pun mengendong Direktur Jo sambil kedalam rumah
karena sang istri sudah menunggunya pulang.
Jung Gi tertidur dibangku belakang saat mobil sudah
parkir didepan apartementnya, Sopir penganti membuka pintu belakang
membangunkan Jung Gi karena mereka sudah sampai. Jung Gi berteriak marah karena
sangat berisik sekali. Sopir penganti mengoyangkan tubuh Jung Gi agar bangun
dan segera membayar upahnya.
“Kau pikir aku mau hidup seperti
ini? Kalau aku
diperlakukan seperti sampah dan semuanya menyalahkan aku. Apa yang harus kulakukan? Huh?” jerit Jung Gi yang sudah mambuk
“Yah, sulit untuk dijalani, tapi untuk keadaan ini bisa membuat sulit untukku! Berhentilah membuat kekacauan!” kata si sopir penganti dan mengambil beberapa lembar
uang dari dompet Jung Gi
Da Jung berdiri dibalkon sambil meminum tehnya, terlihat
dari wajahnya memikirkan segala tindakan yang sudah dibuatnya.
Jung Gi terbangun dari tidurnya, dan menyadari sudah ada
di kamarnya lalu berteriak melihat jam tanganya. Ketika turun dari tempat tidur
melihat crayon yang ada ditanganya dengan wajah binggung. Tuan Nam keluar dari
kamar melihat anaknya yang pulang sangat larut dan akan pergi lagi. Jung Gi
mengaku Ada pekerjaan yang harus dilakukan dikantor
“Wow, kenapa kau sibuk sekali? Apa
tempatmu bekerja tidak memberimu hari libur?” keluh Tuan
Nam.
“Aku tahu, sekarang sudah terlambat ayah, aku akan
kembali” kata Jung Gi terburu-buru
Tuan Nam melihat Bong Gi yang sudah bangun dipagi hari
sambil meminum kopi, lalu sudah bisa menembak anak bungsunya itu sebenarnya
baru pulang pagi hari. Bong Gi menyangkal karena terkadang juga
bangun cepat.
Jung Gi berlari ke parkiran dan kebingungan mencari
parkiran mobilnya dan mengarahkan kuncinya agar mencari mobil dengan alarmnya.
Ketika sudah menemukanya, terdengar suara Da Jung yang memanggilnya. Jung Gi
mau tak mau pun membalas sapaanya.
“Sepertinya kau akan pergi ke
suatu tempat, meskipun sekarang hari libur” kata Da
Jung dengan nada sindiran
“Ya, ada pekerjaan yang harus ku
kerjakan, jadi...” ucap Jung Gi lalu melihat
mobil Da Jung itu tergores dengan parah sekali dan mobil milik Da Jung Produk luar negeri jadi pasti sangat
mahal biaya perbaikanya.
Da Jung rasa memang mahal sambil menatap Jung Gi yang
membalas sindiriannya. Jung Gi memilih untuk segera pamit karena ada urusan
penting, lalu berlari ke mobilnya dengan wajah tersenyum bahagia. Da Jung pun
melihat mobil Jung Gi yang melaju didepanya.
Di bengkel
Da Jung mengecek rekaman Black Boxnya, memberitahu
tentang kejadian pada layarnya dan
meminta agar mendapatkan nomor mobilnya. Si pegawai bengkel melihat mobil itu hanya melewatinya
dan ada banyak orang yang seperti itu menurutnya Da Jung hanya
memerlukan mobil baru atau tinggalkan di bengkel untuk
perbaikan Tiba-tiba Da Jung melihat sosok orang di layar, Si
pegawai melihat pria itu yang pergi begitu saja.
Jung Gi kembali memberikan uang sebagai ganti rugi pada
si kakek agen pemindah barang, Kakek itu dengan gugup mengatakan Jung Gi tak
perlu lagi melakukan itu padanya. Jung Gi binggung menanyakan alasanya. Si
kakek mengeluarkan tangan dari gipsnya, memperlihatkan tangannya yang sudah
bisa digerak-gerakan.
“Tunggu, jadi kau sudah sembuh sekarang?” jerit Jung Gi tak pecaya
“Tolong pastikan kau mengatakan pada
wanita di 902 bahwa aku sudah sembuh sekarang, mengerti?” kata si kakek. Jung Gi mengerti dan bertanya tentang
uang dalam amplopnya. Kakek itu pun tak ingin menerimanya, Jung Gi langsung
mengucapkan terimakasih karena bisa menyelamatkan uangnya.
Da Jung berteriak agar si pegawai bengkel agar menghentikan
videonya, dan meminta aga bisa mengprint gambar itu. Jung Gi pulang ke rumah
melihat ditaman, Woo Joo yang sudah mengendarai sepedanya. Ia pun turun
memanggil anaknya lalu bertanya apa sedang dilakukan anaknya pada sepeda itu.
Terdengar bunyi sirine dari lantai sembilan, Da Jung
dengan toa mengatakan bisa mengembalikanya sepedanya sekarang. Woo Joo dengan senyum bahagia mengerti akan
segera mengembalikanya. Jung Gi heran melihat sikap Da Jung pada anaknya itu.
Keduanya keluar dari lift bersama, Da Jung sudah
menunggunya. Woo Joo pun menyerahkan sepedanya dengan senyuman. Jung Gi
memberitahu sudah tak perlu lagi dan Woo Joo bisa menengandarinya karena sudah
milikinya sekarang.Woo Joo tak percaya sepeda itu sudah bisa dikendarai
sepuasnya.
“ kau dengarkan? Orang dari jasa
pindahan itu sudah baikan sekarang” kata Da
Jung, Woo Joo berteriak gembira memasukan sepedanya, Jung Gi pun mengajak
anaknya segera masuk ke dalam rumah.
“Bukankah ada yang ingin kau
katakan kepadaku?” kata Da Jung menyindir
“Terima kasih banyak sudah menjaga
sepeda itu sampai sekarang Dan
orang dari jasa pindahan itu sudah baikan sekarang Jadi semuanya sudah selesai, kan?” ucap Jung Gi, Da Jung tak percaya hanya itu saja yang
ingin dikatakanya.
“Memangnya aku harus mengatakan
apa lagi?” tanya Jung Gi balik bertanya heran
“Aku tahu kau pengecut, tapi
ternyata kau juga lancang, huh?” ejek Da Jung
“Apalagi kalau begitu? Kau mau aku
membungkuk atau semacamnya? Haruskah
aku berterima kasih karena sudah merobek kontraknya?” jerit Jung Gi kesal, Da Jung berkomentar Jung Gi menahan
dendam.
“Aku hanya ingin hidup tanpa
masalah sebagai tetangga mulai sekarang.” Kata Jung
Gi lalu menundukan kepala dan masuk ke dalam rumah.
Didepan pintu, Jung Gi bertanya-tanya denan wajah kesal, Apa
sebenarnya yang diinginkan Da Jung
darinya. Teringat ucapan Da Jung saat di karaoke. “Aku tidak bisa
menyetujui kontrak ini dan tidak akan melakukannya!” Dengan merobek kontrak kerja yang sudah diberi cap.
“Aku ingin tahu apakah terjadi
sesuatu pada perusahaan sekarang” ucap Jung Gi
Hyun Woo memanggil Jung Gi yang baru saja masuk kantor,
memberitahu Manajer
Ok telah meninggalkan perusahaan Gold, Jung Gi
kaget mendengarnya dan pikir karena kejadian hari itu jadi merasa
tidak enak karena sepertinya gara-gara kontrak kerja
mereka. Hyun Woo pikir Da Jung itu pergi
ada tawaran di tempat lain.
“Best kosmetik berusaha keras
untuk merekrutnya. Aku rasa
dia mengambil kesempatan itu dan pergi” kata Hyun
Woo yakin, Jung Gi makin kaget mendengarnya.
“Karena dia akan pergi, makanya
dia berbuat seperti itu pada direktur yang dia bencinya selama ini. Tapi berkat itu, kita
tidak perlu tanda tangan kontrak” kata Hyun
Woo, Jung Gi mengumpat kesal
“Kalau dia memang
bermaksud untuk pergi, seharusnya dia membiarkan saja kontraknya! Aku bodoh berbicara tentang kesadaran dengannya bahkan sedetik
saja!” gumam Jung Gi
Jung Gi masuk ke ruang Direktur Jo memberitahu Best Kosmetik sama sekali
tidak bermaksud untuk melakukan pembelia jadi ia rasa
yang terbaik adalah berusaha berbicara lagi dengan Direktur Kim dengan Segera setelah mereka mendapatkan
manajer yang baru tentu saja dan bertanya apa yang
harus mereka lakukan sekarang.
Direktur Jo hanya menjawab mengerti dan menyuruh Jung Gi
segera keluar saja. Jung Gi binggung, Direktur Jo terlihat gelisah mengatakan
hanya ingin sendirian saja. Jung Gi keluar ruangan merasa sangat aneh dengan
sikap Direktur Jo sekarang.
Sementara di dalam ruangan, Direktur Jo kembali memakan
coklat ketika dalam keadaan stress, sambil menatap ponselnya. Ada pesan dari Da
Jung “Tolong pikirkan
penawaranku dengan penuh pertimbangan.” Direktur Jo
terlihat makin stress dengan melihat kembali pesan Da Jung.
Jung Gi keluar dari rumah untuk membuang sampah melihat
Da Jung sedang ada didepan lift, dalam hatinya bergumam kalau sekarang sudah
tak ada hubungan lagi antara atasan dan bawahan dan Da Jung hanya seorang
Ahjumma yang tinggal didepan rumahnya.
“Aku dengar kau meninggalkan
perusahaan, kau pasti merasa tidak nyaman. Aku
tahu rasanya menjadi pengangguran, melihat
itu semua seperti kau bisa melakukan apa saja saat kau pergi.” Ejek Jung Gi yang mendapat lirikan dari Da Jung
“Sepertinya bukan itu sebenarnya
masalahnya saat kau benar-benar pergi. Tapi
tetap saja, kau lebih berbakat daripada aku, jadi aku yakin kau akan segera
mendapatkan pekerjaan” kata Jung Gi, Da Jung tetap
saja melirik sinis
“Oh, maaf karena tidak menghormati
batasan-batasanku! Maksudku,
bagaimana bisa orang rendahan seperti aku mengkhawatirkan dirimu?” kata Jung Gi sambil tertawa mengejek, Da Jung
mengucapkan terima kasih atas perhatianya dengan nada sinis. Jung Gi pun
memberikan semangat pada Da Jung.
Keduanya masuk ke dalam lift, Da Jung menempelkan
selebaran di dinding lift [Dicari: Pria yang melakukan tabrak lari!!! Kalau kau tidak mengaku, aku akan
mengambil tindakan hukum!]
dengan foto gambar. Jung Gi melihat Da
Jung yang sudah mendapatkan rekaman pria yang membuat mobilnya tergores, lalu bertanya berapa banyak biaya yang harus
dikeluarkanya. Da Jung menatap Jung Gi dengan sinis memberitahu semuanya total 4,830,000
won.
“Wow, itu gila!!! Aku asli dari sini, jadi aku
segera bisa tahu kalau aku melihatnya orangnya”
kata Jung Gi, Da Jung pun mempersilahkan agar bisa melihatnya.
Jung Gi melihat lebih dekat dan seperti sangat mengenal
bayangan dirinya walaupun terlihat buram karena malam hari. Wajahnya langsung
panik, Da Jung bertanya apakah Jung Gi mengenal orang yang ada difoto itu. Jung
Gi mengaku tak mengenal karena gambarnya terlalu kabur dan gelap.
“Dan dengan gambar itu, wanita ini dan aku
kembali menjadi hubungan atasan-bawahan” gumam Jung
Gi panik lalu buru-buru keluar lift setelah pintu terbuka tapi Da Jung langsung
memanggilnya dan membuka pintu lift yang akan tertutup.
“Kapan kau pulang tadi malam?” tanya Da Jung, Jung Gi mengaku karena mabuk jadi
benar-benar tak ingat.
“Kau memakai jasa supir pengantar,
kan? Dan kau
juga memarkir mobilmu dengan benar?” ucap Da
Jung.
“Aku yakin supir yang mengurus
itu! Tapi apa
kau yakin bahwa orang di foto itu yang melakukannya?”kata Jung Gi berusaha mencari pembelaan.
“Aku mendapatkannya dari rekaman
kamera yang terpasang di mobilku Dia
menggores mobilku dan secara misterius menghilang Kalau kau ingat sesuatu atau
melihat sesuatu. Beritahu
aku!! Aku benar-benar harus mendapatkan
uang sebanyak 4,830,000 won dari mereka” tegas Da
Jung, Jung Gi membungkuk mengerti dengan wajah ketakutan.
Jung Gi berlari ke parkiran memutar-mutar mobilnya
mencari sesuatu, sampai akhirnya dibagian kiri mobilnya ada bekas lecet
dibagian belakang, teringat saat bangun tidur memegang crayon ditanganya dan
itu untuk menutupi lecet dimobilnya. Ia pun hanya bisa mengumpat kesal karena
harus berhubungan lagi dengan Da Jung.
Da Jung pergi ke bagian kemananan dan memberikan
selembaranya, Tuan Nam kaget melihat selebaran bertuliskan [Dicari
: Pria yang melakukan tabrak lari!] dengan
wajah yang terlihat buram.
Jung Gi duduk disamping mobilnya, menelp ke perusaahan
sopir penganti. Pegawai yang mengangkat telp memberitahu tidak
bisa menghubungi supir itu karena
berhenti hari ini. Jung Gi menjerit dan
menurutnya tak mungkin itu bisa terjadi padanya.
“Bisakah aku tahu kapan tepatnya
aku sampai di rumah kalau
begitu?” ucap Jung Gi
“Tunggu sebentar..... Itu aneh, di sini tidak tertulis keterangan” kata Si pegawai
“Aku harus tahu apakah ada
kecelakaan atau tidak hari itu Jadi
tolong hubungi aku kalau kau menemukan supir itu! Mengerti? Kumohon, kumohon, kumohon!” kata Jung Gi benar-benar panik
Dirumah
Tuan Nam mencoba melihat dengan jelas dengan kaca mata
bacanya, Jung Gi baru kembali kerumah, Tuan Nam langsung menghampiri anaknya
bertanya apa sebenarnya yang terjadi, apakah itu benar-benar anaknya yang
melakukanya. Jung Gi merasa tak ingin dan merasa supir pengganti yang menggoresnya
“Sial! Seharusnya dia yang ada di
foto ini, bukan kau!” jerit Tuan Nam
“Aku bisa gila karena tidak tahu
kenapa fotoku ada di sana” ucap Jung Gi juga merasa
kesal
“Kau benar-benar tidak menyentuh
setir, kan?” tanya Tuan Nam dengan wajah tenang.
Jung Gi menyakinkan kalau yang dikatakan itu adalah yang sebenarnya.
“Mereka bilang akan melakukan
pengaduan kalau aku tidak bisa menemukan siapa orang ini! Ahjuma di 902 mengatakan bahwa Aku layak dihukum karena tidak
menjalankan tugasku dengan benar! Tangkap
supir pengganti itu supaya kau tidak lagi di tuduh. Tapi Maaf, aku harus memasang ini.” kata Tuan Nam, Jung Gi menjerit kaget
“Tolong mengertilah penderitaan
hati ayahmu ini.” kata Tuan Nam, Jung Gi pun
hanya bisa meminta maaf pada ayahnya.
Da Jung kembali melihat rekaman dari Black Boxnya,
melihat mobil yang mundur lalu ada orang yang jatuh didepanya. Teringat saat
hari itu Jung Gi mengatakan akan ada pekerjaan yang penting yang
harus dikerjakan lalu pamit pergi dan terlihat wajahnya sangat sumringah
seperti sedang mengerjainya dan melihat samping mobil yang diberi crayon
abu-abu.
“Kau bajingan, aku mendapatkanmu
sekarang” ucap Da Jung Penuh dendam.
Di dalam kamar, Jung Gi mondar mandir dengan wajah
gelisah menyakinkan kalau semua itu hanya ada yang salah dalam hal ini dan Tidak
mungkin itu terjadi!
“Aku sangat mabuk sampai aku tidak
ingat, jadi kenapa aku harus menggores mobilnya? Ini jelas sekali...” kata Jung Gi merasa yakin kalau tak melakukanya.
“Tapi kenapa aku memiliki krayon
ini? Sial!” jerit Jung Gi kesal karena salah satu
buktinya adalah crayon untuk menutupi goresan dimobilnya. Ia pun teringat kembali
degan ucapan Da Jung “Tidak ada yang
ingin kau katakan padaku? Dan kau memarkirnya dengan benar?”
“Yah, supir pengganti yang
jelas-jelas melakukannya saat aku sedang tidak sadar. Dia yang melakukannya dan
melarikan diri, Pasti benar
begitu!!! Itu menjelaskan kenapa dia
tiba-tiba berhenti! Tapi,
apa yang harus kukatakan pada Manajer Ok?” ucap Jung
Gi mulai frustasi.
Di dalam lift
Woo Joo melihat selebaran yang ditempel didinding dan
melihat itu seperti wajah ayahnya. Bong Gi panik mengatakan kalau pasti bukan
ayah Woo Joo ada di dalam gambar itu, tapi setelah itu akhirnya mengatakan
kalau pelakunya nanti benar-benar tertangkap basah
Jung Gi duduk di meja kerjanya merasa yakin kalau semua
kejadianya sangat aneh dan menyakinkan kalau lebih baik berpura-pura
bodoh, karena ia pernah melakukannya sebelumnya, tapi menurutnya sekarang benar-benar bodoh sekarang.
“Aku tidak bisa mengaku. Kalau aku
melakukannya dan terjadi kesalahan. Dia
bisa menuntutku mabuk saat mengemudi!” jerit Jung
Gi sendirian dikamarnya.
“Hyung! Aku ada yang menggores
mobil ahjuma di 902! Wow,
bajingan gila itu, aku rasa dia melarikan diri karena itu adalah mobil dari
luar negeri!” ucap Bong Gi masuk ke dalam kamar
kakaknya sambil membawakan es krim.
“Apa kau bilang dia bajingan?” jerit Jung Gi marah
Bong Gi kaget karena Jung Gi tiba-tiba marah. Jung Gi
memarahi adiknya yang berbicara kasar "bajingan gila"
di depan Woo Joo dan seharusnya mengunakan
kata-kata yang baik didepan anaknya lalu mengumpat pada sang adik. Bong Gi
melihat crayon diatas meja sambil mengeluh kakaknya itu tak memakan es krim
yang sudah dibelikanya.
Di sebuah cafe
Direktur Jo mengelurkan tanganya, Da Jung duduk didepanya
pun merahnya dan keduanya saling berjabat tangan seperti sudah membuat sebuah
kesempakatan. Semantara Jung Gi dengan jaket menutupi kepala dan masker mencoba
menutup wajah di setiap selebaran dengan krayon agar tak terlihat wajahnya.
“Berhadapan dengan
kebenaran memerlukan banyak keberanian. Aku memutuskan
untuk mengakui bahwa aku adalah pengecut, mulai hari ini.”
Da Jung melihat selebaran yang sudah ditutupi oleh crayon,
Jung Gi sampai ke lantai atas dan mencoba menutupi tapi ternyata fotonya sudah
ditutup krayon.
“Baik atau buruk,
hubungan atasan-bawahan diantara kami sudah berakhir. Dan sangat mudah untuk menyembunyikan kehadiranku di tempat
seperti apartemen.”
Jung Gi mendengar bunyi suara pintu Da Jung akan keluar,
akhirnya ia buru-buru bersembunyi dan memilih untuk menuruni tangga dari lantai
9. Da Jung melihat kearah belakang seperti merasakan ada orang yang berada
dibelakangnya.
Jung Gi mendatangi bengkel, si pegawai memberitahu mereka sudah mengganti
bumper di belakang Dan
mengecatnya dengan warna aslinya juga. Jung Gi
pun mengucapkan terimakasih melihat body mobilnya sudah terlihat baru dan tak
ada goresan sedikitpun.
“Kelihatannya tidak
ada bukti lain selain wajah buram pada rekaman Dan aku akhirnya
sukses Atau seperti itulah kelihatannya.”
Jung Gi tersenyum bahagia mengendarai mobilnya karena
sudah menutupi semua kelemahanya.
Jung Gi akan masuk ke dalam kantor dengan cuaca yang
sangat cerah, tapi tiba-tiba ia merasakan kantor seperti es yang terasa sangat
dingin. Dibagian depan parkiran adan mobil merah milik Da Jung. Dengan senyuman
Jung Gi bertanya apa yang terjadi dengan semua timnya terlihat sangat tegang.
“Manager Nam, apa yang harus kita
lakukan?” kata Hyun Woo binggung, Jung Gi meminta agar Hyun Woo
segera memberitahunya.
Direktur Jo keluar dari ruanganya bersama Da Jung
menuruni tangga. Jung Gi benar-benar kaget melihat Da Jung yang selama
dihindarinya bertemu dikantornya. Direktur Jo pun memperkenalkan Da Jung
sebagai Kepala Manager Pemasaran yang baru.
“Halo, aku Ok Da Jung.... Mari kita lakukan yang terbaik
bersama-sama mulai dari sekarang” ucap Da
Jung dengan tatapan sinis
“Tidak mungkin! Hal
mengerikan macam apa ini?” jerit Jung
Gi dalam hati dengan memalingkan wajah kesalnya
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
hahahahahahahahagakgakgak
BalasHapusbener² konyol karena bisa ketwmu takdir seperti nam jung gi...
kasian ahjussi
tapi yg jadi nya, da jung gak galak² amat ke woo joo ....
cie.... calon sae~omma.....
aku suka ending ke 2 episode ini,
BalasHapusending episode 1, takdir ternyata tetanggaan....
ending episode 2, takdir 1 kantor...hahahahaha
bakalan ditindas everytime"s dech
oh iya ost nya.... aku suka
BalasHapuseh ternyata yg nyanyi every single day.....
hahaha...lucu juga ini drama awal-awalnya...gimana endingnya nanti ya..??
BalasHapusBaca Juga sis drama korea lee min ho terbaru
Hahaha. .benar'' kocak. . Pengen nya menghindar, eh. .malah jd setiap hari ketemu. .
BalasHapusLanjut dong 3 dan 4 nya...plisss
BalasHapus